Chapter I

The story of us

 

 

“Kau Son Naeun?”

 

.....

 

“Jadi pacarku, bagaimana?”

 

Sukses membuat seorang Son Naeun tersedak saat ini juga, langsung jemarinya meraih minumannya, mencoba melegakan kerongkongan yang mungkin akan segera membuatnya mati ditempat saat itu juga. Meneguk jus jeruk dengan cepat, ketika jemarinya mengusap punggungnya untuk membantunya. Tercengang, bergegas meletakan gelasnya yang sudah habis setengahnya, sedikit menggeser tempat duduknya dengan canggung, menjauh dari sosok pemuda asing yang entah muncul dari mana itu.

 

“Ka—kau siapa?” Naeun menggaruk surainya yang tidak gatal, membuat pemuda asing itu terkekeh, seolah-olah sebuah hal yang lucu ketika ada seseorang yang tidak mengenalnya. Naeun hanya tertunduk, bukan hanya menghindar dari tatapan sosok asing itu, melainkan juga tatapan membunuh dari para gadis yang berada di sekitar kantin sekarang, membuatnya sedikit meremas ujung pakaiannya, canggung.

 

Baru seminggu dia menjejakan kakinya di universitas ini sebagai mahasiswa baru, kenalannya pun baru terbatas, dia tidak banyak mengenal mahasiswa lain disini. Dan sekarang, seorang pemuda asing mendadak datang mendatanginya dan langsung memintanya menjadi kekasihnya. Sialnya, dapat dia duga bahwa pemuda asing ini tipikal mahasiswa populer, terlihat dari beberapa mahasiswi lain yang mengeluarkan tatapan membunuh seolah-olah ingin memakannya sekarang juga. Sungguh menakutkan.

 

“Park Chanyeol, mahasiswa Fakultas Seni, kakak angkatanmu—dan kau bisa memanggilku Oppa.”

 

“OPPAA.”

 

Naeun terkejut dengan suara protes gadis-gadis di sekitarnya, membuatnya mendadak menunduk dan menahan tawa melihat respon dari para gadis itu. Terlebih melihat ekspresi yang diperlihatkan seniornya yang mengaku bernama Park Chanyeol itu.

 

“Jangan ladeni mereka, kau tinggal menjawab iya.”

 

Ekspresi Naeun kini berganti, sekarang menatap Chanyeol dengan tatapan yang bingung seolah-olah meyakinkan diri bahwa tawaran itu tidak becanda. Namun sangat jelas bahwa pemuda Park itu sama sekali tidak becanda, terlihat dari cengiran yang meyakinkan.

 

“Ta—tapi kita tidak saling mengenal.”

 

“Aku kenal, kau Son Naeun.”

 

Naeun hanya menghela nafas frustasi, cemberut kecil sebelum melanjutkan makannya ketika Chanyeol memutuskan duduk di hadapannya. “Cuma itu?” sebuah pertanyaan terlontar dari bibir Naeun, mulai tidak konsentrasi dengan makannya walaupun terus berusaha membuat ekspresi biasa saja. Namun dia tidak bisa mengontrol rasa gugupnya ketika ini pertama kalinya seseorang yang asing memintanya menjadi kekasih.

 

“Tidak hanya itu, Kau Son Naeun, mahasiswi baru fakultas seni, tidak bisa berenang dan hobi melukis. Kau sangat menyukai memasak kan? Dan kau akan meremas-remas ujung pakaianmu jika sedang gugup, tidak lupa kau akan senang mengusap hidungmu kalau sedang bingung—nah, seperti sekarang ini.”

 

Naeun menghentikan gerakan mengusap hidungnya sendiri, terdiam malu disusul dengan ketawaan geli Chanyeol yang membuatnya cemberut, dan mendadak muncul rona tipis di pipi putihnya.

 

“Jadi, Naeun?”

 

Menggigit bibir bawahnya, sama sekali tidak berkeinginan untuk kembali makan karena perutnya sekarang sudah terasa penuh dan hampir muntah. Dan irisnya tanpa sadar bergulir, menatap Chanyeol sesaat sebelum bergulir ke arah para gadis di sisi meja yang lain, menatapnya seolah-olah menuntutnya untuk mengatakan ‘tidak’. “Tapi aku tidak menyukaimu, O—oppa.”

 

“Bukan ‘tidak’, tapi ‘belum’.”

 

Naeun hanya dapat mengerjap merasakan kekeras kepalaan dari seniornya ini, membuatnya kembali meremas ujung pakaiannya karena gugup dan tidak tahu harus menjawab apa, alhasil hanya dapat menunduk menyembunyikan wajahnya. Seiring berjalannya detik mulai mengangguk pelan, “Ba—baiklah kalau begitu, aku mau.” Berharap keputusannya tidak salah kali ini.

 

“Kalau mau kenapa menunduk? lihatlah aku.”

 

Terdiam sesaat, sebelum akhirnya Naeun menongakan kepalanya perlahan, lensa coklatnya mencoba mencari lensa pemuda itu dan menatapnya lembut. Rasanya dia ingin mengeluarkan segala pertanyaan yang kini ada di otaknya—namun sebelum dapat mengeluarkan pertanyaaan dari bibirnya, dia merasakan sesuatu menyentuh bibirnya dengan lembut.

 

Park Chanyeol, mencium bibirnya di tengah orang banyak—mengatakan pada dunia bahwa seorang Son Naeun adalah miliknya.

 

*****

 

Bukan hanya waktu yang berputar.

 

Ketika perasaan mengalami siklus perubahan secara perlahan. Rasa tertarik bisa berubah menjadi suka, dan perasaan suka itu sendiri bisa berubah menjadi sebuah rasa yang disebut orang lain sebagai cinta.

.

.

.

Terduduk di bawah salah satu pohon besar di sisi taman kampus univesitasnya, Naeun terdiam, dengan sebuah buku yang cukup tebal di pangkuannya. Petang hari, membuat kampusnya tidak sepadat waktu siang hari. Hanya beberapa orang yang melewatinya, beberapa mencoba menyapanya dengan pertanyaan-pertanyaan tentang mengapa dia belum pulang sesore ini. Itu hanya basa-basi, karena dia tahu semua orang di universitas ini pasti tahu sedang apa dia sendirian berada disini—apalagi kalau bukan menunggu seorang Park Chanyeol? Seseorang yang cukup populer disini yang sudah hampir setahun menyandang status sebagai kekasihnya.

 

Kalau menurut yang lainnya, mereka pasangan yang ideal.

 

Seperti hari-hari sebelumnya, Naeun melewati harinya dengan biasa pula, sudah sangat terbiasa dengan seorang Chanyeol di sisinya. Walaupun dia bisa menyebut awal hubungan mereka adalah sebuah ‘paksaan’—namun dirinya hanya manusia biasa, memiliki batas dimana dia akan luluh, akan terpikat dengan segala apa yang ditawarkan Chanyeol kepadanya. segala rasa nyaman serta perasaan aman ketika pemuda itu berada terus disisinya. Kalau seseorang bertanya apakah dia mencintai Chanyeol, dia tanpa ragu akan menjawab iya.

 

“Naeun-ah! Kalau aku jadi kau, aku akan membunuhnya karena selalu membuatmu menunggu.”

 

“Diam kau, Baekhyun!”

 

Naeun tersadar ketika suara pertengkaran yang terasa tidak asing terdengar di indera pendengarannya, membuat lensanya teralih, mengalihkan fokusnya ke dua sosok yang sedang bertengkar di hadapannya. Seperti biasa, kekasihnya senang sekali bertengkar dengan sahabatnya, Byun Baekhyun, walaupun mereka sangat dekat.

 

“Chanyeol Oppa, Baekhyun Oppa! Apa kalian tidak lelah berkelahi tiap hari?”

 

Menahan tawa sambil menutup buku tebalnya. Sama sekali sudah tidak mempunyai niat membaca lagi karena dia ingin memfokuskan segala perhatiannya terhadap kekasihnya.

 

“Dia yang selalu mengajakku ribut setelah latihan, Naeun—kau harus membelaku.” Chanyeol memposisikan diri terduduk di sebelah Naeun. Naeun bergeser kecil, memberi tempat pada sosok itu sebelum akhirnya merasa usapan lembut di sisi kepalanya, membuat kembali rona tipis muncul di pipinya.

 

“Bukan salahku! Pacarmu sendiri yang terus menghinaku dengan panggilan cebol.” Protes dari Baekhyun membuat Chanyeol tertawa dengan terbahak-bahak hingga membuat Naeun menggelengkan kepala lelah atas sifat kekanakan keduanya.

 

“Oppa, kau tidak boleh begitu dengan Baekhyun Oppa.”

 

“Jadi kau membelanya, Naeun? Harusnya kau kasihan dengan kekasihmu ini, aku lelah sekali hari ini, rasanya tulangku patah semua.” Chanyeol membuat gestur manja ke arah Naeun, membuat Baekhyun memasang ekspresi jijik seolah-olah menahan muntah, dan mulai menjauh perlahan dan melangkah pergi seolah-olah mengerti pikiran sahabatnya yang ingin berduaan dengan kekasihnya.

 

“Baekhyun Oppa, mau kemana dia?”

 

“Biarkan saja dia,” Naeun mengernyit kecil mendengar ucapan Chanyeol, dan perlahan tersenyum membalas senyuman dari kekasihnya. Dan perlahan pula senyumnya memudar merasakan wajah Chanyeol yang sedikit pucat, karena kelelahan, dia rasa.

 

Mendadak seketika rasa khawatir datang, Naeun mulai mengeluarkan sapu tangannya dan membasuh keringat di sisi wajah Park Chanyeol. “Sudah kubilang, aku tidak suka kau latihan sampai kelelahan seperti ini, Oppa.” mengomel dengan cemberutan kecil menggigit bibir bawahnya, sayangnya ekspresi khawatirnya membuat seorang Chanyeol terkekeh pelan.

 

“Kenapa terkekeh?”

 

“Aku senang melihatmu khawatir.”

 

Naeun cemberut semakin jadi ketika tangannya kini mencubit lengan kekasihnya dengan jengkel lalu menatapnya dengan tajam. Menghentikan usapan sapu tangannya dengan tangan yang sengaja dia lipat di depan dada. “Jadi kau senang aku sakit karena khawatir?” Naeun semakin cemberut, menghela nafas sebelum akhirnya merasakan perubahan wajah Chanyeol yang sekarang serius, menatapnya dengan dalam.

 

“Jadi kau akan sakit kalau khawatir padaku?” Chanyeol mengeluarkan suaranya membuat Naeun mengangguk kecil mendengar pertanyaan yang keluar dari bibir kekasihnya.

 

“Kalau begitu, aku tidak akan membuatmu khawatir, janji.” Hanya karena Chanyeol tidak menginginkan seorang Naeun merasakan sakit karena dirinya, selalu menginginkan melindungi seorang Naeun, membuat gadis itu merasakan nyaman di sisinya, dengan segala perasaan cintanya yang tidak terhingga untuk gadis ini. Satu perasaan yang datang secara alami, semakin hari semakin membesar hingga membuat dirinya dapat melakukan apa saja untuk seorang Naeun.

 

Dan satu kecupan singkat dihadiahkan seorang Naeun untuk Chanyeol, membuat pipi Naeun memerah dengan sendirinya sebelum menatap langit, menyadari hari perlahan sudah mulai gelap. Dia tentu tidak ingin dimarahi oleh Appa dan Omma karena pulang terlalu telat. “Aku harus pulang sebelum Omma marah, Oppa.” Mulai bangkit dari duduknya, merapikan pakaian sejenak dan menyapu rambutnya dengan jemarinya sendiri karena daun yang sedikit berjatuhan di surainya karena ini adalah musim gugur, dimana para daun mulai menghilang dari tungkainya.

 

“Aku antar kau pulang, kalau begitu.”

 

*****

 

Perjalanan yang begitu cepat untuk seorang Naeun, karena dia ingin lebih lama bersama Chanyeol hari ini. Ah yah, padahal tadi dia mengusulkan untuk pulang dengan berjalan kaki agar waktu bergerak secara lamban, namun ini sia-sia. Nyatanya dia yang menyesal dengan ucapannya sendiri karena mendadak kakinya mati rasa, alhasil membuat Chanyeol harus menggendongnya untuk pulang ke rumah dan harus melewati tatapan para pejalan kaki yang melihat kemesraan mereka.

 

Naeun malu karena ini, namun entah mengapa Chanyeol terlihat tidak keberatan.

 

Bukan hal yang aneh, mengingat betapa cueknya seorang Park Chanyeol. Mungkin bisa dibilang kini seorang Naeun sudah sangat mengenal seorang Chanyeol. Waktu setahun bukanlah waktu yang singkat untuk mengenal baik orang lain, terbukti dengan perasaannya yang terus berkembang untuk pemuda itu. Membuatnya seolah-olah hampir gila ketika harus menempuh perjalanan dengan menghirup wangi tubuh kekasihnya, memeluk punggungnya dengan erat, menerima segala kenyamanan yang ditawarkan seorang Chanyeol kepadanya. Bisakah Naeun sekarang bersyukur karena ini?

 

Setelah itu tidak ada kejadian khusus diantara mereka, Naeun langsung masuk ke dalam kediamannya setelah hadiah sebuah kecupan dari Chanyeol di keningnya. Memasuki kediamannya yang tergolong sederhana, perumahan yang berada di sisi kota, namun jauh dari lalu lintas kota. Ini semata-mata karena Appa yang selalu merasa tidak nyaman jika memiliki rumah di daerah lalu lintas kota yang membuat mereka selalu mendengar kebisingan.

 

“Aku pulang!”

 

Naeun mengeluarkan nada cerianya, cepat-cepat membuka sepatunya karena tuntutan perut yang tidak dapat dia tahan. Kelerengnya menatap kanan kiri, merasakan tidak ada satupun orang di ruang tamu hingga dia mulai melangkah pelan.

 

“Kau pulang telat, Naeun-ah.” Suara sang Son Hyejin mengagetkan Naeun, membuat Naeun terpaku sesaat sebelum akhirnya menatap sosok yang tidak lain tidak bukan adalah ibunya sendiri, sedang menyiapkan makanan di atas meja makan. Tidak lupa dengan ayahnya, Son Jung Il yang sedang asik membaca koran di malam hari seperti ini. Well, jika normalnya orang akan membaca koran pada pagi hari, namun Jung Il sangat berbeda dengan orang kebanyakan. “Duduklah dan makan, kau pasti lapar.”

 

Naeun mengangguk semangat, melangkah mendekati meja makan sebelum akhirnya mendudukan diri di atas bangku meja makan, menghirup wangi masakan Ommanya yang selalu tampak enak. Dan kini Jung Il menatap wajah anaknya dari balik koran, seolah-olah sedang mengintrogasi sang anak perihal tentang kepulangannya yang telat.

 

“Sudahlah Appa, tadi aku bersama Chanyeol Oppa.” Naeun merasakan tatapan dari Son Jung Il, membuatnya cemberut tipis. Dan dengan bergegas mengambil kimbab dihadapannya sebelum akhirnya menelannya. Rasanya enak sekali. “Lagipula ini belum terlalu malam juga.” Bicara dengan sedikit susah payah karena kimbab yang masih berada di mulutnya.

 

“Kau melewatkan sesuatu, Haneul menelepon tadi, dia rindu sekali denganmu.”

 

Ucapan Hyejin membuat Naeun hampir saja tersedak hingga dia akhirnya meraih minumannya sebelum meneguknya. “Ah yah, rasanya sudah lama sekali aku tidak bertemu dengan Ajumma.” Kim Haneul, Naeun ketahui bahwa dia adalah sosok teman dekat ibunya sedari kecil. Yah, mungkin sudah lama sekali Naeun tidak bertemu dengan sosok itu, mungkin sejak umurnya 10 tahun. Sejak teman ibunya itu memutuskan untuk menetap di Amerika bersama keluarganya.

 

Dan hening kembali kemudian beberapa menit, dan memutuskan terus makan. Tanpa disadari seorang Naeun, Jung Il masih menatapnya yang sedang makan, seolah-olah berpikir keras dan menginginkan untuk mengatakan sesuatu atau sedang mencerna apa yang akan dikatakannya. Hingga akhirnya Jung Il menghela nafas, berdeham sekali sebelum akhirnya mengeluarkan suaranya. “Naeun, bagaimana kalau kau tinggal di rumah Haneul?”

 

Terkejut, Naeun menatap ayahnya kembali.

 

“Appa, hanya karena aku pulang telat, kau mengusirku?—“

 

“Bukan karena itu,”

 

Jung Il langsung menepis apa yang dikatakan anaknya, menghela nafas sesudahnya sebelum melanjutkan kalimatnya. “Kau masih ingat Kim Myungsoo? Kalian berteman baik dulu.” Jung Il meminum tehnya setelah melontarkan kalimat ini, menunggu respon Naeun setelahnya. Dan Naeun hanya dapat mengernyitkan dahinya, sedikit tidak mengerti. Tentu saja dia mengenal Myungsoo Oppa, tapi itu dulu, sudah lama sekali bahkan rasanya menjadi asing. “Dia bersikeras kembali ke Korea, dan jelas Haneul tidak bisa kembali ke Korea dalam beberapa bulan ini karena pekerjaannya, jadi Myungsoo akan kembali ke Korea sendiri sebelum Haneul menyusulnya.”

 

“Lalu?”

 

Sekarang Hyejin—sang ibu mengambil alih dalam pembicaraan yang mendadak serius ini. “Haneul berharap kau dapat berteman dengan anaknya selama dia masih di Amerika, tidak akan lama—er, bisa dibilang anak lelakinya itu kurang dapat bersosialisasi dengan baik. Lagipula Myungsoo sudah lama sekali tidak ke Korea, dia pasti sudah lupa tentang kota ini.”

 

Naeun membentuk mulutnya ‘o’ bulat seolah-olah mengerti apa yang dikatakan kedua orang tuanya. Menyandarkan bahunya ke sisi bangku dan berfikir sejenak. “Jadi aku menemani Myungsoo sementara waktu?” Naeun mengulang pertanyaan ini untuk meyakinkan diri bahwa dia tidak salah dengar, sebelum akhirnya anggukan Jung Il dan Hyejin meyakinkannya.

 

Naeun tidak bisa menolak keinginan kedua orang tuanya, semua tahu itu.

 

“Baiklah.” Naeun akhirnya tersenyum lebar ke arah kedua orang tuanya sebelum akhirnya menelan kembali kimbabnya. Yah, berpikir mungkin sebelum tidur dia harus mengabarkan Chanyeol tentang hal ini, lagipula Naeun yakin bahwa kekasihnya itu tidak akan keberatan. “Oh iya, kapan Myungsoo sampai di Korea?” Kembali menelan kimbab yang berada dalam mulutnya.

 

Jung Il mengalihkan pandangannya kembali dari koran ke arah anaknya, “Besok dia sampai disini, mulai besok kau tinggal disana.”

 

Naeun tersedak kembali, menatap ayahnya sedikit kaget.

 

“Besok?”

 

Mau apalagi, Naeun sudah berjanji menerima ini kan?

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Ishhhc #1
2020???
Ydvvfjkch #2
Chapter 2: Please update it...
Indrianisaputrikidiw #3
Chapter 2: Chap 4 nya mana author
naeun_jin_bobby #4
Chapter 1: Aaa.. chanyeol sama naeun ♥♥
Andin0797
#5
Chapter 1: update this juseyo > <
Joeunheul
#6
ououou ada nayeol pake bahasa juga akhirnyaaaa'-' aaaaa author-nim love you lah yaaaa XD
-parkminra
#7
Chapter 2: pairingnya nayeol yah yah >u<
update soon jebal :3
maddee_song #8
Chapter 1: aaa authornim~! ff-mu bikin galau aku harus milih nayeol atau myungeun >.< keduanya aku sukaa...
nice ff authornim~! <3
please, update :D