Stress

Drawing Our Moments // taeny

Asap nikotin mengepul di udara. Batangan tembakau dihisap seorang gadis berbibir tipis sambil menikmati hembusan angin di pinggir sungai. Sungai yang tampak tenang namun siapa yang menyangka dibalik tampaknya itu menyembunyikan kerasnya arus yang berada dibawahnya.

Tidak, gadis itu tidak berniat untuk terjun ke sungai yang dingin itu. Hal itu hanya akan membawa kesengsaraan pada kebebasan yang semu. Gadis itu hanya ingin “menikmatinya”, mencari ketenangan ditengah kehidupan dipinggir kota.

Pinggiran sungai itu tampak ramai. Tak heran jika tempat ini menjadi salah satu pelarian orang – orang untuk keluar dari dunia dengan segala masalahnya. Melarikan diri sejenak tidak akan menjadi sebuah masalah bukan?

Terihat disepanjang matanya memandang terdapat beberapa pasangan yang juga sedang menikmati pemandangan sungai atau mungkin tidak. Cih, dirinya sedikit merasa ciut disaat Ia ditarik oleh kenyataan. Memandang iri orang – orang yang sedang bermesraan itu. Ia juga ingin memiliki seseorang untuk berbagi cerita, atau mungkin sedikit bermesraan.

Hisapan dalam batangan tembakau itu terasa memenuhi dadanya, menghembus di udara dan tergantikan kaleng bir yang kali ini masuk ke dalam bibir tipis itu.

Bukankah Ia juga sama? Melampiaskan ketidak mampuannya kepada benda yang memberikan kebebasan khayal seperti yang dilakukannnya saat ini. Mengapa ini mulai terlihat sangat menyedihkan? Ketidakmampuannya sebagai individu untuk bersosialisasi. Mencari jati diri melewati gerbang pelampiasan palsu.

Oh ayolah, jangan membuat dirinya terlihat sebagai orang yang sangat buruk. Tidakkan bukan hanya dirinya saja bukan yang melakukannya? Yang bermain – main dengan kepalsuan dunia. Hahaha.

Udara malam yang dingin mulai terasa menggelitik diantara sela baju hangatnya tak menghentikannya mengambil hisapan panjang membuat bara diujung lintingan tembakau itu menyala.

Entah apa isi pikirannya yang mulai terasa sangat kacau akhir – akhir ini. Bahkan efek menenangkan dari batangan tembakau ini tidak sama sekali membantu. Kepulan asap itu terhembus kembali sebelum gadis itu menginjak mati bara yang menyala.

Suara nyala korek api terdengar kembali. Entah sudah berapa batang yang Ia habiskan sendiri, perang di dalam pikirannya terus terjadi. Entah apa yang Ia harus lakukan. Ia tidak bisa menjelaskannya.

Helaan nafas seiring hembusan asap itu terasa sangat kosong. Memorinya kembali mengingat hal apa saja yang membuatnya bisa seperti ini. Seperti kaset yang sangat kusut. Kepalanya tak bisa berpikir dengan jernih.

Entah hanya dirinya atau hanya jalan pikirannya. Gadis itu merasa sangat kosong.

Ia berasal dari keluarga yang mampu. Keluaganya lengkap, namun terasa sangat kosong dalamnya. Anggota keluarganya terlalu sibuk dengan kegiatan mereka masing – masing, sehingga kesan “keluarga” baginya itu hanya sekumpulan orang yang berpura – pura untuk bahagia. Tak ingin terlihat menyedihkan dan bersembunyi dibalik topeng “terlihat baik – baik saja”.

Entah hanya mungkin dirinya yang merasakan hal tersebut. Ia tergolong orang yang pandai dalam menutupi perasaannya hanya karena tidak ingin membuat orang lain tersebut merasa kecewa dan sedih.

Kesulitan dalam mengungkapkan emosinya. Ia hanya akan merasa membebani perasaan orang tersebut jika Ia meminta mereka untuk melakukan sesuatu untuknya. Maka dari itu Ia memilih untuk memendamnya untuk dirinya sendiri.

Hembusan angin itu menerpa wajahnya lagi. Gadis itu melirik sekilas jam tangannya. 22:07. Hampir memasuki waktu tengah malam. Pulang sedikit terlambat tidak akan menjadi masalah bukan?

Gadis itu memang membiasakan dirinya untuk pulang sedikit terlambat. Lebih tepatnya menghindari interaksi yang perlu Ia lakukan. Kelas terakhirnya berakhir 30 menit yang lalu, jadi sudah menjadi hal biasa untuknya jika pulang sedikit larut. Mungkin Ia hanya akan mendapat sedikit ceramah dari Ibunya yang akan Ia dengarkan saat sampai dirumah.

Memang sedikit aneh jika seorang gadis masih berkeliaran dipinggiran sungai di dalam waktu yang hampir menuju tengah malam seperti ini. Apa lagi dengan keadaannya yang sedang asik membakar lintingan tembakau seperti ini. Ia tampak seperti seorang berandalan atau mungkin memang saja disebut seperti itu? Sama sekali tak merasa khawatir jika ada sesuatu yang buruk tiba – tiba menimpanya.

Hembusan asap itu terasa semakin kosong diantara angin yang mulai terasa menusuk tubuh mungilnya. Gadis itu merebahkan tubuhnya pada rerumputan yang ada disekitarnya. Terasa sedikit basah namun sangat nyaman. Kepalanya memandang lurus ke atas, menatap titik – titik kecil yang menghiasi langit malam. Cantik. Pujinya dalam hati.

Gadis itu mengulurkan tangannya. Seolah sangat ingin meraih titik – titik kecil itu atau menjadi bagian dari mereka. Ia tertawa kecil, menertawakan kemustahilan dirinya. Yang Ia hanya bisa lakukan saat ini hanya melampiaskannya kepada lintingan rokok serta sekaleng beer. Menyedihkan.

Ia menghisap kembali batangan tembakau itu lalu memejamkan matanya sejenak. Suara deru dan klakson mobil pada malam ini tak sekacau yang terdengar di kota – kota besar dan Ia sangat bersyukur untuk itu. Setidaknya Ia bisa merasakan sedikit rasa ketenangan itu.

Matanya terbelak cepat disaat Ia merasakan ada sesuatu yang dengan cepat menangkup wajahnya. Ia refleks menepis dengan cepat dengan buku – buku tangannya yang telah mengepal bersiap untuk memukul sesuatu yang lancang menyentuhnya itu.

Hampir berteriak dan melayangkan pukulannya namun tertahan ketika melihat siapa pelaku yang dengan lancang menyentuhnya itu. Seorang gadis dengan scarf pink, dia berjongkok tepat disampingnya, yang nampak tak kalah terkejut. Apa -  apaan itu, yang harusnya terkejut disini harusnya hanya dirinya, bukan gadis dengan scarf pink itu.

 “Yah! Apa yang kau lakukan?”

Gadis perokok itu— Taeyeon menginjak puntung bara tembakau dengan kesal lalu berdiri dari tidurnya. Menatap tak suka kearah gadis dengan scarf pink itu yang juga ikut berdiri dari jongkoknya.

“Maafkan aku, aku kira kau tadi adalah mayat” gadis dengan scarf pink itu membungkukkan badannya, meminta maaf,

Taeyeon terkejut tak percaya, mana mungkin ada mayat yang masih memegang batangan rokok ditangannya, apa dia gila?

“Jika tadi aku adalah mayat, maka yang sekarang berbicara di depan mu adalah hantu”

Gadis dengan scarf pink itu mengerutkan keningnya, lalu meraih kedua tangan Taeyeon “Jadi apa aku sudah mati? Tetapi wajah mu terasa hangat, apa itu karena bara rokok mu tadi? Huh aku bahkan belum membeli es krim stoberi ku~”

Taeyeon terdiam tak habis pikir atas tingkah laku gadis scarf pink itu. Tindakan yang sangat lancang itu tapi entah mengapa terasa sedikit hangat. Sentuhan itu terasa sedikit nyaman tetapi realita kembali menyadarkannya. Dengan cepat Ia melepaskan kedua tangan itu.

“Yah!! Apa – apaan lagi itu? Apa kau tidak sadar betapa lancangnya diri mu huh?”

“Bukan kah kau sudah menjadi hantu seperti ku? Tetapi dari novel yang ku baca han—”

“Ya! Kau bodoh ya? Mana mungkin aku adalah hantu, tidak kah kau melihat ku sedang merokok tadi? Dan lihat, bukan kah kaki mu masih menginjak tanah?”

“Tapi kau ta—“

“Aish! Sudahlah, percuma aku berbicara, dasar aneh!”

Taeyeon meraih tas punggungnya lalu beranjak meninggalkan gadis scarf pink yang masih mencoba mencerna kalimatnya tadi. Apa – apaan itu, bagaimana Taeyeon bisa sangat sial malam ini bertemu gadis aneh yang mengiranya sudah mati.

Mungkin saja gadis itu pengikut kultus atau apakah mungkin gadis itu benar – benar adalah hantu penunggu sungai? Taeyeon sedikit bergidik ngeri. Tapi mana mungkin Ia bisa berbicara dengan hantu. Efek rokok dan sekaleng akan terlalu rendah untuk membuat ilusi seperti itu. Taeyeon tak selemah itu.

Sebaiknya  Taeyeon segera pulang sebelum malamnya semakin aneh. Tetapi untung saja bukan orang tadi tidak berniat aneh, tapi tetap saja aneh. Sudahlah kepalanya semakin pusing memikirkannya.

Langkahnya bergerak menyusuri trotoar. Lalu lintas malam hari yang mulai tampak lebih lengang, lampu rambu lalu lintas masih berkerja dengan keras. Bus terakhir yang menuju arah rumahnya sudah lewat sejak beberapa menit yang lalu.

Itu hal yang sudah menjadi kebiasaannya. Taeyeon sudah sering berjalan kaki menuju rumahnya. Sesekali kakinya menedang kerikil untuk melampiaskan kekesalannya atas kejadian tadi. Huh. Benar – benar menyebalkan.

Taeyeon mengeratkan tas punggungnya sesekali menghela nafasnya, menggeleng mencoba melupakan kesialannya tadi. Ia kesal. Sangat. Jika saja tadi itu bukan seorang gadis Taeyeon sudah melayangkan pukulan sabuk hitamnya.

Taeyeon menghentikan langkahnya ketika Ia merasa ada sesuatu yang mengikutinya. Taeyeon menoleh kebelakang, gadis aneh itu mengikutinya? Taeyeon bisa melihat gadis scarf pink itu dengan jelas mencoba bersembunyi dibalik tiang lampu jalanan. Apa – apaan itu? Apa gadis itu berniat jahat kepadanya?

Taeyeon mengambil langkah cepat, begitu juga dengan gadis berscarf pink.

Taeyeon berhenti, begitu juga dengan gadis berscarf pink.

Taeyeon berlari, begitu juga dengan gadis berscarf pink.

Taeyeon mempercepat laju larinya sehingga tak mendengar suara derapan langkah gadis berscarf pink itu.

Aman. Gadis itu tak bisa mengejarnya.

Taeyeon terduduk diatas aspal jalanan gang yang lengang untuk mengatur nafasnya, berlari sambil menggendong buku – buku tebal bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan. Apalagi sekarang dengan keadaannya yang sering merokok sembunyi – sembunyi semakin memperburuknya. Apakah Ia harus menelpon polisi karena gadis itu hampir mengikutinya pada separuh jalannya menuju rumah.

Tak lama setelah mengatur nafasnya, Taeyeon kembali mendengar derapan langkah yang sendari tadi mengikutinya, Ia sedikit terkejut tak habis pikir atas tingkah laku gadis aneh yang sialnya Ia temui itu. Rasa takutnya sedikit memuncak disaat gadis aneh itu berjalan mendekat.

Ia hanya bisa terduduk dengan kaki yang masih bergetar akibat berlari. Tenaganya belum benar – benar pulih untuk berlari menghindar. Apa malam ini Ia akan benar – benar berakhir menjadi hantu? Ia bahkan belum memberi makan ikan mas koi peliharaannya. Zero-ya~ maafkan aku.

Teriakan yang tak bisa Taeyeon tahan lagi. Gadis aneh itu semakin mendekat dengan nafasnya yang memburu.

“HUAAA!! Apa yang kau inginkan? Kau gila! Menjauhlah dari ku, aku tidak punya uang, pergilah!”

BRUK—

Gadis aneh itu tumbang tepat diatas badannya. Gadis dengan scarf pink itu pingsan.

“Huh?”

***

Taeyeon kembali membenarkan posisi badan gadis aneh yang tadi sempat mengejarnya itu pada punggungnya. Tidak Taeyeon tidak ingin menculiknya tetapi Taeyeon memutuskan untuk membawa gadis itu pulang setelah kesialan yang lain kembali menimpanya— Ia tak bisa menggunakan telponnya, baterainya habis.

Ia tak mungkin setega itu untuk meninggalkan tubuh gadis itu dipinggir jalan dengan keadaan malam yang semakin dingin. Taeyeon masih punya hati. Bukankah Ia terlalu baik hati? Membawa pulang gadis yang mengejarnya tadi yang apa entah motivasinya itu untuk mengejar Taeyeon dan sekarang sedang pingsan tak sadarkan diri digendongnya menuju rumahnya untuk sekedar menghangatkan diri.

Taeyeon entah harus kesal atau kasihan. Tapi wajah gadis ini sedikit pucat, gadis yang sama yang mengejarnya tadi membuatnya— aish sudahlah lupakan.

“Berat sekali badan mu, makan apa saja kau huh?”

Untuk kesekian kalinya Taeyeon mengeluhkan beban yang harus Ia bawa. Membawa tubuh seorang gadis serta buku – buku pelajarannya yang tebal itu bukanlah sesuatu yang mudah, dan jangan lupa Taeyeon adalah seorang perempuan. Staminanya tak sebesar laki – laki.

Ia memang pemegang sabuk hitam, tetapi Ia sudah tak berlatih selama dua tahun belakangan ini. Staminanya tak sebesar saat Ia sering berlatih dulu.

Taeyeon mengetuk pagar rumahnya. Tak lama seroang wanita setengah baya menyembulkan kepalanya dibalik pagar.

“Ya~ Siapa yang kau bawa itu? Apa yang telah kau lakukan?”

“Bisakah aku masuk terlebih dahulu Eomma? Dia berat sekali”

Wanita separuh baya itu  mengangguk terheran melihat putrinya membawa tubuh gadis lainnya pulang ke rumah. Itu bukan hal yang biasa dilakukan. Putrinya itu memang sedikit tomboy tetapi Ia tahu putrinya itu tidak akan melibatkan dirinya kedalam masalah.

“Ya Taeyeon-ah, siapa yang kau bawa itu?”

Suara berat ayahnya terdengar ketika Ia melewati ruang tengah dimana ayahnya sedang menonton acara di TV. Membuntuti Taeyeon menuju kamarnya, disusul oleh ibunya juga.

Taeyeon merebahkan badan gadis itu diatas kasurnya. Lalu sedikit meregangkan otot – ototnya yang pegal akibat menggendong gadis itu. Taeyeon melirik sekilas pada arah daun pintu, melihat kedua orang tuanya yang sedang menunggu penjelasan darinya.

“Aku akan bercerita sehabis membersihkan diri”

***

“Jadi aku memutuskan untuk membawanya pulang”

Taeyeon memasukan potongan tahu kedalam mulutnya. Ayahnya mengangguk paham setelah mendengar penjelasan dari Taeyeon mengenai gadis yang dibawanya tadi. Ibunya terlihat mengerutkan kening mencoba mengingat sesuatu.

Suasana yang terasa sedikit ganjil, karena kedua orang tuanya berkumpul hanya untuk menemaninya makan malam, atau mungkin hanya menginginkan penjelasan darinya. Tapi disamping semua itu, ini terasa sedikit hangat.

Taeyeon menyukainya. Hati kecilnya sedikit berteriak, tetapi hal itu terasa semakin aneh karena tak biasa mendapatkan perlakuan seperti dari orang tuanya yang mana bukankah itu adalah hak yang perlu diterima oleh setiap anak. Kehangatan kasih sayang dari kedua orang tuanya.

“Kurasa Eomma mengela gadis itu, bukankah dia putri Pak Hwang?”

Ibunya menunggu Ayahnya membenarkan ingatan istrinya itu. Ayahnya kembali mengangguk “Kurasa juga begitu, aku tidak terlalu mengingatkan tapi aku rasa gadis itu sempat menyapa ku beberapa kali di depan tokonya”

Taeyeon menyerengitkan alisnya tak paham. Giliran Taeyeon yang menunggu penjelasan orang tuanya.

“Putri Pak Hwang pemilik toko bunga yang ada diujung distrik”

Taeyeon mengingat Ia pernah sesekali melewati toko bunga itu yang tak jauh dari toko kacamata milik orang tuanya. Tetapi Ia tak pernah melihat gadis itu berada disana. Toko yang selalu ramai, mungkin karena toko itu adalah satu – satunya yang menjual berbagai macam jenis bunga yang berada dikotanya.

“Aku akan mencoba menelpon Pak Hwang untuk memastikannya” Ayahnya menangguk menyetujui usul istrinya.

***

Taeyeon menatap gadis tajam yang masih tertidur dengan nyenyak diatas kasurnya itu. Taeyeon memcingkan matanya menatap gadis sambil memainkan pulpen yang menari diantara jarinya. Wajah gadis itu sudah tak sepucat disaat Dia tumbang tadi.

Rasa kesalnya kembali membuncah ketika melihat wajah gadis itu, dia tak tampak seperti orang jahat, tapi mengapa gadis ini mengejarnya.

Taeyeon hanya meneriakinya ketika gadis itu bertingkah lancang terhadapnya. Apa mungkin karena tidak terima atas perlakuan Taeyeon gadis itu ingin mebalasnya? Tapi bukan kan memang pantas Taeyeon kesal terhadapnya, mengapa juga Ia harus mendapatkan balasan?

Taeyeon kembali menarik kursinya menuju meja belajarnya untuk mengalihkan rasa kesalnya karena kejadian yang harus Ia alami karena gadis itu. Lalu menatap kosong kearah ikan mas koi yang sedang mengelilingi gelas akuriumnya. Andai saja Ia tak pulang larut mungkin Ia tak akan menemui kesialan seperti ini.

“Taeng”

Suara Ibunya menyembul dibalik pintu. “Pak Hwang akan menjemputnya besok, jadi dia akan bermalam disini malam ini, biarkan dia tidur dikamar mu ya”

Dan mengerutkan keningnya, bodohnya Taeyeon sekarang Ia baru menyadari mengapa Taeyeon menaruh gadis ini di dalam kamarnya. Satu kamar dengan gadis yang Ia sama sekali tak kenal yang sudah berbuat lancang dan merepotkannya seperti ini.

Tidak. Dia tidak mau.

Dimana Taeyeon harus tidur malam ini? Kasurnya tak muat untuk dua orang, jika pun Iya, itu akan terasa sangat sesak, tak nyaman. Apa Ia harus menendang gadis itu supaya bangun dan tidur dikasur lipat saja? Tapi hatinya tak setega itu, meskipun Dia gadis yang aneh dirinya juga seorang gadis, tak akan baik jika memperlakukan dan diperlakukan seperti itu.

Ia tak mau tidur bersama gadis itu. Tak ada pilihan lain, tidak tidur atau harus tidur diatas kasur lipat yang tak senyaman kasurnya atau berdempetan dengan gadis yang tak dikenalnya itu. Taeyeon mengacak rambutnya frustasi, menatap pasrah ke arah kasurnya.

“Matahari cepatlah terbit~”

***

GalForCuco // 2022

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet