Freak

Drawing Our Moments // taeny

Suara cicada musim panas bersautan diiringi sentuhan mentari yang semakin menyingsing tinggi. Suara burung gereja sudah tak riuh bernyanyi. Udara dipinggir kota kecil mulai sedikit terasa hangat.

Cahaya hangat yang menyusup diantara celah jendela dengan tirai tipis, terlihat berhasil mengusik tubuh gadis yang masih ingin bersembunyi dibalik selimut.

Suara cicada yang sedang bernyanyi bersautan berhasil membuat gadis itu mengerjapkan matanya. Terduduk sambil mengusap – ngusapkan wajah.

Tidurnya terasa sangat nyenyak sampai Ia tidak menyadari jika terbangun dengan matahari hampir berdiri tegak.

Masih setengah sadar. Kesadarannya belum terkumpul penuh. Matanya yang masih berat kembali memilih untuk menutup lalu merebahkan badannya, menelusup dirinya dibalik selimut abu – abu.

Tunggu.

Selimut abu – abu? Itu sangat aneh jika ada benda berwarna asing selain pink berada pada kamarnya.

Tapi ini . . . !

Matanya terbelak lebar, seketika kesadarannya terkumpul penuh. Ini bukan kamarnya!

"HUAAAAA!!"

Teriakan lantang yang berada diujung tenggorokan, berteriak dengan penuh tenaga yang entah darimana itu berasal. Teriakan yang memekakan telinga siapa saja yang berada disekitarnya. Dan sial bagi tubuh lainnya yang berada disana menjadi korban.

Gadis lainnya yang sendari tadi masih terbalut dalam alam mimpinya harus terbangun oleh alarm teriakan dengan wajah yang tak kalah terkejut. Dengan keadaan nyawanya yang belum terkumpul sepenuhnya, matanya yang masih berat dibuka lantas menatap tajam kearah pelaku yang tadi berteriak. Tentu merasa terganggu.

"YA!"

Gadis yang berada diatas kasurnya itu terdiam karena mendapatkan teriakan balik oleh orang, tidak, bukan, dia seorang gadis lain yang sendari tadi Ia tidak sadari keberadaanya.

Oh tidak, apa mereka berdua tengah sama – sama diculik? Malang sekali. Atau mungkin gadis yang sekarang menatap tajam kearahnya itu adalah anak buah dari penculiknya?

"Siapa kau? Apa kita sedang diculik? Atau kau adalah penculik ku? Bawa aku pulang, kumohon!"

"Kau bodoh ya?" cicit Taeyeon dengan suara yang pelan sembari mengusap wajahnya dengan kasar. Namun kalimat pelan itu berhasil membuat tangisan gadis yang duduk diatas ranjangnya itu pecah. Kali ini sama, menangis dengan seluruh tenaganya.

Taeyeon menangcak rambut yang dipangkas sebahu dengan kasar. Ia memang terbisa bangun pagi untuk pergi ke kampusnya. Namun tidak dengan cara yang seperti ini. Menurutnya ini terlalu brutal.

Tidak cukup kah deritanya dari kemarin malam? Mari kita ringkas terlebih dahulu. Kejadian absurd dari kemarin malam.

Pertama malam pengiburan diri dipinggir sungai yang tak bisa Ia nikmati dengan tenang. Ya, tentu karena gadis aneh yang sedang menangis seperti bayi di depannya ini.

Kedua gadis ini mengejar Taeyeon dengan alasan yang tak pasti lalu tak lama gadis itu pingsan diatas tubuhnya sehingga Ia harus menggendong, membawanya pulang ke rumah Taeyeon karena tak bisa mecari bantuan lain.

Ketiga Taeyeon harus mengalah, memberikan kasurnya untuk gadis itu sehingga Taeyeon harus tidur pada kasur lipat yang tentu membuat tubuhnya terasa pegal. Lihatlah, betapa baiknya dia kepada orang yang tak dikenalnya. Ini sedikit mengkhawatirkan tentunya.

Dan yang terakhir paginya begitu sempurna, balasan kebaikannya kepada gadis itu dibalas dengan teriakan selamat pagi yang memekakan telinga.

Suara derap langkah cepat terdengar pada balik pintu kamar yang berada pada sudut ruangan itu. Tak lama disusul dengan ketukan dan suara wanita yang tak asing untuk Taeyeon.

"Taeng, ada apa?"

Taeyeon bisa mendengar suara khawatir Ibunya dibalik pintu. Taeyeon memutuskan menuju ke arah pintu menghiraukan gadis aneh yang masih saja menangis dengan kencangnya memohon untuk menangtarnya pulang ke rumah.

Taeyeon hanya menggeleng mencoba menghiraukan kegaduhan yang baru saja terjadi. Taeyeon memilih berlalu keluar kamarnya, setidaknya mencuci wajahnya bisa sedikit menenangkannya "Aku tidak tau, dia tiba – tiba menangis"

Wanita setengah baya itu hanya menatap punggung anak gadisnya berjalan menjauh lalu pandangannya teralihkan kepada gadis yang masih menangis diatas kasur.

"Ku mohon bibi, pulangkan aku~"

***

Taeyeon merapikan alat tulisnya. Kelasnya berakhir beberapa saat lalu. Wajahnya tampak masam. Sepertinya hari ini bukan menjadi hari keberuntungannya. Hasil presentasi dari analisis buku yang Ia sudah persiapkan semenjak dua minggu yang lalu tidak berakhir baik.

Dosen "Killer" yang menjadi penilai terlalu berlebihan memberikan kritik. Ditambah lagi dengan keadaan suasana hatinya yang sudah tidak baik sejak pagi tadi. Ya tentu saja karena kegaduhan yang dilakukan oleh si gadis aneh.

Tak lama setelah meninggalkan gadis yang menangis dikamarnya itu, Taeyeon memilih untuk pergi membasuh dirinya. Mungkin mandi dengan air dingin dipagi hari bisa sedikit membantunya untuk sedikit tenang, namun hal itu sama sekali tidak membantunya.

Dan untuk saat ini, Taeyeon memilih untuk duduk pada area taman yang tak jauh dari bangunan fakultas. Memilih untuk mendengarkan lagu yang mungkin bisa membantunya?

Taeyeon menarik nafasnya panjang. Mengenai kelanjutan kejadian tadi pagi. Setelah Ibunya menenangkan gadis itu dan menceritakan tentang kejadian kemarin malam kepadanya tak lama gadis aneh itu dijemput oleh Ayahnya disaat Taeyeon sedang mandi. Entah mengapa kejadian itu seperti menjadi pelatuk dirinya untuk menjadi kesal.

Mengapa mengingat itu emosinya menjadi naik? Memang benar jika emosinya semakin terasa tak baik akhir – akhir ini. Seperti semakin tak bisa untuk dikontrol. Entah ini karena terbebani pikirannya sendiri atau mungkin pengaruh lingkungan yang sedang Ia rasakan. Taeyeon tak mengerti. Tak memiliki teman untuk melabuhkan isi pikirannya cukup membuatnya sulit.

Memang Ia memiliki beberapa teman yang dapat dihitung jari, namun tak satu dari mereka pun yang dapat Taeyeon jadikan sebagai teman berkeluk kesah dan mengutarakan kalimat yang selalu berputar pada kepalanya. Seakan Ia memang membangun tembok itu untuk dirinya sendiri disaat Ia membuthkan orang lain untuk membantu merobohkan pembatas itu.

Terkadang hal - hal gila melintas pada kepalanya. Namun, itu semua kembali pada satu hal. Ia masih terlalu waras untuk memikirkan dampak yang bisa terjadi pada keluarganya. Gunjingan, cemoohan. Entah apa pun itu. Taeyeon hanya tak yakin melakukannya.

Musik klasik yang sedari tadi mengalun pelan, perlahan dapat membantunya. Ini berhasil? Amarah tadi yang sedikit meluap kini menjadi sedikit lebih reda.

Matanya menutup pelan. Menikmati semilir angin sore yang menerpa wajah, menerbangkan anak rambut. Udaranya memang sedikit panas. Namun itu tak menjadi sebuah masalah untuknya.

Salah satu earphone yang sedari tadi bertengger pada telingannya terlepas dengan sedikit paksa. Kepalanya refleks menoleh, memastikan si pelaku.

"Mau ikut minum bersama Yuri tidak malam ini?"

Sooyoung – Temannya yang masuk dalam daftar teman—yang—bisa—dihitung—dengan—jari. Mahasiswi dengan jurusan sama dengannya. Mereka mulai berteman dan menjadi sedikit akrab karena berada dibeberapa kelas yang sama serta telibat beberapa projek analisis yang perlu dilakukan secara berkelompok.

Taeyeon menggeleng. Ingin ikut tetapi rasanya sangat malas jika Ia harus berinteraksi dengan banyak orang. Hawa keberadaannya tipis dan membuat suasanya menjadi jatuh itu adalah keahliannya dan itu sedikit melelahkan untuk Taeyeon.

"Maaf Sooyoung-ah, Aku tidak bisa ikut"

Sooyoung yang sudah duduk disampingnya itu mengangkat alisnya penasaran "Pasti Lee-ssaem memarahi mu lagi ya? Kenapa bisa?"

Taeyeon sedikit terkejut mendengar tebakan Sooyoung namun tidak terheran. Karena memang selalu begitu, Sooyoung pasti bisa menebaknya dengan mudah. "Mood ku hanya sedang tidak baik"

"Maka dari itu, ayo pergi minum, sedikit alkohol bisa membuat mu terbang"

Taeyeon hanya tersenyum sambil menggeleng mendengar tawa Sooyoung diujung kalimatnya.

"Kau pergilah, aku akan ikut nanti jika mood ku sudah lebih baik"

Seakan mengerti jika Taeyeon ingin sendiri, Sooyoung bangkit dari duduknya lalu menepuk pundak Taeyeon "Berhati – hatilah, jangan pulang malam terus"

Taeyeon mengangguk tersenyum melihat punggung Sooyoung yang menjauh.

Setidaknya Taeyeon seharusnya bersyukur ketika masih ada orang yang ingin menjadikannya sebagai teman. Sooyoung adalah orang yang baik. Masih mengajaknya berteman ketika Taeyeon membangun pembatas untuk orang – orang yang berada disekitarnya. Setidaknya itu yang bisa tergambar pada pikiran Taeyeon.

Taeyeon bangkit dari duduknya, memilih pergi ke perpustakaan kampus untuk mengembalikan buku yang sudah selesai dibacanya dan tentu memilih beberapa buku lainnya untuk dipakai untuk tugas selanjutnya.

Dibalik sisi gelapnya yang tak diketahui oleh orang lain. Taeyeon menggambarkan seorang gadis yang memilih tenggelam diantara tumpukan buku tebal yang tak tampak menarik sama sekali. Tenggelam untuk terlarut pada alur fantasi yang meliatkan dirinya dapat berimajinasi dengan liar. Atau sekedar menyendiri menghabiskan waktunya untuk tenggelam pada isi pikiran "gila"nya.

"Seperti biasanya kau selalu datang, Taeyeon" sapa seorang gadis yang sama pendek dengannya dari balik meja dengan papan kecil bertuliskan [ASISTEN PETUGAS].

Gadis ini juga salah satu teman—yang—bisa—dihitung—dengan—jari, dia adalah Sunny. Teman sekelasnya disaat tahun pertama mereka masih duduk dibangku sekolah menengah atas yang nampaknya pertemanan mereka bisa terjaga sampai sekarang. Ini sedikit menakjubkan untuknya.

Taeyeon meletakan buku yang dikembalikannya ke dalam keranjang yang telah disiapkan "Tentu aku harus mengembalikan ini dan meminjam yang lainnya"

Gadis yang berada dibalik meja petugas perpustakaan itu hanya tersenyum menanggapi "Beberapa buku baru baru saja datang, aku meletakannya pada rak G05 sampai G08 jika kau penasaran"

Taeyeon hanya mengangguk, Ia tidak tertarik. Memilih masuk pada barisan rak yang menjadi favoritnya. Memilih beberapa buku disana dari penulis klasik yang nama mereka sudah tak asing untuk Taeyeon.

Sedikit lama Taeyeon tenggelam disana, memilih beberapa buku baru yang kini sudah masuk ke dalam tasnya. Tentu Sunny dengan baik hati membantunya mencari buku yang tepat untuk karya litelaturnya minggu depan.

Nocturne N0. 20 in C Sharp Minor karya dari Pianist Polandia mengalun dengan dentingan lembut. Musik yang terkesan romantis yang sangat kontras dengan isi pikirannya yang selalu berjalan pada sisi lainnya.

Taeyeon memilih untuk pergi dari taman itu. Berjalan menuju gerbang untuk pergi ke minimarket terdekat untuk membeli sebungkus rokok untuk Taeyeon nikmati nanti, sembari menikmati semilir angin yang berhembus tenang diiringi kilauan jingga pada ufuk barat.

Suara cicada yang sudah tak seramai siang tadi mengiri langkahnya menuju gerbang utama. Taeyeon berjalan sedikit santai sambil menikmati.

Tidakkah kehidupan dikampus yang sedang Ia jalani terlihat sedikit terlihat menyedihkan? Sendirian diantara keramaian orang - orang yang tengah sibuk bercengkrama.

Lihatlah beberapa orang yang duduk di gazebo sana, mereka mengobrol dengan temannya yang sesekali tertawa. Atau beberapa orang yang melintas sambil bertukar pikiran dengan teman yang berada disampingnya.

Taeyeon sedikit iri mengenai hal itu. Mengetahui fakta disaat ini Ia sedang sendiri. Menyedihkan sekali. Apa Ia memang ditaktirkan untuk benar – benar sendiri untuk seumur hidupnya?

Pikiran buruk kembali mengisi kepalanya. Kalimat memaki diri sendiri. Tubuhnya menjadi sedikit bergetar karena hal itu. Taeyeon memilih mengerakan pegangannya pada strap tas punggung lalu melangkah sedikit lebih cepat.

Ia hanya ingin cepat – cepat keluar dari keramaian kampus yang sedikit banyak masih terisi dengan kesibukannya.

Punggung tas Taeyeon terasa sedikit ditarik dan berhasil menghentikan langkahnya.

"T-tae-yeon-ssi"

***

GalForCuco//2022

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet