3cks

i do

Duduk di pinggir jendela posisi paling belakang dalam kelas merupakan tempat ternyaman bagi Wooyoung setiap kali dia merasa tak mood untuk belajar, Wooyoung tergolong murid yang malas namun dia tetap sopan dan tergolong berotak encer, mungkin akan lebih encer lagi kalau dia rajin mengikut pelajaran di kelas tiap hari, namun karena sifat moody-nya sudah bawaan lahir tak bisa dielakkan kalau guru terkadang sebal juga akan sikap cueknya. Contohnya hari ini hampir sudah setengah hari dia melamun di pojokan kelas, menarik napas panjang tiap 5 menit sekali, dengan tatapan kosong ke lapangan futsal tepat depan kelasnya.

“aku belum bisa Woo, maaf..”

Suara Chansung dan ekspresinya tadi pagi masih saja mengganggu pikiran Wooyoung. Kejadian berturut-turut menerpanya, dari mencium Nichkhun si breng*ek itu, sampai minta dicium Chansung juga. Benar-benar berantakan pikirnya.

Ada alasan kenapa Wooyoung tiba-tiba meminta Chansung melakukannya, menghapus Nichkhun tak bersisa. Ketika Nichkhun memintanya untuk menciumnya, bagi Wooyoung permintaannya itu merupakan pertama dan terakhir kalinya. Dan setelah itu perasaannya dengan Nichkhun berakhir dan memulai cerita yang baru dan berbahagia dengan Chansung. Tapi..

“hey”

Nichkhun yang disampingnya mencoleh sikunya dengan penggaris panjang. Tetap saja yang diajak bicara tak menyahut masih melamun.

“Wooyoungieee”

Nichkhun menepakkan penggarisnya sedikit lebih keras, namun Wooyoung tetap diam, masih berada di bawah alam sadarnya. Nichkhun yang penasaran dan merasa bersalah karena sikapnya tadi pagi kali ini berusaha lebih keras mencoba membuyarkan lamunan sang calon suami.

“hey Youngie!”

Nichkhun menepuk penggarisnya itu dengan keras ke sikut Wooyoung.

“aw!”

Wooyoung teriak kesakitan ketika merasakan seperti ada sengatan listrik yang mengalir dari sikutnya. Dia menoleh ke arah Nichkhun yang cemberut karena tidak diperhatikan sama sekali sejak pagi.

“sakit tau!!”

Wooyoung mengelus sikutnya yang memerah akibat tepakan penggaris Nichkhun. Dia memelototi sang empunya dan ingin membalasnya juga. Dengan penggaris besi kalau perlu.

“kau..Khun..rasa—“

“hey kalian!”

Sang guru yang kesal karena dari tadi merasa kedua muridnya ini asik sendiri akhirnya hilang kesabaran. Beliau menghampiri keduanya dan dengan tangan kiri yang bertolak pinggang dan tangan kanannya menunjuk ke arah pintu keluar kelas, memberi perinta untuk mereka keluar kelas saja dan berdiri di koridor sekolah. Nichkhun berdiri diikuti Wooyoung yang pasrah dan tak perduli  akan hukuman sang Guru Matematika yang terkenal killer itu.

“tak ku sangka repotasiku langsung jatuh dalam 2 minggu pertama di sini”

Nichkhun menggeleng dan bersandar di koridor kelas dengan posisi berdiri dengan kedua tangannya memegang kuping. Wooyoung masih saja kesal mengingat kejadian tadi.

“kau kenapa? Masih kesal akan tindakanku pagi ini?”

Nichkhun bertanya lagi, tak bosan memberikan pertanyaan yang dari tadi sebenarnya diabaikan oleh Wooyoung. Dan Wooyoung akhirnya menyerah juga.

“Chansung..”

“apa?”

Nichkhun menoleh tak yakin akan pendengaranny barusan.

“Chansung seperti mau menangis”

Nichkhun memandang Wooyoung yang ekspresinya berubah.

“sepertinya yang mau menangis itu kamu”

Nichkhun menahan emosinya, tangannya mengepal di belakang kepalanya.

“seperti kau dan Junho, aku dan dia bersama sekarang, jadi ku mohon kau bahagiakan Junho aku pun berbahagia dengan Chansung, ciuman tadi pagi tanda kita sudah selesai tak ada yang bersisa Khun..oh ya, aku koreksi sejak awal antara kita sama sekali tak ada ikatan hanya aku saja yang bodoh, sisanya Cuma di aku saja sejak awal, jadi tolong belajarjah mencintai Junho..dia adikku satu-satunya..”

Wooyoung berkata tanpa ada jeda sedikitpun, dia menunduk menatap lantai tak berani menatap Nichkhun langsung, dia terlalu takut jika perkataannya barusan dia tarik kembali, jika sambil menatap mata yang selalu membuatnya lemah dan rapuh.

“berhenti..”

Nichkhun menatap lurus ke depan, tak melihat Wooyoung lagi. Bahunya yang kokoh terlihat gemetar, tangannya yang dari tadi memegang kupingnya yang sedang dalam kondisi dihukum bergerak ke bawah. Mengepalkan tangannya sekeras mungkin berusaha menahan amarahnya.

“berhentilah terlalu baik Wooyoung, tidak bisakah kau sedikit egois untuk kebaikanmu sendiri?” aku..aku..”

Dia terdiam lagi ketika melihat tindakan tak terduga yang dilakukan Wooyoung.

“cintailah Junho, aku..mohon..”

Wooyoung membungkukkan tubuh dan kepalanya di depan Nichkhun. Gelas itu pecah lagi, pecah dalam butiran halus menyisakan suara yang menyakitkan telinganya. Nichkhun terpaku melihat Wooyoung yang kini meninggalkannya sendirian, menuju seseorang yang melambaikan tangannya dari jarak 10 meter, sang Adik kesayangannya, Chansung.

Xxx

“Chan kita mau kemana?”

Wooyoung memasuki mobil Chansung, perasaannya terasa lebih enteng sekarang. Chansung tersenyum tak kalah manis dengan gulali  menduduki kursi kemudi di samping Wooyoung.

“coba tebak”

Chansung menyalakan mobilnya, menjalankan ke arah yang sangat familiar bagi Wooyoung 2 tahun lalu. Sekolah SMAnya sangat dekat jaraknya dengan tempat yang mereka tuju.

“wah! SMP kita!”

Wooyoung tertawa kecil dan keliahat lebih bersemangat. Chansung mengangguk dan menancapkan gas lebih cepat.

“mau apa kita ke sini?”

Wooyoung bertanya lagi, Chansung hanya tersenyum memamerkan giginya.

“rahasia~~”

Chansung mendendangkan kata tersebut seperti lagu danggut. Wooyoung tertawa geli dan semakin penasaran saja dibuatnya namun dia memilih diam karena perasaan baik muncul di benaknya.

“wahh udah lama gak ke sini ya!”

Wooyoung memandang luasnya lapangan sepak bola di mana dia dan Chansung dulu masuk tim yang sama di sekolahnya. Banyak kenangan yang Wooyoung buat dari kekalahan yang menyakitkan sampai kemenangan yang tak pernah dia bisa lupakan terjadi di sini pula. Chansung menarik tangannya untuk duduk di bangku penonton, memandang lapangan bola di sekolah SMPnya membuat perasaannya jadi jauh lebi baik, dia menoleh menatap Chansung yang memandang ke arah lapangan dengan perasaan yang sama, mengenang semua masa SMPnya yang berwarna.

“Woo ke sini yuk”

Chansung menariknya lagi tepat ke tengah lapangan sepak bola, mereka berdiri di tengah dan memandang ke sekitar seperti napak tilas akan kejadian-kejadian hebat yang sudah terjadi di sini. Chansung merebahkan tubuhnya di tengah lapangan itu, telapak tangannya dibuat menjadi bantal untuk kepalanya. Wooyoung mengikutinya juga, posisi mereka kepala bertemu kepala saling membelakangi satu sama lain.

“inget gak Woo..”

Chansung memulai pembicaraan setelah sekian lama hanya diam dan menikmati angin dari tengah lapangan tersebut.

“apa?”

Wooyoung mendongakkan kepala.

“sepertinya sih kamu benar-benar lupa”

Chansung cengegesan dan menutup matanya membayangkan sesuatu.

“cerita saja Chan, mungkin aku bisa ingat?”

Wooyoung menyentil kepala Chansung pelan, melanjutkan menikmati desiran angin di lapangan itu.

“menurutmu kenapa aku suka pisang?”

Wooyoung mengernyitkan dahi tak mengerti, mendongak sekali lagi apa maksud pertanyaan Chansung barusan.

“lupa kan?”

Chansung tertawa kecil lagi. Wooyoung menggaruk pelipisnya berpikir keras.

“aku nyerah”

Kata Wooyoung sebelum Wooyoung berusaha berpikir terlalu jauh.

“Dulu aku suka dibully teman di klub Bola, inget gak?”

Chansung bertanya lagi, nadanya kini lebih serius dan fokus bercerita. Wooyoung mengangguk mengingatnya.

“karena tubuhku yang terlalu besar..”

Chansung melanjutkan, dia menarik napas panjang, dan merasakan Wooyoung yang tiba-tiba mengambil posisi duduk dan menggenggam tangannya.

“kamu yang menolongku”

Chansung membuka matanya dan balas menggenggam tangan Wooyoung lebih erat. Namun Wooyoung menutup mulut Chansung dengan telunjuknya.

“jangan diteruskan..”

Wooyoung seakan tahu menceritakan kenangan itu membuat Chansung terluka kembali, namun Chansung menggeleng.

“kamu ga bakal inget kalau ga aku teruskan ceritanya”

Wooyoung menarik tangan Chansung perlahan ke arah bibirnya dan mencium punggung tangannya, matanya tak lepas dari Chansung yang tersenyum kecil.

“para senior tak henti membullyku karena tubuhku yang besar, satu-satunya yang membela hanya Wooyoung seorang, awalnya mereka membullyku hanya melalui metode verbal namun karena bobotku yang semakin parah, untuk ukuran pemain bola memang benar sangat tidak ideal dan sehat pada akhirnya senior-senior selalu memberiku pelajaran fisik yang terlalu berlebihan dari junior normal pada umumnya, mereka memberiku 4 kali ekstra latihan dan membuat badanku remuk tak kurang dari seminggu”

“aku rasanya mau mati ketika itu, tak ada satu orangpun yang perduli, namun Wooyoung sang senior yang terkenal cuek ini..”

Chansung membuka tasnya dan merogoh isi dalam tasnya, pisang yang selalu menjadi makanan favoritnya diberikan kepada Wooyoung.

“pisang?”

Wooyoung bingung, semakin bingung.

“namun Wooyoung sang senior yang terkenal cuek ini memberiku sebuah pisang”

Chansung tertawa kecil mengingat kejadian itu. Wooyoung terdiam sesaat dan mengedipkan matanya berkali-kali pertanda mengingat kembali kejadian itu.

“Pisang baik untuk dietmu, makan ini tiap hari ya”

Chansung  memeragakan cara Wooyoung ketika memberikan pisang 2 tahun lalu di lapangan ini. Dengan berkata penuh percaya diri dan kekakuan dalam diri Wooyoung ketika itu sambil mengangkat jempol tanda buah top recommended ke arah Chansung yang masih tergelatak di tanah lapang itu.

“kau memberikanku ini ketika aku nyaris pingsan di tengah lapangan ini, para senior meniggalkan aku begitu saja tanpa perduli apa aku kehabisan cairan atau tidak, sampai tengah malam aku berbaring di sini untuk duduk saja aku tak kuat..”

Wooyoung ingat kejadian itu, sang anak gembul yang sering dibully teman-temannya. Chansung yang dulu benar-benar berbeda dengan yang sekarang. Dia tak habis pikir waktu dan manusia bisa berubah dengan kompak.

“kau melemparkan pisang ke mukaku, memberikan aku seliter air putih dingin untuk menetralkan suhuku, Jang Lee Wooyoung memang tepat dugaanku diluar memang kelihatan cuek, namun di dalam dia hangat seperti selimut”

Wooyoung tertawa lagi, benar-benar tak habis pikir Chansung bisa mengingat semua itu.

“jangan kau bilang aku ini cinta pertamamu, ya Tuhan Chan..”

Wooyoung menepuk bahu Chansung agak keras. Chansung hanya mengangguk. Wooyoung terdiam lagi.

“pisang ya?”

Wooyoung tertawa kecil, geli juga mengingatnya.

“jangan anggap remeh pisang Wooyoung, mereka sangat bergizi!”

Chansung mengelupas kulit pisang dari dalam tasnya, memberikan jempol kepada Wooyoung yang hanya melanjutkan tawanya dengan lepas.

Xxx

“Woo hari ini Nichkhun ke rumah, kalau Chansung sedang pergi ke suatu tempat”

Ibu Wooyoung memberitahu ketika mereka sedang di ruang keluarga, Junho melirik ke arah Wooyoung yang mengagguk pura-pura perduli.

“Woo aku mau bicara”

Junho menarik tangan Wooyoung untuk beranjak dari sofa tempat mereka bersantai.

“apa?”

Wooyoung duduk di kursi depan teras kamar Junho, sang Adik memilih posisi berdiri.

“aku..mau kencan hari ini dengan Khun..tapi tidak tahu mesti bagaimana..”

Junho menggaruk tengkuknya setiap kali dia merasa bingung. Wooyoung melihatnya sekilas dan mengerti apa mau adiknya sebenarnya.

“dia suka..musik”

Junho mengangguk tahu, namun dia diam menunggu abangnya melanjutkan.

“musik klasik dan piano itu soulmatenya”

Wooyoung memandang ke  arah langit senja hari itu yang kelihatan lebih indah dari biasanya.

“warna kesukaanya apa?”

Junho bertanya lagi, Wooyoung merasa berat memberitahu semua betapa dia tahu semua detail tentang Nichkhun.

“biru”

Wooyoung menelan ludah, dia melirik Junho yang mengernyitkan dahi.

“kau bohong, dia suka merah”

Wooyoung terdiam, dia heran kenapa dia bisa berbohong kepada adiknya sendiri.

“aku pikir dia suka biru, dan aku tidak bohong”

Junho melangkah maju membungkukkan wajahnya untuk menangkap mata Wooyoung yang sedang berbicara, memastikan abangnya yang berkata jujur atau tidak.

“dia suka merah, bermain piano klasik keahliannya, basket olahraga favoritnya, CK green tea perfum kesukaannya, vanilla rasa es ksrim yang dia suka, biarkan dia yang mendominasi kencan kalian karena sifatnya egois..tapi jangan biarkan dia membuka celanamu dengan gam—”

Junho menampar wajah abangnya, Wooyoung menatapnya tajam dan terpaku.

“jadi begini? Wooyoung yang aku kenal masih saja mencintai pacar adiknya sendiri? Menyedihkan!”

Junho meninggalkan Wooyoung tanpa meminta penjelasan sama sekali.

Xxx

“Chanana..bisa kita bertemu?”

Suara yang begetar di seberang sana membuyarkan rencana Chansung.

 

Lanjut? ;D

 

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
hwaiting93 #1
Chapter 5: Ini ff lama yg ga diupdate ?
Huwaaaaa update soon dong author-nim , suka banget sama ceritanya ><

Penasaran khun punya janji apa sama mom nya ? Trus kenapa pas balik malah tetep dijodohin ?
Mereka saling suka kan ?
Kasian chansung :( *tumben*
Jangan buat nuneo yang imut-imut itu jahat sama uyong , harus akur aja dibuatnya ya ?
Trus itu khunho beneran mau ehem ehem dikamar ? Aishhhh khun parah minta ditabok (۳˘̶̀Д˘̶́)۳

LANJUTKAANNNNN
Uyounggie
#2
Chapter 5: Aahhhhhhhhh...!!

I like it..! Lanjutt dach..

Tapi tapi tapi..! Buat semakin rumit lgi yaaa..!


Kkkkkkkwkkkk. :)

Jauhkan woo dengan khun. Biar khun nyahookk."

Cepetttt CepeTt cepettt..! Ud stresss nunggu
angangbooungeeowl
#3
Chapter 1: thorr kapan update.. ugh lama bgt nh hiatusx.. sobling
woonkjh #4
meringkuk dipojokan nunggu author update....
rin_26 #5
Chapter 5: kisah cinta yg rumit...ok lannnjjjuuuuttttt.....
teru_neko
#6
Chapter 5: masih menunggu authornim utk update~
aldios_khunyoung
#7
Thor kmu kok jahat sih T.T gak update update ! #nodong golok
pipikya #8
Chapter 5: Lanjutannya dong thor, jebal~ 'o'