Karnaval Musim Panas

Pemburu Goblin

"AH! KARNAVAL SUDAH MULAI!" Wheein memekik melihat jajaran parade dari kejauhan. Lampion mulai menyala sesaat genderang dan accordion berbunyi.

Sang pemanah berbalik dan hendak lari menerjang ke tengah desa, namun langkahnya berhenti di udara. Rasanya seperti ada yang menarik kakinya dari tanah dan menahan tubuhnya di tempat.

"Aku tahu kamu suka parade, Nabi." Kata seorang penyihir seraya menjejakkan tongkatnya ke bayangan pemanah itu. Kalau dilihat lebih dekay lagi, bagangan Wheein sedikit memelar seperti karet elastis di bawah tarikan ujung tongkat sihir Hwasa.

"Lepaskan!" Wheein meronta, mencoba melepaskan diri dari jeratan sihir, tangannya dikibaskan samlai akhirnya dia merasa bisa bergerak seutuhnya.

Lambannya respons dari Moonbyul membuat Hwasa diam-diam melirik ke arah perempuan kekar itu. Lamat-lamat, dia mendengar....

"Ah ... sudah mulai ya...." Itu yang diucapkan Moonbyul.

Ah, dia kasmaran. Setelah sekian lama dan akhirnya mendapatkan sebuah afirmasi, Hwasa tidak sadar kalau telah mengendurkan sihirnya dan hampir saja melepaskan pemanah kesayangannya pergi.

Untung saja Moonbyul ssegera bertindak. Dia merentangkan tangannya yang berbulu itu dan meraih baju kulit Wheein. "Karena karnaval sudah mulai, ayo kita cepat selesaikan misi ini," begitu katanya, nadanya ceria bercampur ritme terburu-buru yamg tidak begitu kentara.

Namun, Wheein telah mengepalai grup kecil petualangnya itu dan segera menangkap keanehan pada Moonbyul. Di balik perawakan manusia harimau yang buas itu, dia yang paling cerewet masalah 'strategi' dan 'jangan terburu-buru' (meski kemampuan membuat strategi di awal adalah kelemahan besar trio pemburu ini. Strategi mereka adalah 'Improvisasi, Adaptasi, Habisi Setiap Goblin yang ditemui'.)

'Ah! Dia sungguhan kasmaran!' "Kak Byulyi! Kamu menyeramkan!" Dan pernyataan itu menuai nada tanya dari si manusia harimau. "Jangan lupa, kapten grup ini adalah Wheein. Meskipun misi kita hanyalah ekspedisi ruang bawah tanah Katedral Besar. Tempat itu pernah jadi sarang goblin sebelumnya."

Wheein berkata sambil mengeluarkan cetak biru ruang bawah tanah dari klien lalu memperlihatkannya pada kedua rekannya.

"Kita masuk dari sisi timur saluran air kota. Pintu utama ada di Katedral Besar dan sedang ramai sekali di sana. Jadi, pintu utama bukanlah pilihan."

"Strategi kita apa, Kapten?" tanya Hwasa sambil memainkan kukunya yang agak panjang.

"Sikat semua goblin yang ada. Kita tidak boleh biarkan satu pun lolos karena festival ini. Bahaya untuk para warga--dan Ahn Hyejin! Demi Bumi Ar Ciel! Simpan jenderal milikmu dan jangan hancurkan satu pilar pun di bawah sana nanti!"

Hwasa diam, wajahnya datar. Bibir hitamnya sedikit cemberut namun seketika menjadi senyum. "Jadi, kalau bukan Jenderal yang melakukannya, tidak apa 'kan?"

"Bukan begitu!" Moonbyul dan Wheein berkata serempak.

"Jangan menghancurkan satu pilar pun!" Kata Moonbyul mengernyitkan dahi. Uang bulanan grup mereka sudah setipis sarung tinju Moonbyul yang belum kunjung dia perbaiki. "Hyejin, kumohon...."

Nada meminta itu membuat Hwasa sedikit puas meski masih sedikit kesal. Pasalnya, karena keuangan mereka yang tipis akhir-akhir ini membuat gruo mereka melakukan misi solo untuk melakukan misi apapun yang mereka dapatkan. Dan akhir-akhir ini, Hwasa mendapatkan misi bertarung ... entah apakah anak-anaknya nanti bisa menahan diri dengan baik atau tidak.

"Yasudah...." begitu katanya. Jari di silangkan tanda tidak menjamin keadaan pasukan hantunya itu nanti.

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
D00bydab
Cek ombak. Bakal lanjut edit di chapter yg sama.

Comments

You must be logged in to comment
JetidalRe #1
Chapter 1: Woahh jarang2 ada au mamamoo bahasa indo