Hello!! :D

Kwon Family's New Member [Indonesian Version]

   “... dan besok kita akan bermain lagi di taman? Apa mommy akan mengajakku?” dia menjilati es krim cokelatnya, “Ya, mommy? Ajak Wookie besok...” beberapa geliatan dan jilatan es krim lagi. “hmmm mommy?” lalu menggeliat lagi.

   “Yah!! Kwon YoungWook. Jangan bergerak terus. Kau membuat mommy kerepotan.”

   Chaerin berjuang membuka pintu apartemen mereka. Dia menggendong Wookie dengan lengan kirinya dan mencoba membuka pintu dengan tangan kanannya, sedangkan suaminya membawa kantong belanjaan mereka.

   “Wookie, minta maaf ke mommy.”

   Anak yang sedang makan es krim itu cemberut dan menghadap mommy-nya. Dengan pelan ia raih wajah mommy-nya dengan tangan lengketnya -karena es krim- dan menatap matan mommy-nya.

   “Mommy, aku minta maaf telah merepotkanmu...”

   Chaerin hanya tersenyum dan mengelap bagian mulut anaknya. “Tidak apa-apa, darling. Tapi berhentilah bergerak jadi aku dapat membuka pintunya lalu membersihkan dirimu,” dia mencubit pipi kanan Wookie dan memberinya cium lalu membuka pintu.

   Chaerin sebenarnya telah merasa lelah tapi senyumnya tak pudar, hanya untuk dua laki-laki yang menyanyanginya.

   Akhirnya mereka memasuki rumah, Jiyong segera menuju dapur meletakkan barang belanjaan, sedangkan Chaerin dengan segera membawa Wookie ke kamar untuk membersihkannya. Setelah semua selesai dengan anak manisnya, ia menuju ke dapur untuk membantu suami yang menunggunya.

   Dia melihat suaminya meletakkan makanan kaleng, Jiyong sedang memunggunginya.

   “Oppa!!” Chaerin melingkarkan lengannya, memberi Jiyong pelukan hangat.

   “Terima kasih untuk hari ini oppa, Wookie sangat menyukainya.”

   Jiyong membalikkan badannya dan memeluk Chaerin lebih dalam, “Jagiya, maafkan aku karena terlalu sibuk. Kau tahu bagaimana keadaan kami saat merilis album baru, kan? Aku janji aku akan sering berada di rumah ketika semua proyek itu selesai.” Dengan perlahan ia menarik punggung Chaerin lalu memberinya ciuman lembut. Mereka berdua menyukai kenyamanan pelukan hangat yang mereka ciptakan. Itu membuat Chaerin memendam wajahnya di dada bidang Jiyong dan mempererat pelukannya.

   “Tidak apa-apa oppa, aku mengerti kok.”

   “Kalau begitu, aku yang akan memasak untuk makan malam.”

   “Sungguh?” Chaerin melepaskan pelukannya dan memandang Jiyong sambil menyeringai.

   “Yah. Duduklah, sabar dan tunggu makanannya.” Jiyong memberinya ciuman singkat lalu mengambil celemek dan segera mulai memasak.

   “Terima kasih, oppa!”

   Chaerin pun meninggalkan dapur dan Jiyong melanjutkan kegiatannya sambil tersenyum lebar.

    Makan malam keluarga adalah yang terbaik.

 

* * * * *

 

    “Mommy, mommy. Lihat! Lihat!”

   Setelah meninggalkan dapur Chaerin menuju ruang tengah untuk melanjutkan membaca buku barunya, akan tetapi kedamaian dan ketenangannya terganggu oleh anaknya yang sedang berlarian memutar dengan mainan barunya.

   “Mommy! Ayo main dengan Wookie!!”

    Sejak kapan dia menjadi sangat hiperaktif? Aigoo.

   “Wookie-ah, berhentilah berlari. Dan dimana bajumu? Yah! Wookie!” malam ini sangat dingin dan pasalnya Wookie anak yang mudah sakit, dia tidak punya pilihan untuk mengejarnya dan segera memakaikannya baju.

   “Yah Wookie, stop!”

   Banyak kekehan. Banyak derapan kaki.

  Jiyong sangat senang. Dia meyukai waktu seperti ini, anaknya yang lucu bermain dengan istrinya yang sangat cantik itu. Terdengar suara tawa penuh sayang. Jika sekarang ia tidak memasak, pasti dia sudah ikut bersenang-senang dengan mereka.

   “Aha! Aku menangkapmu! Wookie, berhentilah berlari tanpa memakai baju. Aku tidak ingin kamu sakit, oke?” Chaerin menggendongnya menuju sofa dan memangkunya, lalu membantu Wookie memakai pakaiannya.

   “Apa kau ingin sakit?” tanya Chaerin dengan suara keibuaan.

   “Tidak, mommy. Aku benci sakit. Aku tidak suka ketika kepalaku sakit dan tidak bisa keluar untuk bermain.”

   “Nah, jadi jangan berlari tanpa memakai baju, oke?”

   “Oke!” lalu ia melompat turun, “Bisa aku bermain sekarang?” Wookie membuat senyum mengembang dan termanis.

   “Iya, dear. Tapi jangan berlari lama-lama Mommy mulai pusing, mengerti?”

   “Apa?! Mommy sakit?! Daddy!!! Dad-“ Chaerin dengan segera menariknya mendekat untuk menutup mulutnya. Chaerin tidak ingin Jiyong tahu kalau dia sedikit tidak enak badan, dia sangat sibuk akhir-akhir ini. Untungnya Jiyong terlalu sibuk memasak dan tidak mendengar percakapan mereka.

   “Shhh. Tidak, Wookie. Mommy tidak sakit. Hanya sedikit pusing. Tidak sakit. Oke?”

   “Oke, tapi Mommy. Aku tidak ingin mommy sakit. Baiklah, aku akan tetap diam. I love you.” Dia memberi Chaerin kecupan kecil di pipi dan pergi bermain lagi sebelum Chaerin sempat menjawabnya.

   “Terima kasih, sayang. I love you too.”

 

* * * * *

   “Makan malam siap!” Jiyong telah selesai meletakkan makanan di meja ketika istrinya dan anaknya memasuki ruang makan. Sekali lagi Wookie digendong oleh Chaerin.

   Jiyong tersenyum dan menggeleng pelan bersamaan, anaknya sungguh dimanjakan oleh istrinya.

   “Wookie-ah, apa yang telah Daddy katakan padamu?”

   Anak itupun segera menggeliat untuk membebaskan dirinya dari Mommy-nya dan dengan cepat mulai berbicara, “Daddy! Aku tadi bermain, lalu hal yang aku tahu aku sudah di udara dan lalu... lalu aku melihat aku telah digendong Mommy... dan lalu Mommy menggendongku ke sini. Aku tidak memintanya untuk menggendongku! Mommy... mommy...”

   Dua orang dewasa itu hanya tertawa pelan melihat kelucuan anak mereka. “Aigoo, sayang. Jangan khawatir...” Chaerin bergerak mendekat padanya untuk berbisik,“Mungkin daddy iri padamu.” Akhirnya anak dan ibu pun tertawa.

   “YAH!! Aku mendengarnya. Aku tidak iri!” Jiyong membela dirinya sambil mengerucutkan bibir yang gayanya terkenal itu. “Berhentilah tertawa, sekarang ayo makan.”

   Keluarga kecil yang terdiri 3 orang itu menikmati makan malam mereka.

 

* * * * *

 

   “Jagiya, maafkan aku. Aku harus pergi malam ini.”

   Wookie telah ke kamarnya dan pasangan itu membersihkan dapur mereka.

   “Tidak usah khawatir, oppa. Aku akan baik-baik saja.”

   Jiyong sibuk menata tasnya di meja, bersiap-siap untuk pergi dan menuju studio, sedangakn Chaerin membersihkan dan mencuci perabotan.

   “Aku sungguh minta maaf... Aku tidak ingin meninggalkan kalian berdua.”

   “Yah!! Mr. Kwon. Kau telah menjadi suami yang cengeng, yah.” Chaerin terkekeh.“Kau harus berkerja oppa, saat ini musikmu membutuhkan perhatian. Aku dan Wookie akan baik-baik saja. Seperti yang kamu katakan, setelah semuanya selesai, kami akan mendapatkan peratianmu.”

   “Aku janji kita pasti akan berlibur setelah semua ini selesai.”

   “Aku akan menunggunya, oke?” Chaerin menatap Jiyong dengan senyumnya.

   “Argh, berhenti menatapku seperti itu! Jadi membuatku tidak ingin pergi! Kau sangat tidak adil!” Jiyong berjalan kearahnya lalu memberinya sebuah pelukan, lalu ia menunduk dan memberinya kecupan.

   Bertambah kecupan. Bertambah pelukan.

   “Hey! Kau akan terlambat. Teddy-oppa akan menegurmu lagi.”

   Jiyong pun menghela napas dan melepaskan pelukannya.

   “Baiklah.” Dia mengambil tasnya di meja... “Tunggu sebentar, sepertinya aku meningalakn handphone di kamar. Aku akan mengambilnya.”

    Chaerin pun kembali mencuci perlatan makan tadi. Saat dia ingin meraih rak dan ingin menaruh gelas kembali ketempatnya, tiba-tiba ia merasakan pusing, sehingga gelas yang dipegangnya jatuh dan memegang pinggiran meja dapur.

   Jiyong mendengar suara pecahan gelas dari kamar tidur mereka, sehingga dia dengan cepat berlari melihat keadaan istrinya.

   “Jagiya, apa kau baik-baik saja?!” Jiyong menemukan Chaerin masih beridiri di dekat meja dapur.

   “Iya, oppa.” Chaerin menjawab dengan nada yang tersirat kesakitan, “Hanya sedikit pusing seperti biasanya. Aku baik-baik saja. Aku tidak sakit. Aku hanya sedikit lelah...”

   “Aish, Chaerin.” Jiyong berjalan mendekati Chaerin mencoba melihat apa dia mengatakan yang sebenarnya. “Aku tidak akan pergi berkerja. Kau membutuhkanku sekarang.”

   “TIDAK! Aku baik-baik saja! Aku-kan sudah bilang kalau aku hanya lelah.”

   “Chaerin.”

   “Tidak. Kwon Jiyong! Kau akan pergi ke studio sekarang dan akan menyelesaikan album barumu. Kau mengerti?”

   “Tapi, Chae...”

   “Kumoho oppa?” dia mengedipkan mata dengan manis. Ahh, aegyo skak!

   “Kau menjadi sangat tidak adil!”

   “Tapi oppa, jika kau menunda kerjamu sekarang, itu menjadi semaki lama untuk liburan. Pergilah? Aku akan baik-baik saja. Sungguh.”

   Jiyong tidak berniat melepas genggaman tangannya pada Chaerin. Dia hanya menatap Chaerin, tidak yakin ia akan pergi atau tidak.

   “Kau harus meneleponku jika terjadi sesuatu. Megerti?”

   “Iya, oppa.”

   “Aku akan memberitahu Wookie. Dia akan menjagamu. Dan satu lagi Chaerin, berhentilah menggendongnya. Dia sudah besar.”

   “Tapi aku suka menggendongnya...”

   “Tidak, kau mudah lelah. Lihat apa yang terjadi padamu sekarang. Bagaimana jika kau pingsan? Aigoo...”

   “Aishh oppa, berhenti khawatir padaku. Berangkatlah sekarang, kumohon.”

   “Baiklah.”Jiyong menunduk memberikan ciuman tidak lupa memberi tahu Wookie untuk menjaga mommy-nya.

 

* * * * *

 

   “Wookie kemarilah! Ayo.”

   Chaerin mengajak Wookie ke taman seperti janjinya kemarin malam. Kesukaannya pergi ke taman telah menurun pada anak laki-lakinya.

   “Mommy, bisa kita beli es krim?”

   “Tentu sayang.” Dia memberinya beberapa lembar uang dan melihat anaknya berlari untuk membeli dari penjula keliling di dekat pohon.

   “Wookie, apa kau ingin mengunjungi Daddy?”
   “Tentu saja Mommy! Ayo!”

   Wookie yang terlalu bersemangat mulai berlari sambil menarik Chaerin bersamanya.

   Tiba-tiba pusing terasa. Telah menjadi sebuah tekanan.

   Chaerin merasakan kembali pusingnya. Dia tidak boleh pingsan sekarang, mereka berada di luar ruangan dan Wookie masih bersamanya.

   Dia akhirnya memutuskan untuk check-up secepatnya. Kepusingan ini, dia jelas tidak menyukainya, dan biasanya mual juga membuatnya tidak merasa nyaman.

   Apakah dia...? Tidak. Dia harus menanyakan dulu pada dokter.

   “Mommy! Itu taksinya. Ayo!”

 

* * * * *

 

   Akhirnya, mereka pun tiba di gedung YG. Saat mereka memasuki gedung, Wookie mulai berlarian meyapaorang-orang disana. Chaerin mengikutinya dari belakang, masih tenggelam dalam pikirannya.

   Setelah keluar dari lift, mereka berjalan menuju dimana sangat disukai oleh Big Bang Oppa (yah, ahjusi untuk si kecil Wookie) untuk berkumpul.

   Mereka saling bercakap-cakap selama berjalan menelusuri koridor, Chaerin tetap berjalan sedangkan Wookie dengan senang loncat-loncat dan berlarian. Tiba-tiba pusing yang lebih terasa dan berkunang-kunang menyebabkan ia tidak nyaman.

   Oh tidak...

   “Wookie-ah... bisa kau berlari segera dan panggil Dad-” penglihatannya berubah menjadi kabur dan semuanya menjadi hitam.

   “MOMMY!!!!!”

   Untungnya, ketika Chaerin pingsan Wookie akan membuka pintu studio. Dia mulai akan menangis. Tetapi ia kesulitan untuk membuka pintunya.

   -Di Dalam Studio-

   Youngbae mendengar suara pintu yang gagal dibuka. Dia pun bingung tapi dengan cepat ia menyadari bahwa itu adalah Wookie yang di luar.

   “Ji! Keluarlah. Wookie ada disini.”

   Jiyong meletakan headphonenya dan keluar dari ruang rekaman ketika Youngbae mebukakan pintu untuk Wookie.

   “Hey, nak! Sedang apa kau di-“

   “DADDY!!! Sesuatu terjadi pada mommy!! AYO!! Dia terjatuh... dan...”

   Apa yang diucapkan oleh Wookie susah dimengerti karena dia menangis, semua yang ada di ruangan pun berdiri ketika mereka mendengar kata-kata ‘Mommy’ dan ‘terjatuh’.

   Wookie telah menarik tanga Jiyong, menunjukkannya dimana Chaerin berada.

   “Youngbe-ah! Panggil bantuan!”

   Jiyong berlutut di sebelah istrinya. Sedangakn Wookie masih menangis di sebelahnya.

   “Jagiya! Jagiya... bangunlah! Apa yang telah terjadi? Chaerin... kumohon bangunlah...”

   -Di Rumah Sakit-

   Jiyong memasuki kamar Chaerin setelah berbicara dengan dokter.

   Wookie berdiri dan mulai menangis lagi...

   “DADDY!! Maafkan aku... Maaf aku tidak menjaga mommy!! Kumohon jangan marah pada Wookie! Aku tidak akan membiarkan mommy menggendongku lagi, aku janji!”

   Jiyong berlutut untuk meraih dan memeluknya.

   “Wookie, berhentilah meminta maaf oke? Ini semua bukan salahmu. Daddy tidak marah sama Wookie.”

   “Daddy yakin?” Wookie berbicara dengan pelan sambil sesenggukan.

   “Iya, daddy yakin.” Jiyong berdiri dan membawa Wookie menuju sofa.

   “Wookie-ah, kau berkata kalau kau tidak akan membiarkan mommy menggendongmu lagi, apa kau janji?”

   “Iya, daddy! Aku tidak akan melakukannya! Aku tidak ingin membuat mommy kesusahan!”

   “Bagus. Mommy tidak boleh terlalu lelah, oke? Mommy harus istirahat, mengerti?”Jiyong menghapus air mata Wookie dengan jari-jarinya, menungu jawaban anaknya.

   “Iya, daddy... Apakah mommy sakit?”

   “Tidak Wookie... Mommy tidak sakit...”Jiyong tersenyum pada anaknya. Senyum kebahagiaan.

   Sebelum Wookie bertanya lagi, Chaerin tiba-tiba sadar dan bangun.

   “Jagiya!” “Mommy!”

   Dua orang anak adam itupun meninggalkan sofa, dan duduk lagi di dekat tempat tidur Chaerin. Wookie duduk dipangkuan Jiyong.

   “Mommy! Mommy baik-baik sajakan sekarang?”

   “Iya, sayang. Maaf yah membuat khawatir.”Chaerin meraih tangan anaknya dan memberinya sebuah ciuman.

   “Mommy harus banyak istirahat, benar daddy?” Dia membalas ciuman ibunya dan memeluknya cepat.

   “Iya. Dia harus banyak istirahat. Jadi nanti adik kecilmu akan menjadi sehat.”

   “Apa... aku...”maata Chaerin terbelalak setelah mendengar ucapan Jiyong. Dia tahu itu. Da merasakan itu. Dia hanya minta penjelasan.

   Jiyong pun tersenyum. Senang bahwa dia tidak sakit, tetapi telah adanya satu anggota lagi dari keluarga mereka.

   “Iya, jagiya. Kau telah hamil 7 minggu. Itu semua menjelaskan dari pusing yang kau rasakan...”

   Jiyong meraih tangan Chaerin dan menggenggamnya. Memberitahunya seberapa bahagianya Jiyong.

   “Daddy! Apa maksud daddy dengan adik kecil? HUH? Wookie tidak mengerti!”

   Jiyong membuatnya duduk dikasur untuk menatapnya.

   “Sayang, apa kau ingat yang kau katakan beberapa waktu lalu? Kau ingin adik untuk menemanimu bermain.” Wookie mengangguk dengan tatapan penasaran.

   “Ya, kau akan mempunyai seorang adik. Tetapi dia masih tumbuh besar di dalam perut mommy.”

   “Huh? Bayi bisa berada disana?”

   Chaerin hanya tertawa, tetapi ia menikmati bagaimana Jiyong menjelaskan semuanya kepada anak pertamanya.

   “Iya, itulah mengapa mommy selalu lelah, karena mommy membawa bayi. Seperti dirimu, dia membawamu kemana pun disana.”

   “OH!”Wookie dengan senang berbalik untuk mendengarkan perut mommynya. “Helo adik kecil!”

   Jiyong dan Chaerin tersenyum. Sangat senang dan bahagia atas kabar baik ini.

   “Terima kasih Jagiya. Kau membuatku menjadi laki-laki paling bahagia di muka bumi ini lagi.”

   “Yah oppa. Itu berlebihan.. Hmm... I love you...”

   Jiyong mendekat ke Chaerin dan meletakkan dahinya di dahi Chaerin, “ I love you too jagiya...”

   “TUNGGU!! Jika mommy membawa bayi di perutnya... seperti mommy membawa Wookie disana... Daddy... Bagaimana caranya bayi bisa ada di perut mommy?”

 

* * * * * *

Thanks for RnR guys~ ^^

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Ranny99 #1
Chapter 1: Ahhhhh kyeopta.... ini klo d lnjut kerenn ...please bkin chapter donkk...
PandaChenChen #2
Chapter 1: Kocak haih
Vrisbogh #3
bagus! hhehe ada jg yg b.indonesia ternyata di sini.. xD AKU suka ceritanya.. bagus..
VIPzBLACKJACKz #4
yay!!