Rain
Memories.
Kau bisa berpura-pura tak menyadarinya,
Kau bisa berpura-pura mengabaikannya,
Namun dia akan terus mengikutimu........
Hari ini, dimana aku pertama kali menyadari sesuatu dan berhenti mengabaikan segalanya.
---
Aku duduk dengan gelisa di tempat peraduanku, mengabaikan air yang berjatuhan dari langit, mencari sisa-sisa hatiku yg berceceran di lembah dunia
Aku termenung.
Aku takut.
Bila aku mampu menyusun hatiku kembali,
Bila kemudian aku temukan obatnya,
Namun obat itu akhirnya mengancurkannya lagi,
Apa aku bisa tetap hidup?
Apa aku bisa menyusunnya kembali menjadi rangkaian yang utuh?
Aku bukan dokter, bukan dukun bahkan dewa.
Aku manusia, dan aku sadar aku kehilangan kepingan terakhir,
yg terpenting untuk membuatnya normal kembali
Bila aku mampu mendapatkan kepingan terakhir, sama saja aku mengulang kesalahan yang sama
Karna kau kepingan terakhir itu.
Sama seperti daur ulang air; datang dari hujan, diserap oleh tanah atau dijadikan sebuah perkumpulan air lalu menjadi uap dan kembali datang sebagai hujan.
Kesalahan pertama seperti ini saja sakit sekali, bagaimana kalau berulang-ulang?
Ah,
Aku tidak ingin jadi air. Aku ingin jadi uap saja.
Aku ingin menjadi uap yang akan berubah jadi awan.
Aku ingin memakan ganasnya matahari, membuat orang lain sepertiku berhenti melihat keatas dan menangis
Aku berjanji tidak akan menjatuhkan hujan diatas mereka
Karna aku tau sebenarnya hujan itu awan yg sakit
Bila saat awan sakit dan kau menangis, bukankah kau akan menyakiti awan dan semakin menyakiti dirimu sendiri?
Awan selalu melindungimu dari si jahat matahari,
dan aku berjanji tidak akan menangis dihadapan awan dan aku,
suatu saat,
akan menjadi awanmu
17 Desember 2010
Comments