Chapter 2

My Rival Playboy

SIRA's POV

 

Aku segera masuk kedalam kamarku tanpa mempedulikan siapa pun yang ada di rumah. Lalu menutupnya kasar dan menguncinya beberapa kali putaran. 

 

Apa aku segila ini? 

 

Mabuk, pulang ke rumah laki-laki, dan satu lagi kejadian yang tidak bisa kupercayai, melakukan 'itu' bersama PARK ING JIMIN. 

 

Aku melemparkan tubuhku yang masih terbalut baju Jimin. Tapi aku masih memakai jaketnya, jadi ayah atau ibu tidak tahu kalau aku memakai kaos oblong milik Jimin. 

 

Mereka hanya tahu jika aku diantar pulang oleh lelaki itu. 

 

Aku memukul kepalaku sendiri mengingat apa yang telah Jimin ceritakan padaku tentang semalam. Aku heboh sendiri. 

 

“Bodoh bodoh bodoh!” gumamku. 

 

“BAGAIMANA AKU BISA—ARRRGGHHHH.... ” Lalu aku mengusap kasar wajahku dan kakiku menendang-nendang tak tentu arah. 

 

Tapi tiba-tiba aku mendengar suara ibu yang menggedor pintu kamarku. 

 

“SIRA? APA YANG TERJADI?”

 

Teriak ibu dari luar sembari terus menggedor pintu. 

 

“TIDAK ADA”—aku bohong. Semalam ada kajadian luar biasa laknat. 

 

“SEMALAM KAU KEMANA SAJA?” lagi-lagi ibu berteriak. 

 

“AKU TIDUR DI RUMAH JIAE” —karena mabuk, lalu dibawa pulang oleh Park Jimin dan diperkosanya. 

 

“OH BAGUSLAH, IBU SANGAT KHAWATIR. LAIN KALI JIKA AKAN MENGINAP KE RUMAH TEMAN KABARI RUMAH DULU. JIKA AYAH TAU DIA PASTI MARAH” —Heol, sejak kapan ibu khawatir? 

 

Setelah itu aku tidak lagi mendengar suara ibu dari luar. 

 

Aku bangkit, berniat mengganti pakaianku jika perlu aku akan membuang baju sialan ini. 

 

Aku meraih gagang pintu lemari lalu membukanya. Kemudian mengambil kaos dengan lengan seperempat berwarna merah marun beserta celana longgar pendek berwarna biru muda. Tapi aku tiba-tiba teringat sesuatu saat aku menemukan bayanganku di depan kaca. 

 

Kiss mark. 

 

Aku berusaha mencari bekas atau apapun yang dihasilkan Jimin semalam. Aku memang gadis paranoid asal kalian tahu saja. 

 

Aku lekas membuka semua bajuku dan mengecek semuanya. 

 

Tanganku berhenti di leher. Tidak ada bekas apa pun di sana barang merah samar saja. Sama sekali tidak ada. Ini aneh apa Jimin tidak meninggalkan jejaknya? 

 

Hell, apa yang kau pikirkan, Sira? Bukankah seharusnya aku bersyukur jika lelaki itu tidak meninggalkan jejaknya? 

 

Aku segera memakai pakaianku secepat mungkin karena jika tidak aku akan selalu memikirkan apa yang terjadi tadi malam. Bodohnya kenapa aku meminum alkohol itu? Ck, sialan. 

 

Tidak ada bukti sama sekali jika aku melakukan itu bersama Jimin. Tidak ada kiss mark dan aku tidak merasa sakit. Hei, maksudnya kau tau, kan? 

 

Jadi aku menyimpulkan, 

 

“AKU HANYA TERTIDUR DENGANNYA!” —dengan keadaan telanjang. Itu saja. 

 

3RD PERSON's POV

 

Setiap pulang sekolah, biasanya anak-anak Bangtan akan mampir ke markasnya, dan Jiae juga tidak pernah absen melawatkan itu karena kekasihnya sendiri adalah anggota Bangtan. 

 

Anak-anak Bangtan atau BTS adalah geng yang paling terkenal di seantero sekolah. Bagaimana tidak? Hampir 90% wanita tergila-gila dengan mereka. Tidak hanya tampan dan kaya, mereka semua adalah lelaki yang multi talent dan berbakat. Jadi tak heran jika semua guru patut membanggakan mereka. 

 

Seperti saat ini, Jiae menarik lengan Sira menuju markas anak Bangtan yang terletak di atap gedung olah raga. 

 

Sudah berkali-kali Sira menolak, tapi tetap saja ia kalah dengan wanita super seperti Hwang Jiae. 

 

“Semalam apa yang Jimin lakukan padamu? Dia menjagamu kan?” celetuk Jiae. 

 

“Menjaga katamu? Aku sangat menyesal datang ke pesta ulang tahunmu semalam.” 

 

Jiae terkekeh mendengar jawaban Sira. 

 

“Haha, semalam aku tidak tidur di rumah. Yoongi langsung mengajakku keluar dan para anggota Bangtan juga sudah pada gila karena mabuk sepertimu. Hanya Jimin satu-satunya orang yang masih waras.” Jiae menjelaskannya panjang lebar. “Jadi aku menyuruhnya untuk menjagamu,” lanjutnya. 

 

Sira mendengus, “Lebih baik aku pulang sendiri dari pada pulang bersamanya”—lalu diperkosanya. 

 

“Memang apa yang Jimin lakukan padamu?” 

 

Mata Sira melebar. Bagaimana menjawabnya? Ya Tuhan! 

 

Tidak hanya itu, pipi Sira juga memerah seiring waktu. Dia malu bukan main mengingat perkataan Jimin. 

 

‘Semalam kau luar biasa’

 

“Apa yang Jimin lakukan padamu?” ulang Jiae. “Apa dia menelantarkanmu?” 

 

“T-tidak kok.” Sira tersenyum kaku sembari melambaikan tangannya. 

 

“Kau aneh, semalam ada yang salah kan?” Oke, Jiae sudah sangat curiga. “Kau tidak bisa berbohong, Sira. Apa yang Jimin lakukan padamu?”

 

“Baiklah, dengar baik-baik.” Sira mulai mendekatkan wajahnya pada telinga Jiae. 

 

“Jimin memperkosaku.” 

 

Sontak Jiae membelalakkan matanya tepat saat itu juga. Lalu ia menatap lekat ke arah Sira yang sudah memerah bak kepiting rebus.

 

“B-benarkah?” 

 

Tapi setelahnya... 

 

“KYAAAA! AKHIRNYA KAU TIDAK PERAWAN LAGI! AIGOOO URI SIRA, KAU SUDAH DEWASA YA” 

 

'Fix, gadis ini sudah gila. Bagaimana dia bisa berkata seperti itu?' , batin Sira.

 

“Bagaimana aksi Jimin? Kau pasti senang bukan?”

 

“Senang? Aku bahkan sangat ingin menghilang dari bumi detik ini juga. Memang Jimin itu siapa? Teman saja bukan. Aku tidak mengingat apa pun yang terjadi malam itu. Aku tiba-tiba terbangun dengan keadaan hampir telanjang. Jimin benar-benar gila, aku sangat membenci lelaki itu,” tutur Sira terus terang. 

 

Namun Jiae malah tersenyum seolah-olah ia baru saja mendapat kabar bahagia. 

 

“Tapi semalam Jimin memakai pengaman kan?”

 

'Mati saja kau PARK JIMIN!', batin Sira. 

 

 

SIRA's POV

 

Sesampai di atap, aku menemukan segerombol laki-laki yang jadi pujaan itu. 

 

“Jagiiiiiiii.....” itu suara cempreng milik Jiae.  Dia langsung berlari menuju Yoongi sambil merentangkan tangan lebarnya. Kekanak-kanakan sekali. 

 

Aku mendengus kesal saat menemukan Jimin dengan wajah sok tampannya yang tidak berhenti menatapku. 

 

Aku memilih berhenti dan menikmati udara segar ini jauh dari mereka. 

 

“Ya! Kang Sira, apa yang kau lakukan di situ? Cepat kemari!” 

 

Aku menggeleng dan tersenyum samar. 

 

 

 

 

JIMIN's POV

 

Aku melihatnya berkali-kali seperti akan meludahiku. Gadis itu memang berbeda dari gadis lain. Bagaimana bisa Sira tidak tertarik padaku sama sekali? 

 

Aku tampan, pandai, kaya, baik pula. Apa lagi yang kurang dariku? 

 

“Hei, Jimin. Apa yang kau pikirkan?” Suara Namjoon hyung membuyarkan lamunanku. 

 

“Hanya memikirkan alasan kenapa gadis itu tidak tertarik padaku,” kataku sambil mengarahkan daguku pada Sira yang berada tak jauh dark pintu masuk atap. 

 

Namjoon hyung terkekeh, “Awas saja jika kau menyakitinya,” ia mengarahkan bogemannya di depanku. “Kau akan kuhabisi.” Lalu kami tertawa bersama. 

 

“Tidaklah, Hyung. Mana mungkin aku tertarik dengannya? Hanya saja aku tidak terbiasa diabaikan seperti itu setiap kali bertemu.” []

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet