BAGiAN 1

Fall In Love

Meja makan tampak hening, hanya ada dua orang yakni Taec-Yeon dan Young-Chan. Suara desingan yang berasal dari piring dan sendok meramaikan sarapan mereka. Hal itu sudah biasa mereka lalui tanpa orangtua mereka. Orangtua mereka sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Taec-Yeon dan Young-Chan saling diam, sibuk dengan aktifitas sarapannya.

Beberapa menit kemudian, Taec-Yeon mencoba mengutarakan isi hatinya. “Ehem.” Taec-Yeon berdeham. Kemudian ia berucap, “Kau tak ada keinginan untuk mencari pacar?” 
Menurut Taec-Yeon ini adalah waktu yang tepat untuk mengutarakannya agar Young-Chan tak tersinggung.

Klotak

Young-Chan meletakkan kasar sendok dan garpunya saat mendengar perkataan Taec-Yeon, membuat Taec-Yeon sedikit tersentak. “Kenapa Oppa membahas masalah cinta, membuat selera makanku berubah saja!” ketus Young-Chan, Young-Chan menyeret kursinya ke belakang sebelum ia beranjak meninggalkan Taec-Yeon di meja makan.

Young-Chan malas saat siapapun membicarakan tentang percintaannya. Kim Young-Chan-gadis berusia dua puluh delapan tahun yang berbeda dari kebanyakan gadis. Jika kebanyakan gadis selalu memperhatikan penampilannya dengan detail, dia justru berpenampilan apa adanya dengan gaya casual. Gadis dengan tinggi 162 cm tersebut selalu memakai pakaian sederhana, karena ia tak suka berlebihan. Apa yang membuatnya nyaman tetap ia kenakan walaupun banyak orang yang mencibir tentang fashionnya. Rambutnya pendek sebahu dengan bedak sebagai riasannya. 

Young-Chan masuk ke kamarnya.

Brak

Ia menutup kasar pintu kamarnya. Di ruangan yang cukup luas tersebut, dirinya merebahkan tubuhnya di ranjang empuk king size. 

*

Taec-Yeon hanya mengaduk-aduk makanannya. Ia terdiam, memikirkan adiknya tersebut. 
‘Namja mana yang bisa membuatnya jatuh cinta. Aku sudah berusaha mencarikan pacar untuknya agar dia memiliki rasa pada lelaki,’ monolognya pada dirinya sendiri. 


Taec-Yeon beranjak, menghampiri Young-Chan.

Tok Tok Tok 

“Young-Chan-ah, buka pintunya. Oppa ingin bicara padamu,” jelas Taec-Yeon. 

Hening, tak ada jawaban. 

“Young-Chan ... sebentar yeodongsaeng. Aku tahu kau marah padaku, tapi dengarkan dulu penjelasanku,” ujar Taec-Yeon sembari mengetuk pintu kamar Young-Chan. 

Melihat Taec-Yeon yang bersikeras agar dirinya merespons Taec-Yeon, membuat Young-Chan tak tega. Akhirnya, Young-Chan membukakan pintu kamarnya. 

“Apa Oppa, coba katakan!” ucap Young-Chan, menahan emosinya.

“Maafkan Oppa, aku tak ada maksud menyinggung perasaanmu,” kata Taec-Yeon dan langsung memeluk Young-Chan.

“Ne, Oppa.” Young-Chan tersenyum getir di pelukan Taec-Yeon.


Young-Chan menyimpan masa lalu kelam yang sama sekali tak diketahui oleh Taaec-Yeon. Lima tahun lalu, saat Seoul memasuki musim dingin, Young-Chan pergi ke taman.
 
Woo-Young berjanji akan menemuinya. Taman kota penuh dengan salju yang mengguyur deras. Young-Chan menatap sekeliling, orang-orang menikmati keindahan musim dingin ini walaupun mereka kedinginan, mereka tetap bercengkrama dengan keluarga, teman maupun orang yang dicintainya. Young-Chan mengeratkan syal yang melingkar di lehernya, ia masih duduk sendiri, menunggu Woo-Young. 

Woo-Young adalah cinta pertamanya. Hubungan mereka baru beranjak sebulan. Woo-Young selalu menaruh perhatian lebih pada Young-Chan, membuat Young-Chan jatuh cinta. 

Young-Chan mendesis kedinginan, namun ia masih bertahan di sana, ia yakin jika Woo-Young datang.

Sudah hampir sejam. Waktu menunjukkan jam 10.00 KST.

Ponsel Young-Chan berdering. Young-Chan melihat ID Name di ponselnya. Woo-Young meneleponnya via WhatsApp. Dengan sigap, jemarinya menggeser tombol di layar ponselnya. 

“Chagi-ya, maafkan aku. Aku sibuk dengan pekerjaanku. Jika ada waktu luang, aku akan mengajakmu kencan.” Suara Woo-Young tampak frustrasi.
 
“Chagi-ya, kau berbicara dengan siapa?” 
Bersamaan dengan hal tersebut, suara samar gadis terdengar di telinga Young-Chan, membuat Young-Chan sakit hati.

Sebelah tangan Young-Chan terkepal erat.”Tidak usah, kita putus. Anggap saja kau tak mengenalku!” ketus Young-Chan.

Tut Tut Tut

Young-Chan memutus sambungan teleponnya.

Air mata Young-Chan membanjiri kedua pipinya, tanpa ia mengusapnya. Young-Chan berlari, tak memperdulikan pandangan orang terhadapnya.

Sesampainya di rumah, Young-Chan langsung disambut dengan sosis yang dibelikan Taec-Yeon untuk Young-Chan. Taec-Yeon sedang ada sift malam, membuatnya tak bisa pulang.

Kemudian Young-Chan mengeluarkan ponselnya hendak menulis pesan kepada Taec-Yeon. 
“Gomawo Oppa, bekerjalah dengan semangat. Jaga dirimu di sana.” Kemudian, Young-Chan menekan tombol send di ponselnya. 

‘Aku tak ingin kau berpikir lebih tentang masalahku, Oppa,’ monolognya pada dirinya sendiri. 

 


Hal itulah yang membuat Young-Chan kesal saat Taec-Yeon menanyakan masalah percintaannya. Ia sudah trauma.

*

Di tempat lain, Hye-Ri tampak sibuk dengan pekerjaannya. Ia bahkan lupa untuk merias dirinya, karena tak ada waktu untuk berdandan.
Hye-Ri berjalan gesit menuju ruangannya. 

Setelah sampai di ruangannya, terlihat beberapa rekannya sudah duduk di tempat mereka.  Soo-Young langsung mencibir Hye-Ri.
“Hye-Ri, kau cocok menjadi lelaki daripada perempuan,” ledek Soo-Young. 

Kemudian ia berjalan di depan Hye-Ri, Hye-Ri tahu akan keberadaan Soo-Young di dekatnya, namun ia sok cuek dan langsung tidur, karena ia kelelahan, dini hari tadi ia baru tidur. Bahkan di bawah matanya pun terlihat ada lingkaran hitam. 

 
“Punya teman kantoran seperti ini? Kau lihat betapa memprihatinkannya dia!” hina Soo-Young melipat kedua tangannya. Dia hanya malu mempunyai rekan kerja seperti Hye-Ri.

“Susah ada orang seperti itu, kau sindir pun juga tak mempan.” Yong-Jun merespons perkataan Soo-Young.

“Eh, tapi dia itu pekerja keras.” Han-Sung menambahkan.


"Pekerja keras tapi tak memperhatikan penampilan dan sombong ya tidak baik." ucap Soo-Young kesal pada Han-Sung,

Kim Hye-Ri-karyawan kantor Choi Group yang menjadi dirinya sendiri, gadis itu cuek, sama seperti Young-Chan, hanya beberapa teman dan sahabat yang peduli pada dirinya, seperti Chan-Sung. 

Gadis dengan tinggi 168 cm tersebut selalu bepergian sendiri, walaupun banyak orang yang menggunjingnya. Terkadang, ia ditegur Lee Sajangnim, direktur Choi Group. Namun, ia tak ingin ambil pusing, Hye-Ri segera menyadari masalahnya dan berubah untuk lebih baik lagi.  Yang terpenting dalam hidupnya adalah melakukan apa yang terbaik tanpa merugikan orang lain. 

Orang selalu menilai kita dari fisik tanpa tahu seperti apa sifatnya. Namun, Hye-Ri yakin ada orang yang baik karena setiap orang tak sama. 

Terjemah :
Oppa : panggilan yang digunakan oleh perempuan kepada lelaki yang lebih tua
Yeodongsaeng :panggilan yang digunakan oleh lelaki kepada perempuan yang lebih muda
Ne : ya
Gomawo : terima kasih (informal)
Sajangnim : atasan (perusahaan)
Namja : lelaki

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
YoungieChannie
#1
Chapter 1: Aku kira bakal diceritain jadi anak kuliahan.

Update