B'day Wish

The best birthday ever

Besok ulang tahunku, dan aku punya sebuah keinginan terbesar yang ingin aku wujudkan diusia ke 23ku ini.

“Annyong Hyeon. Apa kabar?”

“Hey. Ada apa nih? Tumben banget telpon.”

“Hehe, kan nyambung silaturahmi. Gak boleh nih?”

“Nyambung silaturahmi apa silaturahmi huh?

“Hehehehe.” Aku tertawa pelan.

“AH aku tahu kenapa kamu tiba-tiba telpon.”

“Memangnya kenapa?”

“Karena besok tanggal 25kan?”

“Hehehe.” Lagi-lagi aku hanya tertawa.

“Tuhkan benar. Mana mungkin kamu menelponku tanpa alasan. Pasti ada maunya deh.”

“Hehehe. Karena besok tanggal 25, boleh gak aku minta sesuatu?”

“Mau minta apa? Aku gak punya duit buat beliin apapun lho.”

“Aku gak minta sesuatu yang mahal kok.”

“Trus mau minta apa?”

Aku terdiam sejenak. Jantungku berdebar sangat kencang. Huft, aku mencoba mengatur napas dan memberanikan diri mengutarakan keinginanku.

“Jadilah pacar sehariku besok.” Ucapku cepat-cepat.

Semenit, dua menit. Tak ada jawaban dari seberang sana. aduh duh. Bagaimana kalau Hyeon malah marah?

“Hyeon.”

“Hmm.”

“Maukan besok jadi pacar sehariku? Cuma pacar bohongan kok. Janji deh gak bakalan ada orang lain yang tahu.” Aku berusaha menjelaskan. Masih tak ada jawaban. “Ayolah Hyeon. Apa kau tak kasihan padaku huh? Sudah 22 tahun aku hidup tapi belum pernah punya pacar.” AKu mulai merengek.

“Baiklah.” Hanya itu jawabannya. Tapi cukup membuatku terpaku.

“Jeongmal?”

“Ne. Tapi aku gak janji bisa jadi pacar impianmu lho.”

“Gwenchanayo. Aku hanya ingin merasakan rasanya punya pacar kok, gak harus yang perfect. Hehe.”

“So? Apa yang kau inginkan kalau aku jadi pacarmu?”

“Aku hanya ingin menghabiskan hari ulangtahunku bersama pacarku.”

“Cuma itu?”

“Ne. aku hanya ingin menjadi seperti orang lain, menghabiskan hari ulang tahun bersama kekasihnya.”

“Oklah. Kalau cuma begitu doank gampanglah.”

“Nomu gamsahamnida Hyeon.” AKu tersneyum lebar didepan cermin.

“Ne. ne. apa hanya itu yang ingin kau sampaikan oppa. aku sudah mengantuk nih.”

“Ne. Jaljayo Hyeon. Nice dream.”

“Jalja oppa.”

Yey,,, Akhirnya ultahku besok istimewa. Aku akan memiliki pacar. Yey. Eh tapi apa ini bukan mimpi ya? Aku mencubit pipiku. Aww, sakit. Jadi ini bukan mimpi ya? Kuusap layar ponselku, mengecek nomor panggilan terakhir. Ok Hyeonwoo. OMG, ternyata aku taid benar-benar menelponnya. Aku pikir tadi hanya imajinasiku saja. Lalu apa tadi dia bilang mau? Ya Tuhan, jika ini mimpi jangan  bangunkan aku dari tidurku. ^^

 

25 Januari 00:00 KST

Babi give it to me, jjaritamul naege jwo nowa hamkke hal goya

Huh, siapa seh yang iseng banget malam-malam gini. Ponselku dair tadi terus berdering. Merusak mimpi indahku. Dengan malas kuraih ponsel yang tergeletak diatas meja.

“Yoboseyo.” Ucapku malas-malasan.

Saengil chukae chagi. Hope all best wishes for you.”

Nyawaku seolah langsung tertarik kedalam tubuhku. Membuatku sadar sepenuhnya. Suara ini.. AKu menjauhkan ponsel dari telingaku. Dan benar saja, Hyeonwoo calling.

“Hyeon? Apa kau sedang mengigau?” Tanyaku bingung.

YA! OPPA. Micyeoso? Bukankah kau yang memintaku kemarin untuk jadi yeoja chingumu huh?”

OMG. Jadi yang semalam itu bukan mimpi? Aku benar-benar menelpon Hyeon dan memintanya jadi pacarku?

“Jadi aku semalam benar-benar menelponmu?”

Ya! Cepat kumpulkan nyawamu.”

“Hehe. Mianhae Hyeon.” Aku garuk-garuk kepala salah tingkah, seolah dia beanr dihadapanku.

“AIsh dasar oppa. Lain kali kalau punya permintaan itu diinget-inget.” Suara Hyeon terdengar kesal.

“Hehe. Mianhae Hyeonah. Kuronde, gomawo. Kau adalah orang pertama yang mengucapkannya.”

“It’s okay. Bukankah memang seharusnya ya?”

“Hehe. Tapi tetap saja. Belum pernah sebelumnya ada yang memperhatikanku seperti ini.” Ucapku malu-malu.

“SUdahlah. Sana cepat tidur lagi. Besok kau harus kuliahkan.”

“Ne. Besok aku memang ada kuliah jam setengah 8. Jaljayo.”

“Jalja.”

Ya TUhan. Jantungku masih berdetak sangat cepat meskipun dia sudah memutusklan sambungan telepon lebih dari 5 menit. Hyeon menelponku, menjadi yang pertama mengucapkan selamat ulang tahun, dan memanggilku chagi? Oh, tak ada hari ulang tahun yang lebih indah dari ini. This is truly best 23 birthday.

 

Hyeon pov

Baby give it to me jaritameul naege jwo nowa hamkke halgoya

Huh, siapa seh pagi-pagi buta begini telpon? Aku baru tidur sebentar nih. Benar-benar menyebalkan.

“Yoboseyo. Yoboseyo.” Tak ada jawaban dari seberang. Beanr-benar orang iseng. Aku coba cek siapa yang menelpon pagi-pagi begini. Eh kok gak ada? Ah ternyata itu tadi hanya alarm.jam berapa seh emang sekarang? Baru juga jam 6. Kuliahku masih jam 9. Kembali kurebahkan tubuhku, tapi rasanya ada yang mengganjal. Apa ya? Oh iya. Kemarin aku berjanji jadi pacar sehari JUnho oppa. Dan sebagai pacar yang baik, sepertinya aku harus membuatkan sesuatu untuknya. Bukankah begitu saudara-saudara? Dengan mata setengah terpejam, aku berjalan ke kamar mandi. Huh, sebenarnya kenapa aku mau melakukan ini semua ya? Aku sendiri juga gak tahu. Kemarin saja waktu dia memintaku jadi pacar seharinya, mulutku langsung mengiyakan padahal otakku masih berpikir. Dan sebagai seseorang yang baik, aku gak bakalan mengingkari ucapanku sendiri. Aku menatap diriku di cermin. Hmm, aku sudah mandi, rapi dan wangi. Sudah siap menyiapkan kejutan kecil untuk kekasihku. Eh kekasih? Ah terserahlah.

“Hyeon.ah. tumben kau pagi-pagi begini sudah di dapur.”

“Ah aku lagi pengen masak eomma. rugikan kalau keahlian masakku gak digunakan.” Eomma menatapku heran. haha, wajar sajalah. meski aku ini seorang yeoja, dapur bukan menjadi tempat favoriteku. Biasanya aku pergi ke dapur cuma buat ngambil makanan sama ngerecokin eomma masak doank. 

"Kau mau bikin apa?"

"Mau bikin lunchbox."

"Mwo? kau lagi gak sakit kan?"

"Aniyo eomma. memangnya kenapa? salah ya kalau aku bikin lunchbox?"

":Ani. hanya jarang saja kau memasak. memangnya hari ini kau pulang malam ya?"

"mungkin eomma. aku juga gak tahu." Aku tersenyum misterius, membuat eomma mengangkat alis dan tersenyum.

"Ya sudahlah. semoga saja masakanmu enak jadi pacarmu akan semakin menyanyangimu."

"EOMMA,,,,, "

huh, eomma ini memang senang sekali menggodaku. dan anehnya, terkadang tanpa aku cerita eomma tahu kalau aku sedang dekat dengan namja.

 Ok, kembali ke saat ini. aku mulai mencari-cari bahan makanan yang bisa digunakan untuk memasak. hmm, ada kimchi, rumput laut, daging sapi, pas buat bikin Miyeokguk. aku mulai meracik bahan-bahan dan mulai memasak. Hmm, entah kenapa rasanya memasak kali ini berbeda. Semua kegiatan ini menyenangkan, dan aku bisa meracik semua bumbunya pas sesuai takaran tanpa ragu sedikitpun. satu jam kemudian, akhirnya semua makanan sudah siap untuk di bawa. Miyeokguk, kimchi dan ddokbokki. dan tak lupa Suejonggwa yang pasti cocok dengan cuaca saat ini yang dingin.

"Eomma, appa aku berangkat dulu ya." Aku berpamitan kepada orang tuaku setelah mengemasi semua makanan ke dalam keranjang piknik mini.

"Hati-hati Hyeon."

"Ne eomma."

AKu berjalan menuju halte bus di depan rumah. aku memang sengaja tidak membawa Ducatti kesayanganku dan memilih naik bus. yah, kan gak lucu kalau misalnya nanti Junho oppa mengajakku jalan-jalan dan kami naik motor sendiri-sendiri. hohoho

 

Junho pov

Huah, pas banget tiba dikelas barengan sama dosen. Selamet selamet. Tapi sebenarnya percuma juga aku berangkat kuliah. Sepanjang kuliah otakku tak pernah ada dikelas. Dia malah sibuk jalan-jalan mikirin Hyeon. Ah jantungku jadi berdebar-debar kalau mengingat semua sikap dan perlakuannya terhadapku. Huh, seharusnyakan aku sudah melupakannya. Kenapa seh aku kemarin menelponnya? Hah, aku harus berusaha untuk tidka lagi jatuh cinta padanya.

Drt drt drt

Ponselku bergetar. Ada pesan masuk

From : Hyeon

Pulang kuliah jam berapa?

Aku tersenyum membaca pesan itu dna membalasnya dnegan segera.

15 menit lagi. Wae?

Send

Bisa menjemputku? ^^

pasti ^^ send

Senyumku smeakin terkembang membaca pesan terakhirnya. Tak sabar rasanya menunggu 15 menit berlalu. Mataku terus melirik jam. Huh ternyata jam berputar lebih lambat kalau terus dilihatin kayak begini.

“Baiklah. Sekian kuliah ibu hari ini. Semoga ini bermanfaat. Selamat siang.”

Yes akhirnya kuliah selesai. Secepat mungkin aku memasukkan buku catatan yang hanya berisi coretan-coretan nama Hyeon.

“Junhoya. Buru-buru banget seh. Kau kan ulang tahun hari ini. Ayolah traktir kita.” Shin hye menghalangi langkahku.

“Aduh aku buru-buru nih. Ada urusan penting. Lain kali deh.”

“Sekarang ajalah. Kan gak seru kalau udah ganti hari.” Suzy ikutan nimbrung.

“Eh lu ulang tahun ya? Selamat ulang tahun ya.” Temen-temen cowok mulai mengerubungiku. Kalau aku tak cepat-cepat kabur dari sini aku yakin akan terjadi sesuatu ini. Sudah kebiasaan teman-temanku untuk berbuat jahil jika ada yang ulang tahun.

“Serius deh. Lain kali aku traktir kalian. Tapi aku harus segera pulang. Kucingku melahirkan.” Mereka terbengong mendnegar jawabanku. Ok kesempatan buat kabur. Yes.

Aku berlari secepat yang diperbolehkan dilorong kampus. Huh, kenapa aku tadi parkir motor jauh-jauh seh. 5 menit aku berlari baru aku bisa mencapai motorku. segera aku starter dan memacunya menuju kampus Hyeon.

“Hyeonah. Maaf lama. Hosh hosh.”

“Gwenchanayo. Kau habis ngapian seh ngos-ngosan gitu?” Dia emnatapku heran.

“HAbis maraton tadi. Hehe.”

“Ckckck, dasar namja aneh."

"Hehe. oh ya, kenapa kau minta dijemput, tumben sekali? motormu rusak ya?" Aku celingukan mencari ducatti kesayangannya.

"Aish, kau ini bagaimana seh. semalam memintaku menjadi kekasihmu. sekarang malah meledekku." 

"Hehehe." aku garuk-garuk kepala malu.

"Lalu kau hari ini mau kemana oppa?"
"Entah, aku juga gak tahu."

"Gimana kalau ke pantai dan atau ke kebun binatang.”

“Baiklah. Aku mau ke kebun binatang. Sudah lama aku tidak kesana.” Jawabku antusias.

“Baiklah chagi. Kajja.”

OMG. Dia memanggilku chagi lagi. Sekali lagi dia memanggilku seperti itu aku pasti bakalan pingsan.

 

Hyeon pov

Aneh-aneh deh ini Junho oppa. masak ngajakin aku ke kebun binatang. benar-benar kayak anak kecil. padahal sebenarnya aku pengen ke pantai, tapi ya sudahlah, akukan memang harus menjadi pacar yang baik untuknya.

“Hyeon. Monyetnya lucu. Mirip deh sama kamu. Kekeke.”

“Ya! Emmangnya tampangku sejelek itu huh?” AKu menatapnya kesal yang hanya dibalas dengans senyum. Dari tadi setiap ngelihat binatang dia selalu bilang itu mirip wajahku. Huh, memangnya aku sejelek itu? 

“Hyeon aku ingin naik itu.” Dia menunjuk ke etengah danau, kearah sebuah perahu bebek. Sepertinya itu ide yang baik. Dari pada disini nanti aku akan terus dibilang mirip dengan smeua penghuni tempat ini. -___-

“Baiklah. Kajja. Pak beli 2 tiket ya.”

“50.000 30 menit mas.”

Dia mengeluarkan uang dan membayarnya. Hmm jarang-jarang nih dia nraktir aku. haha.

“Ayo kita main.” Dia mendorongku menaiki salah satu kapal yang kosong. Memang dia bukan namja biasa. Dari awal mengenalnya dia memang tak sama dengan namja lain. DIa populer, keren, pintar, tapi gak tahu kenapa gak ada yeoja yang bisa mendampinginya. Dan sampai skearang aku juga masih gak bisa mengerti dengan jalan pikirannya. Bahkan meski sudah 3 tahun mengenalnya. Dia terkadang bisa jadi sosok yang sangat dewasa, mandiri, tapi dalam sekejap bisa berubah jadi manja dan childish. Apa jangan-jangan dia itu punya kembaran ya? Trus mereka bertukar kayak di sinetron-sinetron gitu?

“Hyeon.” Junho oppa membuyarkan imajinasiku yang mulai ngawur.

“Ne.”

“HAri ini menyenangkan. Gomawo sudah mau mengabulkan permintaan anehku.”

“Gwenchana. Kau kan selalu baik padaku. Jadi sesekali membahagiakanmu itu bukan masalah.”

“Tapi tetap saja. Ini adalah hari paling indah. Memiliki pacar untuk pertama kalinya. Dan yang lebih membahagiakan adalah karena itu dirimu.” Deg. Jantungku mulai berdetak cepat. Kenapa ini?

“Karena itu dirimu aku bisa jadi diriku sendiri. Tak harus menyembunyikan diriku yang sebenarnya. Tak harus jaim. Semua yang kita lakukan hari ini benar-bena rmenyenangkan. Dan satu hal yang terpenting. Karena kau tak akan jatuh cinta padaku.”

Kalimat terakhirnya membuatku terkejut. Yah memang beanr seh, aku gak bakalan jatuh cinta padanya. Meskipun aku merasa sangat nyaman setiap kali bersamanya, tapi dia hanya akan selalu jadi teman bagiku. Aku tak merasa senang dengan fakta itu, tapi aku juga tak sedih. Hanya kosong dan hampa yang kurasakan.

 

Junho pov

“Karena itu dirimu aku bisa jadi diriku sendiri. Tak harus menyembunyikan diriku yang sebenarnya. Tak harus jaim. Semua yang kita lakukan hari ini benar-bena rmenyenangkan. Dan satu hal yang terpenting. Karena kau tak akan jatuh cinta padaku.”

Aku memaksakan sbeuah senyum menyungging dibibirku. Jujur beart mengatakan semua ini. Tapi ini fakta.

“Gwenchanayo. Tak usah kau memikirkan hal ini terlalu dalam. Nikmati saja hari ini. Kapan lagi kau bisa punya pacar seimut aku?” Dia membalas dengan candaan, seolah perkataanku tadi tak terlalu mempengaruhinya. Hatiku terasa semakin perih. Tapi aku harus tegar. “Oh ya oppa, aku membuatkan bekal makan siang untukmu.” Dia mengeluarkan sebuah kotak piknik mini dari tas ransel besarnya. tadinya aku kira dia bawa rumah di dalam situ, ternyata isinya cuma makanan (ihh oppa lebai deh).

"Wuaa,,, Miyeokguk, kimchi dan Sujeonggwa. hmmm, sepertinya terlihat lezat." Aku hampir meneteskan air liur mencium bau makanan dari dalam kotak itu.

"Kita duduk disana yux oppa."

Dia mengajakku duduk disebuah taman dan mulai membuka bekal buatannya satu per satu.

"Oh ya oppa, sebelum oppa makan, make a wish dulu. mian ya aku gak membuatkanmu kue. soalnya aku gak bisa bikin seh. dan kalau beli juga ntar jadi gak istimewa." DIa tersenyum menunduk malu. jadi semua ini hasil masakannya sendiri? wuah, aku benar-benar tak tahu kalau dua bisa memasak. tapi kira-kira rasa masakannya kayak apa ya? Aku memejamkan mata, berdoa dalam hati dan segera mencicipi Miyeokguk. 

"WUaaa. lezat sekali Hyeon. aku benar-benar tak menyangka kau bisa memasak seenak ini."

"Huh, maksud oppa apa? oppa pikir masakanku tadi beracun ya?" Dia mengembungkan pipinya.

"Aniya. hanya saja aku ragu kau bisa masak. hehe."

"Hais, tahu gitu tadi aku gak usah susah-susah bangun pagi buat masakin oppa."

Aku membiarkan sendok sup tetap bertengger di mulutku. otakku masih sibuk mencerna kalimatnya. dia rela bangun pagi dan memasakkan ini semua untukku? astaga, gadis ini ternyata benar-benar berperan menjadi kekasih yang baik untukku.

"Ya oppa, kenapa bengong?"

"Eh ani. Hehehe." AKu kembali melahap makanan dihadapanku dengan penuh kebahagiaan. AH ternyata seperti ini ya rasanya punya pacar. hmm semoga saja besok kalau aku benar-bena rpunya pacar, pacarku bisa sebaik Hyeon.

Oh ya, lalu kita mau kemana lagi?"

“Molla. Aku tidak tahu sebaiknya kemana. Yang aku inginkan dihari ulang tahunku hanya terus bersama pacarku sampai tanggal 25 berakhir.”

“Hmm, bagaimana kalau kita ke bukit bintang saja? Pemandangan malam ini sepertinya bagus.” Aku mengikutinya menatap langit. Yah, bintang-bintang malam ini memang bersinar cukup banyak di langit.

“Waa, sepertinya memang indah kalau menatap bintang dari sana.” dengan smeangat aku membantu membereskan bekas tempat makan kami dan menggandeng tangannya menuju motor. Tapi saat aku menyadari apa yang kulakukan, aku buru-buru melepaskannya.

“Tak apa. Hari ini akukan pacarmu.” Dia menarik kembali tanganku kedalam genggamannya. Jantungku seolah melompat-lompat bahagia. Seandainya saat ini ada cermin dihadapanku, aku yakin wajahku pasti sudah sangat memerah.

“Hyeon.” Dia menoleh menatapku. “GOmawo.” Dia hanya tersenyum begitu manis. Perjalanan keBukit bintang terasa sangat cepat. Tiba-tiba saja aku sudah berada disana. Memang karena dekat atau karena aku terlalu bahagia makanya waktu sangat cepat berjalan? Entahlah.  Aku menatap daerah skeitar. Hmm, meski bukan malam minggu ternyata tempat ini ramai sekali. Ya wajar saja, inikan malam sabtu, malam weekend. Disana-sini pasangan muda-mudi tengah asyik ngobrol, bercanda dan bermesraan. Aku menelan ludah kikuk menatap pemandangan ini. Seperti inikah rasanya jika memiliki pacar? Akankah aku juga akan seperti itu dengan Hyeon? Aku menggeleng-gelengkan kepala, membuang jauh-jauh pikiran-pikiran setan yang mulai bersarang diotakku.

“Gwenchanayo?” Hyeon menatapku khawatir.

“Gwenchana.” AKu tersenyum gugup menatapnya. Apa jadinya kalau dia tahu apa yang baru saja kubayangkan. -_- “Hyeon, sepertinya diatas sana indah. Bagaimana kalau kita kesana?”

Hyeon menatap arah yang kutunjuk. Sebuah bukit kecil yang terletak lebih tinggi dari bukit lainnya.

“BAiklah. Kajja.” Kali ini dia yang menggandeng tanganku. Rasanya tubuhku melayang ringan saat berjalan. Ini benar-benar nyaman dan menyenangkan. Belum pernah aku merasa senyaman ini pergi dengan seorang yeoja.

“Waa. Yeppuda.” Hyeon berteriak girang melihat pemandangan dari atas sini.” “Oppa, lihatlah bintang itu. Indah sekali. Eh lihat yang itu deh. Itu membentuk ikan. Lucu banget. Trus yang itu, wah itu membentuk zodiakku, libra.” Dia sangat antusias menatap bintang-bintang.Sementara aku tidak melihat semua yang dilihat Hyeon dan hanya tersneyum bodoh.

“Mana seh? Aku gak lihat apapun. Yang aku lihat hanya bintang-bintang yang berjejer.”

“Ah oppa nih. Gak punya daya imajinasi deh.”

“Ya mau gimana lagi, akukan bukan tukang khayal kayak kamu. Haha.” Aku meledeknya.

“Biarin ah. Einstein saja jadi cerdas gara-gara berimajinasi kok.”Ucapnya cuek lalu merebahkan diri diatas rerumputan.

Pemandangan disini memang sangat indah. Aku sangat menyukainya. Aku memang pernah punya keinginan jika punya pacar nanti aku akan pergi kesini berdua memandang bintang-bintang seperti ini. Dan hari ini, impian itu terwujud.

“Hyeon.”

“Hmm.” Dia menjawab tapi tak menoleh. Matanya masih menatap bintang.

“Oneuleun, jeongmal gamsahamnida. Kau membantu mewujudkan impianku. Meski hanya sebagai pacar bohongan. Tapi kau memperlakukanku dengan begitu baik. Kau adalah pacar pertamaku. Walau ini hanya sehari tapi aku benar-benar merasa bahagia.” AKu menatap lurus bintang. Tak berani menatapnya.

“Gwenchanayo. Aku juga senang kok hari ini menemanimu dan menjadi peri ulangtahun yang mengabulkan wishlist birthdaymu. Yah walaupun ini adalah hari paling aneh seh. Punya pacar namja aneh yang mukanya biasa-biasa saja.” Hyeon menolehkan wajahnya menatapku, memamerkan gigi putihnya.

“Huh?  Apa maksudmu aku ini bermuka biasa-biasa saja? Apa kau tak melihat betapa banyak yeoja yang mengejarku?” ucapku kesal mendengar ledekannya. Aku beranikan diri membalas tatapannya. Tapi sepertinya itu tindakan yang salah. Kini mata kami saling menatap. Jarak wajah kamipun hanya tinggal 5 cm. OMO. What should I do now? Oh oh, kalau yang aku lihat di film-film, setelah ini biasanya pasangan kekasih akan berciuman. Apakah aku juga akan mendapatkan first kissku disini? Jantungku berdebar-debar sangat kencang. Aku memejamkan mata dan semakin mendekatkan wajahku ke wajahnya. mungkin aku tak akan menyesal kalau memberikan first kissku untu Hyeon.

“Ya, kau memang aneh seh, tapi aku senang kok menjadi pacarmu seharian ini.” Ok ternyata ini tidak seperti di film. Aku langsung salah tingkah karena tadi sempat memejamkan mata dan berniat menciumnya. Untung dia sudah kembali menatap bintang. “Ah sudah malam ternyata.  Sepertinya aku harus pulang sekarang. Oppa.”

