Chapter 2

Best Friend

Jam istirahat sudah berbunyi, Irene meraih tangan Seung Wan dan melihat ke arah pria itu,ia tersenyum. Irene sangat manja pada Seung Wan, bahkan dengan kekasihnya sendiri ia tidak pernah bermanja-manja seperti ia bersama Seung Wan. Pria itu tidak keberatan dengan sikap Irene, karena ia tahu gadis itu kadang merasa kurang kasih sayang dari orang sekitar dan Seung Wan berusaha ada untuk Irene karena ia menyayangi gadis itu sudah seperti saudaranya sendiri.

“Kau duduk dengan temanmu ya, aku akan duduk dengan temanku.”

“Aku ingin makan denganmu saja di taman, ini aku sudah menyiapkan makan siang.” Seung Wan tidak bisa menolak kalau Irene sudah menginginkannya. Mereka berdua berjalan menuju taman belakang sekolah dan membuka bekal makanan yang sudah di buat oleh Irene. Keduanya sangat menikmati waktu berdua mereka, entah apa yang ada dipikiran Irene, meskpipun ia sudah memiliki kekasih, ia masih saja ingin selalu dekat dengan Seung Wan, ia bahkan pernah berfikir apakah ia jatuh cinta pada Seung Wan atau ia sudah terlalu nyaman dengan pria itu. Hand phone Irene berdering, ia melihat di layar tertera nama Suho, ia mengangkat telpon itu dan melirik ke arah Seung Wan, pria itu hanya menunjukkan ekpresi biasa saja.

“Wan ah, aku duluan ya, Suho sudah menunggu, ada yang ingin ia bicarakan mengenai pertandingan paduan suara bulan depan.”

“Ya, pergilah.” Seung Wan melayangkan pandangannya, ke kanan dan ke kiri, dahi berkerut melihat seorang gadis yang di dorong oleh gadis lainnya. Ia tidak suka jika ada orang yang melakukan kekerasan, ia bangkit dan mendekat ke arah lima orang gadis yang sedang memojokkan seorang gadis di tanah. Gadis yang ia kenal bernama Kim Soo Jin itu hendak menuangkan sebotol air pada gadis yang duduk di tanah itu, namun tangan Seung Wan menghentikannya.

“Apa yang kalian lakukan?”

“Jangan ikut campur,” Kim Soo Jin adalah anak ketua yayasan di sekolah ini. Ia terkadang bersikap seenaknya pada siapa saja. Hanya Irene yang bisa menghentikan mereka karena yayasan yang diketuai ayah Soo Jin adalah milik ayah Irene. Seung Wan memberikan tangannya pada gadis yang ada di tanah,membantu gadis itu untuk berdiri dan dengan cepat gadis itu berlindung di belakang Seung Wan. Melihat sekilas, Seung Wan tahu siapa gadis itu, Kang Seulgi memegang erat lengan Seung Wan dengan tubuh yang gemetar dan kepalanya yang menunduk.

“Jangan ganggu dia, kau mengerti, kalau tidak kau berurusan denganku.” Ujar Seung Wan berjalan meninggalkan 5 orang gadis itu. Soo Jin yang kesal, menghentakkan kakinya dan pergi dari tempat itu dengan masih mengomel.

Seung Wan membawa Seulgi menuju ruang kesehatan. Ia menyuruh Seulgi duduk di atas kasur. Ia melihat kondisi Seulgi yang berantakan dengan luka di lutut nya.

“Seung Wan,”

“Dokter Lim,” Seung Wan memberi hormat.

“Kenapa dia?”

“Biasa, ulah Kim Soo Jin,” Dokter Lim hanya menghela nafas, mengetahui ulah gadis sombong itu.

“Kau bisa menyerahkannya padaku Seung Wan dan kau bisa kembali ke kelasmu.” Seung Wan mendekati Seulgi sebelum ia pergi.

“Dokter Lim akan merawatmu, kau jangan khawatir, Soo Jin dan teman-temannya tidak akan mengganggumu lagi. Kau harus menegakkan kepalamu dan melawan mereka, kau harus berani.” Ujar Seung Wan sambil memegang pundak Seulgi. Gadis itu seperti mendapatkan kekuatan dari sentuhan Seung Wan. Ia mengangguk perlahan, ia akan berani, jika Seung Wan mengatakan ia harus berani. Entah mengapa, setiap perkataan Seung Wan seperti perintah yang harus ia lakukan. Pria itu dingin namun perkataan dan sikapnya begitu hangat. Seulgi berterima kasih sebelum Seung Wan meninggalkannya.

Seperti biasa, Seung Wan akan pulang bersama teman-temannya sesuai sekolah. Mereka putuskan untuk naik bus bersama, karena mereka satu arah. Ketika menyusuri taman, salah satu teman Seung Wan melihat seorang gadis yang sepertinya hendak di rampok. Ia memberi tahu Seung Wan dan keempat orang itu langsung mendekati gadis tersebut. Karena melihat empat pria yang datang dengan tubuh atletis, pencuri itu langsung kabur. Gadis itu pun berterima kasih pada keempat pria itu. Ia memberikan hormat sebelum pergi .

“Kita ke markas tidak?” Tanya Yoon Jae Yuk, lelaki tinggi besar, bisa dibilang paling tinggi diantara 4 pria itu, Jae Yuk adalah atlet renang di sekolahnya.

“Aku dan Min Yoek  tidak bisa, kami sudah janji pada omma, untuk makan malam bersama.” Ujar Han Ji Sub yang bersaudar dengan Han Min Yoek. Mereka jago bertarung, namun jika sudah urusan keluarga mereka akan patuh.

“Bagaimana dengan mu Seung Wan.”

“Kita pulang saja, aku lelah hari ini.”

“Baiklah, kalau begitu aku duluan.” Rumah Min Yoek berada di tikungan pertama, sedangkan berikutnya adalah rumah Ji Sub dan yang paling terakhir adalah rumah Seung Wan karena ia harus menaiki bus satu kali lagi.

“Wan ah, kau di mana, apa sudah sampai rumah, kau tidak berkelahi lagi kan?”

“Iya aku tidak berkelahi, cerewet.” Seung Wan tersenyum mendengar pertanyaan Irene yang bertubi-tubi. Ia tahu sahabatnya itu menghawatirkannya, namun ia juga tahu bagaimana caranya menjaga diri, jadi menurutnya, orang disekitarnya tidak perlu terlalu khawatir dengan apa yang ia lakukan.

“Kau sendiri, apa sudah pulang?”

“Ini baru sampai, rasanya sepi sekali di sini, appa keluar kota untuk urusan bisnisnya.” Keduanya diam karena mereka langsung menuju kamar dan berbaring di Kasur.

“Wan ah, nyanyikan sebuah lagu untuk ku.”

“Aku sedang tidak ingin menyanyi Irene.” Ujar Seung Wan dengan malas.

“Ya sudah, kalau begitu kirimkan aku lagi barumu.”

“Kami belum sempat merekamnya,.”

“Ya sudah, matikan saja, percuma aku membujukmu.”

“Kau kan bisa menyetel lagu-lagu yang pernah ku kirimkan.”

“Iya, iya, aku mandi dulu.”

“Ya sudah, selamat malam.”

“Ne.” Seung Wan menuju kamar mandi, membuka pakaiannya dan mulai membasahi tubuh nya. Air dingin membuat dirinya merasa lebih relaks setelah seharian berada di sekolah. Setelah mandi ia langsung menuju Kasur nya untuk merebahkan tubuhnya yang lelah. Malam ini orang tuanya berangkat keluar kota bersama Yeri karena ada study tour dari sekolah Yeri. Jadi ia putuskan untuk tidak makan malam, namun langsung tidur.

Seulgi menutup novel yang ia baca untuk menyegarkan pikirannya. Tubuhnya masih terasa sakit karena terbentur dinding, karena ia dipojokkan oleh Soo Jin tadi siang di kelas. Setelah Seulgi dari ruang kesehatan, sepertinya Soo Jin masih belum puas, karena ia menarik Seulgi menuju toilet perempuan dan menghempaskan tubuhnya di dinding. Seperti apa yang dikatakan Seung Wan, ia tidak boleh menundukkan kepalanya. Dengan keberanian yang ia kumpulkan, ia membalas dorongan Soo Jin sehingga gadis itu jatuh ke lantai dan Seulgi mengambil kesempatan itu untuk lari keluar dari WC dan menuju kelasnya. Aku akan berusaha lebih berani sekarang, ujar Seulgi dalam hatinya, dan ia ingin berterima kasih pada Seung Wan yang telah menolongnya dari Kim Soo Jin.

Seperti janjinya pada Irene, Seung Wan menjemput gadis itu, ia tidak menyangka bahwa Irene sesenang itu ketika ia datang. Irene bahkan tidak melepaskan genggaman tangannya dari Seung Wan ketika mereka berjalan menyusuri mall, melihat-lihat barang-barang yang menarik perhatian Irene.

“Ini,”

“Apa ini?” Irene menyerahkan pakaian pada Seung Wan untuk pria itu pakai.

“Tidak, ini mahal sekali.”

“Sudahlah, sekali ini saja, jangan menolak.” Dengan langkah berat Seung Wan memasuki kamar pas dan mengganti pakaiannya dengan pakaian yang telah dipilihkan oleh Irene. Seung Wan keluar dan membuat Irene terperangah karena pakaian itu sangat pas pada Seung Wan dan membuatnya semakin tampan.

“Puas?” Irene mengangguk senang dan mendorong Seung Wan masuk kembali ke ruang ganti. Mereka sudah duduk di sebuah café langganan Irene, tak banyak yang mereka pesan hanya coffee dan kudapan saja.

“Kau nanti datang ya, ke acara penggalangan dana oleh yayasan appaku besok.”

“Aku tidak bisa Irene, aku ada janji sama teman-temanku untuk latihan.”

“Batalkan saja, lagian kalian kan latihan hanya untuk bersenang-senang.”

“Justru itu, aku tidak bisa membatalkannya.”

“Ayo lah Wan ah.”

“Mengapa kau tidak mengajak Suho saja, diakan kekasihmu.”

“Ada hal yang tidak kau lakukan dengan kekasihmu Seung Wan,”

“Pokoknya aku tidak mau pergi, titik.”

“Ya udah kalau ngak mau.” Wajah Irene berubah cemberut, namun kali ini Seung Wan tidak mau menuruti keinginan Irene.

“Habiskan makanannya, habis itu kita pulang.” Irene tidak menghabiskan makanannya, ia langsung berdiri meninggalkan Seung Wan yang menggelengkan kepala melihat tingkah Irene yang benar-benar seperti anak kecil Ia tidak tahan lagi dengan sikap Irene yang diam sepanjang perjalanan pulang. Seung Wan mengikuti Irene sampai ke kamarnya, ia harus bicara pada gadis itu.

“Kenapa kau selalu seperti ini, Irene ah, tidak semua keinginanmu harus dituruti bukan?” Irene masih diam.

“Irene ah, jangan seperti anak kecil, lama-lama aku bisa bosan dan akan pergi.” Irene menatap Seung Wan dengan marah.

“Jika kau mau pergi, pergi saja, aku tidak butuh teman seperti mu.”

“Benar, kau tidak butuh aku lagi?”

“Ya, pergilah, aku bisa mencari teman yang lain,lagi pula aku sudah punya Suho, jadi mulai sekarang kau bebas, aku tidak membutuhkan mu lagi.”

“Baiklah,” Seung Wan mendekat ke arah Irene dan mengecup dahi gadis itu sebelum ia pergi.Seung Wan tahu Irene tidak benar-benar bermaksud seperti itu, ia sering mengucapkan kata-kata yang tidak masuk akal jika sedang marah.

Irene terdiam di kasurnya, ia tidak ingin mengatakan hal itu, namun harga dirinya membuatnya mengatakan hal yang mungkin akan membuatnya kehilangan satu-satunya sahabat yang ia miliki. Irene mungkin mempunyai banyak teman, namun Seung Wan berbeda dari yang lain, ia special bagi Irene. Tapi, langkah kakinya sangat berat hendak menyusul Seung Wan dan meminta maaf. Ia hanya bisa tergamam dan tak tahu apa yang terjadi kedepannya, karena Seung Wan tidak pernah meninggalkannya begitu saja. Seung Wan akan selalu membujuknya namun kali ini Seung Wan benar-benar pergi. Air mata Irene jatuh di pipinya namun segera ia hapus. 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
Dhedhe0788
Makasih buat yang udah baca dan komen di cerita ini.
Cerita ini sebenanrnya ngak niat aku post karena belum selesai. Sampai akhirnya aku putusin untuk post dan selesain ceritanya. Semoga kalian semua suka dan dukung aku terus ya.
Terima Kasih, sampai jumpa di cerita berikutnya.

Comments

You must be logged in to comment
MariaSopyan
#1
Chapter 8: Eeehh udah bereeeess
Terima kasih untuk ceritanya author nim
Ditunggu karya hebat berikutnya
chchcn #2
Chapter 1: Ha itu bisa bisa irene nain cipok pipi org ya
MariaSopyan
#3
Chapter 6: Daebaaaaaakkkk
Thanks for updating author nim
MariaSopyan
#4
Chapter 1: Kalau kamu penggemar Wenrene, jangan lupa mampir ke akun wattpad ku ya @ctrl_Je
MariaSopyan
#5
Chapter 1: Lanjut juseyo, suka nih