Picture Of You

Rainbow Romance

Picture of You

 

Cast: Kim Saera, Choi Siwon (Super Junior), Im Yoona(SNSD), others

 

Ni ff yang tak publish paling perdana dari ffku yang banyak tapi gak teratur dihardiskku…. Semoga gak mengecewakan ya…. Jangan lupa RCL kalo udah baca, gomawo….

Mian kalo mbak yoona saya ceritakan gak sesuai keseharian, Cuma sebagai warna dari cerita ffku ini aja kok. Harap maklum ya…. Comment yes! Bashing no!

“Ya, Saera tunggu aku!”. Kata seorang namja menghampiriku. Akupun membalikkan badan ke arah sumber suara.

“Kenapa kau tidak menungguku tadi? Bukankah Suppie sudah memberitahumu bahwa aku akan akan menjemputmu?”

“Jwengsongeyo Siwon-shi, karena aku tak enak merepotkanmu, jadi aku putuskan untuk berangkat sendiri…”

“Aish… Kenapa pakai formal sih? Mulai detik ini kalau kau berbicara denganku pakai banmal saja. Dan jangan lupa gunakan oppa padaku. Arraso?”

“Ne Siwon-shi, ani… Siwon oppa…”, kataku ragu-ragu.

Biar aku ceritakan tentang namja ini. Namanya Siwon oppa, kami bertetangga sejak aku berumur 13 tahun. Lebih tepatnya aku bertetangga dengan keluarga Choi  sejak aku duduk di bangku SMP. Siwon oppa bisa dibilang makhluk ciptaan Tuhan yang memiliki artistic tinggi, bagaimana tidak? Wajahnya sungguh tampan unik, tidak seperti orang Korea kebanyakan. Matanya bulat cemerlang. Senyumnya begitu memikat karena memiliki lesung pipi yang manis. Dia memutuskan untuk menekuni dunia fotografi sejak 2 tahun yang lalu. Jadi ketika dia kuliah di universitas ini di taun ke-2nya, dia transfer sekolahnya ke Paris  dengan alasan dia ingin menekuni dunia fotografinya di luar negeri.

Lalu, apa sebenarnya relationshipku dengan Siwon oppa? Siwon oppa seperti malaikat bagiku dia itu baik dan perhatian. Sejak bertetangga dengannya aku telah mengaguminya. Bahkan mulai dari SMA aku mulai menyukainya. Perasaanku ini kusimpan dalam-dalam sampai akhirnya Eun Sup mengetahuinya di tahun terakhir kami di SMA. Saat dia tahu aku menyukai Siwon oppa, aku langsung memohon padanya untuk tidak memberitahukan ini pada siapa pun terutama Siwon oppa. Walaupun pada akhirnya, para namja chingunya juga mengetahui perasaanku pada Siwon oppa. Namja chingu? Para? Ya Eun Sup memiliki orang-orang special di sekitarnya selain Siwon oppa dan Minho oppa (oppadeul adalah kakak kandung Eun Sup). Namja chingu yang merupakan kekasih Eun Sup adalah Jong Hyun oppa. Ki Bum oppa Dang Hae oppa, dan Henry oppa adalah namja yang memiliki relationship yang sulit dijelaskan dengan Eun Sup. That’s complicated. Tapi mereka berempat  pula yang merupakan sahabatku gara-gara Eun Sup. Jong Hyun yang kelihatannya cuek  diam-diam menjadi informer  saat Siwon oppa  berada di Paris karena Eunsup menceritakan apapun padanya. Henry adalah teman 1 tim paduan suara kampus sehingga aku dan Henry memiliki kesibukan yang sama. Kalau Donghae oppa… Dia itu penenduh jiwa, setiap  aku merindukan SIwon oppa, aku sedih, punya masalah, dibahunyalah aku bersandar. Sedangkan Kibum, sebenarnya dia sepupuku tapi karena dia introvert jadi kami kurang dekat. Menurutku yang paling mengerti dia hanyalah Eunsup. Entahlah… Karena faktanya memang begitu.

Aku sebenarnya dulu sangat dekat dengan Siwon oppa, bahkan kami terbiasa bercakap-cakap banmal. Namun saat dia pergi lalu kembali, semua terasa aneh dan asing bagiku. Karena situasinya sudah tidak sama lagi sejak dia kembali. Seluruh Korea mengenalnya sebagai calon penerus keluarga Choi. Banyak yeoja yang menyukainya. Sedangkan aku hanyalah Kim Saera, ordinary girl who loves hin in long time. Jarak kami rasanya jauh sekali sekarang. Sebenarnya bukan salah Siwon oppa kami menjadi orang asing seperti sekarang, salah keadaan dan aku yang membuat semua ini harus kembali ke nol. Mungkin perasaanku yang harusnya bisa aku jaga dengan baik tidak mengakibatkan begini.

Selesai juga kuliah hari ini, rasanya aku harus bekerja keras untuk membuat maket untuk proyek skripsi. Ya, aku berniat untuk mendahului Eunsup dan teman-teman sebayaku untuk lulus lebih dahulu. Karena aku ingin sekali mengikuti program membuat kota di salah satu daerah terpencil. Pintu kelaskupun terbuka dan ternyata Siwon oppa ada di depan kelas. Saat Siwon oppa menyadari sosokku, dia langsung melambaikan tangan sambil tersenyum. Aku yang masih kebingungan dengan kehadirannya di depan kelasku, tapi aku putuskan untuk menghampirinya.

“Oppa, ada apa kemari? Memangnya tidak sibuk?”

“Karena aku sedang ada proyek makany aku kesini.”

“Boe?”

“Hari ini kau akan kutawan. Kuculik dengan izin. Semua yang seharusnya kau lakukan hari ini sudah kubereskan. Kajja!”, kata Siwon oppa sambil mengambil tas ransel dan pipa teknikku untuk dia bawa.

Aku masih mematung, mencoba mencerna kata-katanya. Siwon oppa yang tersadar aku masih belum bergerak dari tempatku berdiri lalu menghampiriku dengan menggenggam tanganku dengan lembut. Rasanya genggaman tangannya hangat dan menyenangkan, masih seperti dulu setiap aku ketakutan pulang malam, dialah yang menungguku di depan sekolah sejak aku jadi tetangganya. Dulu ketika hari pertama pindah rumah, aku berteriak dan bergetar hebat. Sejak kecil aku takut gelap, makanya kegelapan akan berefek hebat padaku dan tubuhku. Siwon oppa yang tau itu sejak dulu. Makanya dia selalu pulang bersamaku setiap pulang sekolah karena aku selalu mengikuti kelas malam untuk para siswa yang akan mengikuti lomba. Sejak mahasiswa aku selalu pulang dengan eunsup, kalau dia tidak bisa, Donghae oppa atau Henry pasti akan menemaniku pulang.

Dia lalu mengajakku berlari ke parkiran, mobil audi putih kesayangannya ternyata menunggu kami untuk bepetualang bersama.

Sekarang kami berada di pusat perbelanjaan di Myeongdong. Kami menikmati berjalan-jalan dari kios satu ke kios lain sepanjang Myeongdong tanpa audi Siwon oppa. Mobil manis itu terparkir di salah satu basement showroom keluarga Choi yang ada di dekat sini. Kamipun berjalan-jalan menyusuri jalan pertokoan di myeongdong. Aku melirik kearah Siwon oppa diam-diam, sepertinya dia sedang asik dengan dunianya. Kuputuskan untuk menikmati jalan-jalanku hari ini. Aku sangat kenal Siwon oppa, kalau dia sudah asik dengan dunianya maka apapun menjadi hal yang dia abaikan. Tapi sepertinya aku tidak menyesal diculik Siwon oppa. Setidaknya aku bisa menghibur diriku sebelum bersiap untuk membuat tugas dan berkas-berkas sidangku. Setelah ini aku akan bersiap berjuang untuk selangkah menuju mimpiku. Hwaiting, Saera!!!!

Kami memutuskan untuk masuk ke setiap toko. Entah untuk melihat-lihat atau membeli kudapan untuk dinikmati sambil berjalan. Sampai akhirnya aku tertarik untuk memasuki salah satu toko pernak-pernik. Siwon oppa yang tertarik tidak lupa memotret tiap sudut toko yang kami masuki. Karena aku sudah asik melihat pernak-pernik, aku tidak tau lagi apa yang dilakukan Siwon oppa. Tiba-tiba aku terpaku pada salah satu kalung, kalungnya sebenarnya sede

“Saera-ya, menurutmu mana yang lebih bagus?”

“Terserah oppa saja. Kan oppa yang mau beli, jadi aku tidak berhak untuk memilih.”

“Ya, Kim Saera! Kali ini aku ingin kita punya barang couple. Jadi, kau harus memilih antara dua pasang yang aku pegang ini.”

Akupun memilih gantungan couple bulan daripada bintang itu. Siwon oppa langsung menuju kasir untuk membayarkannya. Aku yang menunggunyapun iseng-iseng melihat di bagian kalung. Seketika aku berdiri mematung melihat salah satu kalung yang menarik hatiku. Sebenarnya hanya kalung simple sih, kalung dari perak buatan yang berliontinkan bintang sepasang. Tulisan kecil yang ada disitu yang membuatku tertarik. Believe, Promise, Dream. Entah kenapa rasanya tulisan itu langsung tersimpan didalam memoriku. Rasanya seperti mencambuk perasaanku. Pikiran mulai berputar-putar ke berbagai hal sekarang.

Siwon pov

“Kamsahamnida…” ujarku.

Kasirpun memberikan kembalian dan barang yang aku beli telah terbungkus rapi menjadi 2. Tentu saja karena aku akan memberikannya kepada Saera. Saat aku ingin menghampirinya, akupun terpaku sesaat. Entah kenapa saat aku melihat Saera sekarang, ada yang istimewa darinya. Aura yang membuatku menganggapnya special sejak dia ketakutan saat kami masih sama-sama remaja. Tersadar dari lamunanku sesaat, aku langsung membidik objekku yang sudah lama aku rindukan. Jari-jariku sudah menemukan caranya sendiri untuk mengambil gambarnya.

“Kau ingin kalung ini? Biar aku urus ke kasir”

“Ah, anni oppa. Hanya lihat-lihat kok sambil menunggu oppa membayar tadi ke kasir. Kajja!”

Gotjimal, aku mengenalmu bukan beberapa hari saja Saera-ya. Matamu tidak bisa berbohong, kamu menginginkannya dan berharap bisa memilikinya.

Kamipun keluar dari toko tersebut. Aku yang mendapatkan ide cemerlang lalu mengajaknya ke kafe. Aku menyuruhnya untuk memesankan kopi untukku dan untuknya karena aku tahu sekali kafe itu selalu ramai pelanggan seperti sekarang ini. Saat Saera sedang ikut berbaris mengantri, akupun pamit ada urusan sebentar padanya. Lalu aku segera ke toko tadi.

Semoga belum ada yang membelinya.

“Jongsongeyo…. Aku igin membeli kalung bintang yang tadi di situ.”, kataku pada kasir sambil menunjuk ke tempat tadi dimana Saera berdiri.

“Wah, anda kurang beruntung, tuan. Kalung itu memang di desain 1 oleh perancangnya dan baru saja kalung bintang itu dibeli oleh seorang wanita. Belum lama kok dia meninggalkan toko ini. Mungkin anda masih bisa mengejar orangnya. Wanita itu menggunakan cardigan pink.”

“Baiklah kalau begitu. Kamsahamnida, Ajjumonim…”

Aku segera mencari wanita itu, sebelum semuanya terlambat. Untunglah aku menemukannya, wanita itu sedang duduk di halte yang tidak jauh dari toko. Akupun segera menghampirinya sebelum Saera juga akan curiga karena kepergianku yang lama ini.

“Anyeonghaseyo, aggashi.”

“Ne?”

“Neo? Yoona shi? Jinjjayo?”

“Siwon oppa? Wae?”

“Apakah kamu benar yang tadi habis beli kalung di toko___?”

“Ah, apa maksudmu yang ini?”

“Ne…. ngomong-ngomong bolehkah aku membelinya darimu?”

“Yah, oppa. Aku sudah terlanjur menyukainya. Bagaimana ya?”

“Jebal….. Aku akan memberikan apapun yang kamu mau asalkan kau mau memberikannya padaku. Kalung itu sangat penting untukku.”

“Baiklah kalau begitu, asal oppa berikan aku barang yang lebih mahal dari ini.”

“Oh… Kalau begitu kau kupinjami kartu special service Lotte Mart ini saja. Besok lusa baru kartunya aku ambil lagi.”

“Memangnya apa alasan sebenarnya oppa begitu meminta kalung ini?”

“Karena aku sedang merasa jauh sekali dengan seseorang. Padahal dia sekarang berada di dekatku. Ah, bogoshiposoyo… nomu nomu bogoshipo…”

“Apakah dia yang membuatmu menolak untuk menjadi namjachinguku oppa?”

Aku terhenyak sejenak, tidak menyangka dia akan langsung bertanya seperti itu.

“Mianheyo Yoona-ah, dia telah mencuri hatiku sejak lama. Dia telah hadir sejak kecil dalam hidupku. She is very special and important in my life. I hope you can understand it.”

“Berarti dia sudah lama mengenalmu?”

Aku hanya tersenyum sebagai semua jawaban dari semua petanyaan yang ada di tatapan matanya. Ku tadahkan tanganku sebagai permohonanku. Tak lupa kupasan muka memelasku tanda benar-benar mengharapkan sedikit rasa simpatinya. And plus, my smile angel always for my best tricked for all woman. The result, she gave it to me. Yeah, thanks God.

“Kau harus janji kelak kau pasti mengenalkan dia padaku lho oppa. Yaksok?”

“Arra… Yoona-ah, jalga…”

Aku langsung berlari secepat aku mampu, berharap Saera tidak pergi dan masih menunggu. Tuhan, aku harap kali ini semua berjalan sesuai harapan hambaMu ini. Aku Choi Siwon, memohon padaMu untuk pertama kali dan kuharap ini juga terakhir Tuhan…

Saera pov

Setiap antrian berkurang satu orang, aku selalu menengok ke arah pintu masuk. Berharap Siwon oppa telah kembali dari perginya. Aku mengkhawatirkannya, karena setauku dia akhir-akhir ini tidak bisa hidup sebebas di luar negeri dengan statusnya sebagai penenerus keluarga Choi. Paparazzi dan netizen pasti siap memburu semua berita tentangnya.

“Mau pesan apa, agasshi?”

“Americano satu dan Ekspresso satu.”

“Baiklah, ini bonnya.”

“Kamsahamnida… Jogiyo, bolehkah aku meminta caramel?”

“Tentu saja agasshi…”

Aku langsung memilih tempat duduk di dekat jendela. Menikmati hiruk pikuk di Seoul ini sambil menyesap kopi Americano kesukaanku. Kuputuskan untuk mengeluarkan buku sketsaku untuk mengisi kebosanan. Jemariku mulai menari menciptakan goresan-goresan pada buku sketsaku. Tak buth waktu lama untuk menyelesaikan gambar sketsaku ini. Bagaimana tidak? Goresan yang aku hasilkan di buku sketsa selalu menunjukkan satu objek yang sama, sejak dulu… Bahkan mungkin jemariku sudah otomatis menggambar objek itu tanpa harus kudikte lagi. Jemariku sudah mengenal lekuk bentuk onjek itu dengan sangat baik melebihi yang aku harapkan. Tanpa harus objek itu dekat denganku, aku bisa tetap menggambarnya. Karena objek itu telah melekat di dalam hati dan pikiranku sejak awal dan memiliki kesan tersendiri sejak awal aku melihatnya.

“Annyeong, Saera-ah. Mian membuatmu menungguku. Tadi ada urusan mendadak dan penting makanya aku pergi.”

“Ah… gwencana oppa….”

“Apa yang kau gambar? Sepertinya asyik sekali, bolehkah aku melihatnya.”

“Ah, aniya oppa… Hanya gambar tidak penting.”

Langsung kumasukkan buku sketsaku ke dalam tas. Kusodorkan ekspresso padanya dan caramel. dia langsung duduk disebelahku sambil melihat-lihat hasil jepretannya selama seharian ini. Ekspresi wajahnya dalam melihat hasil jepretannya menunjukkan tingkat kepuasan antara foto yang satu dengan yang lain. Terkadang dia berkerut, seakan hasilnya buruk. Tersenyum tidak jelas hingga tertawa lepas. Akupun menengok ke jendela. Ternyata sekarang sudah petang. Ku lirik jam tanganku, sudah jam 7 malam.

“Oppa, sudah malam. Aku harus menyelesaikan tugasku untuk besok. Aku ingin pulang… Gwencanayo oppa?”

“Ah ya, aku sampai lupa. Kajja!”

Butuh 15 menit dari Myeongdong untuk ke rumahku, karena kami bertetangga Siwon oppa memutuskan untuk mengembalikan mobil ke rumahnya dan mengantarku pulang berjalan kaki. Sepanjang perjalanan dia selalu meminta pendapatku tentang hasil jepretannya. Tanpa terasa kami telah berada di depan rumahku.

“Nah sekarang sudah sampai. Gomawo telah mau menemaniku jalan-jalan hari ini.”

“Aku yang harusnya berterimakasih pada Siwon oppa karena hari ini aku diberi kesempatan untuk bersenang-senang.”

“…”

“Kalau begitu aku masuk dulu lagipula sudah tambah gelap.”

“Changkammanyo, Saera-ah.”

“Nde oppa?”

“Bolehkah aku meminta tebusan atas penculikkanmu selama sehari ini?”

“Asalkan bukan hal yang berat seperti urusan uang. Kau tau sendiri kan oppa, aku tidak punya banyak uang untuk menebus apa yang kau beri hari ini.”

“Aish…”, katanya terlihat gusar dengan responku.

Siwon pov

“Aish…”, kataku frustasi.

Dia melihatku dengan ekspresi kebingungan. Aku langsung menarikknya ke dalam pelukanku. Rasanya menyenangkan sekali. Ada perasaan damai dalam hatiku yang selama ini hilang telah kembali. Aku biarkan semua hal yang tidak bisa kuucapkan dengan kata-kata terungkap dalam diam kami. Dia masih tediam kaku dipelukanku tanpa membalas pelukanku.

“Aku mohon padamu, tetaplah menjadi Saera yang aku kenal sejak kecil di hadapanku. Kau boleh berbeda dan terlihat kaku di depan banyak orang, tapi tetaplah jadi dirimu sendiri di depanku. Biarkan saja orang memandangku berlebihan, tapi Saera memandangku Choi siwon yang dia kenal. Tak ada yang boleh berubah diantara kita. Arraso?”

Aku membisikkan semua itu tepat di telinganya. Dia hanya diam tidak bereaksi. Akupun melanjutkan semua yang aku pendam sejak aku kembali ke korea beberapa waktu lalu.

“Dengar, Saera-ah. Aku sudah sangat muak orang memandangku berlebihan karena aku anak laki-laki tertua di keluarga Choi. Aku ingin kita masih seperti dulu, tidak berubah sedikitpun.”

“Arra, oppa. Mianhe.”, akhirnya dia buka suara juga.

“Untuk?”

“Semuanya yang aku lakukan selama ini.”

“Sssttt…. Tidak ada yang perlu dimaafkan dan dimintai maaf. Lupakan keasingan yang terjadi sejak aku pulang. Ok?”

“Ok oppa.”, dia melepaskan diri dari pelukanku lalu tersenyum.

Akupun mengeluarkan barang yang aku perjuangkan tadi sore. Aku menunjukkan kalung itu padanya. Dia terdiam, sepertinya terkejut melihat aku memegang kalung yang dia amati lama tadi di toko.

Saera pov

Kenapa bisa kalung tadi ditangan Siwon oppa? Kenapa dia menunjukkannya padaku?

Siwon oppa segera memakaikan kalung itu padaku, aku tidak menyangka kalung itu sekarang berada dileherku. Bagaimana bisa dia tau kalau aku menginginkan kalung ini selama di toko tadi?

“Ternyata memang cocok untukmu.”

“Gotjimal, jangan bilang kalau kalung ini oppa belikan untukku. Aku tidak suka balas budi, oppa. Lagipula aku tidak bisa memberi apa-apa untuk oppa.”

“Ini memang untukmu. Aku kan sudah bilang, ini tanda perdamaian diantara kita. Pokoknya dilarang menolak dan berkomentar. Sudah malam, Saera-ah. Masuklah ke dalam sebelum Heechul hyung memarahiku karena telah menculikmu melebihi jam yang ditentukan. Jangan lupa titipkan salamku padanya.”, kata Siwon oppa sambil memberikan wink usilnya.

“Baiklah kalau begitu. Jeongmal gomawo Oppa… annyeong….”, kataku sambil melambaikan tangan sebelum masuk rumah.

Akupun masuk rumah, ternyata Heechul oppa sedang berpesta barbeque dengan geng tidak jelasnya itu. Kalau sudah begini, aku tidak akan ketahuan kalau pulang malam. Hahaha…

“Hai, Saera-yah… Kau sudah besar ya sekarang!”

Aku membalikkan badan ke arah asal suara. Ternyata Samm Di oppa, dia menghampiriku dan memelukku seperti adiknya sendiri. Aku membalas pelukannya dengan rasa sayang tulusku karena dia sudah kuanggap oppaku sendiri.

“Oppa, akhirnya kau pulang juga. Bagaimana rasanya wamil?”

“Ya, tidak terlalu buruk. Sebenarnya aku sedih saat harus berpisah dengan Luciaku tercinta.”

“Lucia? Siapa Lucia?”

“Yeojachinguku. Dialah yang menemaniku selama aku berjuang menghadapi masa-masa sulit di pelatihan. Aku menyesal sekali telah meninggalkannya tanpa pamit terlebih dahulu…”

“Lho, bukannya di perkemahan tidak boleh membawa atau bertemu yeojachingu kecuali waktu tertentu ya Oppa? Memang aturan tentara militer sudah ganti ya? Sejak kapan kalian jadian? Kenapa tidak pernah cerita dan mengenalkannya padaku?”

“Lucia itu bukan nama orang. Boro-boro wanita cantik, ketemu keluarga sendiri saja sulit sekali. Lucia itu nama senjata yang dia pakai selama latihan di perkemahan. Lagipula semenjak ditemani Lucia-nya, dia sudah terlihat tidak berminat pada wanita…”, jelas Sangchu Oppa panjang lebar padaku.

Aku membelalakkan mata kaget karena penjelasan Sangchu Oppa. Aku tau teman-teman Heechul Oppa adalah makhluk ‘ajaib’, tapi aku tidak menyangka hingga hidup mereka tidak seperti ‘manusia’ lagi.

“Boe? Apa kau bilang?”, tanya Samddi Oppa mulai marah.

“Aku hanya mengatakan yang sesungguhnya, tidak lebih.”, Sangchu Oppa menjawab kalem.

Tak lama setelahnya mereka mulai bertengkar hebat. Aku berusaha melerai tapi hasilnya nihil. Aku berusaha meminta bantuan Heechul Oppa dan geng chocoball lainnya. Heechul Oppa asik karaokean bareng Seungmo ajjushi, Hongki Oppa sibuk dengan masakan barbequenya, Jonghoon Oppa udah pegang gitar pasti lupa yang lainnya. Dasar AB gak jelas! Aku yang putu asa langsung masuk kamar, mandi dan bergegas tidur.

“Saera-ah, irona! Hari sudah siap. Cepat turun sarapan….”, Heechul oppa memanggil.

Akupun yang telah bersiap untuk berangkat kuliah langsung turun dan ternyata telah disambut untuk sarapan bersama Heechul oppa dan Kibum. Setelah semua telah duduk di tempat favorit kami, aku mulai mengambilkan makanan untuk Kibum dan Heechul oppa.

“Bagaimana rasa masakannya?”, Heechul oppa tiba-tiba bertanya.

“Enak kok seperti biasa?”, jawabku tanpa minat.

“Benarkan Bummie! Aku memang namja special. Banyak talenta terpendam dalam diriku.”

“Nde…Nde…Nde… terserah kau saja deh hyung.”, kata Kibum seadanya.

Tiba-tiba bel rumah kami berbunyi, Kibum oppa beranjak untuk membukakan pintu. Sepetinya tamu yang tadi memencet bel sekarang asik berbincang dengan Kibum oppa. Ah, biarin aja deh. Aku menengok ke tabung teknikku. Huft… ternyata masih aman di samping kursiku. Setelah makan, aku membereskan peralatan makan kecuali milik Kibum oppa. Saat mencuci piring aku bersenandung kecil. Mengingat apa yang terjadi kemarin seperti mimpi buatku, aku harap hari ini merupakan hari baikku untuk mengajukan skripsi dan project maket yang tadi pagi terlintas di kepalaku. Sedang asik-asiknya mencuci piring, Heechul oppa berteriak ”Saera-ah, aku berangkat dulu. Siding thesisku diajukan 30 menit lagi. Annyeong, yadongsaeng!”. Dia langsung ngacir tanpa menunggu izin dariku. Aku yang sadar kalau harus berangkat sendiri (Kibum oppa sedang ada proyek musical di Jepang dan penerbangannya 2 jam lagi da nada breefing dulu sebelum berangkat) langsung mengambil barang-barangku untuk mengejar bus karena aku masuk kuliah pagi. Lho? Tabung teknikku? Oddie? Ya, jangan-jangan diambil Heechul oppa. Aku mulai panic mulai mencari di sekitar tempat aku meletakkan tabung itu.

“Kau kenapa? Sepertinya panik? What’s happened?”, Tanya seseorang.

“Aku sedang mencari tabung teknikku. Tadi aku letakkan di sebelah kaki kursi ini.”

“Apa ini yang kau maksud?”

Aku menengok ke arah sumber suara. Ternyata Siwon oppa dengan senyum mempesonanya menunjukkan tabung teknikku yang dekalungkan ke pundak kirinya sedangkan kamera kesayangannya di pundak sebelah kanan.

“Ya, oppa! Kenapa kau tidak bilang kalau kau sudah membawanya?”

“Ah, gurae…”

“Sini, berikan itu padaku. Biar aku membawanya sendiri.”

“Andwe, neo yeojaya, nan namja. Tidak boleh membiarkan yeoja kerepotan.”

“Terserah kau sajalah oppa, tapi jangan pernah membuka tabungku atau aku tidak akan pernah mau mengenalmu. Arraso oppa?”

“Arrantago, kajja! Aku kan kesini memang niat mengantarmu kuliah. Aku sudah pamit pada Heechul hyung tadi malam. Dia malah menyarankanku untuk mengantar jemputmu setiap hari.”

Aku hanya bisa menghela napas panjang, mungkin memang konsekuensiku menjadi adik dari seorang Kim Heechul. Namja yang sudah beranjak menjadi seorang pria yang mencintai dirinya sendiri melebihi apapun. Sepanjang perjalanan, kami tak henti-hentinya bercerita tentang banyak hal. Pembicaraan kami yang paling aku sukai saat Siwon oppa menceritakan tentang pengalamannya di Prancis. Ternyata Siwon oppa tetaplah Choi Siwon yang aku kenal sejak dulu. Tak ada yang berubah darinya kecuali secara fisik. Entahlah, 2 tahun di Prancis membuat dia semakin kurus. Meskipun tidak bisa aku pungkiri dia menjadi lebih tampan dan tinggi sekarang. Tanpa terasa aku sudah berada di lingkungan kampus. Saat turun dari mobil audi putih kesayangan Siwon oppa, tak lupa aku mengucapkan terima kasih. Hari ini aku semakin optimis untuk menyelesaikan semuanya. Semoga dengan awal yang bagus, aku bisa menjalani hari ini dengan lebih mudah.

Tidak jauh dari tempat aku berjalan, aku melihat Jonghyun oppa memboncengkan Eunsup dengan motor biru kesayangannya. Motor itu parkir tidak jauh dariku. Akupun menghampiri sepasang kekasih itu, berniat untuk berjalan bersama walaupun beda kelas. Karena meraka couple ajaib dan juga mereka sahabat baikku. Kenapa bisa? Mereka itu orang menyenangkan, bila kalian berada di dekat mereka, mereka pasti tidak akan mengabaikan kehadiran kalian, aku berjalan kea rah mereka, kulihat Jonghyun oppa melepaskan helm Eunsup lalu menganbil gitar kesayangan dari genggaman Eunsup karena tadi dibantu Eunsup membawa gitar saat naik motor seperti biasanya. Eunsup malah membantu melepaskan helm Jonghyun oppa serta merapikan rambut Eunsup yang agak berantakan kena angin tadi.

“Lihat, Hyunnie! Sudah kurapikan rambutmu…”

“Jinjjayo? Gotjimal…”

“Kalau tidak percaya, coba saja kau bercermin.”

“Baiklah, aku akan bercermin dengan matamu. Kamaiso…”

Mereka berduapun beradu pandang. Anehnya, mereka tidak terlihat romantic seperti couple lainnya, mereka terlihat lucu dan menggemaskan.

“Ah… Aku memang tampan. Gomawo, Eun!”

Jonghyun akhirnya mengalah, ia mengacak-acak rambut Eunsup dengan sayang, namun seperti biasa mereka salah paham.

“Hei, bersikaplah seperti sepasang kekasih sungguhan! Kalian itu tidak terlihat so sweet sama sekali tadi.”, komentarku melihat kelakuan mereka.

Mereka berdua menoleh ke arahku. Setelah menyadari bahwa yang menggoda adalah aku, Eunsup dan Jonghyun oppa menghampiriku lalu Eunsup menrangkulkan tangan kanannya ke lengan kiriku.

“Tuh kan… Saera-ya, aku sudah berusaha menjadi yeojachingu yang baik dengan bersikap romantis padanya. Tapi dia malah menghancurkan semuanya.”

“Dia saja yang terlalu mengkhayal yang tidak-tidak. Aku kan memang seperti ini adanya seorang Lee Jonghyun. Bukan malaikat yang bisa membaca pikirannya…”

“Saera-ya, lihat kelakuan Hyunnie!”

“Stop! Bisakah kalian tidak merusak hariku sekali saja dengan kegaduhan yang tidak perlu? Kalian sudah dewasa… Kajja! Hari ini kau ada kuliah pagi kan Suppie? Kalau begitu kita pergi bersama saja.”

Akhirnya Eunsup dan Jonghyun oppa memutuskan untuk berjalan beriringan denganku. Kami mulai asik berbicara tentang banyak hal terutama musik. Tiba-tiba handphoneku dan Jonghyun oppa berbunyi bersamaan. Ternyata sms dari temanku bahwa aku mendapat giliran pertama. Akupun bergegas meninggalkan Eunsup karena terburu-buru. Disisi lain ternyata Jonghyun oppa juga harus bergegas ke studio musik karena harus latihan dengan bandnya, CN Blue. Kami bertigapun berpisah disalah satu lorong universitas. Kali ini aku harus bisa, semangat Saera! Demi cita-cita dan mimpiku! Aku pastikan 3 benda yang kuanggap sebagai jimat keberuntunganku pada momen D-Dayku ini, gantungan terpasang manis di tas, tabung teknik sudah bertengger di pundak, dan yang terakhir kalung yang kupakai sejak semalam. Kupandangi kalung ini dengan lekat. Hari ini, ayo temani aku berjuang demi masa depanku dan kuatkan aku selama aku menjalani semua tepat D-Dayku ini. Tuhan semoga semua berjalan semestinya. Amin…

Tanpa terasa sudah jam 3 sore, sekarang tinggal menunggu hasilnya yang akan keluar besok pagi. Keluar dari ruangan, aku memegang kalungku sekali lagi. Lega rasanya aku bisa menghadapi semuanya dengan optimis. Eunsup menghampiriku tepat saat aku akan pergi meninggalkan ruang presentasi. Dia melambaikan tangan sambil tersenyum ceria. Sepertinya Eunsup telah menungguku untuk mendengar semuanya. Akupun menghampirinya dan memeluknya dengan erat seakan menunjukkan bahwa lega rasanya bisa menghadapi D-Dayku dengan penuh optimistis.

“Bagaimana? Sudah keluarkah?”

“Belum, Eun. Kata Takashi songsaenim hasilnya akan keluar besok atau 3 hari lagi.”

“Baiklah kalau begitu, kali ini kau harus menemaniku menyusul Jonghyun yang sedang manggung bersama CN Blue di kafe Seulong oppa. Kajja!”

Kamipun berjalan beriringan sambil berangkulan dan bersenandung kecil. Baru beberapa langkah ternyata segerombolan orang telah menghadang. Ternyata itu Yoona sunbaenim  dengan beberapa temannya. Jujur saja, aku tidak begitu akrab dengannya malah hanya kenal sebagai hoobae sunbae saja. Kami berbeda jurusan, keluarga, hidup, cara hidup, dan sifat. Aku akui, aku tidak pernah cocok dengan gaya hidupnya yang hura-hura dan perlakuan sebagian besar orang disini termasuk dosen yang selalu meng-Queen-kan dia. Akibatnya, sekarang sifatnya benar-benar memuakkan seperti ‘putri’ seperti saudara tiri Cinderella.

“Neo, Kim Saera-sshi?”, tanyanya padaku sambil menatapku penuh keangkuhan dan arogan.

“Nde, Yoona sunbaenim. Waeyo?”

“Bisa kita bicara. Tanpa Suppie tentu saja”

“Ya nenek sihir! Aku tidak penah akrab denganmu! Jangan panggil namaku dengan panggilan seperti itu. Apalagi kau yang mengatakan, aku tidak sudi mendengarnya. Jinjja shireo!”, kata Eunsup meledak-ledak.

“Jongsongeyo, sunbaenim. Tapi memangnya ada urusan apa ya? Karena jika urusan penting sekalipun aku rasa Suppie boleh tau juga. Dia sahabatku.”

“Kau membantahku? Kalau kau tidak menuruti kata-kataku, dalam hitungan ke 10 kupastikan Eunsup tidak akan selamat. Selama tidak ada Jonghyun dan oppa n unnienya, aku berani melakukan apapun padanya.”

Akupun langsung menuruti perintahnya. Aku meminta Eunsup yang bersikeras meminta ikut menemaniku untuk menungguku sebentar saja. Aku berusaha meyakinkan Eunsup bahwa bila kami mengawalinya dengan damai maka semua akan baik-baik saja. Tidak lupa aku memohon pada Eunsup untuk mrahasiakan semua ini dari Siwon oppa. Eunsup yang luluh juga dengan permohonanku lalu memutuskan untuk menungguku di bangku yang hanya beberapa meter dari kami. Setelah memastikan Eunsup tenang dan tidak akan ikut campur, Yoona sunbaenim dengan beberapa teman yang malah mirip bodyguard-karena mereka bertubuh atletis dan sangar sebagai wanita menurutku-mulai memojokkanku ke dinding. Mereka menatapku seakan-akan siap menerkamku kapan saja. Aku memilih menunduk dan berdoa dalam hati agar tidak akan terjadi hal buruk padaku dan orang-orang disekitarku. Namun aku mendengar Yoona sunbaenim melunakkan nada bicaranya menjadi lebih manis tapi seperti dibuat-buat.

“Bisakah kita bicara sebentar?”

“Tentu saja. Mau membicarakan tentang apa?”

“Urusan kita berdua. Demi kepentingan dan kebaikan kita bersama. Bolehkah aku meminta tolong sesuatu padamu?”

“Memangnya ada hal penting yang menyangkut tentangmu yang berhubungan denganku ya?”

“Tentu saja.”

“Apa itu?”

“Siwon Oppa. Aku mohon kau menjauh darinya. Sadarlah bahwa yang lebih pantas dengan Oppa hanyalah aku, Yoona yang perfect ini.”

“Tapi aku tidak mengerti apa maksudmu?”

“Jangan mendekati dan sok manis dihadapannya.”

“Tapi kan aku tidak pernah mendekatinya. Lagipula aku sadar kok kalau kita berbeda.”

“Bohong. Aku sering memergokimu bersama Siwon Oppa.”

“Anni, Yoona unnie. Aku tidak berbohong.”

“Dasar tukang tipu!!! Ni sebagai hukuman atas kebohonganmu.”

Yoona lalu merebut tabung berisi sketsa bangunan yang aku buat. Diambilnya salah satu kertas sketsaku. Disobeknya dengan mantap sketsa hasil jerih payahku selama seminggu. Setelah itu dia meninggalkanku begitu saja. Aku hanya bisa terduduk sambil menangis. Tuhan, apa benar aku berdosa jika mencintainya???

Eunsup yang memandang semuanya dari bangku langsung terkaget-kaget. Habis sudah kesabarannya pada Yoona sunbaenim, tangannya mengepal kuat-kuat. Tanpa rasa takut dia memanggil Yoona sunbaenim lalu menghampirinya dan menonjokkan kepalan tangannya tepat di wajah cantik sunbaenim. Teman Yoona sunbaenim dengan sigapnya menahan Eunsup dengan memegang tubuh dan kedua tangan Eunsup dengan erat. Yoona sunbaenim malah mendekatiku dengan muka murka. Setelah tadi merusak sketsa gedung yang kubuat dengan susah payah, dia merebut tasku lalu mengobrak abrik isinya. Seakan menemukan yang ia cari yaitu buku kesayanganku yang berisi sketsa-sketsa Siwon oppa yang aku gambar selama ia di Paris saat aku merindukannya. Yoona sumbaenim langsung menyobeknya di depan mataku. Aku berusaha mencegahnya, yang terjadi malah Yoona sunbaenim sukses menghancurkan benda berhargaku lalu mencambakku tanpa ampun dengan tangan kirinya dan mencakari wajah serta punggungku sampai ia puas.

“AAANNNDDDWWWEEEE!!!!!! LEPASKAN AKU SEKARANG!”, amuk Eunsup memberontak ingin dilepaskan oleh teman sunbaenim, namun mereka malah memperkuat dan memperkasar genggaman mereka.

Aku hanya bisa menjerit pelan, entah kenapa aku sudah tidak sanggup mengeluarkan suara minta tolong. Air mataku semakin deras mengalir sedikit menunjukkan sakitnya tubuhku. Aku dan Eunsup berusaha melepaskan diri dari mereka. Sayang sekali mereka lebih kuat dan kejam dari kelihatannya. Aku mencoba berdiri setelah Yoona sunbaenim menghentikan semua perlakuannya padaku. Aku sudah tidak peduli lagi dengan nasib barang-barangku. Asalkan aku dan Suppie bisa keluar dari sini sudak cukup bagiku. Ternyata Yoona sunbaenim belum merasa puas atas apa yang dilakukannya padaku. Saat aku mencoba berdiri, dia memegang kalung yang aku pakai lalu ditariknya denga paksa membuat leherku tergores cukup panjang.

“Argh… appo, sunbaemin! Jebal, lepaskan kami…”

Eunsup pov

“YOONA!!!! APA YANG KAU LAKUKAN? BERANINYA KAU MAIN KASAR DENGAN HOOBAEMU! KAU APAKAN EUN-CHANKU?”, teriak Hyunnie dengan penuh kaget dan marah.

Yoona sunbenim dan temannya berlari kabur dengan segera. Siapa yang tidak tau kalau Jonghyun oppa itu master beladiri nasional setelah Siwon oppa memutuskan berhenti menjadi salah satu atlet nasional karena bersekolah di Prancis. Setelah mereka pergi, Jonghyun oppa langsung berlari kearahku dan memelukku dengan raut muka penuh kekhawatiran.

“Gwencanayo oppa. Aku baik-baik saja, tapi ayo segera lihat keadaan Saera.”, ajakku pada Hyunnie.

Aku dan Hyunnie menghampirinya. Aku langsung memeluknya dan menangis bersamanya. Betapa tidak, badannya yang semakin kurus karena akhir-akhir ini karena bekerja 3 kali lebih keras daripada biasanya sekarang sangat menyedihkan. Tubuh dan mukanya luka-luka bekas cakaran nenek sihir tadi. Lehernya sobek beberapa senti akibat perusakan kalung secara paksa. Dia terisak tanpa bisa mengeluarkan suara keras. Tubuhnya sepertinya tidak kuat lagi untuk bersuara. Tangisku semakin menjadi mendengar isakannya di pelukanku. Aku membiarkan kami berdua menangis bersama, satidaknya aku bisa merasakan sedikit rasa sakit yang dihadapinya saat ini. Hyunnie mendekati kami berdua. Dia mengelus pundak kami dengan penuh rasa simpati, berharap kami segera menjadi sedikit lebih tenang setelah mengira-ira apa yang terjadi tadi.

At Seulong’s café

Jonghyun pov

Kulihat tadi barang-barang Saera berantakan dilorong kampus. Kuputuskan Jungshin dan MInhyuk aku suruh membereskan semuanya karena aku dan Eunsup membantu Saera untuk pergi ke café Seulong hyung karena dia bersikeras memohon pada kami untuk tidak membawanya ke rumah sakit. Kasihan sekali melihat keadaan Saera sekarang, matanya yang biasanya berbinar penuh warna sekarang hanya air mata yang mengalir tanpa henti yang aku lihat. Sesampainya di café, Seulong hyung yang tadinya sibuk pada buku laporan hasil penjualan hari inipun langsung menghampiri kami saat ia melihat keadaan Saera yang sangat parah itu.

“Jonghyun-ah, cepat telpon Jongki hyung. SEKARANG!”, titah Seulong hyung sambil pergi ke dapur untuk mengambil sesuatu.

Tanpa komentar aku lakukan instruksi Seulong hyung.

“Jongki hyung, nde Jonghyun imnida. Bisakah kau secepatnya ke café Seulong hyung. Ada masalah penting yang harus hyung selesaikan. Jangan lupa bawa alat kerjamu juga hyung. Gomawo.”

Ya Tuhan, kenapa mereka bisa seperti sekarang ini? Apa yang terjadi sebenarnya? Apa yang dilakukan gadis yang berpenyakit ‘putri’ itu?

Eunsup pov

Saera sudah berhenti menangis sejak aku melepaskan pelukan kami. Tapi yang terjadi dia tidak mengucapkan sepatah katapun kecuali saat dia menolak mati-matian utnuk dibawa ke rumah sakit. Penampilan kami berdua cukup mencolok membuat banyak orang yang dekat dengan kami mendekati kami dan berusaha meminta penjelasan dari penampilan kami yang sudah tidak layak ini.

“Suppie, kalian kenapa? Kok bisa sampai seperti ini?”, Tanya Yonghwa oppa sambil duduk di sebelah Saera dan mengelus kepalanya dengan sayang.

Aku hanya bisa memegang kedua tangannya, berusaha membuat Saera lebih tenang.

“Yak, Yonghwa-ah! Minggir!”

“Andwe Hyung! Dia adik kecilku. Aku tidak akan membiarkannya sakit sendiri. Aku tetap di sebelahnya.”

“Aish. Jeongmal… Baiklah kalau begitu, Suppie, bisakah kau agak geser? Aku akan membersihkan luka-lukanya dengan air dingin dan es batu.”

“Seulong hyung, kenapa pakai air dingin dan es batu? Bukan air hangat saja? Itu kan hanya akan menambah sakit pada lukanya?”, Yonghwa oppa mulai memprotes dengan cerewet.

“Aku yang mengintruksikan dia setiap dia dulu bertengkar hebat dengan ayahnya.”, kata seseorang yang ternyata adalah Jongki oppa.

Jongki oppa mendekati aku, mengecek keadaanku dengan terampilnya. Tentu saja, Jongki oppa kan seorang dokter bahkan dia lulus paling muda di angkatannya dengan predikat terbaik nasional juga salah satu dari 3 terbaik di Asia. Setelah selesai memeriksaku, dia menyuruh Hyunnie untuk mengambil air es untuk mengopres lebam-lebam di tubuhku. Saat Hyunnie pergi ke dapur café untuk mencari air dingin dan es batu, sahabat dan keluarga terdekat kami yang berada di café mengerubungiku untuk meminta penjelasan yang sebenarnya. Akupun menceritakan dari awal sampai akhir dan juga beberapa perkataan nenek sihir pada Saera yang bisa kudengar. Jungshin, Minhyuk, dan Henry mengangguk-angguk paham. Yonghwa oppa memeluk Saera sambil menggumamkan “Gwencana-yo,Saera-ah. Gwencana. Oppa disini untuk melindungimu.” terus berulang-ulang. Jongki oppa masih serius memeriksa keadaan Saera. Bahkan saking parahnya, Jongki oppa langsunglah yang mengobati Saera. Tiba-tiba saja Seulong oppa berlutut di hadapan Saera, tangisan emosipun keluar dari mulut Seulong oppa.

“Saera-ah, maafkan aku yang tidak bisa mendidik adikku dengan baik. Maafkan dia yang telah melakukan semua ini padamu. Aku bersedia melakukan apapun agar kau mau memaafkanku dan juga adikku atas semua ini. Mianhe, Saera-ah…”

“…”

“Seulong-ah, berdirilah! Tenangkan dirimu sekarang di belakang. Yonghwa, tolong temani dan tenangkan Seulong dulu. Karena Saera sedang sangat terguncang, kalian sebaiknya tidak menambahi beban pikirannya. Jebal…”, kata Jongki oppa sambil menempeli plester dan kain kasa sebagai penutup luka-luka yang tadi dia obati.

“Akhirnya selesai juga, Saera-ah. Sekarang lukamu sudah ku obati. Ini obat yang harus kau minum, harus sampai habis ya.”

Aku memandangi Saera dan yang lain dari kejauhan, sejujurnya aku kasihan padanya. Saera itu sangat menyukai oppaku sejak dulu, dia sempat menyendiri sampai sebulan karena sedih ditinggal Siwon oppa ke Prancis. Walaupun aku dan yang lain berusaha menggantikan tugas Siwon oppa untuk menjaga Saera, Saera tetap tidak seceria saat ada Siwon oppa seperti saat akhirnya Siwon oppa pulang sejak 2 minggu yang lalu. Tatapan Saera yang kosong seakan menunjukkan ke orang yang melihat kalau dia merasakan sakit yang amat sangat. Aku benar-benar sudah tidak tahan melihat keadaannya sekarang, kuambil handphoneku lalu menelepon Siwon oppa dan menceritakan semua yang terjadi tanpa memberi tahu oppa kalau Saera menyukainya tentu saja. Biarkan mereka menyadari masing-masing perasaannya saja, aku tidak berhak ikut campur perasaan orang lain karena setip orang berhak jatuh cinta dengan caranya masing-masing.

 

3 months later

Siwon pov

Hari ini adalah D-Dayku, aku akan menyatakan perasaanku pada Saera. Bertahun-tahun aku selalu membujuk Suppie untuk memberi tahuku siapa yang Saera suka, dia dengan menyebalkan selalu menjawab “Molla”. Setelah apa yang terjadi kemarin, aku semakin menjaganya. Saat pengumuman bahwa dia telah berhasil lulus skripsi dan lolos beasiswa S2 ke Todai (Tokyo University), Saera langsung minta bantuan banyak orang untuk persiapan berangkat. Saera minta diajari bahasa jepang oleh Jonghyun dan Yonghwa secara bergantian, kursus privat bahasa Inggris dengan Kibum dan berbelaja kebutuhan dengan Suppie. Di saat kami berdua ada waktu luang, dia selalu menemaniku mencari objek untuk pameran yang aku adakan sebentar lagi. Tanpa dia sadari, aku juga mati-matian mempersiapkan D-Dayku. Untuk hari ini, aku sudah bersiap untuk perang, apabila plan A gagal, aku sudah menyiapkan planning hingga D saking khawatirnya bila banyak halangan.

Pertama-tama ke rumah Saera, lebih tepatnya meletakkan hadiah di depan kamarnya. Setelah itu menitipkan I-pod ke Henry dan menyuruhnya untuk memberikan itu pada Saera setelah dia berpamitan pada klub paduan suara hari ini. Setelah itu aku ke tempat yang sudah kusiapkan hingga begadang selama 3 hari ini. Tempat special untuk orang special di hidupku.

 

Saera pov

Setelah siap berangkat ke kampus untuk berpamitan pada klub paduan suara dan sahabat-sahabatku di café Seulong oppa, tiba-tiba aku medengar suara kucing dari depan pintu kamarku. Setauku heebum sedang dititipkan ke rumah Ssamdi oppa sejak seminggun yang lalu. Ku buka pintu kamar, ternyata ada kotak kado yang berisi anak kucing putih bersih jenis Persia. Di kalung kucing itu terselip kertas yang bertuliskan to Saera.

 

Semoga harimu indah dan menyenangkan, semenyenangkan saat aku menemukan kucing lucu ini untukmu.

 

Ternyata kucing lucu ini milikku, hihihi… Kuputuskan untuk membawanya ke café Seulong oppa dan menitipkannya pada Jinyoung dan yang lainnya karena tidak boleh mebawa binatang di kampus.

Saat aku berpamitan dengan anak klub paduan suara, Henry memberikanku I-pod pink dan menyuruhku untuk menonton video yang ada di situ. Akupun mulai menonton video itu. Ternyata di video itu adalah Siwon oppa yang memainkan drum, setelah puas menunjukkanku skillnya dalam bermain drum, dia melanjutkan dengan bermain piano yang sekarang dibarengi bernyanyi lagu Baby Baby.

Sudah kau lihat kan penampilanku? Sekarang cepatlah ke studioku. Aku sudah tidak sabar untuk bertemu denganmu… anyyeong…

Begitulah pesan terakhir dalam video, aku yang masih bertanya-tanya langsung bergegas ke studio Siwon oppa. Sepanjang perjalanan aku mencoba menebak apa yang sebenarnya terjadi. Aku harap semoga ini bukan pesta perpisahan yang dia siapkan untukku. Semoga saja…

 

At studio…

Aku membuka pintu studio dan membelalakkan mata karena terkejut tidak percaya dengan semua ini. Studio Siwon oppa yang semua serba putih sekarang menjadi dipenuhi balon warna pink yang menggantung di semua langit-langitnya. Setiap balon digantung sebuahgambar yang ternyata samua itu adalah fotoku. Yang lebih mengagetkan, semua itu adalah fotoku sejak aku kecil hingga sekarang. Aku tidak menyangka dia ternyata diam-diam benyak mengambil gambarku saat kami sedang bersama. Di pojok ruangan, ada canvas yang ditutupi kain yang ditempeli pesan sekali lagi.

Surprise? Me too. Terkadang aku tidak percaya aku bisa melakukan semua ini untukmu, setiap aku mengingatmu, rasanya seperti ada kekuatan baru yang membuatku bisa melakukan semuanya, bahkanjuga yang ada di balik kain ini. Bukalah…

Aku terkaget, ini adalah gambar diriku yang menatap ke langit saat kami menonton kembang api malam hari di pinggir sungai Han sebulan yang lalu. Walaupun tidak sebagus goresanku, tapi menurutku sketsa ini sangat indah karena ada ketulusan dan kehangatan pada gambarnya. Aku masih mengagumi sketsa itu sampai seseorang memasangkan sesuatu di tanganku. Aku berusaha menarik tanganku, tapi seseorang itu lebih kuat dariku sehingga dia bisa menahan kekuatanku. Setelah benda itu terpasang, aku mengeceknya. Ternyata gelang berbadul menara Eiffel dan terdapat bandul lain yang berupa kata Je t’aime. Aku membalikkan badan, Siwon oppa sudah berada dihadapanku dengan senyuman khasnya. Hatiku selalu berdetak 3 kali lebih cepat saat berada di dekat Siwon oppa. Tiba-tiba saja Siwon oppa menggenggam kedua tanganku, lalu berlutut dihadapanku.

“Would u be my girl, Saera-ah? Now and forever…”

Aku mematung sejenak, mencoba menelaah semua ini. Semua hal yang terjadi selama ini suka maupun duka tentang Siwon oppa berputar dikepalaku, hingga pada satu titik memori yang membuatku merasa aku telah menemukan jawabannya.

“Yes, I would, oppa…”

Diapun melebarkan senyumnya, mengecup punggung tangan kananku. Lalu memelukku dengan erat dan hangat. Aku membalas pelukannya bahagia. Kami berpelukan agak lama, menikmati momen spesial ini. Detakan jantungnya dan jantungku yang tidak beraturan malah menimbulkan alunan yang indah yang dapat kudengar saat aku berpelukan dengannya.

“Je suis amoureux de toi. J'espère que notre relation durera longtemps.1

Aku hanya tersenyum, Tuhan terima kasih karena kau berikan kesempatan padaku untuk mengenalnya. Bila dia memang takdirku, jauhkan kami dari hal buruk. Amin.

 

Epilog

2 month later at Tokyo University

“Saera-ah!”

Aku membalikkan badan, Siwon oppa melambaikan tangan ke padaku dan berlari ke arahku.

“Yak oppa! Kenapa kau bisa sampai sini?”

Siwon oppa tidak menjawab malah tersenyum dan memelukku.

“Tu me manques, ma Cherie. La voix de mon coeur t'appelle. J'ai besoin de toi comme de l'air que je respire.2

“Berhenti menggombal oppa, atau aku pergi sekarang.”

“Shireo. Biarkan kita seperti ini sebentar saja. Aku sangat merindukanmu kau tau? Rasanya tersiksa sekali jauh darimu.”

“Bukankah kita sepakat? Aku tidak lama kok oppa. Cuma 2 tahun aku belajar di sini. Lagipula Jepang-Korea kan tidak terlalu jauh. Tiap liburan aku bisa pulang… Jangan setiap saat kesini atau aku akan marah padamu karena sikap kenakan-kanankanmu oppa.”

“Arraso. Sebenarnya aku dating kesini untuk pamit padamu. Aku memutuskan untuk wamil. Aku sudah mendaftar saat kau akan meneruskan kuliahmu. Aku sudah berpikir secara mantap dan aku mendapat surat untuk berangkat 2 minggu lagi. Maukah kau menungguku?”

“Aku malah senang kau akhirnya berangkat sekarang, oppa. Demi Negara akhirnya kau mau juga memberikan yang terbaik. Aku mendukung keputusanmu, apapun itu oppa. Menurutku ini adalah waktu yang tepat untuk kita berkosentrasi sebentar pada pilihan kita masing-masing.”

“Apa kau tidak merindukanku kelak saat aku berada di camp?”

“Tentu saja oppa. Makanya saat liburan dan aku pulang, aku pasti akan menjengukmu. Aku berjanji.”

Cupp…

Siwon oppa mengecup dahiku dengan dalam dan tulus. Aku tidak menunjukkan reaksi apapun. Aku takut bila bereaksi malah melakukan hal memalukan.

“Gomawo Saera-ah. Untuk semua yang kau beri padaku. Kau adalah salah satu anugrah terindah dalam hidupku.”

“Nado, oppa.”

Kamipun memutuskan menghabiskan waktu bersama hari ini, sebelum akhirnya kami harus berpisah sebentar karena pilihan kita sendiri.

FIN

Alhamdulillah selesai juga, karena gak bisa tak bikin pas Kibum ultah. Akhirnya cita-cita ff ini buat kado Siwon oppa tercapai juga. Maaf baru bisa ngepost karena adaptasi dunia kulaihku belum oke. Makasih udah baca n nunggu. Tolong kasih komen ya. Kalo yang punya twitter jangan lupa follow aku @pritatbf. Kalau pernah ada adegan ini di mana, mungkin karena aku banyak bgt trinspirasi drama, cf, n mv. Jangan bosen baca ffku ya…. Gomawo yeorobeun…

    

Note :

1 Je suis amoureux de toi= Aku jatuh cinta sama kamu(diucapkan oleh cowo ke cewe).

J'espère que notre relation durera longtemps= Ku berharap hubungan kita akan berlangsung lama

2 Tu me manques, ma Cherie= aku merindukanmu, sayangku

 La voix de mon coeur t'appelle= Suara hati ini memanggil namamu

 J'ai besoin de toi comme de l'air que je respire= Aku butuh kamu seperti udara yg kuhirup

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
MissG00 #1
Chapter 1: Chapter 1: english? ): i know french and spanish as well