[FF] Twins Another Story Chapter 2

[FF] Twins Another Story

Annyeonghaseyo ..

Poreumdal Naya imnida -..-‘

Semoga tidak bosan dengan saya --,

Ini Fanfict saya yang ke sekian kalinya.

Warning!

Fanfict ini mengandung banyak unsur yang sedikit kurang pantas dibaca oleh anak dibawah umur :D

Dan juga sudah melalui proses editing kilat alias masih banyak kesalahan pengetikan.

Lagi-lagi saya nggak berharap ‘Like’, tapi benar-benar butuh ‘Comment’.

Dan terima kasih sebesar-besarnya untuk para admin disini :)

                                                              

 

Happy reading -..-“

 

 

Twins Another Story Chapter 2

 

Author            : Poreumdal Naya

Blog                : http://silviapurnamasp.wordpress.com

Facebook        : http://www.facebook.com/silvia.purnama.376

Twitter           : @PurnamaSilvia

Email              : [email protected]

Page                : Poreumdal Naya’s Fanfiction

Tittle               : Twins Another Story

Lenght            : Chaptered

Rating             : PG - 23

Genre              : Drama

Cast                : Choi Si Won as Choi Si Won

  Park Min Young as Choi Hye Ra / Shin Hye Mi

              Shim Chang Min as Chang Min

 

 

 

***
Shin Hye Ra P.O.V

“Hye Ra~ssi, jwaesseonghamnida. Bisakah kau tinggal disini menemani Lauren?” pinta namja itu.

WHAT? Tinggal bersamanya??

“Tinggal disini maksudmu? Ani, bagaimana bisa aku tinggal bersama kau dan anak-anakmu?” ucapku.

“Lauren hanya mau bicara denganmu, Hye Ra~ssi,” ku lihat namja itu putus asa dengan dirinya sendiri.

Appa macam apa dia? Anak sendiri saja tidak mau berbicara dengannya.

“Aku tidak mau mengambil resiko dan dikatakan oleh orang-orang bahwa aku tinggal bersama duda beranak 2,” kataku sekenanya.

“Kalau begitu kita menikah saja,” ucapnya sambil menatapku.

WHAT? OOOH EEMM JIII. Apa yang dikatakannya itu? Benar-benar sulit dicerna.

“Mworagoyo?” aku menaikkan intonasi suaraku.

“Menikahlah denganku, Hye Ra~ssi,” ulangnya.

Ani, namja ini frustasi sepertinya.

Are you crazy?” aku menatapnya tajam.

“Aku harus lakukan apa supaya kau mau menemani Lauren disini, eo?” ia balas menatapku.

Aku .. kenapa kasihan melihat ia?

“Beri waktu aku untuk memikirkannya,” ucapku dan pergi.

Aish! Menambah beban pikiranku saja.

 

 

 

===

 

 

 

“Eonni, eottae? Apa yang dikatakan oleh Si Won oppa?” tanya Hye Mi saat makan malam.

Aku meletakkan sumpitku di atas meja. Sudah tak selera makan aku jika membahas itu.

“Kenapa kau membawaku kesana, huh?” ucapku.

“Eonni, wae geurae?” tanyanya.

“Namja itu gila! Ia mengajakku menikah. Cih, bagaimana bisa kata-kata sensitif seperti itu meluncur mulus dari bibirnya? Aigoo. Tak habis pikir aku. Ia ingin memanfaatkan aku untuk menjadi baby sitter untuk anaknya yang aneh itu,” keluhku.

“Si Won oppa mengajakmu menikah?” pekik Hye Mi tertahan.

Ada apa dengannya? Berlebihan sekali.

“Shireoh! Untuk apa aku mengorbankan masa-masa mudaku hanya untuk menikah?” kataku.

Hye Min diam.

“Cham, apa kau mau menggantikanku? Bukankah kita ini mirip sekali? Aku rasa anaknya tidak akan bisa membedakan kita jika kau berpenampilan sepertiku,” usulku.

“Lauren itu gadis yang pintar, eonni. Ia pasti bisa membedakan kau dan aku,” ucapnya.

“Ani, kenapa harus aku? Ada apa dengan anak itu? Bukankah kau itu gurunya?” kataku.

“Aku juga tidak tahu kenapa ia memanggil kau dengan sebutan‘eomma’. Padahal eommanya sendiri sudah meninggal setahun yang lalu,” jelas Hye Mi.

“Lalu? Aigoo. Aku benar-benar tak suka anak kecil. Mereka menyebalkan,” ucapku dan masuk ke kamar.

 

 

 

===

 

 

 

Aku merapatkan jaketku saat berjalan melewati sungai Han. Malam-malam seperti ini, benar-benar menenangkan.

“Min Ho~ya,” gumamku saat melihat seorang namja sedang duduk di pinggiran sungai Han.

Min Ho, namja itu adalah orang pertama yang mampu membuat aku tertarik pada lawan jenis. Ia adalah anak dari seorang pengusaha kaya raya. Aku bertemu dengannya saat ia tidak sengaja menabrakku dengan sepeda 20 tahun yang lalu. Senyumnya benar-benar membuatku nyaman. Aku sering menguntitnya saat ia pulang sekolah.

Aku berjalan pelan ke arahnya.

“Chaggi~ya,” panggil seseorang padanya.

Chaggi~ya? Siapa wanita itu?

Mereka berpelukan singkat didepanku. Tubuhku mendadak lemas. Aku membalikkan tubuhku dan berjalan menuju mobil. Aku .. kenapa dipertemukan dengannya disaat yang tidak tepat. Kenapa hidupku menyedihkan sekali?

Aku mengemudikan mobil dalam keadaan kacau. Tubuhku benar-benar lemas. Mataku berkunang. Bahkan saat sebuah cahaya dari lampu mobil memenuhi penglihatanku dan aku tak tahu apa yang terjadi selanjutnya. Sempat ku dengar bunyi keras yang menghantam aspal.

 

 

 

===
 

 

 

Aku membuka perlahan mataku. Berat sekali rasanya untuk duduk. Samar ku lihat selang infus telah sukses terlilit ditanganku.

“Noona, gwaenchana?” ku lihat Chang Min duduk disebelahku.

“What happen?” tanyaku.

“Kau menabrak Si Won hyung semalam, noona. Kau tidak ingat?” ucapnya.

“What? Aku menabrak namja itu?” kataku panik.

Chang Min mengangguk.

“Apa lukanya serius?” ucapku lagi.

“Ia mengalami patah tangan dan harus melakukan perawatan,” ungkap Chang Min.

“Kau bertanggung jawab penuh pada anak-anaknya, noona. Untuk sementara, Si Won hyung tidak bisa mengurus mereka dengan baik,” tegasnya lagi.

Aku menunduk. Aish!

 

 

 

***
Choi Si Won P.O.V

Sebenarnya aku hanya luka ringan dibagian lengan kananku akibat kecelakaan itu. Tapi aku rasa ini satu-satunya cara supaya yeoja itu mau menemani Lauren di rumahku. Aku berpura-pura sakit parah dan tak bisa mengurus mereka dengan baik. Aku sudah mengatakannya pada eomma dan kau tahu? Eomma tidak mengizinkan yeoja itu tinggal bersamaku jika aku tidak menikahinya. Aish! Aku hanya ingin Lauren kembali ceria seperti dulu. Entahlah, aku juga tidak tahu kenapa ia memanggil yeoja itu dengan sebutan ‘eomma’. Yeoja itu akhirnya sukses menyandang gelar sebagai Nyonya Choi.

Skenario ku berjalan sangat lancar dan pernikahanku berlangsung sederhana di hotel. Namanya juga pernikahan mendadak. Tidak banyak tamu yang diundang. Hari ini Lauren benar-benar tersenyum melihat yeoja itu mengenakan gaun pengantinnya. Kisah cintaku benar-benar tak asik. Bahkan tak terpikir olehku akan menikah dengan yeoja kasar dan baru ku kenal ini. Semua hanya untuk Micky dan Lauren. Sekarang kebahagiaan mereka yang terpenting buatku.

 

 

===

 

 

 

“Eomma, baegoppa,” rengek Lauren saat yeoja itu masih tertidur lelap di meja belajar.

Semalam ia sibuk mencorat-coret kertas dengan gambar-gambar baju yang aku tak paham modenya. Ia tak pernah tidur disampingku, kau tahu? Aku juga mengerti dan tak masalah. Toh kami juga tidak saling mencintai.

Ia membuka pelan matanya. Aku takut ia akan memarahi Lauren karena membangunkannya. Yeoja itu sangat tidak suka anak kecil. Seluruh dunia tahu itu.

“Eo, kau lapar?” ucapnya sambil mengucek matanya pelan. Aku masih berbaring di tempat tidur.

Lauren mengangguk cepat.

“Arraseo,” yeoja itu bangun dan berjalan ke luar.

Aku pikir dia akan menelan Lauren bulat-bulat.

Beberapa menit kemudian.

“Appa, makanan sudah siap,” panggil Micky.

“Eo, appa watta,” kataku dan berjalan menuju dapur.

“Meoggo,” ucap yeoja itu padaku.

Apa ini? Telur gulung?

“Yaa, makan saja,” titahnya.

Aku tak berani protes. Tentu saja, yeoja seperti itu tidak mungkin jago memasak.

Yeoja itu sibuk mengurusi Lauren dan Micky untuk berangkat ke sekolah. Terlihat sekali bahwa ia tak pernah mengurusi anak kecil. Ia bingung apa yang harus ia perbuat, penampilannya juga kacau sekali. Rambutnya hanya digulung saja, memakai hot pants, t-shirt dan cardigan kebesaran, lalu berangkat menuju sekolah mereka.

Dua puluh menit kemudian ia kembali.

Aku sibuk mematuk diri didepan cermin. Bagaimana caranya aku memasang dasi dengan tangan diperban seperti ini? Aku menoleh padanya, mengisyaratkan ia untuk membantuku.

“Mwo?” tanyanya menyebalkan.

“Ani,” balasku.

“Yeoboseyo,” ucapnya saat seseorang menelpon.

“Holmoni?” ia melirik padaku.

Aku mengangkat bahu. Aa, cham. Holmoni? Holmoni maksudnya? Ani, bagaimana holmoni ku bisa kembali dari Rusia? Aish, ia pasti akan mengomel tentang yeoja itu. Aish, eottokkajhi?

“Ne? Ke rumahmu?” kata yeoja itu lagi.

Aku merebut handphone tersebut dari tangannya dan mematikan sambungan telpon.

“Ya, kenapa kau?” bentaknya.

“Itu, itu holmoni ku. Kau tahu, ia sangat menyeramkan. Ia pasti akan mempertanyakan latar belakang keluargamu, kau itu bisa masak atau tidak, bisa mendidik anak-anakku atau tidak, tulen atau tidak, kasar atau tidak, sebaiknya kita jangan menemuinya,” ucapku gusar.

“Kau! Aku tahu kau ingin mengatakan bahwa aku tidak sesuai dengan kriteria yang diinginkan keluarga mu itu!! Ya, jika tidak terpaksa, aku juga tidak akan setuju menikah dengan mu. Kita tidak saling mencintai, aku juga tahu bahwa kau tidak menyukai yeoja kasar, tidak bisa memasak dan mengurusi rumah seperti ku. Lalu kenapa kau mendesak kita untuk segera menikah, huh?” teriaknya.

“Ani, bukan begitu maksudku,” ralatku saat melihat matanya berair.

Ia diam dan tetap menatapku tajam.

“Mi .. mianhae. Aku tidak bermaksud seperti itu,” ucapku dan mendekat padanya.

Tiba-tiba handphonenya kembali berbunyi.

“Nomor itu lagi! Kau urusi saja holmoni mu!” bentaknya dan menyerahkan handphonenya padaku lalu pergi.

