8 years ago

Hi Hello

Bona POV

“Jiyeon, akhirnya kamu bisa debut juga ya.”

Senyumannya masih terlihat hangat seperti dulu. Dia tidak begitu banyak berubah, hanya saja, sekarang ia lebih tinggi dariku.

 

 

FLASHBACK

Aku bertemu pertama kali dengannya 8 tahun yang lalu saat kami mengenyam bangku sekolah di SMP yang sama di kota Daegu, saat itu aku mendapat tugas untuk mempromosikan klub tari sekolah kepada anak anak kelas 1 yang baru masuk. Di ruang kelas terakhir yang aku kunjungi, aku mendapati seorang anak perempuan imut bertubuh agak gemuk, duduk diam di bangku paling belakang di kelas tersebut. Tidak seperti anak lainnya yang begitu antusias menanggapi celotehan perwakilan klub tari, anak tersebut jarang menampakan ekspresi apa pun, sesekali ia hanya tersenyum tipis melihat tingkah konyol salah satu teman se-klubku saat sedang menjelaskan betapa kerennya klub kami.

Setelah perwakilan klub selesai presentasi, para junior mendatangi kami untuk sekedar bertanya atau mengisi formulir keikut sertaan, namun seperti sebelumnya, anak perempuan itu tidak bergeming, ia hanya duduk di mejanya sembari menatap ke arah luar jendela.

Aku bukanlah tipe orang yang mudah peduli terhadap hal hal yang yang tidak ada sangkut pautnya dengan kehidupanku, aku pikir aku hanya akan ikut rombongan tim promosi, senyum senyum mengiyakan omongan kawan kawan klubku, membagikan brosur atau menjawab pertanyaan pertanyaan junior yang tertarik masuk ke klub kami. Namun, sepertinya kala itu ada dorongan untukku meninggalkan sifat jelek tersebut. Aku berjalan menghampiri anak perempuan penyendiri itu.

“Hai” sapaku.

Tampaknya ia sedikit terkejut dengan kedatanganku, lengan kanan yang sedari tadi menopang dagunya ia taruh di pangkuannya. “Y-Ya” kata katanya terdengar sedikit bergetar.

“Ada hal menarik di luar sana? Kenapa dari tadi kau terus melihat ke arah luar jendela?”

“Tidak ada, senior” jawabnya, kepalanya sedikit tertunduk, arah matanya kemana mana,entah ia gugup atau takut, aku tidak tahu. Ia mengingatkanku pada seekor anak anjing.

“Kamu tidak tertarik masuk klub tari?”

“Untuk sekarang, tidak, senior.”

“Oh, baiklah” aku tersenyum dan pergi meninggalkan anak tersebut.

 

 

 

Keesokan harinya saat aku sedang break makan siang di kantin bersama 2 orang temanku, Sorim & Jieun, aku kembali menjumpai anak perempuan itu. Ia makan sendirian di meja yang letaknya agak jauh dariku. Aku yang sudah kehilangan keapatisanku, menatap anak itu sekali dua kali ketika teman temanku sedang asyik mengobrol.

“Kasihan sekali.” Pikirku

Tidak lama kemudian datang beberapa anak perempuan membawa penampan makanan masing masing, menghampiri dan duduk di sebelah anak tersebut.

“Ternyata dia tidak se-introvert yang aku kira, dia punya teman juga.”

Mereka makan dengan lahap sembari berbincang bincang, tentunya aku tidak bisa mendengar percakapan mereka, namun jika aku boleh mengira ngira dari penglihatanku, bisa aku katakan kalau anak itu tidak cukup senang dengan kehadiran teman temannya.

Lalu kejadian mencengangkan terjadi, teman teman anak tersebut meletakkan semua sisa makanan mereka di piring makanan yang saat itu masih ia santap, sebelum akhirnya mereka beranjak dari meja tersebut sambil tertawa riang dan pergi meninggalkan kantin. Anak itu hanya menatap nampan makanannya, ia gigit bibirnya lalu menunduk, seperti menahan tangis.

Aku tidak bisa berkata atau pun bertindak apa apa. Melihat wajahku yang tampak terkejut, Sorim pun bertanya penasaran, “Kau dari tadi lihat apa sih?”, Ia menoleh ke segala arah mencari cari objek yang sedari tadi mencuri perhatianku hingga tidak menyimak obrolannya dengan Jieun.

“Anak itu, kau lihat? yang sedang duduk sendirian sana, baru saja dijahili.” Kataku

“Maksudmu Jeongyeon? Yoo Jeongyeon?” tanya Jieun.

“Kau tahu siapa dia?” aku balik bertanya

“Adikku sekelas dengannya, dia memang sering sekali dijahili. Anak anak nakal di kelas itu memanggilnya dengan sebutan babi merah muda, ya bisa kau lihat sendiri.. dia gemuk. Tapi mereka memang benar benar sudah keterlaluan.” Jieun menjelaskan

“Hanya karena dia sedikit gemuk? Maksudku, saat aku datang ke kelasnya kemarin, bisa ku hitung ada 3 anak laki laki & 1 anak perempuan yang jauh gemuk darinya, apa mereka semua juga ikut dibully?!” reaksiku sedikit berlebihan namun aku tidak bisa percaya.

“Ey dengarkanku dulu, itu hanya akarnya saja. Apa kau tahu Yoo Seungyeon?” Jieun yang memang suka bergosip, sama menggebu gebunya menanggapi reaksiku tadi yang berlebihan.

“Senior kita yang lulus tahun lalu, kau tahu kan salah satu senior paling terkenal di sekolah kita yang diterima menjadi trainee di SM entertainment? Dia itu kakaknya Jeongyeon.” Tambah Jieun.

“Ya terus?”

“Ada anak anak di kelas itu yang tahu akan hal tersebut, entah dari mana, dan oleh sebab itu mereka suka membanding bandingkan Jeongyeon yang pendiam & punya penampilan ‘biasa’ saja dengan kakaknya Seungyeon yang populer dan akan segera debut menjadi idol di salah satu agensi paling terkenal di Korea. ” Pungkas Jieun.

“Kalau menurutku, mereka hanya mencari cari alasan untuk bisa menjahili seseorang.” Ucapku ringan, lalu kembali mengalihkan pandanganku ke arah meja kosong, yang tadinya diduduki Jeongyeon.

 

 

 

 

 

Setelah pulang sekolah, aku berniat untuk menemui Jeongyeon untuk mengajaknya bergabung dengan klub tari. Dan, untuk kesekian kali, aku tidak tahu apa yang mendorongku untuk melakukan hal hal yang jarang aku lakukan semacam ini. Rasa kasihan? Ia mengingatkanku pada diriku saat di bangku SD dulu yang juga menjadi korban bullying teman teman sekelas?

Aku bergegas keluar kelas saat bel pulang berbunyi, Sorim & Jieun yang melihatku terburu buru memasukkan buku buku ke dalam tasku, berlari & meraih pundakku “Kau mau pergi kemana sih? kak Ahyeon mengundang kita di ruang klub untuk makan makan, apa kau ikut?”, tanya Sorim.

“Tidak, hari ini aku ada urusan, maaf ya” Aku lanjutkan langkahku meninggalkan mereka berdua yang sepertinya masih ingin bertanya,namun tak aku gubris.

 

 

Akan aneh rasanya jika aku menunggu di depan kelasnya, teman teman sekelasnya mungkin akan berpikir macam macam, seperti: “Apa bukan cuma kita saja yang tidak suka Jeongyeon?” atau “Sepertinya senior kita mau merebut objek bullying kita.”. Karena itu aku putuskan untuk menunggunya di depan gerbang sekolah.

30 menit aku berdiri sendirian di depan gerbang, aku sudah seperti seorang wali murid yang sedang menunggu untuk menjemput anaknya pulang sekolah. Ia tak kunjung muncul juga. Saat aku hampir menyerah dan berencana menemuinya besok saja, anak tersebut datang dari arah kanan sekolah, area dimana gedung olahraga sekolah berada. Anak berambut sebahu, menggendong bagpack hitam besar di punggungnya.. dengan seragam basah kuyup yang menempel di badannya.

“Tidak lagi..” bisikku.

Seandainya saja aku tak mengikuti egoku dan menemui Jeongyeon di depan kelasnya saja, mungkin saja ia tidak pulang dalam keadaan seperti itu. Tapi aku tahu penyesalanku tak akan artinya jika aku tidak bisa menghentikan tindakan tidak adil yang diterima Jeongyeon di waktu mendatang. Aku harus membantunya bangkit.

Saat ia sudah hampir mendekati gerbang keluar, aku melambaikan tanganku padanya, “Jeongyeon!” ku panggil namanya keras keras meskipun jarak kami tidak kurang dari beberapa meter, siswa siswa lain yang kebetulan sedang berlalu lalang di sekitarku langsung memandang keheranan, terlihat terlalu excited? Aku tidak peduli.

“Yoo Jeongyeon!” aku panggil dia sekali lagi.

Ia mengalihkan pandangan ke kiri & ke kanan terlihat bingung, lalu menunjuk dirinya dan memberi isyarat dengan gerakan bibirnya “Aku?”

Aku mangangguk sambil tersenyum.

Ia berjalan menuju ke arahku dengan ekspresi tampak tak yakin. Aku tertawa kecil karena wajahnya terlihat seperti anak anjing yang ketahuan baru saja memecahkan vas bunga.

“Hai, apa kabar?” aku bertanya meskipun aku tahu kabarnya sedang tidak baik karena dalam sehari berturut turut ia dijahili teman temannya.

“B-baik, senior tahu namaku?”

“Tentu, kau kan terkenal” aku coba bercanda dengannya agar ia tidak berpikir kalau aku berniat buruk padanya.

Ku pikir ia masih kebingungan, apa alasan pasti seorang senior mendatanginya hingga dua kali.

“Jeongyeon, aku tadi melihatmu di kantin.” Aku memulai pembicaraan.

Ia tampak terkejut lalu bertanya “Apa kau melihat semuanya?” Aku tidak kalau ia ternyata seseorang yang straight-forward.

“Iya.” Jawabku singkat

“Lalu apa maumu?” kata katanya terdengar sedikit kasar namun aku bisa paham, setelah beberapa minggu mendapat bully dari teman teman sekelasnya , ia akan mencurigai siapa pun di sekolah ini, terlebih lagi seniornya yang kemarin ia tolak ajakannya untuk masuk klub.

“Aku tahu dari temanku apa yang kau alami di kelasmu & apa alasannya, dan sekarang aku mau kau masuk ke klub tari. Mungkin jika kau berhenti hanya berdiam diri seperti ini, kau tidak akan dijahili lagi”

Ia menatapku beberapa saat, mencoba membaca maksud sebenarnya dari ucapanku. Kemudian ia tersenyum lebar dan berkata “Ya, jika aku terus menari, berat badanku mungkin akan turun! Ide yang bagus senior dan mereka tidak akan menyebutku babi merah muda lagi!”.

Sekarang giliranku yang diam menatapnya, mencoba memahami jalan pikirnya. Aku tidak tahu apa dia sungguh sungguh atau hanya sarkasme belaka.

“Jeongyeon, kau salah paham. Kau tidak perlu mengubah penampilanmu untuk mereka. Jika begitu, kau yang kalah, itu sama saja dengan menyerahkan kebahagiaanmu pada orang orang yang hanya bisa menilaimu dari penampilanmu saja. Kau lebih dari itu.” Aku ungkapkan dengan tegas.

Ia terdiam, dan menundukan kepalanya. Apa cara bicaraku menyeramkan?

“Kalau kau mau mereka berhenti menjahilimu, yang harus kau lakukan adalah menumbuhkan kepercayaan dirimu. Ini formulir klub tari. Aku akan menunggumu di ruangan klub paling lambat seminggu dari sekarang.” Aku tersenyum sambil mengusap usap kepalanya yang masih terasa basah. Ia memang sedikit lebih pendek dariku. Dan hal itu menambah keimutannya . Keimutannya?

 

 

Begitulah percakapan terakhir kita,

Seminggu sudah berlalu tapi ia tak sekali pun menampakan batang hidungnya ke ruangan klub tari, padahal jika ia datang hanya untuk sekedar mengembalikan formulir dan mengatakan kalau ia tidak bisa bergabung, itu pun sudah cukup. Aku merasa tidak enak karena sebagai seseorang yang baru dua kali bertemu dengannya, aku sudah berani menceramahinya panjang lebar, padahal aku tidak tahu kehidupannya seperti apa, sama sekali tidak tahu.

“Kau murung sekali hari ini, ada apa Jiyeon?” tanya Sorim yang sedari tadi duduk di sampingku memperhatikan kak Ahyeon, ketua dari klub tari sekolah, yang sedang memberikan pengarahan pada anak anak kelas 1 yang baru bergabung.

“Tidak ada apa apa, aku hanya lelah” jawabku lesu, dengan malas aku memeluk kedua kakiku dan membenamkan wajahku disela selanya. Aku pejamkan mataku , mencoba untuk tidur sejenak. Sesi latihanku masih lama, kakak kakak kelas 3 masih sibuk mengurus anggota baru, pikirku.

Beberapa menit kemudian, sayup sayup terdengar suara ketukan pintu dari luar, lalu seseorang membuka pintunya.

“Oh masih ada satu orang lagi? Ayo masuk, dan perkenalkan dirimu.” Kak Ahyeon sepertinya sedang mempersilahkan anggota baru yang datang terlambat berkumpul di ruang klub. Tapi aku tidak mau mempedulikannya, lagipula mataku sudah mulai terasa berat.

“Halo, namaku Yoo Jeongyeon dari kelas 1-4. Mohon bantuannya.”

Secara spontan aku mengangkat wajahku, mengonfirmasi jikalau anak yang baru saja memperkenalkan diri itu benar benar Yoo Jeongyeon, Jeongyeon yang seminggu lalu aku nasehati bagaimana caranya menghadapi anak anak menjengkelkan yang sering mengganggunya.

Dan ternyata benar, Yoo Jeongyeon yang ku kenal sekarang berdiri diantara barisan anggota baru lainnya. 

Ia mengarahkan pandangannya padaku dan tersenyum. Aku pun membalas senyumannya.

 

 

Berlebihan untuk ukuran sekedar rasa kasihan.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
meguryoka
hiatus dulu, laptopnya rusak :(

Comments

You must be logged in to comment
R4_MoonStar22
#1
Chapter 1: Seru!!
Heyboiii #2
Chapter 1: This looks intersting author~nim? Mind if you translate it in english??? Im filipino btw :)
zo551998 #3
Pertama kali baca fanfic jeongyeon yg pake bahasa indonesia, ceritanya menarik author nim lanjutkan
uchiha_hasanah
#4
hallo indonesian