An interlude

In Aeternum
Please Subscribe to read the full chapter

Kami telah berpacaran sejauh ini tanpa ada yang mencurigai. Bahkan ayahku saat terakhir bertemu Kyuhyun masih menepuk-nepuk bahunya dengan bangga. Bangga atas prestasi dan kinerja Kyuhyun, tanpa mengetahui bahwa putranya telah berkencan dengan sang staf favoritnya.

 

Sejujurnya, aku sering merasa tersiksa di saat aku terkadang menyaksikan pasangan-pasangan kekasih atau suami-istri yang dengan bebasnya memamerkan hubungan mereka. Sementara aku dan Kyuhyun seperti buronan yang harus bersembunyi. Namun, lagi-lagi aku harus mengingat bahwa semua ini kulakukan untuk menjaga Kyuhyun. Jika seandainya suatu hari hubungan kami terekspos, aku rela menerima semua konsekuensinya, tapi jangan pada Kyuhyun.

 

Mungkin hal ini juga yang membuatku belum memberitahukan hubunganku dengan Kyuhyun kepada Bibi Jihye. Aku mengerti dia sudah mengatakan akan mendukung semua keputusanku, tapi terkadang fakta bahwa dia adalah adik kandung ayahku selalu membuatku mundur. Berbeda dengan Minho yang senantiasa menjadi partner in crime-ku sejak kami kecil, selain itu dia juga punya andil dalam hubungan kami, membuatku lebih mudah mempercayainya. Tapi kalau kupikir-pikir lagi, mungkin aku saja yang terlalu paranoid. Lagipula, bibiku sudah sering memihakku di masa lalu. Jadi, inilah dia..

 

Aku mungkin akan gugup jika memberitahunya lewat telepon, jadi kupikir lebih baik mengiriminya email saja.

 

Bibi,

 

Apa kabar? Sudah lama ya kita tidak berjumpa.

Bagaimana kabar bibi? Paman menjaga bibi dengan sangat baik ‘kan?

Aku rindu dengan lasagna dan pai labu buatan bibi. Sekarang aku jadi terlalu sering makan ramyeon.

 

Oh, ya.

Bibi masih ingat percakapan kita terakhir kali kan? Saat bibi bercanda apakah aku menyukai laki-laki. Jangan kaget setelah membacanya.

 

Jawabannya adalah: iya!

 

Namanya adalah Cho Kyuhyun. Dia salah satu karyawan di kantor Ayah. Faktanya, dia adalah ilmuwan, punya gelar profesor, juga merupakan ketua tim di laboratorium kantor. Dia sangat manis, cerdas, sedikit sarkastik, tapi dia begitu menyayangiku. Saat kita terakhir bertemu, sejujurnya saat itu aku sudah memiliki ketertarikan pada Kyuhyun, tapi aku masih ragu dengan perasaanku sendiri. Aku masih menyukai wanita, jujur. Tapi entah kenapa perasaanku pada Kyuhyun begitu kuat, mungkin melebihi perasaanku pada mantan kekasihku dulu.

 

Aku dan Kyuhyun sudah berpacaran selama satu tahun terakhir ini. Kami menyembunyikannya dari banyak orang, terutama Ayah. Minho tahu mengenai hubungan kami, tapi dia bisa menjaga rahasia. Malah, kupikir ada campur tangan Minho yang membuat kami berdua seperti ini. Selain itu, ada satu orang lagi yang mengetahuinya, Jung Yunho, sahabat kekasihku, dia bisa dipercaya.

 

Kuharap suatu saat nanti jika bibi kembali, aku bisa mengenalkannya padamu. Atau, aku akan membawa Kyuhyun mengunjungi bibi. Bibi pasti akan senang jika bertemu dengannya.

 

Baiklah, aku harap bibi selalu bahagia. Salamku untuk Paman Smith.

 

P.S. Aku melampirkan foto Kyuhyun. Bibi bisa melihat sendiri betapa manisnya dia.

 

Email terkirim.

 

Aku menghela napas. Saat ini pukul lima sore, berarti di San Francisco masih tengah malam. Entah bibiku akan membacanya kapan, tetapi aku harap dia tidak heboh saat mengetahuinya. Atau marah karena tidak diberitahu sedari awal. Yang jelas, saat ini aku sedikit lega telah memberitahunya tentang kami—aku dan Kyuhyun.

 

****

 

Ini kali keduanya aku mengajak Kyuhyun ke taman setelah kencan pertama kami setahun yang lalu. Kami memang jarang sekali berkencan di tempat umum pada siang hari. Hanya sesekali jika kami memang ingin, selebihnya kami memilih malam hari.

 

Tanganku tertaut ke belakang tubuhku, tak sebebas saat kencan pertama—paling tidak saat itu aku masih bisa memeluk pinggang Kyuhyun—karena entah kenapa hari ini taman cukup ramai pengunjung. Tetapi, karena musim gugur tahun ini cukup indah, kurasa itu cukup mengobati kekecewaanku. Entah mengapa aku begitu terobsesi dengan musim gugur, ditambah dengan adanya Kyuhyun di hidupku. Kyuhyun dan musim gugur, terlihat seperti sebuah komposisi unik di mataku.

 

“Jadi, apa yang dibilang bibimu?” tanya Kyuhyun.

 

Aku menepi ke sebuah bangku taman yang kosong. Untunglah area itu agak sepi jadi itu merupakan keuntungan sendiri untuk membicarakan masalah asmara dengan kekasihku. Aku menepuk tempat di sampingku, mengajak Kyuhyun duduk yang dituruti olehnya.

 

“Bibiku terkejut, tentu saja. Tapi dia juga tidak menentang keputusanku.” Aku menatap Kyuhyun.

 

Sehari setelah kukirim email itu, bibiku sontak menelepon dari San Francisco. Ia berkata bahwa aku nyaris membuatnya sakit jantung. Selain itu ia juga sedikit merajuk karena baru diberitahu setelah selama ini. Meskipun begitu, ia cukup senang mengetahui aku bahagia apapun pilihanku. Bibi juga berkata ia akan merahasiakan dari ayahku sampai aku siap mengatakannya sendiri—entah kapan hal itu terjadi.

 

“Dan juga,” aku menoleh ke kanan dan kiri, memastikan situasinya aman. “bibiku bilang, kau sangat menawan. Tidak mengherankan jika aku jatuh cinta padamu.” Aku mengelus pipi Kyuhyun lembut, menikmati semburat tipis yang tercipta di sana.

 

“Aku ingin suatu hari mengenalkanmu pada bibiku. Kalian pasti akan berteman baik.”

 

Kyuhyun tersenyum samar. Angin musim gugur berembus halus mengacak surainya yang ikal, membuat jantungku sedikit berpacu. Aku ingin sekali mendekapnya, jika saja ini bukan tempat umum.

 

Sebuah bola membentur kakiku. Aku memungutnya lalu menoleh-noleh mencari siapa pemiliknya. Seorang anak laki-laki, tak lebih dari enam tahun, berlarian dengan kaki mungilnya ke arahku. Ia berhenti di depanku tapi tak berani meminta bolanya dariku.

 

“Ini punyamu?” tanyaku basa-basi.

 

Bocah itu mengangguk. Matanya yang bulat membuat siapapun luluh, mirip seperti Kyuhyun. Entah kenapa aku mendadak berimajinasi liar tentang anak kecil yang mirip denganku dan Kyuhyun berlarian di apartemen kami.

 

“Ini, bermainlah dengan aman, ya?” Kuulurkan bolanya pada bocah itu lalu kuusap surainya gemas. Ia kemudian berlari meninggalkan kami.

 

Aku menghela napas, mengawasi anak itu berlari ke arah orang tuanya.

 

“Kau terlihat begitu menyukai anak kecil.”

 

Aku memandang wajah Kyuhyun lalu tersenyum. “Dulu aku pernah punya adik.”

 

“’Pernah’?”

 

“Adikku meninggal saat masih kecil.”

 

“Oh,” Wajah Kyuhyun berubah keruh. “Aku tidak tahu hal ini. Maaf.”

 

“Hei, tidak apa-apa.” Aku mengusap-usap surai Kyuhyun. “Lagipula kejadiannya sudah begitu lama. Aku bahkan hampir melupakannya.”

 

Kyuhyun menyandarkan punggungnya pada bangku taman. Memejamkan mata menikmati semilir angin musim gugur yang menerbangkan dedaunan kering.

 

“Karena itulah kau menjadi begitu dekat dengan Minho?” tanyanya.

 

Aku mengangguk. “Salah satu alasan. Selain juga dia satu-satunya sepupu laki-lakiku. Aku tak punya banyak pilihan.” Aku tertawa.

 

Angin menerpa tubuhku. Cukup halus tapi juga membawa hawa dingin sehingga mau tak mau kurapatkan jaketku. Kyuhyun menggosok-gosok telapak tangannya karena kedinginan. Aku menggamitnya, menyalurkan suhu tubuhku pada tangannya. Kami hanya menghabiskan kencan ini dengan menikmati suasana taman, tak banyak percakapan namun sedikit kontak fisik serta kontak mata yang intens sudah lebih dari cukup.

 

****

 

“Astaga, Hyung! Itu sungguhan?”

 

Minho tertawa terbahak-bahak, sedangkan aku dan Kyuhyun hanya diam, menyesap tequila kami dengan wajah memerah.

 

“Jika kau melihatnya sendiri, mungkin kau akan bereaksi sama. Aku bahkan tak berani menatap mereka selama berminggu-minggu setelahnya. Bayangkan, mereka berdua setengah telanjang kemudian saling melahap bibir masing-masing dengan rakus. Eeew...” Yunho memasang wajah jijik. Sedangkan Minho terpingkal-pingkal memegangi perutnya sendiri.

 

Aku menggeram kesal, menuang gelasku lagi dengan tequila kemudian menenggaknya dalam sekali teguk. Di sisi lain, Kyuhyun menunduk dengan wajah yang sudah mirip kepiting rebus. Bagaimana tidak jika Yunho menceritakan kejadian itu, ketika kami sedang bercumbu lalu dia mendadak menerobos pintu apartemen Kyuhyun.

 

“Ya! Lantas jika kau homophobe, kenapa menerima hubungan kami begitu saja?” ketusku.

 

“Aku tidak homophobe, hanya saja aku alergi melihat adegan mesra-mesraan secara langsung di mataku. Melihat pasangan straight berciuman di depan mataku saja aku malas, apalagi melihat pasangan gay seperti kalian sedang bercumbu.” Sahut Yunho santai.

 

“Oh, bukannya karena kau iri melihat mereka berpasangan sementara kau tidak?” tukas Minho.

 

Ekspresi Yunho terlihat kesal tapi dia tidak membalas Minho, hanya decakan kesal yang dia berikan. Aku merasa agak terhibur dengan ucapan Minho setelah tadi mereka berdua menggodai kami habis-habisan. Sebaiknya kubalas sedikit.

 

“Ha, maksudmu seperti ini?” Aku mendekap kepala Kyuhyun lalu menciumnya tepat di bibir. Kulumat kuat-kuat bibirnya hingga Kyuhyun sedikit mendesah, sedikit mempertontonkan bagaimana lidah kami beradu, agar Yunho bisa melihatnya. Aku baru berhenti setelah Kyuhyun memukul lenganku kuat-kuat. Beruntung orang lain di bar tak ada yang memperhatikan kami, semuanya terlihat tenggelam dalam irama musik yang memekakkan telinga.

 

Yunho mengeluarkan ekspresi aneh, campuran antara kaget, jijik, dan takjub. Minho menertawainya keras-keras karena berwajah seperti itu. Aku menyeringai puas karena merasa berhasil membalas Yunho.

 

“Eww... lain kali lakukan di gay bar atau di kamar kalian!”

 

Kyuhyun sepertinya turut kesal karena ia merebut botol tequila dari tanganku lalu langsung menenggaknya dari botolnya.

 

“Kalau begitu, jangan sembarangan masuk apartemen orang lain!” Omel Kyuhyun.

 

“Bukan sepenuhnya salahku, kombinasi PIN apartemenmu terlalu mudah ditebak. Lagipula lakukan ‘itu’ di kamar, jangan di ruang tengah. Dasar pasangan mesum!”

 

“Tapi tetap saja, kau melanggar privasi orang lain!”

 

Aku menggeleng-gelengkan kepala mendengar pertengkaran mereka. Mereka mirip seperti dua ekor kucing yang saling mendesis memperebutkan wilayah kekuasaan. Minho sepertinya berpikiran sama denganku, ia menyerah mendengarkan mereka bertengkar dan hanya berfokus pada minuman kami.

 

Malam ini pertama kalinya aku dan Kyuhyun pergi bersama dua orang ‘saksi’ hubungan kami. Juga pertama kalinya Yunho bertemu dengan Minho, tapi mereka langsung kompak seperti teman lama. Bahkan Kyuhyun berkomentar, jika kami bertiga—aku, Yunho, Minho—sudah terlibat pembicaraan serius, maka ia akan menyingkir.

 

****

 

“Ya, Sayang. Aku sekarang menuju ke sana.”

 

Kyuhyun kemudian menutup teleponnya. Ia saat ini sedang menunggu kedatanganku di sebuah tempat. Sedangkan aku terpaksa berangkat belakangan karena baru saja kembali setelah menandatangani lembar persetujuan untuk menjadi pendonor organ. Ini merupakan keinginanku sejak lama, menjadi tetap berguna meskipun setelah kematianku.

 

Di jok belakang sekarang terdapat teleskop bintang kesayanganku. Aku membawanya karena kami akan melakukan kegiatan favoritku: mengamati gugusan bintang kemudian berbaring menatap langit. Aku sering mengajak Kyuhyun berkencan seperti ini, dan dalam sekejap kegiatan ini juga menjadi favoritnya. Kyuhyun adalah satu-satunya kekasihku yang kuajak menikmati hobiku ini.

 

Tempat yang kutuju adalah sebuah perbukitan di pedesaan. Aku memilih tempat ini karena bebas dari polusi cahaya yang akan mengaburkan cahaya bintang, selain juga—ehem—cukup sepi.

 

Kyuhyun telah menungguku di mobilnya. Ia keluar dan merapatkan jaketnya, udara dingin malam hari membuat napasnya menjadi kabut. Aku mengambil tikar dari mobil Kyuhyun lalu membentangkannya di atas rerumputan. Kulihat Kyuhyun membawakanku selimut tebal, meletakkannya di atas tikar yang telah kubentangkan. Ia sendiri langsung berguling-guling di atasnya, lalu diam terlentang menatap langit.

 

Setelah selesai memasang teleskop, aku langsung mengarahkannya ke hemisfer selatan, mengamati rasi bintang yang kusukai, Scorpion. Tak ada alasan khusus kenapa aku menyukainya, hanya bentuknya yang menurutku unik.

 

“Malam ini milky way tidak terlalu terang, tapi paling tidak dari sini kita bisa melihatnya cukup jelas dibanding di Seoul.” ucap Kyuhyun.

 

Aku menggumam mengiyakan. “Terlalu banyak polusi cahaya, kecuali jika di Seoul mendadak terjadi pemadaman listrik skala besar.” Dengusku.

 

Kyuhyun berjalan menghampiriku. Aku menyingkir dari teleskop, memberi giliran Kyuhyun menggunakannya. Ia menggerakkan teleskopnya, mencari posisi bintang favoritnya berada.

 

“Astaga, Sirius sepertinya ingin membutakanku. Malam ini dia terang sekali.”

 

Aku tertawa. “Walaupun kau melihatnya dengan mata telanjang, bukankah dia yang paling cemerlang di antara yang lain?”

 

“Benar, tapi dia seperti makin bersinar dibanding kemarin-kemarin.”

 

“Apa kau tahu, para astronom mengatakan Sirius bergerak mendekati tata surya, jadi dia akan terlihat makin bercahaya.”

 

“Ha, sepertinya kau salah jurusan, Tuan Choi. Alih-alih menjadi pewaris bisnis ayahmu, seharusnya kau menjadi staf NASA saat ini.”

 

“Mungkin saja.” Aku tertawa.

 

Seperti biasanya, kami mengakhiri sesi-mengamati-bintang dengan berbaring menatap langit. Udara yang dingin membuat kami berlindung di balik selimut. Kurapatkan tubuhku pada Kyuhyun, menikmati aroma tubuhnya yang menguar memberiku kenyamanan. Kyuhyun menyandarkan kepalanya pada bahuku sementara aku melingkarkan lenganku di tubuhnya, menariknya mendekat.

 

“Siwon..”

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
indira407
#1
Chapter 4: Saling menci tai yg berakbir tragiss.. Hhaaa, poor kyukyu. Nice story kk, ditunggu sequel momento mori yesss
Maynidit
#2
Chapter 4: Siwon kecelakaan tepat dihari dia akan menikahi kyuhyun...T_T
Maynidit
#3
Chapter 3: Kyuhyun gagal membuat kembarannya bs hidup, dan stlh ini dia akan membuat siwon yg nantinya akan bersama dgnya
Maynidit
#4
Chapter 2: Wah....apa wonkyu akan menunjukkan hubungannya pd orang tua siwon??
Qkantik #5
Chapter 4: I like this story.. Cinta siwon begitu besar untuk kyuhyun. Tp gak bs bayangin pas kyu bangun dan hrs terima kenyataan siwonnya telah pergi :(
choiriafitriaelf #6
Chapter 3: Makin penasaran sama chap selanjutnya, updatenya jangan lama lama ya thor.btw memento mori endingnya kayak ngegantung gitu.
choiriafitriaelf #7
Chapter 1: Jadi squel memento mori disini ya thor.aku udah baca di ffn.
choiriafitriaelf #8
Chapter 1: Jadi squel memento mori disini ya thor.aku udah baca di ffn.
lusiwonkyu
#9
Chapter 2: First eeaaakk mantulll ??
Btw ini manisss bangettt interaksi Siwon sama Kyuhyun aku sukaa...
Aaahhhhh makin baper :(
Maynidit
#10
Chapter 1: Wah....wonkyu sama" malu" pdhl sdh saling suka
???