Aku melirik jam ditanganku. Ternyata sudah jam 10 malam. Huh, kenapa waktu cepat berlalu kalau kita sedang bahagia? Padahal tadi pagi 15 menit aja rasanya lama banget. Dengan sedikit enggan aku bangun dari posisi tidurku. Aku mengulurkan tangan, membantunya berdiri. Tanganku terus menggenggam tangannya sampai kami naik keatas motor. Aku juga memakaikan helm kepadanya. Membuatku benar-benar merasa aneh. bagaimana bisa aku berbuat seperti ini? Ya Tuhan. Apa yang sebenarnya terjadi padaku? Kenapa aku ingin terus memiliki gadis ini? Perjalanan pulang kami lewati dalam diam. Atmosfir diantara kami mulai terasa aneh.  Keheningan ini terasa ganjil diantara kami. Tak pernah keheningan seperti ini menyelimuti jika kami tengah pergi berdua.

“Sekali lagi terimakasih Hyeon atas hari ini.” SUaraku terasa begitu berat dan serak.

“Gwenchana.” Dia tersenyum.

“Baiklah. Karena hari ini sudah berakhir. Jadi hubungan kita juga berakhir. Aku akan mengingat hari ini sebagai hari terindah dalam hidupku.” AKu berusaha kembali menjadi diriku.

“HAri ini belum berakhir. Masih ada satu jam sebelum berganti jadi tanggal 26. Aku akan menjadi yeojachingumu hingga dentang terakhir jam 12 malam ini.” DIa tersenyum menatapku.

“Jinjja?” aku berhambur memeluknya karena terlalu senang. “EH, mianhae Hyeon.” Aku buru-buru melepas pelukanku.

“Gwenchana. Anggap saja itu pelukan perpisahan dari yeojachingumu yang akan pergi.” Lagi-lagi dia tersenyum. “SUdah ya. Aku pulang dulu.  Jalja.”

“Josimhaseyo oppa.”

Aku menarik napas panjang, dan mulai beranjak dari halaman rumahnya. Berat rasanya ingin mengakhiri hari ini. Langkahku terseok-seok saat aku masuk kerumah. Kukendarai mobilku dengan sangat pelan. benar-benar aku tak ingin pergi dari rumahnya. setengah jam waktu yang kubutuhkan untuk sampai dirumah, padahal biasanya hanya menempuh waktu 15 menit. Aku langsung menghempaskan tubuhku ke atas kasur saat tiba di kamar. Kejadian-kejadian hari ini terus berputar di otakku. Impianku ini akhirnya terwujud. Bersama dia yang memang dulu pernah kuinginkan menjadi kekasihku.

Drt drt drt. Ada pesan masuk.

Hyeonwoo

Apa kau sudah tidur?

To : Hyeon

Belum, aku masih ingin mennunggu sampai dentang terakhir jam 12. ^^

Send

 Kau tak ingin kehilanganku ya? Xixixixi

Ingin sekali aku membalasnya dengan “Ya, aku ingin kau selamanya jadi yejaku.” Tapi aku hanya mengetikkan

“Aniyo. Aku hanya ingin menikmati hari ini sampai selesai.”

Haha. Terserahlah. Aku ingin menyampaikan sesuatu padamu.

Apa?

Saranghae

Mataku membulat tak percaya membaca pesan itu. Apa dia baru menulis saranghae? Kukejapkan berkali-kali mataku. Siapa tahu aku salah baca. Tapi tulisan itu tak berubah.

Micyeoso?

This last day I’m be your girlfriend. And saying love not a mistake, isn’t it?

Nado saranghae

Aku mengirimkan pesan balasan setelah terdiam cukup lama. 5 menit. 10 menit. Dia tak lagi membalas. Deng. Deng. Jam dinding sudah berdentang. Ternyata sudah jam 12.

Gomawo buat hari ini. Hubungan kita berakhir sampai disini. Besok kita kembali jaid teman.^^

Send

Akhirnya hubungan kami benar-benar berakhir. Terimakasih Ok Hyeonwoo hari ini kau telah menjadi peri ulangtahunku.

End

 

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet