Chapter 1

Best Friend

Satu persatu pria yang berhadapan dengan Seung Wan jatuh ke tanah dengan pukulan-pukulannya. Dia menjatuhkan 2 orang sekaligus dalam sekali pukulan, membuat 5 orang yang awalanya menghadang Seung Wan dan teman-temannya pun lari terbirit-birit. Seung Wan mengelap darah yang ada di pinggir bibirnya.

“Ayo, kita pergi,” ajaknya pada 3 teman lainnya, Mereka meninggalkan tempat itu dan menuju tempat dimana mereka biasa berkumpul untuk hanya sekedar melepas lelah.Ia pria yang sedikit keras kepala, namun teguh pada pendirian. Pria yang jarang menebar senyumnya, namun ia akan tersenyum bahkan tertawa di dekat orang-orang yang ia pikir nyaman jika sedang bersamanya. Ia juga pria yang jarang bicara pada orang yang baru ia kenal, namun bagi keluarga dan sahabat-sahabatnya ia adalah pria baik yang selalu menjadi tempat mereka mencurahkan isi hatinya. Son Seung Wan, salah satu siswa terbaik di sekolah, baik di bidang akademik maupun di bidang olah raga. Son Seung Wan adalah kebanggaan sekolahnya sekaligus masalah bagi sekolah, karena prestasi Seung Wan dan juga masalah yang ia ciptakan di sekolah, terkadang membuat kepala sekolah harus memukul jidatnya karena masalah yang diciptakan olehnya. Namun Seung Wan tidak pernah perduli dengan hal itu.

“Kau berkelahi lagi?” Tanya tuan Son saat melihat luka di wajah Seung Wan.

“Iya ayah, mereka menghalangi kami.” Tuan Son menghela nafas panjang melihat kelakuan anak lelaki satu-satunya itu.

“Bersihkan dirimu setelah itu kita makan malam.”

“Ne appa.” Seung Wan pun masuk ke kamarnya dan langsung mandi seperti perintah sang ayah.

“Apa Seung Wan sudah pulang?.” Tanya nyonya Son pada suaminya.

“Dia sedang mandi.”

“Apa dia berkelahi lagi.” Tuan Son hanya tersenyun sambil memeluk istrinya.

“Kapan anak itu berhenti berkelahi, apa iya harus ikut terapi agar bisa mengendalikan amarahnya.” Keluh nyonya Son pada suami tercintanya.

“Kau tahu kan iya berkelahi pasti ada sebabnya, dia tidak hanya berkelahi saja seperti preman.”

“Tapi tetap saja itu berbahaya sayang.”

“Omma tidak perlu khawatir, aku akan baik-baik saja.” Tuan Son melepas pelukannya dari istrinya, dan disambut oleh pelukan Seung Wan pada ibunya.

“Aku bisa meninggal karena sakit jatung karena mu.”

“Aku akan baik-baik saja omma.” Kecup Seung Wan di pipi ibunya. Ya, Seung Wan bisa semanis ini dengan keluarganya, ia bahkan tidak malu-malu untuk bermanja kepada kedua orang tuanya terutama kepada ibu, kakak dan adik perempuannya.

“Noona tidak pulang lagi appa.”

“Noona mu akan kembali minggu depan.”

“Kau membiarkan noona bekerja begitu keras appa,” protes Seung Wan yang sudah tidak bertemu dengan kakak perempuannya selama 1 bulan.

“Ia harus melakukannya saat ini karena ia harus belajar banyak, setelah itu ia bisa bersantai seperti kami, iya kan sayang.” Nyonya Son tersenyum pada suaminya.

“Bi, tolong panggil Yeri untuk segera bergabung.”

“Baik nyonya.” Bibi Shim langsung menuju kamar Yeri dan memanggil gadis yang lebih muda dua tahun dari Seung Wan. Sebelum Yeri duduk di kursinya, ia mengecup pipi kedua orang tuanya dan memukul pundak kakak lelaki itu. Setiap hari, tuan dan nyonya Son berusaha untuk makan malam dengan keluarganya, agar anak-anak mereka tidak kehilangan kehangatan sebuah keluarga, mengajarkan anak-anaknya agar perduli satu sama lain terutama pada keluarga mereka. Meskipun sibuk dengan urusan pekerjaan mereka berusaha untuk selalu ada untuk ke 3 anak mereka. Mereka makan dengan suasana hangat, Seung Wan dan Yeri sangat bersyukur mereka memiliki kedua orang tua seperti tuan dan nyonya Son.

Seung Wan berjalan bersama 3 orang temannya di lorong sekolah, dan beberapa orang menyingkir karena tak ingin berurusan dengan Seung Wan yang di wajahnya terdapat prlester begitu juga ke 3 temannya. Jika sudah seperti itu, tidak ada yang berani mendekat dengan pria itu, karena ia bisa sangat sensitive. Mereka berpisah saat menuju kelas masing-masing. Seung Wan berjalan seorang diri menuju kelasnya di lantai dua sementara kelas teman-temannya berada di lantai 1. Tiba-tiba seorang gadis yang berjalan menunduk, menubruk Seung Wan, membuatnya sedikit kesal.

“Maafkan aku.” Ujar gadis itu sambil terus menunduk.

“Tegakkan kepalamu.” Perlahan gadis itu menegakkan kepalanya, keduanya saling menatap. Seung Wan memperhatikan wajah gadis itu.

“Apa kau baru di sini?” gadis itu hanya mengangguk.

“Siapa namamu?”

“Kang Seulgi.”

“Kau di kelas?”

“Kelas 2 ruang 3.”

“Sepertinya kau salah arah, ikut aku.” Seulgi hanya mengikuti Seung Wan dari belakang dan tetap menundukkan kepalanya.

“Aku bilang tegakkan kepalamu, jika mereka melihatmu seperti ini, kau akan menjadi mangsa yang empuk bagi mereka.” Seulgi tidak mengerti apa yang dikatakan oleh pria itu, namun ia hanya menuruti pria itu dan menegakkan kepalanya.

“Ini kelasmu.”

“Terima kasih, aku … harus memanggilmu.”

“Son Seung Wan. Jangan lupa kau harus menegakkan kepalamu kalau berjalan, dan jangan sekali-kali menundukkan kepala, kau tahu.”

“Terima kasih Seung Wan ssi.” Seung Wan tidak memperdulikan itu dan langsung menuju ke kelasnya. Ia duduk di tempatnya dan seorang siswi perempuan sudah memperhatikan wajah Seung Wan.

“Kau berkelahi lagi?”Seung Wan tak menjawab, ia hanya mengeluarkan beberapa buku yang akan mereka pelajari.

“Yaa, sampai kapan kau akan terus berkelahi.” Ujar gadis yang bernama Bae Irene tersebut.

“Kedua orang tua saja tidak melarang, kenapa aku harus menuruti mu.”

“Hah, keras kepala sekali.” Ujar Irene kesal dan meninju lengan Seung Wan. Mereka bersahabat sejak mereka berada di sekolah dasar, tepatnya akhir sekolah dasar. Waktu itu Seung Wan menolong Irene yang hampir tenggelam di kolam renang, karena kaki Irene tiba-tiba saja keram, dengan spontan Seung Wan menolong Irene yang hampir kehabisan nafas. Sejak saat itu mereka saling kenal dan ternyata kedua orang tua mereka  berteman dengan baik.

Irene dibesarkan seorang diri oleh sang ayah, ibunya meninggal saat melahirkan dirinya. Sang ayah sama sekali tidak pernah menikah lagi karena sangat mencintai sang ibu. Irene adalah anak satu-satunya tuan Bae Sang Bok, Irene sangat disayang oleh ayahnya, apapun yang Irene minta selalu ia berikan. Namun karena Irene adalah anak satu-satunya, dan iya hanya tinggal dengan sang ayah, gadis itu sering merasa kesepian karena sang ayah sibuk bekerja, dan juga sang ayah berharap Irene lah yang akan meneruskan kepengurusan di perusahaannya. Hal itu membuat Irene sedikit tertekan, namun ayahnya meyakinkan Irene agar tidak terlalu tertekan, mungkin tidak saat ini, namun suatu saat ia berharap Irene mampu memimpin perusahaannya.

“Yaa, aku mengkhawatirkan mu bodoh.”

“Sudahlah, urus saja urusanmu, aku sedang malas bertengkar denganmu.” Ujar Seung Wan cuek.

“Besok temani aku ke mall ya,”

“Kau kan punya banyak teman, mengapa harus mengajakku.”

“Aish, aku inginnya pergi bersamamu, sudah lama kan kita tidak pergi berdua.”

“Yaa, kau kan punya kekasih, apa kekasihmu tidak cemburu.”

“Mana berani dia cemburu padamu,” Irene memiliki ke kasih yang bernama Kim Suho, pria tampan, anak baik-baik, salah satu murid berprestasi, tapi peringkatnya masih berada di bawah Seung Wan dan atlet basket. Di sekolah mereka adalah pasangan yang sangat serasi, yang satu tampan dan sang gadis tidak hanya cantik tapi juga beprestasi, ketua ekskul seni yang telah membawa nama sekolah mereka mendapat juara di beberapa kejuaraan.

“Ayolah, Wan ah, aku ingin pergi bersamamu.” Ujar Irene dengan manja.

“Iya iya.. mau ku jemput jam berapa?”

“Seperti biasa,” Irene yang senang mengecup pipi Seung Wan, tiba-tiba dan pria itu sedikit meringis karena pipi itu masih sedikit memar. Mereka sering berargumen, tak jarang membuat kesal satu sama lain, tapi pada akhirnya Irene yang akan menang. 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
Dhedhe0788
Makasih buat yang udah baca dan komen di cerita ini.
Cerita ini sebenanrnya ngak niat aku post karena belum selesai. Sampai akhirnya aku putusin untuk post dan selesain ceritanya. Semoga kalian semua suka dan dukung aku terus ya.
Terima Kasih, sampai jumpa di cerita berikutnya.

Comments

You must be logged in to comment
MariaSopyan
#1
Chapter 8: Eeehh udah bereeeess
Terima kasih untuk ceritanya author nim
Ditunggu karya hebat berikutnya
chchcn #2
Chapter 1: Ha itu bisa bisa irene nain cipok pipi org ya
MariaSopyan
#3
Chapter 6: Daebaaaaaakkkk
Thanks for updating author nim
MariaSopyan
#4
Chapter 1: Kalau kamu penggemar Wenrene, jangan lupa mampir ke akun wattpad ku ya @ctrl_Je
MariaSopyan
#5
Chapter 1: Lanjut juseyo, suka nih