Part 2

Reason

Joohyun menggumam pelan saat merasakan sebuah sentuhan lembut pada pipinya. Ia mengerjap-ngerjapkan matanya perlahan, menyesuaikan penglihatannya terhadap sinar lampu yang langsung menusuk retinanya. Samar-samar ia mulai melihat wajah lelah Seulgi di hadapannya. Si arsitek muda meletakkan kepalanya di atas kedua tangannya yang ia lipat di meja makan. Dengan posisi yang sama, kedua pasangan itu saling menatap dalam.

“Maaf, aku tertidur” Joohyun berbisik dengan suara yang parau.

Seulgi tersenyum dan menggeleng pelan. Ia membelai rambut Joohyun dan mengusap dahi kekasihnya dengan lembut menggunakan ibu jarinya.

Saat pulang ke apartemennya, dia berpikir bahwa Joohyun pasti sudah terlelap di kamar mereka. Namun dugaannya salah. Ketika ia ingin mengambil minum di dapur, ia melihat kekasihnya tengah terlelap di atas meja makan dengan posisi setengah duduk.

Pandangannya pun teralih pada beberapa piring berisi makanan buatan tangan Joohyun dan sebuah kue berukuran sedang dengan tulisan ‘Happy Anniversary’ serta empat buah lilin berwarna ungu dan oranye di atasnya.

Seulgi terpaku. Ia menatap kue itu dan Joohyun secara bergantian.  Sekarang ia tahu mengapa Joohyun bersikeras memintanya pulang lebih awal. Wanita itu ingin merayakan hari jadi mereka dan itu bukanlah sebuah hal yang mewah tapi Seulgi justru malah mengabaikannya, lebih parah, dia bahkan melupakannya. Ia sama sekali tidak ingat bahwa hari itu adalah hari jadi mereka, betapa bodoh dirinya.

Rasa haus di tenggorokannya pun hilang. Rasa sesak lah yang menggantikan. Ia mengusap air matanya yang tanpa peringatan keluar begitu saja dari pelupuknya. Ditariknya kursi yang berada tepat di sebelah Joohyun dan mendudukinya dengan perlahan. Ia memposisikan dirinya persis seperti Joohyun dan menghadapkan kepalanya pada wanita cantik itu. Tangannya bergerak lembut ke wajah damai kekasihnya sambil menunggu ia terbangun.

“Aku yang minta maaf, aku tidak seharusnya pulang larut. Kau pasti lelah sudah memasak begitu banyak makanan untukku” Seulgi berkata dengan suara pelan.

“Tidak apa-apa. Aku tahu kau sibuk akhir-akhir ini.” Joohyun memberikan senyum tulusnya pada sang kekasih sebelum ia bangkit dari posisinya dan berdiri dari kursi untuk menatap Seulgi.

“Apa kau sudah makan? Aku akan menghangatkan makanan ini setelah itu kau bisa makan lalu tidur. Pagi nanti aku akan membangunkanmu untuk berangkat ke kantor.” Tangan Joohyun bergerak cepat untuk mengambil beberapa piring makanan dari atas meja, namun Seulgi lebih dulu menahan tangan itu. Joohyun menoleh pada kekasihnya dan terdiam mendapati Seulgi tersenyum padanya. Sebuah senyuman yang sudah lama ia rindukan. Sebuah senyum yang tak dipaksakan.

Seulgi menarik tubuh Joohyun mendekat padanya dan melingkarkan lengannya di pinggang wanita itu. Dengan erat dia memeluk Joohyun sambil menyandarkan kepalanya di perut kekasihnya.

“Jangan bergerak. Tetaplah seperti ini, sebentar saja” gumam Seulgi.

Joohyun terdiam. Apa benar ia sudah terbangun? Apa yang terjadi saat ini bukan hanya sekedar mimpinya, kan?

Dengan ragu ia meletakkan tangannya di atas kepala Seulgi lalu membelai rambut kekasihnya dengan perlahan. Saat Seulgi semakin mengeratkan pelukannya dan membenamkan wajahnya di perut Joohyun, wanita itu akhirnya percaya jika itu bukanlah mimpi. Senyuman kecil pun terpasang di wajah cantiknya.

“Kau lelah?” tanyanya. Seulgi mengangguk pelan. “Istirahatlah di kamar. Aku akan membangunkanmu besok pagi.”

Mendengar itu, Seulgi menjauhkan kepalanya dan menatap sang kekasih. Sungguh ia merasa bodoh ketika melihat tatapan lembut Joohyun. Bagaimana mungkin ia bisa mempermainkan wanita di depannya tanpa sekalipun memikirkan perasaannya.

Saat Wendy bertanya padanya apa yang Joohyun berikan untuknya selama mereka menjalin hubungan, ia tidak bisa menjawab karena memang hal itu tak pernah terpikirkan sebelumnya oleh Seulgi.

Namun jika saat ini pertanyaan itu kembali dilemparkan padanya maka Seulgi akan menjawab dengan sangat mantap bahwa Joohyun, kekasihnya, telah memberikan seluruh hidupnya untuk Seulgi. Wanita itu lah yang selalu menyapa Seulgi setiap pagi dengan senyuman hangatnya dan menyambutnya dengan pelukan erat ketika ia pulang. Wanita itu selalu memastikan Seulgi hidup dengan baik dan mencegahnya untuk melakukan hal-hal yang mampu mencelakainya. Wanita itu memberikan kasih sayang dan cinta yang berlebihan untuknya. Dua hal terbaik yang tidak akan pernah bisa Seulgi dapatkan dari siapapun.

“Kau tidak perlu melakukannya. Aku bahkan tidak berniat untuk turun dari tempat tidur besok, karena itu aku minta jangan kau lepas pelukannya saat ini.”

Joohyun mengerutkan dahinya. Ia menatap bingung pada Seulgi dan bertanya, “Lalu bagaimana dengan pekerjaanmu? Proyek besarmu?”

Seulgi tersenyum lebar, memperlihatkan senyum beruangnya yang menggemaskan.

“Sudah selesai Hyun-ah. Tidak ada lagi perkejaan yang tersisa. Aku hanya perlu memperbaiki beberapa hal saja.”

Joohyun terlalu lugu bagi Seulgi. Wanita itu bahkan tidak bisa menangkap makna ganda dalam perkataannya dan itu membuatnya semakin merasa bersalah. Seulgi pun hanya mampu tersenyum tipis saat Joohyun kembali melontarkan pertanyaan polos lain kepadanya.

“Jadi, kau tidak harus bangun sangat pagi dan pulang larut malam karena harus menyelesaikan pekerjaanmu?”

Seulgi mengangguk mantap. Mengiyakan.

“Ya. Mulai hari ini aku akan tetap berada di sisimu saat kau terbangun dan kembali ke rumah saat kau belum sempat mengkhawatirkan keberadaanku”

“Kau…yakin?”

Seulgi dapat dengan mudah menangkap nada keraguan dari pertanyaan yang diberikan oleh kekasihnya. Dan ia pun memaklumi. Dirinya sudah sering mengabaikan kepercayaan wanita itu jadi hal yang sangat wajar jika saat ini Joohyun sama sekali tidak meyakini perkataannya.

“Kau tidak percaya?” Seulgi berdiri dari tempat duduknya dan segera merengkuh tubuh mungil sang kekasih ke dalam pelukannya.

“Aku akan memperbaiki segalanya Hyun. Aku minta maaf untuk seluruh tangis dan kekecewaanmu. Mulai hari ini aku akan menggantinya dengan kebahagiaan saja. Aku berjanji.” Dengan begitu, Seulgi pun mencium puncak kepala Joohyun yang bersandar nyaman di dadanya. Wanita yang lebih muda itu terus mengusap punggung kekasihnya, mencoba memberikan kehangatan dan perlindungan terbaik yang sudah lama tidak ia berikan untuk wanita itu, dengan segenap kata cinta yang tak pernah putus dari bibirnya layaknya sebuah mantra.

Joohyun tidak tahu sudah berapa lama ia membiarkan tubuhnya menyerah pada kehangatan yang Seulgi berikan untuknya. Ia menikmati irama detak jantung Seulgi yang tenang dan terasa seperti musik di telinganya. Namun, saat dirasanya tangan Seulgi yang berada di kedua bahunya bergerak untuk mendorongnya sedikit menjauh, hal itu berhasil membuat Joohyun bersungut. Ia belum puas memeluk tubuh kekasihnya.

Melihat wanita yang lebih tua darinya itu menggerutu, Seulgi pun tersenyum geli. Joohyun terlihat seperti kelinci kecil yang sedang marah dan itu sungguh menggemaskan. Ia mengusap bibir Joohyun yang cemberut menggunakan ibu jarinya. Matanya menatap lekat pada bibir mungil tipis yang sudah lama tak ia sentuh itu. Ia merindukan rasanya. Dan saat matanya bertemu pandang dengan Joohyun, Seulgi tahu jika sang kekasih tengah memikirkan hal yang sama dengannya.

Wanita dengan monolid itu pun mulai mendekatkan wajahnya pada sang kekasih. Ia menempelkan bibirnya pada bibir Joohyun, membiarkannya beberapa saat sebelum bergerak perlahan. Tak hanya bergerak untuk mendominasi, Seulgi juga melumat bibir Joohyun. Ia ingin merasakan setiap inci bibir kekasihnya. Lidah mereka pun ikut bermain, bergulat dengan liar. Karena tak mampu lagi untuk menahan, sebuah desahan pun akhirnya lolos dari bibir Joohyun.

Sadar dengan suasana yang semakin panas, Joohyun pun menjauhkan bibirnya dari lumatan Seulgi. Keduanya terengah dengan senyum yang tidak bisa lagi disembunyikan. Joohyun menggigit ujung bibirnya ketika Seulgi memberikan kecupan singkat di dahinya.

“Aku sangat mencintaimu, Joohyun” ucapnya. “Terima kasih sudah menjaga beruang bodoh ini dengan penuh kesabaran dan rasa cinta yang begitu besar. Aku berjanji, aku tidak akan pernah melepaskanmu.”

Seulgi tersenyum dan mengusap air mata Joohyun yang turun ke pipinya. Ia berjanji untuk tidak membuat mata indah itu mengeluarkan air mata lagi kecuali karena alasan bahagia.

++++++++

“Kau seharusnya tidak berbohong mengenai statusmu, Gi”

“Kau sudah mengetahuinya?” Seulgi tidak dapat menyembunyikan keterkejutannya.

Krystal mengangguk.

Kening Seulgi berkerut. Dia menatap Krystal dengan bingung. Wanita itu terlihat terlalu tenang untuk ukuran seseorang yang baru membongkar sebuah kebohongan. Bukankah ia seharusnya marah karena Seulgi telah mempermainkannya.

“Apa Wendy yang memberitahumu?” tanya Seulgi lagi

Kali ini Krystal menggelengkan kepalanya. “aku tidak sengaja mendengar percakapanmu dengan Wendy saat itu.”

Seulgi mendecih. Ia bukan sedang mencemooh Krystal namun ia mengejek dirinya sendiri, yang merasa sudah memainkan perannya dngan sempurna tapi pada kenyataannya Krystal lah yang menjadi tokoh kunci.

“Kau tahu, untuk seseorang yang sudah memiliki kekasih kau cukup bodoh untuk termakan kata-kata Wendy yang sampai saat ini saja belum memiliki kekasih.”

“Seburuk itu?” untuk pertama kali, Seulgi tidak merasa marah disebut bodoh oleh orang lain karena ia mengakui apa yang Krystal katakan benar adanya. Bagaimana bisa Ia terpedaya oleh omongan sahabatnya yang Seulgi tahu belum pernah memiliki kehidupan romantisme seumur hidupnya.

“Dia bahkan tidak tahu kalau sepupunya sendiri sudah memiliki tunangan” suara Krystal terlalu lirih, namun dengan jarak mereka yang terlalu dekat Seulgi dapat dengan mudah mendengarnya.

“Kau?!” wanita itu bertanya dengan nada tinggi. Dia tidak marah, dia hanya terlalu terkejut karena tak tahu skenario macam apa yang saat ini tengah Krystal mainkan untuknya.

Wanita Amerika itu hanya tersenyum lemah dan mengangguk perlahan. Reaksi Seulgi terlalu wajar baginya.

“Aku tidak tahu apa yang menjadi alasanmu untuk melakukan semua kebohongan ini Gi, tapi aku melakukannya karena aku hanya ingin merasakan cinta yang lain dari yang biasa aku rasakan pada tunanganku”

Mata Krystal menatap dalam netra Seulgi. Ia paham dengan sorot kebingungan yang Seulgi berikan padanya. Ia meraih sebuah kalung rantai kecil yang melingkari lehernya. Selama ini Seulgi tidak pernah tahu kalung apa yang dipakai oleh Krystal karena wanita itu selalu menyembunyikannya di balik pakaian yang ia kenakan. Mata Seulgi mengamati kalung berwarna perak tersebut dan terpaku pada benda berbentuk lingkaran yang tergantung sebagai pendulumya.

“Namanya Jinri, kami sudah berpacaran selama 8 tahun namun selama itu pula ia selalu bermain-main dengan perasaanku.”

“Apa yang dia lakukan?” tanya Seulgi. Krystal mengalihkan pandangannya dari cincin pertunangannya ke mata monolid yang tajam namun menenangkan untuknya itu.

“Berselingkuh” Krystal tertawa kecil, menyadari betapa santainya ia membuka lukanya di depan Seulgi. “Entah untuk yang ke berapa kali, aku sudah lelah menghitungnya. Tapi bodohnya, aku selalu bersedia untuk menerimanya kembali karena aku masih sangat mencintainya. Teman-teman terdekatku menyarankan untukku melakukan hal yang sama namun, meski Jinri bisa dengan mudah mendekati wanita manapun, aku tidak pernah bisa melakukan hal itu. Aku terlalu takut untuk bermain-main dengan perasaan seseorang karena tidak ingin mereka menanggapi dengan serius sehingga membuatku sulit untuk melepaskan.”

“dan beruntung aku bertemu dengan dirimu. Kau tengah bimbang dengan hubunganmu dan membutuhkan sebuah pelarian untuk menentukan apakah kau akan bertahan atau justru melepaskan. Meski kita memiliki alasan yang berbeda tapi kita memiliki tujuan yang sama. Tujuan kita adalah mencari sebuah pelarian dan kita berhasil mendapatkannya. Di sini. Antara diriku dan dirimu.”

Seulgi terdiam. Tidak ada penyangkalan yang bisa ia sampaikan, karena apa yang Krystal katakan semuanya benar. Ia pun memutar-mutar cincin perak di ibu jarinya. Ia menatap mata Krystal sekilas sebelum melepas cincin itu lalu memindahkannya ke jari tengah. Ke tempat di mana cincin itu seharusnya berada.

Tidak seperti Krystal yang begitu berani melepas cincin pertunangannya, Seulgi memilih untuk memindahkan letak cincin itu dan mengatakan bahwa benda tersebut hanyalah sekedar aksesoris di tangannya. Dia takut, jika ia melepasnya saat bertemu Krystal, maka ia akan lupa untuk mengenakannya kembali saat bertemu dengan Joohyun dan membuat kekasihnya curiga jika tidak melihat cincin ‘pasangan’ itu tersemat di jari manisnya. Ya, dia masih sepengecut itu di hadapan seorang Bae Joohyun.

“Namanya Joohyun. Dia kekasihku sejak 3 tahun lalu. Dia sangat cantik, aku yakin jika Jinrimu melihat Joohyunku pasti dia akan meninggalkanmu detik itu juga” Krstal meninju perut Seulgi dan mendapat sebuah tawa geli sebagai respon. Dia menggelengkan kepalanya tidak percaya, bahkan hanya dalam rentang waktu beberapa menit saja cerita sedihnya bisa dijadikan bahan lelucon oleh Seulgi. Tapi ia tidak marah, justru ia ikut tertawa.

Sebuah helaan panjang Seulgi lepaskan setelah tawanya mereda. Ia pun kembali menatap Krystal.

“Tapi aku juga yakin kalau Joohyunku tidak akan berpaling pada siapapun. Dia terlalu mencintaiku dan takut untuk kehilangan diriku, sampai titik dimana hal itu mulai membuatku merasa lelah.”

Keduanya terdiam dan tenggelam dalam pandangan satu sama lain, mencari jawaban dari keingintahuan yang tidak berani untuk mereka lontarkan dan berharap sebuah jawaban bisa mereka dapatkan dari tatapan masing-masing. Tapi itu mustahil, dan Krystal lebih dulu menyadarinya sehingga ia memberanikan diri untuk bertanya. Memecah kesunyian tersebut.

“Kau tidak lagi mencintainya? Joohyunmu?”

Seulgi mulai berpikir. Cukup lama sampai membuat Krystal sedikit berharap bahwa jawaban yang akan Seulgi berikan akan sama dengan apa yang ia pikirkan namun dia harus belajar untuk tidak meletakkan harapannya terlalu tinggi karena jawaban Seulgi sungguh berbeda dari jalan cerita yang dibuat oleh fantasinya.

“Jauh di dalam hatiku, aku masih sangat mencintainya, Krys. Hanya saja untuk saat ini aku merasa ingin menjauh darinya, aku ingin terbebas dari setiap larangannya, aku ingin kembali menjadi Seulgi yang hidup tanpa aturan apapun, bertindak sesuka hatiku dan mencoba banyak hal yang tidak pernah aku lakukan sebelumnya. Apa aku harus sepertimu? Melarikan diri ke tempat yang jauh untuk membebaskan diri meski hanya sesaat? Bagaimana menurutmu?” Seulgi bertanya. Meski dengan nada sedikit mengejek, namun Krystal tahu ada keseriusan di dalam pertanyaannya, sehingga ia pun memberikan jawaban nyata. Sebuah jawaban yang ia dapat dari pengalamannya.

“Kau bisa melakukannya dengan catatan kalau kau tidak akan kecewa saat melihat Joohyun bersama dengan orang lain sekembalinya kau dari tempat itu”

“Bagaimana dengan dirimu?” tanya Seulgi lagi.

Krystal pun tertawa kecil.

“Aku bahkan sudah tidak peduli lagi dengan kejutan menyakitkan yang akan terjadi di depan mataku nanti. Aku sudah pernah melihat yang terburuk dari banyak adegan yang bisa kau bayangkan” jawab Krystal. Sebuah senyum tipis muncul di wajahnya saat melihat tatapan sedih bercampur marah yang Seulgi berikan untuknya.

“Kau harus mencari yang lebih baik, Krys. Wanita sepertimu tidak pantas dengan wanita seperti Jinri. Berhenti menguji ketahanan hatimu sendiri, kau terlihat seperti seorang masokis dan itu mengerikan.”

Krystal tertawa kecil mendengar kata-kata Seulgi. Dia meletakkan tangannya di bahu wanita itu lalu mengusapnya dengan penuh kelembutan.

“Satu-satunya wanita terbaik yang aku temui dan membuatku nyaman adalah dirimu, Gi. Tinggalkan Joohyun, maka aku akan mendapatkan wanita yang pantas untukku seperti yang kau katakan.”

Seulgi sangat terkejut dengan kata-kata Krystal. Ia menghindari tatapan wanita di hadapannya seraya mencari jawaban terbaik yang bisa ia berikan tanpa harus melukai perasaannya, meski Ia tahu itu adalah hal yang sungguh mustahil. “A..aku..”

“Kau masih mencintainya. Jika tidak, kau pasti tidak perlu susah payah mencari alasan, bukan?” Krystal tersenyum saat Seulgi kembali menatapnya dengan raut bersalah. Tangannya yang semula berada di bahu Seulgi mulai merambat naik dan menangkup pipi wanita itu.

“Pulanglah Gi, temui Joohyun dan perbaiki semuanya selagi bisa. Kau akan sangat menyesal ketika nanti kalian semakin menjauh dan dia mendapatkan cinta yang dia butuhkan dari orang lain.”

“Bagaimana dengan dirimu?” tanya Seulgi. Ia masih enggan meninggalkan Krystal. Setidaknya sampai ia tahu kalau wanita itu akan baik-baik saja tanpa dirinya.

“Jangan khawatir, Wendy pasti sebentar lagi akan pulang.”

Seulgi mendengus pelan.

“Bukan itu yang aku maksud. Apa kau akan kembali pada Jinri?”

Krystal bersumpah jika Seulgi tidak berhenti mengkhawatirkannya seperti itu, maka ia tidak akan melepaskan Seulgi dan memiliih menjadi wanita jahat untuk Joohyun.

“Well, aku tidak bilang kalau aku pergi darinya. Aku hanya berlibur di sini, Gi. Dan aku percaya akan datang waktu dimana Jinri berubah demi diriku”

Seulgi mendecih. Dia bahkan belum pernah bertemu dengan Jinri tapi dia sudah sangat membenci orang itu. Bagaimana bisa dia menyia-nyiakan  wanita seperti Krystal. Seluruh hal yang orang-orang inginkan dari kekasih mereka ada di diri wanita Amerika itu dan Jinri sama sekali tidak menghargainya.

“Dan jika waktu itu tidak pernah datang, apa yang akan kau lakukan?”

“Mungkin aku akan kembali ke Seoul dan merebut Joohyun darimu. Bukankah kau bilang kalau dia cantik? Well, aku hanya mengencani wanita cantik jadi aku rasa Joohyun bisa menjadi pengganti Jinri yang tepat.”

Seulgi menggeleng cepat. Menunjukkan ketakutannya.

“Jangan. Kau tidak tahu betapa sulitnya dan berapa banyak pengorbanan yang aku lakukan untuk bisa mendapatkan hatinya.”

Krystal meninju perut Seulgi dengan lebih keras. Membuat korbannya itu mengaduh kesakitan.

“Kalau begitu jangan terlalu mudah berpikir untuk melepasnya, bodoh.” Krystal tersenyum dan membantu Seulgi mengusap perutnya untuk mengurangi rasa sakit yang ia berikan.

“Aku sangat iri pada Joohun. Aku harap, aku bisa mendapatkan Seulgiku sendiri tanpa harus merebutnya dari siapapun.”

“Aku yakin kau akan mendapatkannya Krys. Bahkan jauh lebih baik dariku, karena kau pantas mendapatkan yang terbaik.” Seulgi memberikan senyum tulusnya. Dia menarik tubuh Krystal mendekat dan memeluknya erat-erat. Dengan penuh kelembutan ia mengecup kepala Krystal dan membiarkan wanita itu menangis di dekapannya. Itu adalah hal terakhir yang bisa ia berikan padanya sebelum mereka berpisah.

++++++++

Seulgi tanpa henti mengelus surai lembut kekasihnya. Sesekali ia akan mengecup puncak kepala wanita yang lebih tua darinya itu. Ia memilih untuk tidak tidur karena ingin memandangi wajah terlelap Joohyun yang sangat damai di dekapannya. Sungguh ia sangat merindukan pemandangan indah tersebut.

Memeluknya selama tidur, mengucapkan salam hangat di pagi hari dengan tambahan sebuah ciuman singkat di bibir serta mengganggu sang kekasih di dapur adalah rutinitas Seulgi setiap pagi sebelum hubungan mereka merenggang. Dia ingin kembali melakukan hal itu. Dia ingin kembali membahagiakan Joohyun dan memperlakukannya dengan sangat baik seperti yang seharusnya ia dapatkan dari Seulgi, seseorang yang pernah berjanji untuk tidak pernah membuat wanita cantik itu kehilangan senyumnya.

Mungkin memang belum terlalu terlambat untuk memperbaiki hubungan mereka. Dan mungkin, menghabiskan waktu hanya berdua saja adalah hal yang mereka butuhkan. Dimana Joohyun dapat belajar untuk tidak lagi meragukannya dan Seulgi dapat belajar untuk lebih menghargai kekasihnya.

Seketika tubuh Seulgi seperti mendapat suntikan semangat baru. Ia segera membangunkan Joohyun dan tidak sabar untuk memberitahukan ide briliannya pada sang kekasih.

“Joohyun… hei, bangun sayang” Seulgi mengusap pipi Joohyun dengan lembut lalu tersenyum manis saat melihat kekasihnya bergerak merespon sentuhannya.

“Seul.. kau sudah bangun?” Joohyun bertanya dengan suara serak. Seulgi hanya mengangguk pelan. Dia tidak perlu mengatakan kalau dirinya terjaga semalaman. Dia tidak punya cukup waktu untuk menjelaskannya jika nanti Joohun bertanya.

“Apa kau akan pergi ke kantor?” Joohyun kembali bertanya dan Seulgi lagi-lagi mengangguk. Dia mencoba menahan tawa saat melihat ekspresi kekasihnya yang tidak dapat menyembunyikan kekecewaannya. Dan Seulgi tahu apa yang ada di pikiran wanita itu, karena baru semalam ia berjanji untuk tidak pergi bekerja dan sekarang Seulgi membangunkannya karena ingin pergi bekerja. Tapi yang Joohyun tidak tahu adalah kali ini Seulgi ke sana bukan untuk bekerja melainkan untuk mengurusi hal lain demi kebahagiaan mereka berdua.

“Iya..” Seulgi menjawab singkat. Ia masih ingin menggoda wanita itu. Air muka wanita itu terlihat sangat menggemaskan bagi Seulgi.

“Oh.. oke, aku akan menyiapkan sarapan untukmu. Mandilah, Seul.” Wanita monolid itu dapat merasakan kehampaan pada suara wanitanya. Dan dia memutuskan untuk tidak terlalu jauh menggoda Joohyun.

Seulgi pun meraih tangan Joohyun yang sudah beranjak dari kasur mereka. Dia tersenyum jahil saat ditatap bingung oleh kekasihnya.

“Aku hanya pergi sebentar, Hyun. Aku ingin mengecek jadwalku dan mereschedulenya setelah itu aku akan mengajukan cuti pada atasanku.” Jelas Seulgi.

“Untuk apa?”

Dan Seulgi tidak lagi bisa menahan diri untuk memberitahu kekasihnya tentang rencana hebatnya.

“Kita akan pergi berlibur ke Slovenia!!” serunya dan memeluk tubuh Joohyun. “Aku tahu kau selalu ingin pergi ke sana tapi tidak berani mengatakannya padaku karena kekasih bodohmu ini selalu sok sibuk dengan urusannya jadi aku rasa sekarang adalah waktu yang tepat untukku membawamu ke sana.”

“Kau bersungguh-sungguh?!” Joohyun bertanya dengan antusias.

“Tentu Hyun, apa kau berharap ini hanya candaan?” Seulgi tertawa lalu mencium kening Joohyun. “Aku harus bersiap-siap hmmm… dan selagi aku mandi, maukah kau membantuku untuk menyiapkan pakaianku?”

“Tentu, bukankah itu hal yang selalu aku lakukan” balas Joohyun. Raut bahagia tidak lepas dari wajah cantiknya.

“Kau benar. Apa jadinya aku tanpa dirimu. I love you, Hyunnie” Seulgi tahu ia mengucapkan kata-kata itu dengan tulus dari lubuk hatinya dan mendapatkan kecupan di bibir sebagai balasan membuat Seulgi yakin Joohyun pun dapat merasakan ketulusan itu.

Seulgi menghela lega melihat betapa senangnya Joohyun dengan rencana liburan mereka tersebut. Dia sangat yakin kalau ia akan menyukai rencananya tersebut, terlebih Joohyun. Dan ia pastikan kalau rencana ini adalah awal dari serangkaian kebahagiaan yang akan wanita cantik itu terima dari Seulgi.

Pip

Seulgi melirik layar ponselnya yang berkedip menandakan seseorang mengirimi sebuah pesan singkat untuknya. Ia meraih ponselnya dan membaca pesan tersebut. Bibirnya terkatup rapat mengetahui siapa pengirim pesan tersebut.

 

From: Krystal

 

Aku pergi.

Terima kasih untuk hari-hari yang kau lewatkan bersamaku. Aku tidak akan pernah melupakannya.

Kau adalah wanita terbaik yang pernah aku temui, tapi aku berharap kita tidak akan pernah bertemu lagi.

Bye, Gi. I’ll miss you.

 

Seulgi menghela napas pelan. Dia tidak merasa sedih ataupun kecewa dengan apa yang baru saja dia baca, justru ia merasa khawatir.

Dia khawatir tentang apakah Krystal benar-benar pergi? Apakah ia akan kembali lagi pada Jinri dan menjadi seorang masokis? Atau apakah suatu hari nanti, saat Krystal akhirnya sadar bahwa ia telah menyia-nyiakan hidupnya dan memilih untuk kembali bertemu dengannya, apa yang harus Seulgi lakukan?

Wanita itu pun menolehkan kepalanya pada sang kekasih. Joohyun masih terlihat sangat gembira, senyumnya tak kunjung ia lepaskan. Saat ia dengan antusias meminta persetujuan Seulgi tentang baju yang ia pilihkan untuk dikenakannya ke kantor nanti, wanita ber-monolid itu hanya mengangguk mengiyakan. Ia tersenyum kecil ketika melihat ekspresi tidak suka yang Joohyun tunjukkan saat menyadari ada sedikit kerutan di kemeja tersebut, sebelum Seulgi sempat mengatakan kalau itu tidak apa-apa, Joohyun sudah lebih dulu pergi dari kamar mereka untuk menyetrika ulang kemeja tersebut.

Seulgi menggeleng pelan.

Tidak lagi. Dia tidak akan menyakiti Joohyun lagi. Itu janjinya dan ia akan berusaha menepatinya. Dengan begitu Seulgi pun menyentuh layar ponselnya untuk melakukan suatu hal yang benar untuk ia lakukan.

 

Maafkan aku Krystal. Aku harap kita tidak akan pernah bertemu lagi.

 

Krystal Jung [Deleted]

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
dtaylorz
#1
Chapter 2: Jangan mau joohyun, sini sama aku aja. Seulgi selingkuh huuuuu
Lesmana
#2
Chapter 2: Jenuh itu wajar di setiap hubungan ,, tapi rasa,ksh syng yg ada,itu nyata ..dan pasti menang nti ngatasin kejenuhan itu sendiri
Atsuko3
#3
Chapter 2: uuu suka deh sama ini cerita
Brewingthebear
#4
Chapter 2: Ending nya mantep! Sempet mewek bacanya di chapter pertama lol. Suka bgt sama last sentence nya di akhir cerita
seulgittarius
#5
Chapter 2: Kapaaaaan cewe gue kek Joohyun, yawla *cries in German*

Anw, suka banget sama jalan ceritanya. Bahasanya bagus banget. Malah ada kata2 yang kayaknya baru kali ini aku tau kalo kata itu ada wkwk. Vocab Indonesiaku kayaknya harus ditambahin lagi deh wkwk. Bikin ff yang lagi dong! Keknya kamu bisa banget deh nyaingin Shinta418. Sumpah suka banget sama tata bahasanya sama alurnya juga. Dan lagi, ini bener2 bermoral banget asli. Keep it up! Ugh, I so am in love with this!
Kkangkim
#6
Chapter 2: Gimanapun apapun itu, kmu tuh balik nya tetep ke irene ya seul :)
Thank you so much thor :)
SoneTw_ss
#7
Chapter 2: Bersyukurlah Kang Seulgi setidaknya belum terlalu jauh dan belum terlambat :"
Revel_Up
#8
Chapter 1: Poor Joohyun
Kkangkim
#9
Chapter 1: Wth kang seulgi ewww why waeeeeeeeeeeee :(