6

Between Me and You

Nara’s POV

Malam ini kumma-cafe penuh dengan pengunjung, semua sibuk melayani pengunjung. Aku senang banyak orang yang menyukai tempat ini, tempat ini layak disukai, selain paman ryo yang begitu ramah dengan pelanggan, tempat ini juga sangat nyaman, suasana kerja disini juga sangat menyenangkan.

Hanbyul, ya hanbyul lah yang sangat sibuk malam ini. Karena ketampanannya, kumma-cafe jadi banyak pengunjung hehe. ya park hanbyul teman kerjaku disini, usianya 1 tahun lebih tua dibanding aku, ia adalah mahasiwa di Yonsei university. Hanbyul baru hari ini kembali bekerja di kumma-cafe, setelah selama 2 bulan belakangan ia sibuk dengan kuliahnya juga dengan ujian-ujian, ya maklum mahasiswa baru ^^. Ia memang super duper tampan, sampai-sampai ada fancafe untuknya…. kangen kan? ya, bisa aku deskripsikan dia itu kriteria ulzzang yang benar-benar tampan dan lucu, menurutku dia mirip perpaduan antara Lee Minho dan Super Junior Kyuhyun (a/n: kyuhyun is my bias ^^~). Tampan sekali benar-benar tampan, aku hanya bisa tertawa dan tersenyum saat banyak gadis-gadis sebayaku datang kesini hanya untuk memfotonya atau hanya sekedar ingin melihatnya haha, aku tidak bisa bayangkan jika mereka tahu sifat asli hanbyul oppa yang lucu dan jail, dan yang lucunya ‘fans’ hanbyul oppa punya nama kesayangan untuknya, it’s byulbyultea~~ ^^ karena hanbyul oppa sangat suka dengan bubble tea~ so cute i think :P.

“nara, meja nomor 23” ucap hanbyul oppa.

“siap!” jawabku sambil membawa pesanan meja nomor 23.

Berjalan ke meja nomor 23 yang telat berada di ujung kanan cafe.

“Selamat malam, ini pesanannya…” ucapku sambil menaruh pesanannya di meja.

Oh ternyata seorang laki-laki yang duduk di meja itu. lelaki yang sedang membaca buku, bukunya menutupi wajahnya.

“selamat menikmati” bunggukku sambil tersenyum dan memutar badanku untuk balik ke dapur.

“apa kabar mu ra?”

Aku diam…..

Suara itu?

Suara itu?

Benarkah suara itu?….

Aku diam. Freeze. Menghela nafas panjang… dan berharap dia bukan orang yang aku maksud…

Ku balikkan badanku lagi ke hadapan meja nomor 23….

Aku tidak bisa berkata apapun.

Dia..

Adalah..

Luhan…

Luhan..

Luhan berada di hadapanku sekarang.

Tanpa sadar mataku berair. Hampir menangis tapi dengan sekuat tenaga aku menahannya.

Luhan berdiri, ia tersenyum padaku. Aku tidak bisa berbuat banyak. Akupun tiba-tiba tidak bisa berkata apapun. Aku diam.

Luhan terlihat jauh berbeda dari yang terakhir aku lihat, dia jauh lebih baik namun lebih kurus, lebih tinggi.. juga lebih tampan.

Rasanya saat ini aku ingin sekali memeluknya… namun, entahlah aku tidak bisa, hanya bisa diam di hadapan orang yang sangat aku rindukan lebih dari 2 tahun belakangan.

Luhan kembali tersenyum.

“kau tidak rindu denganku ra?” tanya luhan menggoda.

Aku tidak suka dengan godaan itu, godaan itu tidak tepat sekarang. Harusnya kata-kata yang keluar dari mulutnya adalah MAAF.

Aku tidak menjawab pertanyaanya itu, aku langsung berbalik badan dan berjalan ke dapur.

“tunggu ra…. raaa” ucap luhan yang berada dibelakangku dan menarik tanganku untuk berbalik arah.

Aku diam, aku hanya menjawab dengan tatapan mata. Tiba-tiba rasa amarah dan kecewa ku pada luhan datang lagi.

“ada apa dengan mu?” tanya luhan

Perlukah pertanyaan itu aku jawab? TIDAK.

Aku mencoba melepaskan tanganku darinya, namun luhan masih menahan tanganku.

“lepaskan..” ucapku tenang dan lantang.

Luhan diam dan melepaskan tanganku.

Aku kembali ke dapur, aku sudah benar-benar tidak fokus untuk bekerja. Aku hanya memutuskan untuk tetap didapur sampai jam kerjaku selesai.

jam sudah menunjukkan pukul 9 malam. Ku intip keluar. Sudah tidak ada luhan. Syukurlah.

Aku berganti pakaian dan siap untuk pulang.

“paman…hanbyul… Jihyo.. aku pulang dulu” ucap sebelum keluar dari kumma-cafe

“hati-hati ra” ucap jihyo

“ya ra, hati-hati sampai rumah my dongsaeng~” ucap hanbyul.

“hati-hati nara-ya~~~” ucap paman ryo.

Aku menjawabnya dengan senyuman.

Keluarlah aku dari kumma-cafe.

Udara seoul malam ini benar-benar dingin, bahkan aku masih merasakan dinginnya seoul padahal aku sudah memakai coat yang sangat tebal. Seoul~~~

Aku berjalan menyusuri jalan pertokoan gangnam.

“kenapa menghindar?” terdengar suara dari arah belakang.

Ku putar badanku, dan ku lihat luhan berjalan mengikutiku dari belakang.

Aku berhenti. Aku tidak menjawabnya. Aku melihatnya dengan tatapan penuh arti.

Luhan mendekat…..

“kenapa ra?” tanya luhan pelan.

Aku masih tidak menjawab pertanyaannya. Aku hanya menunduk.

Aku tidak menjawabnya karena aku ingin ia berfikir, aku bersikap seperti ini karena dia juga.

“kau benci padaku ra?” tanya Luhan dengan lirih.

Benci? Pertanyaan apa itu? bagaimana bisa aku membenci orang yang paling aku sayangi di dunia ini setelah bibi kyo? Aku sendiripun tidak yakin akan bisa membencimu oppa….

Aku hanya menapa ke mata… tanpa sadar air mataku menetes.

Luhan diam, dia hanya memandang mataku.

Aku dan luhan bertatapan cukup lama, selama itu pula aku mengeluarkan airmata, tanpa sadar, luhan hanya diam.

“ikut aku” ucap luhan sambil meraih tanganku tiba-tiba.

Aku masih tetap diam, aku biarkan dia membawaku kemana ia mau, aku biarkan.

Dia membawaku ke taman di belakang pertokoan gangnam, taman dimana dulu kita sering menghabiskan waktu bersama. Taman yang tidak pernah aku kunjungi lagi selama 2 tahun.

Dia membawaku ke tempat duduk persis di depan kolam ikan.

“duduklah” ucap luhan.

Aku mengikuti perkataannya, aku duduk dan tetap diam seribu-bahasa.

Sekarang aku dan luhan sama duduk dia tempat duduk yang menghadap ke kolam.

Diam. Ya sama-sama diam.

“mungkin kau membeciku dengan apa yang aku lakukan ra” ucap luhan

Aku hanya diam dan menoleh kearahnya

“maafkan aku tidak memberimu kabar begitu saja, aku salah” ucap luhan menunduk.

“ya” ucapku singkat dan sangat teramat pelan.

“kau tidak bertanya alasannya?” tanya luhan.

“haruskah aku bertanya tentang hal itu?” tanyaku pada luhan sambil menahan tangis.

Haruskah? Haruskah aku tahu alasannya? Lebih baik tidak, jika alasannya akan membuatku sakit.

“tidak harus, namun aku akan menjelaskannya padamu” ucap luhan.

“jelaskanlah kalau menurutmu itu perlu…” ucapku padanya sambil melihat ke atas, ke awan yang sangat gelap dengan beberapa bintang cantik yang meneranginya.

Luhan mengehela nafas dan menjelaskan.

“pada saat keluargaku pindah ke china, tanpa di duga semua berjalan tidak sebagaimana mestinya. papa mengalami kerugian diawal yang membuat kami harus menjual semua yang kami punya, dari mulai barang-barang, perhiasan mama, dan juga handphoneku ra, aku ingin sekali memberi tahumu kalau aku menjual handphoneku ra, hanya saja, aku mengurungkan niatku, aku tidak ingin membuatmu berfikir yang tidak-tidak dan khawatir. Semua dijual untuk menutupi kerugian yang ada, aku tahu, dampak yang aku lakukan akan membuatmu sakit dan mungkin membuatmu benci padaku dan tidak mau kenal denganku lagi ra… hanya saja aku tidak punya pilihan ra, aku harus membantu papa untuk menutupi kerugian usahanya. Dan mungkin kamu bertanya-tanya kenapa aku baru menghibungimu beberapa minggu kemarin… jujur… aku takut ra, aku takut untuk menghubungimu ra, aku takut kamu tidak akan menerimaku lagi seperti dulu… maafkan aku ra…” ucap luhan.

Aku diam….

“aku memang pengecut… aku baru berani menghubungi setelah papa dan mama mengatakan bahwa kita akan kembali ke seoul, di saat itulah aku mengumpulkan keberanianku untuk menghubungimu ra…. kau kira aku tidak tersiksa ra? Disaat aku tidak bisa menghibungi selamat lebih dari 2 tahun sekarang? Memang semua ini salahku, salah mental pengecutku yang takut untuk menghubungi dan lebih memilih focus untuk membantu papa disana…. maafkan aku ra” lanjut luhan dengan lirih.

Entahlah apa yang harus aku lakukan sekarang. Mendengar penjelasannya membuatku merasa bersalah. Apa yang harus aku lakukan.

“luhan oppa…” ucapku

Ia melihat ke arahku.

Langsunglah aku memeluknya dengan sangat erat dan menangis di pelukannya.

“maafkan aku ra” ucap luhan memelukku balik dengan sangat teramat erat.

Aku terisak, akhirnya aku kembali dalam pelukannya ini, pelukan yang benar-benar aku rindukan.

Aroma parfum luhan tidak berubah masih sama seperti terakhir aku memeluknya.

Sekarang yang berbeda adalah ia jauh lebih kurus dari sebelumnya, ada apa dengan dia?

 

Kris’s POV

Malam ini, aku berniat untuk menjemput nara ke tempat kerjanya, entalah aku ingin saja mengantarnya pulang.

Dia mengatakan jam kerjanya hari ini sampai jam 9, aku sudah bersiap pukul setengah 9 aku menuju kumma-cafe.

20 menit jarak ke kumma-cafe dari rumah.

Sampailah aku di depan kumma-cafe, kurasa aku tidak usah masuk, aku tunggu dia di mobil saja.

Ku tunggu nara keluar kumma-cafe… memerhatikan orang yang keluar masuk cafe itu dengan seksama dan memastikan aku melihat nara keluar cafe.

10 menit aku menunggu, ia masih belum juga keluar dari cafe.

Ku lihat jam sudah menunjukkan pukul 9:05…

Saat ku lihat kembali ke kumma-cafe…

Nara keluar dari sana, ia memakai coat coklat, jeans, dan syal.

Saat aku ingin keluar dari mobil, aku terhenti dengan apa yang aku lihat…

Seorang laki-laki mengikuti nara, siapa dia? Orang jahat kah?

Aku harus membantu nara…

Namun aku mengurungkan niatku untuk mendekati mereka, aku ingin melihat sebenarnya ada apa? Dan siapa pria itu?

Nara tidak berbicara sedikitpun, ia diam saja.

Tiba-tiba pria itu menarik tangan nara dan membawanya pergi dari depan kumma-cafe

Mau kemana mereka?

Aku harus mengikuti mereka.

Ku ikuti mereka dari belakang dengan jarak yang tidak begitu dekat.

Mereka menuju ke belakang pertokoan gangnam, ke sebuah taman.

Terus mengikuti mereka dan berharap tahu apa yang sebenarnya terjadi.

Mereka duduk di sebuah bangku dekat kolam, aku hanya bisa melihat mereka dari balik pohon, 2 pohon dari jarak mereka berada. Aku pun sama sekali tidak bisa mendengar apa yang mereka bicarakan, hanya bisa melihatnya.

Melihat lelaki itu membuatku iri, entah mengapa akupun tidak tahu.

Iri sepertinya ia telah mengenal nara jauh sangat lebih lama dari aku mengenal nara, dia pun sepertinya punya arti tersendiri untuk nara jika aku lihat gerak gerik nara saat laki-laki itu berbicara padanya, entah berbicara apa, tidak terdengar.

Aku tidak melihat jelas wajah nara.. namun 1 hal yang aku yakin, dia sedang menangis…

Sebenarnya ada apa? Nara jangan menangis.

Ku lihat jam sudah hampir jam 10…

Saat aku melihat ke arah mereka… tiba-tiba…

Nara memeluk laki-laki itu…

Rasa apa ini? Apa ini? Rasa yang sekejak hinggap padaku benar-benar rasa yang aneh… rasa apa ini?

Melihatnya memeluk laki-laki itu membuatku sedikit merasa aneh dengan perasaanku.

Kris, what is wrong with you?

I have no idea about this feelings..

Ku berbalik arah dan ku putuskan untuk pulang.

Semoga malam mu indah ra, aku pulang

 

Luhan’s POV

Malam ini, aku memutuskan untuk menemui dan bertemu dengan nara. Kembali ke seoul setelah lebih dari 2 tahun meninggalkannya membuatku sangat-teramat rindu dengan Seoul dan semua hal disini, terutama dia, Jung Nara.

Entahlah apa yang aku rasakan pada nara sebenarnya, setelah putus dari Eunseo dan lebih memilih Nara dibandingkan Eunseo, aku sama sekali belum mengungkapkan perasaanku secara resmi padanya, namun aku yakin Nara tahu apa yang aku rasakan, begitu juga dengaku, aku tahu persis aku punya tempat dihatinya.

Malam ini, sudah kujelaskan semuanya pada Nara alasan kenapa aku tidak menghubunginya… memang terdengar aneh dan janggal alasan itu, namun aku tidak mau nara tahu aku tidak menghubunginya kerena aku harus melakukan terapi untuk penyakitku yang memuakkan itu. sengaja aku tidak menghubunginya tiba-tiba supaya jika terapi penyakitku tidak berhasil, aku bisa meninggalkannya tanpa ia harus sedih dan tahu semua itu, lebih baik dia membenciku daripada aku harus membuatnya menangis. Namun keajaiban tuhan datang padaku, setelah lebih dari 1 tahun aku melakukan terapi pengobatan, penyakit itupun lambat tapi pasti lenyam dari tubuhku dan pada saat itulah aku berani kembali ke hidup nara, aku berani memastikan aku tidak akan membuat air matanya menetes lagi, saat itu adalah sekarang.

Ku antar pulang nara setelah kujelaskan semua padanya.

Sengaja tidak membawa kendaraan karena aku ingin menikmati perjalan pulang dengannya.

Ku pegang erat tangannya, tangannya dingin. Pasti karena udara seoul yang sangat dingin malam ini.

“oppa…” ucap nara tiba-tiba

“ne?” jawabku sambil tersenyum padanya.

“kau terlihat lebih kurus sekarang..” ucap nara.

“oh ya? Tapi jauh lebih tampankan?” godaku padanya.

Dia hanya tersenyum melihatku dan kembali memalingkan penglihatannya ke depan.

Sampailah aku dan nara di depan rumah nara.

“oppa, kau kembali kerumah yang dulu?” tanya nara.

“nee~” jawabku singkat

“baiklah aku masuk dulu oppa” ucap nara.

Sebelum ia melangkah, aku memeluknya dengan erat dan menciup keningnya.

“mimpi indah nara” bisikku padanya.

“you too oppa~” ucapnya pelan.

Ku lepaskan pelukanku dan kubiarkan ia masuk kerumah.

Ku paling kan badanku untuk berjalan pulang.

“oppa~” nara memanggilku kembali.

Aku menoleh

“hati-hati” ucapnya dengan senyum dan memberiku give me her puppy-eyes. Omg she’s so cute.

Ku jawab dengan senyum dan anggukan kepala.

 

Nara’s POV

Aku masih tidak percaya dengan semua yang terjadi hari ini? Benarkah dia luhan? Benarkah ia telah kembali? Benarkah? Aku masih tidak bisa percaya dengan semua yang terjadi. Begitu tiba-tiba untukku.

Daripada memikirkan hal itu terus, ku putuskan untuk tidur. Lagi pula aku juga masih harus sekolah besok.

Tiba-tiba handphone ku bergetar…

Kubuka layar handphoneku..

Sudah tidur? –Kris 11:30

Belum, aku baru pulang. ada apa kris? –Nara 11:31

Tidak, baru pulang? Memang kau darimana? –Kris 11:35

Kau tidak ingat aku ada jam kerja hari ini? Haha -Nara 11:37

Bukannya jam kerjamu hanya sampai jam 9? –Kris 11:38

Aah~ iya tadi aku hanya berjalan-jalan sebentar^^ -Nara 11:39

Maaf kris.. aku berbohong padamu.

Ah, baiklah. Jangan sungkan bercerita apapun padaku ra, kau ingat kan? –Kris 11:40

Mengapa aku merasa seakan-akan kris bisa membaca pikiran dan tahu keadaanku sekarang?

^^~~~ iya kris hehe~~ kau sedang apa? –Nara 11:41

Doing nothing. Lebih baik kau tidur sekarang ra, mimpi indah! Sampai jumpa besok J -Kris 11:42

Have a nice dream too krisseu :P –Nara 11:44

-end of chapter 6-

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
weirdoren
#1
Update pls ^^