 

 

 

***
Choi Hye Ra P.O.V

“Holmoni,” ku intip ia saat ia mengangkat telpon dari holmoninya.

“Aniyo, holmoni. Nanti kami akan kesana setelah Lauren dan Micky pulang sekolah,” ucapnya lagi.

“Dia sangat cantik, holmoni”.

“Lauren dan Micky sangat menyukainya”.

“Ne, holmoni”.

“Ne,” ia menutup telpon.

Cih, aku cantik? Tentu saja! ㅋㅋㅋㅋ

 

 

 

===

 

 

 

Kami tiba di rumah keluarga namja itu. Lauren dan Micky memegang tanganku dan menuntunku masuk ke dalam rumah.

“Holmoni,” Lauren dan Micky berhambur memeluk mertuaku.

“Eo, wasseo?” ucapnya.

Ku lihat semua orang yang ada di ruangan itu menatap ke arahku. Ada dari mereka yang aku kenal karena hadir ke pernikahanku.

“Holmoni,” namja itu memeluk seorang nenek-nenek.

Ia menatapku tajam. Benar-benar menakutkan. Aku membungkuk hormat padanya.

“Annyeonghaseyo, holmoni. Choi Hye Ra imnida,” kataku.

“Duduk lah,” ucapnya.

“Aku dengar kau dulunya tinggal di New York, apa benar?” ia mulai menginterogasiku.

“Ne, sekitar 18 tahun, holmoni,” ucapku.

“Dengan orang tuamu?” tanyanya lagi.

“Ne, dengan orang tua angkatku, holmoni. Mereka sudah meninggal dua bulan yang lalu,” jelasku.

“Orang tua kandung mu?” ucapnya.

“Mereka juga sudah meninggal, holmoni,” ungkapku.

“Jadi kau sebatang kara?” tanyanya.

Cerewet sekali sih!

“Aniyo, aku punya 2 orang adik,” jelasku.

“Apa pekerjaan mu?” katanya.

“Desaigner, holmoni,” ucapku.

“Apa karena itu kau berpakaian minim seperti itu?” ia meneliti detailku.

Aku diam dan menoleh pada namja itu. Tidak tahu apa yang harus aku katakan padanya.

“Holmoni, semua yeoja berpakaian seperti ini sekarang,” belanya.

“Lalu rambutmu itu apa ikut tren mode juga? Aku rasa wanita Korea berpakaian sopan dan berambut hitam,” sindir holmoni.

Aku mati kutu. Kata-katanya mengena tepat ke jantungku. Dasar nenek-nenek cerewet!

“Holmoni,” tegur namja itu.

“Bagaimana kau bisa mengenal cucuku?” tanya lagi.

Aku menoleh lagi pada namja itu berharap ia bisa menenangkan holmoninya untuk tidak menekanku.

“Kami bertemu di New York satu tahun lalu, holmoni,” tipu namja itu.

Aigoo, bisa mati berdiri aku menghadapi nenek-nenek tua itu.

Setelah selesai makan malam, kami berpamitan pulang.

“Yaa, micheonabwa,” rutukku frustasi.

“Mianhae, aku meminta maaf atas sikap holmoni padamu,” ucap namja itu dan duduk disebelahku.

“Ya, kau cari lah yeoja yang baik diluar sana untuk kau nikahi. Kapan kau berencana untuk menceraikanku?” kataku sambil menatapnya.

“Kenapa kau berpikir seperti itu?” ia balas menatapku.

Kami berpandangan lama.

“Bagaimana jika nanti aku menyukaimu?” ucapnya pelan.

DEG ..

Ia mendekatkan wajahnya. Nafasnya menerpa wajahku. Ani, kenapa aku jadi grogi seperti ini? Apa yang akan dilakukan olehnya? Omo, apa ia ingin menciumku? Wajahnya dan wajahku hanya terpaut 5 cm saja. Membuat mataku mendadak ‘kelilipan’.

“Eomma,” pekik Lauren dan berlari ke arahku.

 

 

To Be Continued ..

 

Ayoo, di komen lagi kurangnya dimana -..-“

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet