Keras Kepala

Keras Kepala

Hari ini adalah hari dimana Moon Eunjae merayakan hari kelulusannya dari sekolah menengah atas. Setelah ini ia akan melanjutkan studinya ke jenjang yang lebih tinggi. Upacara kelulusan sudah dimulai, dia melihat kedua orang tua dan adiknya datang menghadiri acara tersebut.

Dari kejauhan adiknya, Moon Eunhwa melambaikan tangannya diikuti oleh ibunya yang sibuk memotret momen indah Eunjae.

“Eonnie, lihat sini” teriak Eunhwa melambaikan tangannya sambil memegang setangkai bunga mawar kuning sebagai hadiah yang akan ia berikan kepada Eunjae setelah upacara kelulusannya selesai.

Ibu Eunjae memotret anaknya yang juga membalas lambaian tangan adiknya tersebut. Sebuah potret candid yang indah. Ayah Eunjae tidak dapat menahan rasa gembiranya. Ia menyembunyikan wajah dibalik ponselnya, diam-diam memotret Eunjae yang sedang duduk dibarisan pertama kelasnya. Eunjae berhasil lulus dengan nilai tertinggi ketiga di kelas.

Di tempat lain, Min Yoongi sedang sibuk memotret landscape kota sembari ia pergi mencari bunga untuk diberikan kepada Eunjae sebagai hadiah.

Mulai dari orang berjalan, gedung bertingkat, mobil dan bus, hingga sederetan toko-toko ia abadikan dalam kamera profesionalnya.

Yoongi memasuki sebuah toko bunga yang letaknya agak tersembunyi diantara toko kecantikan dan inconvenient store. Begitu sibuk memilih sehingga ia lupa kalau ia harus segera sampai sebelum acara kelulusan selesai.

“Ada yang bisa kami bantu?”

Seorang pelayan datang menghampiri dengan ramah. Ia sudah memperhatikan Yoongi yang sekiranya sudah 15 menit memutari tokonya. Memilah milih bunga apa yang akan ia beli.

“Oh? Iya. Aku mencari bunga untuk acara kelulusan sekolah” jawab Yoongi ragu. Matanya masih sibuk menjajal kearah bunga warna-warni yang dipajang dalam sebuah vas kaca besar.

“Apa itu untuk kekasihmu? Atau keluargamu?” tanya si pelayan lagi.

Kali ini wajah Yoongi memerah. Kekasih? Pikirnya. Ya, Eunjae adalah kekasihnya. Entah mengapa ia selalu merasa canggung jika seseorang menyebut kata ‘kekasih’. Sampai sekarangpun kata itu masih terdengar aneh ditelinga Yoongi.

“Uhm… Pacarku” jawabnya malu-malu.

“Baiklah kalau begitu. Apa ia menyukai warna terang atau tidak?”

“Uhm, dia menyukai warna kuning”

Setelah dibantu memilih oleh pelayan tadi, akhirnya Yoongi memutuskan untuk membeli bunga Baby Breathe kuning yang dicampur dengan bunga Forget Me Not.

Ditengah-tengah upacara, Eunjae terus memindahkan pandangannya kesana kemari, mencari sosok seseorang yang sudah ia harapkan datang sejak tadi pagi. Namun sosok itu belum juga terlihat. Ia mulai memeriksa ponselnya. Upacara akan selesai 10 menit lagi jika dilihat dari jadwal, itu tandanya orang ini harus ada disini dalam waktu 10 menit atau ia akan terlambat.

Dengan hati-hati, Eunjae mulai menghubungi orang tersebut. Agar tidak terlihat oleh guru ataupun pengawas upacara lainnya, ia meminta teman sebelahnya untuk menutupi tubuh Eunjae.

Kau dimana?

Tanpa menunggu lama, pesan itu langsung terbalas.

Sebuah foto buket bunga berwarna kuning dan biru dibalut dengan kertas berwarna pink dan pita berwarna merah maroon.

Sontak Eunjae tersenyum bahagia dengan balasan yang ia dapat.

Cepatlah kesini, kau sudah hampir terlambat.

Balasnya lagi.

Yoongi masih menyempatkan diri untuk memotret beberapa objek.

Saat ia memasuki halte subway, seseorang tanpa sengaja menyenggolnya. Menyebabkan hasil fotonya menjadi blur.

Yoongi berdecak kesal namun orang itu sudah pergi meningggalkan dirinya dengan sangat buru-buru. Dan kalau saja Yoongi juga tidak sedang buru-buru, mungkin ia akan mengejar orang itu walau itu tandanya ia harus keluar lagi dari halte subway.

Tidak lama setelah sampai di peron, kereta Yoongi akhirnya tiba. Ia langsung menaiki kereta itu tanpa basa-basi. Satu hal yang mungkin Yoongi lupakan saat berada di halte. Ia lupa untuk mengambil foto saat kereta baru saja tiba. Itu terjadi karena kekesalannya terhadap orang yang menyenggolnya tadi. Moodnya jadi hilang. Iapun sampai lupa untuk mengambil gambar.

Upacara kelulusan Eunjae akhirnya selesai. Sudah hampir setengah hari ia habiskan. Mulai dari pergi ke sekolah untuk briefing sebelum upacara mulai, merapikan buku-buku yang ada didalam loker, hingga membersihkan kelas untuk terakhir kalinya. Setelah lulus, Eunjae hanya akan mendatangi ruang administrasi untuk mengurus ijazah dan sebagainya.

Sosok yang ditunggu belum juga datang. Yoongi memang sering sekali terlambat. Jika datang tepat waktu, bukan Yoongi namanya. Dan Eunjae sudah memaklumi itu. Hanya saja ia berharap agar bisa merayakan kelulusannya Bersama Yoongi lebih lama.

Eunjae sibuk berfoto bersama dengan teman-teman sekolahnya dan beberapa keluarga teman-temannya. Ia sudah mengumpulkan banyak foto sebelum hari kelulusannya ini untuk mengenang saat ia sudah tidak bersekolah disini lagi.

Kereta Yoongi mengalami beberapa masalah. Masinis bilang ini karena adanya konslet dialiran listrik kereta. Ia meminta agar penumpang tidak panik dan tetap tenang.

Yoongi dan penumpang lain hanya bisa diam dan melakukan apa yang diperintahkan oleh sang masinis. Sampai akhirnya lampu di dalam kereta padam dan semuanya menjadi gelap gulita.

Cahaya dari ponsel-ponsel penumpang dinyalakan. Beberapa dari mereka mulai berbicara dengan nada tinggi dan menuntut petugas agar cepat menyelesaikan masalah pada kereta yang mereka tumpangi.

Sudah sekitar 10 menit lampu dalam kereta padam. Kini pendingin ruangan juga ikut mati. Terlihat sebuah percikan api menyala dari luar kereta. Para penumpang mulai berteriak panik. Mereka semua meminta petugas untuk segera mengevakuasi mereka sebelum hal yang lebih bahaya terjadi. Bahkan beberapa dari penumpang mencoba membuka paksa pintu kereta agar mereka bisa keluar dan berlari ke stasiun selanjutnya.

Yoongi membuka ponselnya untuk mencoba memberitahu keadaan ia sekarang. Ia akan sangat terlambat pikirnya.

Saat beberapa penumpang mencoba membuka paksa pintu kereta, kepulan asap mulai memasuki gerbong kereta. Entah dimana konslet itu berasal, tetapi asap tebal dengan cepat memenuhi gerbong satu dan gerbong lainnya.

Teriakan penumpang menjadi semakin histeris dan mereka mulai berlarian ke gerbong lain mencoba menyelamatkan diri. Namun beberapa dari mereka tetap berusaha tenang dan memilih untuk menghubungi keluarga dan orang terdekat.

Tebalnya asap membuat Yoongi kesulitan untuk bernafas dan melihat. Seorang kakek yang awalnya terlihat tenang duduk diantara penumpang lain, kini sedang berjuang mengatur nafasnya. Dibantu oleh beberapa penumpang lain, kakek itu terlihat terus saja mengeluarkan suara batuk yang mengerikan. Paru-parunya berusaha memompa oksigen namun nampaknya itu sulit untuk dilakukan.

Para penumpang sudah pasrah dan hanya berharap agar tim penyelamat segera tiba.

Yoongi menggunakan bajunya untuk melindungi mulut dan hidungnya dari tebalnya asap. Beberapa kali ia ingin mencoba menghubungi Eunjae tetapi ia menahannya. Bunga yang ada ditangannya akan menjadi kejutan untuk Eunjae. Ia tidak mau merusak rencananya itu.

Asap yang memasuki gerbongnya menjadi lebih tebal, membuatnya sulit untuk bernafas. Pandangan Yoongi kini terbatas. Kedua bola matanya terasa perih setiap kali ia mencoba meraba sekitar.

Tangisan dari para penumpang kini semakin terdengar.

Kita akan mati.

Kata yang terdengar dari ucapan para penumpang yang sudah pasrah akan apa yang akan terjadi kepada mereka.

Yoongi tidak mau mengindahkan kata-kata itu, tetapi jika ia mencoba untuk realistis, begitulah keadaan dirinya sekarang. Ia terjebak dalam kereta bawah tanah yang konslet. Asap tebal sudah memenuhi hampir seluruh gerbong. Bantuanpun tidak kunjung datang. Butuh berapa lama lagi untuk manusia bisa bernafas dalam keadaan seperti ini. Oksigen sudah semakin menipis.

Yoongi mencoba untuk berpindah gerbong, tetapi kepalanya sudah terasa sangat sakit sekarang. Ia butuh oksigen secepatnya sebelum ia kehilangan kesadaran.

Jangan tunggu aku.

Eunjae memilih untuk menunggu Yoongi di sekolahnya. Teman-temannya satu persatu sudah pergi kembali kerumah, atau ke restaurant untuk merayakan bersama keluarga mereka.

“Ayah, pulang saja dulu. Aku akan pulang Bersama Yoongi” pinta Eunjae. Ia merasa tidak enak kalau harus membiarkan keluarganya ikut menunggu di sekolah.

“Apa kau yakin? Tidakkah kamu meminta Yoongi untuk datang kerumah saja? Ia sudah dimana sekarang?” tanya ibunya.

“Tidak apa-apa. Ia mungkin sudah dekat. Ibu dan Ayah pulang saja duluan”

Setelah membujuk orang tuanya agar tidak ikut menunggu, akhirnya usaha Eunjae berhasil. Ia memilih untuk tetap menunggu Yoongi sambil duduk di depan gedung sekolah. Keluarganya sudah meninggalkannya pulang kerumah.

Jangan menunggu? Apanya jangan menunggu? Tidak. Aku akan menunggumu. Lagipula kau kan janji akan mentraktirku tteokpokki.

“Cih” decah kesal Yoongi saat membaca balasan chatnya.

Keras kepala betul anak ini. Pikirnya.

Yoongi akhirnya mengalami batuk hebat dan sesak nafas. Pandangannya blur dan kepalanya terasa amat sangat sakit. Ia membutuhkan oksigen lebih dari apapun saat ini. Ia melempar dirinya ke tempat duduk dan bersandar disana. Genggaman tangannya mulai melemah. Ia bahkan sulit merasakan buket bunga yang sedari tadi ia genggam. Tubuhnya perlahan mati rasa.

Pandangannya terasa amat pedih sampai-sampai ia mengeluarkan air mata.

“Eunjae-ya, aku rasa aku tidak bisa menemuimu. Tapi kau keras kepala sekali” bisiknya pelan, diikuti oleh smirk diwajahnya dan tawa kecil. Batuknya kembali lagi saat ia tertawa. Dadanya terasa seperti ditekan oleh banyak orang, sesak.

Yoongi melepaskan genggaman buket bunganya dan mulai kehilangan kesadaran.

Jam sudah menunjukkan pukul setengah 9 malam dan Eunjae masih saja menunggu Yoongi tanpa berpindah dari tempatnya.

“Eunjae-ya!” seseorang meneriakinya dari jauh.

Eunjae tersenyum lega. Akhirnya sosok yang ia tunggu-tunggu sedari pagi tadi datang.

Sosok itu datang menghampiri dan tersenyum kearah Eunjae.

“Lama sekali kau datang!” protesnya kepada sosok itu.

“Kan aku bilang jangan tunggu aku”

“Mana bisa? Kau kan janji akan mentraktirku tteokpokki” protesnya lagi.

Yoongi menatap Eunjae dalam-dalam dan tersenyum. Kemudian senyumnya berubah menjadi smirk diwajahnya.

“Cih, menyusahkan saja. Ini aku bawakan bunga untukmu”

Ia memberikan bunga yang sebelumnya ia beli sebagai hadiah kelulusan untuk Eunjae. Ia tidak mengharapkan Eunjae akan menyukainya. Tetapi saat ia memberikan bunga itu, wajah Eunjae terlihat sangat bahagia. Yoongi pun lega melihatnya.

“Kalau begitu, ayo kita makan tteokpokki. Traktir aku ya. Yang banyak karena kau datang terlambat dan membiarkanku kelaparan!”

Tanpa basa-basi, Eunjae langsung menggandeng dan menggiring Yoongi menuju restaurant teokkpokki paling enak dekat sekolahnya.

Mereka merayakan kelulusan Eunjae berdua malam ini. Eunjae tidak berhentinya menciumi bunga pemberian Yoongi. Ia sangat bahagia karena akhirnya bisa menghabiskan waktu bersama kekasihnya walau Yoongi baru datang semalam ini.

Setelah asik mengobrol, Yoongi mengantar Eunjae pulang kerumahnya. Sepanjang jalan Eunjae menceritakan momen bahagianya hari ini. Setelah ini ia akan mengikuti ujian SAT untuk masuk ke universitas. Kyunghee menjadi universitas pilihan pertamanya. Ia akan mengambil jurusan seni.

Yoongi hanya tersenyum mendengarkan cerita dan ocehan-ocehan kekasihnya itu tanpa membalas sepatah katapun. Ia membiarkan Eunjae menceritakan semua rencana-rencana setelah ia lulus sekolah. Mendengar itupun sudah membuat Yoongi lega dan bahagia.

“….memangnya hanya kau yang bisa kuliah seni?” ledek Eunjae.

Sesampainya di depan rumah Eunjae, Yoongi meminta agar Eunjae tidak buru-buru masuk kedalam rumah. Ia menggenggam tangan Eunjae dan menatapnya. Membuat Eunjae merasa canggung seketika. Yoongi tidak pernah seperti ini sebelumnya.

Eunjae menatap Yoongi terheran-heran. Ia menyadari kalau Yoongi hari ini pucat sekali. Terlalu pucat.

“Apa kau bahagia, Eunjae-ya?”

“Aku harap kau bahagia. Dan mendengar semua cerita dan rencana-rencanamu, aku harap kau akan selalu bahagia” tanpa memberi kesempatan Eunjae untuk menjawab, Yoongi sudah berbicara lagi.

“Tentu saja” jawab Eunjae. Entah kenapa hatinya terasa sedih secara tiba-tiba tanpa tahu sebab dan alasannya. Tapi Eunjae tidak mau merusak momen hari ini. Ia tetap tersenyum kearah Yoongi, menunjukkan kalau ia benar-benar bahagia.

Tetapi ada satu hal yang mengganjal dibenaknya. Pesan Yoongi sebelumnya untuk jangan menunggu dirinya. Iapun memberanikan diri untuk menanyakan langsung kepada Yoongi.

“Soal chatmu tadi. Kenapa kau memintaku untuk tidak menunggumu?”

Ekspresi wajah Yoongi menjadi datar dan berubah serius. Semua senyumnya menghilang. Ia menundukkan kepalanya sebelum menjawab pertanyaan Eunjae.

“Lupakan. Aku kan sekarang sudah disini”

Suasana canggung kini mendominasi mereka. Entah mengapa tubuh Eunjae terasa begitu dingin. Udara disekitar mereka kini menjadi lebih dingin dari detik sebelumnya. Eunjae bergidik saat angin berhembus, menyapu semua kehangatan tanpa sisa.

“Baiklah, kau masuklah dan tidur. Mulailah hidup baru setelah ini”

Kata-kata yang aneh yang keluar dari mulut Yoongi. Tetapi Eunjae sama sekali tidak curiga. Ia hanya menuruti permintaan Yoongi dengan segera meninggalkan dirinya masuk kedalam rumah. Ia begitu bahagia hari ini. Ia melambaikan tangannya yang menggenggam buket bunga dari Yoongi. Mengayun-ayunkannya diatas kepala. Akan ia sirami terus bunga itu sehingga tidak akan mati.

Yoongi membalas lambaikan tangan Eunjae sambil memperhatikannya masuk kedalam rumah.

Didalam rumah, Eunhwa berlari menghampiri Eunjae begitu ia melihat kakaknya sudah pulang. Ayah Ibunya terlihat berkumpul diruang tengah dengan wajah yang muram.

“Eonnie, kamu tidak apa-apa? Kami mencoba menghubungimu tetapi ponselmu mati”

“Oh? Iya, maaf aku sudah membuat kalian khawatir” balasnya.

“Eunjae, apa kau pulang dengan taksi tadi?” tanya Ibunya yang terlihat khawatir.

“Tidak, aku pulang diantar Yoongi”

“Apa? Yoongi oppa mengantarmu pulang?” tanya Eunhwa terheran-heran.

“Memangnya….ada apa sih?”

Eunjae mulai merasa ada keanehan. Ayahnya bahkan tidak berucap apa-apa. Tetapi wajahnya menunjukkan dengan jelas kalau ada hal buruk terjadi.

“Apa kau sudah tau berita ini, Eonnie?”

Eunhwa menggandeng Eunjae menuju tv, ia membesarkan volume tv agar dapat terdengar jelas oleh kakaknya.

Berita itu menyiarkan tentang kecelakaan maut yang terjadi hari ini di subway. Kereta yang mengalami konslet dan telah membunuh setidaknya 1,000 jiwa didalamnya. Tim penyelamat baru bisa mengevakuasi setelah 30 menit para penumpang terjebak didalam kereta. Korban yang meninggal kebanyakan karena kehabisan oksigen karena asap tebal yang mengepung mereka dalam gerbong. Setelah 2 jam kecelakaan ini terjadi, mereka menyiarkan nama-nama korban meninggal. Nama korban meninggal itu termasuk Min Yoongi. Pria berusia 26 tahun dan berasal dari Daegu. Dengan foto dan ciri-ciri yang sama.

“Mungkin ia salah mencatat nama korban. Aku baru saja pulang…...”

Eunjae berlari menuju luar rumanyah, tetapi sudah tidak ada siapa-siapa disitu. Ia dengan tergesa-gesa berlari Kembali kedalam dan mencari kabel charger untuk ponselnya. Saat ia menyalakan ponselnya, sebuah notifikasi muncul.

Yoongi. Nama itu muncul dalam notifikasinya.

Maafkan aku jika aku membuatmu menunggu. Ini adalah hari pentingmu dan aku tau aku sudah berjanji untuk datang. Tapi sepertinya aku tidak bisa memenuhi janjiku. Aku harus pergi ke tempat lain. Maaf jika aku mengecewakanmu. Aku sudah berusaha untuk memenuhi itu. Percayalah. Tetapi ceritaku ternyata berbeda. Aku harap kau bahagia selalu, Eunjae-ya. Maafkan aku karena aku tidak bisa datang. Jadi, jangan tunggu aku.

Yoongi kehilangan kesadarannya. Semuanya menjadi gelap dan sunyi. Hanya 30 menit yang lalu ia membayangkan Eunjae memakai seragam kelulusannya. Wajah Eunjae pasti sangat bahagia karena akhirnya ia bisa merasakan kebebasan mempelajari seni.

Kamera professional yang sudah ia siapkan untuk memotret semua momen bahagia Eunjae harus ia simpan kembali.

Hanya 30 menit yang lalu ia merasa tidak sabar untuk bertemu Eunjae dan berencana untuk mencubit pipi chubby-nya.

Kini harapan itu hanya akan menjadi harapan. Yoongi tidak akan pernah bisa mewujudkan itu semua.

Sebelum benar-benar kehilangan kesadaran, Yoongi bersusah payah mengirimi pesan untuk Eunjae. Sialnya saat pesan itu ia kirim, tanda contreng pada pesan itu hanya satu. Menandakan bahwa pesannya tidak terkirim.

Yoongi tertawa pahit mengetahui hal itu.

“Eunjae-ya, aku rasa aku tidak bisa menemuimu. Tapi kau keras kepala sekali”

Adalah ucapan terakhir sebelum akhirnya Yoongi kehilangan kesadarannya dan menjadi salah satu korban meninggal dalam kecelakaan naas itu.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet