Memories

Description

"Aku tidak ingin menyerah"

.

.

.

"Berdamailah dengan kehidupan"

Foreword

- Januari 2015 -

"Siapa nama mu?" wanita dengan setelan jas berwarna putih bertanya dari balik meja.

"Tiffany"

"Nama lengkap?" 

"Stephanie Hwang Miyoung"

"Tanggal lahir?"

"1 Agustus 1989"

"Bisa kau beri tahu aku alamat rumahmu?"

"Kau bisa membaca kertas yang ada di hadapanmu. Aku yakin di sana tertulis jelas informasi tentang diriku"

"Jawab saja pertanyaan yang aku ajukan Nona Hwang" wanita tersebut tersenyum manis. Dia benar-benar memahami emosi yang dirasakan oleh lawan bicaranya. 

"18 Sejong-daero, Jongno-gu,
Seoul"

"Kau lebih dekat dengan ayah atau ibu?"

"Anak perempuan selalu lebih dekat dengan ibu"

"Ya, sebagian besar memang begitu. Aku pun lebih dengan ibu" lagi-lagi dia tersenyum ramah. "Siapa nama ibu mu?"

"Haruskah kau menanyakan hal semacam ini?" 

"Ya" jawaban yang disertai anggukan kecil.

"Lebih baik kau langsung bertanya pada intinya Dokter" kekesalan pada diri Tiffany memuncak. Berbanding terbalik dengan wanita yang dia sebut dengan panggilan dokter, terlihat sangat tenang.

"Seperti yang aku katakan sebelumnya, jawab saja pertanyaan yang aku berikan"

"Hwang Ji Hye"

"Berapa nomor ponsel Nyonya Hwang?"

Tiffany terdiam. Jika sebelumnya dia selalu menjawab pertanyaan dengan cepat dan tepat, kali ini dia bungkam seribu bahasa.

"Kau tidak mengingatnya?" 

Garis kerutan di kening Tiffany terlihat jelas, pertanda bahwa dia berusaha keras untuk mengingat. Detik demi detik berjalan, mengantarkan Tiffany pada sebuah jawaban. Dia menggeleng lemah. 

Pena yang berada di tangan sang dokter bergerak dengan cepat di atas lembaran kertas. Dokter Seo memberikan tanda silang pada pertanyaan yang tidak terjawab.

"Aku ingin kau mengurutkan tiga buah dadu dari ukuran yang terkecil hingga yang paling besar" Dokter Seo menarik laci di bawah meja, mengambil tiga buah dadu dan meletakannya di hadapan Tiffany secara acak. Dalam hitungan detik susunan dadu menjadi berurutan membentuk garis horizontal. Tiffany meletakan dadu terkecil di bagian kiri. Kemudian disusul dengan dadu berukuran sedang di tengah. Dan yang terakhir adalah dadu terbesar berada di ujung kanan.

"Kecil, sedang, besar" Tiffany menunjuk dadu satu per satu.

"Aku akan ucapkan tiga angka. Kau ulangi setelah aku. 1 - 3 - 8"

"1 - 3 - 8" 

"Sekarang kita coba dengan lima angka. Lakukan seperti tadi. 4 - 7 - 5 - 8 - 2"

"4 - 7 - 5 - 8 - 2"

"Sepuluh angka" Dokter Seo memberikan jeda sejenak sebelum melanjutkan perkataannya. "9 - 2 - 3 - 8 - 1 - 6 - 4 - 8 - 1 - 7"

"9 - 2 - 3 - 8 - 1..." Tiffany menggit bibir bawahnya. Jemari tangannya memainkan ujung pakaian, pertanda bahwa saat ini dia sedang  merasa gelisah. 

"...7 - 3 - 8 - 1 - 7. Apa aku benar?"

"Selama aku menjadi dokter, aku tidak pernah menilai jawaban dari pasien ku dengan kata salah. Semua jawaban adalah benar. Yang berbeda adalah tingkatannya. Aku tuliskan resep obat untuk mu. Datanglah tiga hari lagi untuk melakukan CT scan"

"Dokter, sakit apa yang sebenarnya aku alami?"

"Semua akan baik-baik saja Tiffany"

 

***

 

- Januari 2017 -

"Nona Kim Taeyeon"

"Ya"

"Apa yang bisa aku bantu?"

"Aku... tidak yakin..."

"Tidak yakin?"

"Aku tidak yakin kau bisa membantu diriku"

"Ceritakan masalahmu Taeyeon"

"..."

"..."

"..."

"..."

"Depresi"

Comments

You must be logged in to comment
ssh2129
#1
keknya menarik