I'll Be Waiting For You

Description

Karakter:

- Oh Sehun : member EXO-K

- Hyomin : noona yang juga teman kecil Sehun. bisa diganti namamu sendiri :)

Foreword

TING TONG!

“Siapa yang datang?” pikirku. Aku sedang memasak makan malam saat bel berbunyi. Kulirik jam dinding menunjukkan waktu hampir pukul 7 malam. Kuletakkan pisauku dan mencuci tangan di wastafel. TING TONG! TING TONG! “Iyaa tunggu sebentar”. Setelah mengeringkan tangan aku langsung berlari menuju pintu apartemenku. Kubuka pintu dan betapa terkejutnya aku melihat sosok lelaki di hadapanku. Wajahnya tertutup sebuket bunga mawar putih yang digenggamnya.

“Se.. Sehun?” tanyaku ragu. Seketika jantung berdebar kencang tak beraturan.

“Hai! Terlalu mudah ditebak ya? Harusnya tadi aku memakai topeng saja. Ini untukmu.” katanya sambil tersenyum dan mengulurkan bunga yang dibawanya. Kuterima buket bunga darinya dengan ekspresi bingung dan tidak percaya.

“Boleh aku masuk? Atau aku hanya akan dibiarkan berdiri di depan pintu?” tanyanya sambil menelengkan wajahnya untuk melihat ekspresi wajahku.

“Oh! Iya, masuklah..” aku melangkah ke samping untuk membiarkannya masuk dan menutup pintu. Ini benar-benar mengejutkan. Bahkan jantungku masih belum bisa berdetak normal.

“Sudah lama sekali aku tidak kemari..” kata Sehun sambil meletakkan tas ransel, jaket, dan topi yang dipakainya di atas sofa. “Noona sedang memasak?”

“Oh, iya, tadi aku sedang memasak” jawabku teringat tadi aku belum melepas apronku saat membukakan pintu untuknya. “Kau sudah makan belum?” tanyaku sambil berjalan menuju dapur.

“Belum.. Noona masak apa?” tanya Sehun sambil mengikutiku ke dapur.

“Aku sedang memasak sup daging. Kau mau makan di sini?”

“Tentu saja mau! Aku sudah lama sekali tidak makan masakan noona!”

Aku meletakkan bunga mawar putih yang Sehun berikan ke dalam vas. Kucium wangi bunga itu. Memang mawar putih adalah bunga kesukaanku. Aku senang Sehun masih mengingatnya walaupun sudah hampir satu tahun kami tidak bertemu. “Kau duduk saja di sofa. Sebentar lagi supnya matang, aku akan memanggilmu.”

“Tidak mau, aku mau melihat noona memasak saja” senyum jahil menghiasi wajahnya. Sehun menarik kursi ke meja dapur dan duduk di sana, mengamatiku memasak.

“Hei, bukankah kau seharusnya ada di Cina?” tanyaku.

“Iya, showcase di Cina sudah selesai kemarin dan kami langsung kembali ke Korea untuk persiapan debut.” jawab Sehun.

“Lalu di mana barangmu? Masa kau hanya membawa tas ransel?”

“Oh, aku menitipkan koperku pada Suho hyung. Tadi dari bandara aku berpisah dengan yang lain dan naik taxi ke sini.” jawabnya santai.

“Apa kau gila? Kau tidak takut kalau ada fans yang mengejarmu saat terpisah dari staff dan teman-temanmu?”

“Tidak. Penyamaranku sangat hebat. Tadi aku memakai topi dan masker jadi tidak ada yang menyadari penyamaranku hahaha..”

“Kau ini benar-benar... Tapi kau tidak kabur kan? Sudah ijin pada manajermu?”

“Tentu saja sudah. Aku bilang pada mereka kalau pergi ke sini untuk menemui orang yang penting bagiku hehe. Noona sangat mengkhawatirkanku ya?” tanyanya menggodaku.

“Kalau ada yang mengikutimu sampai ke sini aku juga yang jadi repot kan. Bagaimana kalau sampai ada reporter yang meliput juga? Nanti belum debutpun kau sudah kena gosip.” Aku sudah selesai memasak dan menyiapkan piring untuk makan.

“Wah itu malah lebih bagus! Jadi saat debut nanti aku sudah lebih tenar dari pada member lain gara-gara gosip itu! Hahaha”. Jawabnya sambil mengambil piring di tanganku dan membawanya ke meja makan.

“Huuh dasar kau ini. Selalu saja tidak bisa serius. Sehunnie, bukankah kau seharusnya kembali ke dorm dan memulai persiapan debut?”

“Persiapan debut sudah kulakukan sejak berbulan-bulan yang lalu. Persiapan kami sudah sangat matang!” jawabnya lantang. “Apa lagi yang bisa kubawakan ke meja makan?”

“Percaya diri sekali kamu. Bukankah seharusnya kau tidak berkeliaran ke sini? Ini kan detik-detik yang penting menjelang debutmu. Kau tidak boleh main-main. Tolong bawakan ini juga” kataku sambil menyerahkan panci berisi sup.

Kulirik Sehun yang sedang meletakkan panci sup di meja makan. Aku hendak melepas apronku saat kemudian Sehun dengan cepat menghampiriku dari belakang dan memegang tanganku.

“Biar kubantu melepas apronnya..” katanya lembut. Jantungku berdebar kencang lagi karena sentuhan tangannya. Sehun melepaskan ikatan tali apronku dan melepaskannya, kemudian menggantungnya di tempat aku biasa menggantung apronku.

“Ayo makan.” kataku untuk menyembunyikan perasaanku. Aku sudah mengenal Sehun sejak kecil karena rumah kami bersebelahan. Karena aku adalah anak tunggal dan umurku 3 tahun lebih tua darinya, kami sangat dekat seperti kakak dan adik kandung. Apalagi kami tidak memiliki tetangga lain yang seumuran. Aku tahu semua hal tentangnya. Makanan favoritnya, warna kesukaannya, apa saja yang dibencinya, kebiasaan buruknya, dan banyak hal lain.

Entah sejak kapan aku memiliki perasaan spesial padanya. Aku selalu peduli padanya bukan sebagai kakak kepada adik, tetapi perasaan spesial antara laki-laki dan perempuan. Perasaan ini semakin lama semakin mendalam dan bahkan terasa sakit karena aku tidak bisa mengungkapkannya. Aku takut jika aku mengatakan perasaanku padanya, hubungan kami tidak akan sama lagi. Aku lebih memilih tetap menjadi kakak dan sahabatnya dari pada jauh darinya karena mengungkapkan perasaanku yang egois.

Tapi sejak ia mulai berkencan dengan gadis lain saat SMP, hatiku bertambah sakit. Sulit untukku melihatnya tertawa gembira dengan gadis lain selain aku. Walaupun aku sekarang lega karena hubungan mereka sudah berakhir. Aku sadar bahwa ia akan semakin populer saat SMA. Bahkan sejak kecilpun ia sudah sangat populer di antara teman-teman sekolahnya karena wajahnya yang tampan. Maka sejak Sehun masuk SMA dan aku masuk ke perguruan tinggi, kuputuskan untuk tidak tinggal dengan orangtuaku lagi dan pindah ke apartemen ini.

Sudah hampir 3 tahun berselang dan sekarang Sehun sudah hampir lulus SMA. Ia bergabung dengan agensi entertainment sejak 2 tahun lalu. Ia mulai sibuk dengan segala latihan karena ia adalah trainee dan mulai tinggal di dorm dengan teman-teman traineenya. Sejak saat itu juga kami jarang bertemu karena kesibukan kuliahku yang akan segera selesai. Beberapa kali ia mengunjungiku di apartemen karena aku tidak bisa mengunjunginya di dorm dan kami tidak bisa bertemu di tempat umum.

Bahkan hampir setahun belakangan ini kami tidak pernah bertemu sama sekali karena jadwal latihannya sebagai member grup idola EXO yang semakin padat. Tapi ia selalu meneleponku seminggu sekali untuk menanyakan kabarku dan menceritakan banyak hal. Aku senang Sehun masih menganggapku sebagai kakak dan sahabat baiknya. Aku selalu memberinya semangat saat ia sedang lelah, mendengarkan ceritanya saat ia sedang kesal, dan memberinya saran semampuku karena aku tidak tahu bagaimana rasanya sulitnya masuk dunia entertainment. Dengan itu saja aku sudah cukup bahagia, untuk terus memberi semangat dan menjadi tempatnya berkeluh kesah.

“Noona, kenapa melamun?” tanya Sehun mengejutkanku.

“Ah tidak apa-apa.” jawabku tersadar dari lamunanku. “Sehunnie, makanlah yang banyak, kau butuh tenaga yang banyak untuk aktivitasmu. Kau kelihatan lebih kurus.”

“Iya, aku makan yang banyak ya. Aku senang noona memperhatikanku.” jawabnya sambil tersenyum lembut.

Aku tersipu mendengar jawabannya dan melihat senyumnya. Kusembunyikan wajahku yang memerah dengan menjejalkan makanan ke dalam mulutku. Sambil makan Sehun dan aku banyak bercerita. Kebanyakan cerita nostalgia masa kecil kami yang menyenangkan. Ingin rasanya bisa bermain dan pergi dengan bebas bersama lagi seperti dulu. Tapi keadaan sudah berubah. Sehun harus menjaga citranya sebagai idola pendatang baru dan tidak boleh bertindak sembarangan.

Kami selesai makan dan membawa piring dan peralatan sisa makan lainnya ke wastafel. Sehun membantuku mencuci piring.

“Noona, aku senang sekali kemarin noona datang ke showcase. Seandainya saja noona bisa ikut melihat showcase kami di Cina juga. Tapi yang penting aku senang karena noona selalu mendukungku.” kata Sehun sambil meletakkan piring-piring yang sudah dicuci di rak.

“Iya aku bangga padamu. Aku yakin saat debutmu nanti, pasti akan jauh lebih sukses dari showcase. Aku tahu kau bisa melakukan yang terbaik.” kataku tersenyum.

Kemudian kami berjalan ke ruang tengah dan nonton TV. Suasana di apartemen tidak terasa sepi lagi karena Sehun ada di sini menemaniku. Kami bercanda dan membuat lelucon-lelucon konyol.

“Wah, sudah malam sekali ternyata. Aku harus segera kembali ke dorm.” kata Sehun sambil bangkit dari sofa. Kulihat jam di dinding sudah hampir jam 11 malam. Sedih rasanya membayangkan Sehun akan kembali menjadi dirinya sebagai idola. Ia tidak akan memiliki banyak waktu luang lagi untuk berkunjung seperti hari ini.

“Bagaimana kau pulang?” tanyaku.

“Suho hyung dan manajer sedang pergi di daerah dekat sini. Aku sudah SMS Suho hyung untuk menjemputku di bawah. Mereka sudah hampir sampai.” jawab Sehun.

“Kuantar sampai bawah ya.” kataku sambil berdiri dari sofa. Tiba-tiba aku mersakan tangan Sehun menggenggam tanganku, menahanku agar tidak pergi dan ia berdiri memelukku. Jantungku serasa dipacu sangat kencang. Tubuhku tak bisa bergerak sesaat.

“Sehun..” aku salah tingkah dan berusaha melepaskan diri.

“Noona, kumuhon.. Aku ingin seperti ini dulu sebentar.” Ia mempererat pelukannya dan membelai rambutku dengan lembut. Pelukannya terasa sangat nyaman. Aku merasa sangat aman berada dalam pelukannya, seakan ia ingin melindungiku. Tanpa sadar akupun memeluk pinggangnya. Kurasa dulu tubuhnya tidak setinggi ini. Ujung kepalaku bahkan hanya setinggi pundaknya. Kusandarkan kepalaku di dadanya. Ia masih membelai rambutku dan kemudian mencium kepalaku. Kami berpelukan selama beberapa saat seakan tidak ingin berpisah. Tubuhnya hangat dan wangi. Biarlah aku merasakan kenyamanan dan kebahagiaan ini walau hanya sebentar.

Kemudian Sehun mulai merenggangkan pelukannya. Aku melepaskan pelukanku di pinggangnya. Tangannya menangkup wajahku dan membelainya selama beberapa saat sambil mengamati wajahku. Aku membalas tatapan matanya. Aku melihat ekspresi kerinduan dan rasa sayang di dalam matanya. Aku bertanya-tanya apa yang sedang ada di dalam pikirannya dan kenapa ia tadi memelukku. Tapi aku tidak bisa mengatakan apapun. Aku hanya terpaku melihat wajahnya.

“Kurasa aku harus segera berterus terang padamu. Kalau tidak, aku bisa gila.” Sehun mulai berbicara. Ia meletakkan tangannya di bahuku. “Aku... Sejak dulu aku suka padamu, Hyomin.” Aku terkejut ia memanggil nama kecilku. Selama ini ia selalu memanggilku noona.

“Aku takut kalau aku tidak mengatakannya padamu sekarang, aku tidak tahu kapan aku bisa punya kesempatan untuk mengatakan padamu. Aku... sangat sayang padamu. Perasaan sayang sebagai seorang lelaki, bukan sebagai adik. Entah apa yang kupikirkan beraninya mengatakan hal ini padamu. Tapi hatiku sangat sakit jika harus memendamnya lebih lama lagi. Aku tidak mengharapkan kau merasakan hal yang sama padaku. Aku hanya ingin mengatakan yang sejujurnya kurasakan padamu. Aku akan menerima konsekuensinya meskipun kau akan membenciku.”

Tanpa sadar air mataku menetes. Benarkah selama ini Sehun juga merasakan hal yang sama sepertiku? Apakah ini hanya mimpi?

“Hyomin-ah, kenapa kau menangis?” tanyanya sambil menghapus air mataku.

“Aku.. Aku tidak percaya” kataku terbata.

“Hyomin-ah, ada apa?”

“Aku.. Aku selalu merasakan hal yang sama padamu sejak dulu. Tapi aku selalu menutupinya dengan bersikap menjadi kakakmu..”

“Tidak mungkin. Hyomin, kau tidak bercanda kan?” tanyanya. Aku melihat sedikit senyum terlintas di bibirnya.

“Aku..  juga sayang padamu, Sehun..”

“Hyomin-ah..” Sehun tersenyum lembut memelukku lagi dengan erat. Aku menitikkan air mata bahagia. Aku benar-benar tidak menyangka ia ternyata juga mersakan hal yang sama denganku.

Sehun melepaskan pelukannya lagi dan berkata, “Aku sangat bahagia hingga tidak bisa kuungkapkan dengan kata-kata. Aku senang sekali kau membalas perasaanku, Hyomin. Setelah ini mungkin kita akan cukup lama tidak bisa bertemu. Aku akan meneleponmu setiap hari, bukan seminggu sekali. Dan begitu ada kesempatan, aku akan menemuimu di sini. Aku tidak tahu kapan pastinya tapi aku berjanji padamu untuk segera menemuimu.”

“Iya, akan kutunggu kau di sini, Sehunnie..” kataku sambil tersenyum.

Kemudian perlahan-lahan Sehun mendekatkan wajahnya padaku. Aku tidak bisa bergerak. Bibirnya mencium bibirku dengan lembut. Tubuhku serasa ringan dan melayang selama beberapa saat. Ia perlahan melepaskan ciumannya dan menatap wajahku. “Aku harus segera pulang..” kata Sehun sedih.

Aku sangat ingin menahannya agar tinggal di sini lebih lama. Tapi aku harus mengesampingkan keegoisanku. “Iya, kau harus istirahat..” kataku.

Sehun mengenakan jaket, tas ransel, dan topinya. Tiba-tiba ponselnya berdering. Sehun mengangkat ponselnya. “Iya hyung, aku sudah selesai... Hyung sudah di bawah? Aku akan segera turun.” Kemudian ia mengakhiri telepon dan menggandeng tanganku keluar apartemen.

Kami sampai di bawah. Kulihat ada mobil hitam yang berhenti di seberang apartemen. “Itu mobil yang menjemputmu?” tanyaku.

“Iya. Suho hyung dan manajer ada di dalam mobil. Lain kali aku akan memperkenalkanmu pada mereka dan member lainnya juga. Aku akan memperkenalkanmu sebagai kekasihku, gadis yang paling spesial.” Aku tidak bisa melihat jelas ekspresi wajahnya karena bayangan topi menutupi wajahnya. Tapi aku tahu Sehun tersenyum dan akupun tersenyum juga. “Aku berjanji akan meneleponmu setiap hari. Tunggulah aku, Hyomin..”

“Aku akan selalu menunggumu, Sehunnie..”

Ia mendekatkan wajahnya padaku dan mencium keningku dengan lembut. Tangan kanannya masih menggenggam tanganku, dan tangan kirinya membelai rambutku. Kemudian Sehun mencium tanganku dan melepaskannya perlahan. “Sampai jumpa, Hyomin..” ia melambaikan tangan padaku dan berjalan perlahan menuju mobil. Matanya masih terpaku padaku.

“Sampai jumpa, Sehun..” aku membalas melambaikan tangan dan tersenyum. Sehun tersenyum dan membalikkan badannya, lalu melangkah masuk ke mobil.

Comments

You must be logged in to comment
lovidovi #1
bagus ceritanya :) ini one shot ya? tiba2 udah complete aja hehe. kupikir bakal ada lanjutannya.
romantis!