Chapter 1.1 : The Diary (June 2003)

Amour Triste

Diary Jihoon Juni 2003

Dear diary,

Hahaha ini adalah hari pertamaku menulis diary. Aku tidak tahu harus menulis apa, aku ini seorang kesatria, bukan seorang penulis puisi. Tapi, karena aku cukup pandai dan telah mencoba melakukan banyak hal di dunia ini, jadi aku pasti bisa.

Oke maaf terlalu banyak basa-basi, aku akan memulainya sekarang.

Pagi ini sama seperti pagi-pagi lainnya. Aku baru bangun dari tidurku kemudian, aku terduduk lama sekali di depan lukisan itu, lukisan yang selalu berhasil membuatku tertawa, tersenyum, menangis, semua emosiku hanya bisa kucurahkan di depan lukisannya saja, karena aku tidak mungkin memgungkapkannya langsung di hadapannya. Setelah itu aku memandang diriku sendiri di cermin. Mungkin karena sudah terlalu terbiasa, aku tidak peduli aku sekarang ada pada umur fisik berapa, karena berapapun umurku, seberapapun tinggi badanku, aku masih memiliki memori yang sama dengan saat aku pertama kali terlahir di bumi yang penuh kesedihan ini. Semua memori ini adalah tentangnya, satu-satunya orang yang ada di hatiku dari ratusan tahun yang lalu, sampai ribuan tahun nanti.

Setiap hari aku menanti kapan waktuku untuk bertemu lagi dengannya tiba. Aku penasaran kehidupan seperti apa yang akan kami jalani kali ini. Berapa lama kami akan bersama di kehidupan kali ini. Tapi, satu hal yang aku tahu pasti, akhir kisah cinta kami takkan pernah bahagia. Lebih tepatnya, dialah yang akan paling menderita. Tanpa tahu apapun, menjalani hari-hari yang menyakitkan dengan akhir yang menyakitkan pula. Mungkinkah di kehidupan kali ini, aku tidak lagi bertemu dengannya? Hal itu akan jauh lebih baik jika dia bertemu dengan seseorang yang seharusnya ia temui, orang yang bisa membuat kutukan ini berakhir. Orang yang memulainya, dia jugalah yang harus mengakhirinya.

Tetapi, harapanku sepertinya hanya akan menjadi harapan di kehidupan kali ini. Aku bertemu dengannya lagi. Dan aku rasa, kali ini kisah cinta kami akan menjadi yang paling tragis, karena kami bertemu pada usia yang sangat muda. Saat aku pertama kali mendengar suara teriakan itu, aku langsung tahu itu suaranya. Bagaimana aku bisa melupakan suara wanita yang sudah bersamaku sepanjang 3 kali kehidupan. Mendengar suaranya, menyentuh tubuhnya, dapat merasakan kecupan itu lagi membuatku bahagia dan sedih pada saat yang sama. Aku bahagia bisa bersamanya lagi, tapi aku juga bersedih karena aku tidak kuat harus melihat penderitaannya sekali lagi. Dan pada akhirnya akan meninggalkanya dalam kesedihan sekali lagi. Sungguh, rasanya ingin melarikan diri saja, apakah jika aku membunuh diriku, takdir ini akan berakhir? Apakah kalau aku berdoa dan memohon pada Yang Maha Kuasa sampai air mataku berubah menjadi darah, Yang Maha Kuasa akan mengabulkan permohonanku. Hanya satu yang kuinginkan di kehidupanku yang menyedihkan ini, aku hanya ingin ia bahagia, meskipun tidak bersamaku.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet