Part 2

Depression
Please Subscribe to read the full chapter

Changbin berjalan perlahan ke arah meja di sudut ruang kantin. Tangannya membawa sebuah nampan dengan menu makanan lengkap yang baru saja ia dapatkan. Ia baru saja mendudukkan dirinya dan berniat menyantap makanannya saat sekelompok siswa dengan penampilan urakan menghampiri mejanya.

Seorang diantara mereka mendudukkan diri di depan Changbin. Siswa bertubuh tinggi dengan wajah sangar khas siswa bermasalah tersebut menatap Changbin dengan tatapan meremehkan. Senyum mengejek terlukis apik di wajahnya.

"Apa yang kau inginkan Byounggon?" tanya Changbin acuh tak acuh.

Siswa bernama lengkap Lee Byounggon itu menyodorkan sekotak susu dengan rasa strawberry kearah Changbin. 

"Kau melupakan kotak susumu Changbin. Kau harus banyak minum susu agar kau cepat tumbuh tinggi Binnie." senyum miring tercetak di wajah tampan Byounggon. Ia tahu kalau Changbin alergi dengan strawberry, maka dari itu ia sengaja memberikan susu itu pada Changbin. 

Ia memang terkenal sebagai berandalan sekolah yang selalu menindas murid-murid yang lemah. Tak ada satupun guru maupun murid yang berani melawannya karena ayahnya adalah salah satu penyumbang terbesar untuk sekolah tersebut. Sebenarnya Changbin juga termasuk dari keluarga yang sangat berkecukupan. Ayahnya adalah seorang direktur di sebuah Rumah Sakit besar di Seoul. Dan ibunya adalah pemilik klinik bedah plastik yang cukup terkenal di daerah Gangnam. Hanya saja ia tak pernah menunjukkan hal itu. Dan lagi pula ia bukan termasuk siswa yang populer karena sifat introvertnya membuatnya sulit untuk bersosialisasi dengan teman-teman di sekolahnya. Walaupun ia memiliki sifat introvert bukan berarti ia menerima saja saat ada orang yang menindasnya.

"Aku tidak membutuhkannya. Kau bisa meminumnya sendiri atau membuangnya ke tempat sampah." Changbin sangat tahu maksud tersembunyi dari Byounggon. Ia dengan berani menatap mata Seunghyun dengan mata sipitnya, sebelum akhirnya kembali melanjutkan kegiatannya yang akan menyantap makanannya.

"Aish... Bajingan tengik satu ini memang tak tahu cara berterimakasih," Byounggon meraih kotak susu tersebut sebelum akhirnya membuka tutupnya dan menuang cairan berwarna merah muda itu ke nampan makanan Changbin. "Sekarang aku sudah berbaik hati menuangkannya, jadi makanlah," senyum miring kembali menghiasi wajah licik itu.

Changbin hanya memandang Byounggon dengan tatapan datar sebelum akhirnya berdiri dan berkata, "Kau bisa memakannya sendiri kalau kau mau," ia kemudian berjalan meninggalkan meja tersebut. Percuma saja jika ia meladeninya. Byounggon hanya akan bertambah senang jika mainannya merasa terganggu karenanya. Tapi baru beberapa langkah Changbin berjalan, ia merasakan seseorang menendang punggungnya hingga ia jatuh tersungkur.

"Cih! Kau pikir kau mau kemana brengsek?!" Changbin, masih dengan posisinya yang tersungkur, menoleh ke belakang hanya untuk mendapati Byounggon tengah berjalan ke arahnya sembari membawa nampan makanannya. "Kalau kau tidak mau memakannya, apa boleh buat, aku harus membuangnya ke tempat sampah," setelah itu Changbin merasakan sesuatu ditumpahkan di atas kepalanya. Byounggon menumpahkan semua makanan itu ke kepala Changbin dengan senyum mengejek terlukis apik di wajahnya.

Changbin menatap tajam ke dalam mata Byounggon. "Kau pikir kau adalah penguasa sekolah hanya karena ayahmu adalah penyumbang terbesar untuk sekolah ini? Cih! Kau hanyalah pecundang yang memanfaatkan kekuasaan Ayahmu!"

"Beraninya

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet