Flower Boy
The Adventure of LoveSebuah toko bunga dengan cafe disampingnya terlihat masih sepi pengunjung karena tempat itu baru akan buka tiga puluh menit lagi.
Seorang pria muda dengan tampang yang rupawan sibuk mengatur beberapa pot bunga di toko tempatnya bekerja sebelum ia membuka dan melayani pelanggan disana. Tak berselang lama seorang pemuda lainnya terlihat masuk menghampiri temannya yang ternyata sudah sampai terlebih dahulu.
"Tumben pagi, biasanya telat." sapa pemuda yang sedang menata pot bunga pada pemuda yang baru saja datang.
"Bos saja berangkat pagi. Masa aku tidak." jawab pegawai bernama Lay itu.
"Dasar."
"Jimin sudah datang? Aku pergi ke cafe sebelah sebentar ya." tanya Lay tentang pegawai Amber yang bertugas di cafenya.
"Kenapa? Mau menagih hutangnya?"
Belum sempat Lay menjawab pertanyaan Sehun ia dikejutkan oleh sosok yang tiba-tiba keluar dari bawah meja kasir. Ia sangat malu karena sang bos yang ia pikir belum ada di tempat ternyata sudah ada disana.
"Oi tukang telat, nagih hutangnya nanti saja. Cepat rapikan yang di sana. Lima menit lagi kita buka." ucap Amber santai sambil membawa sebuah pot untuk mengganti pot bunga yang rusak karena ia menyenggolnya hingga jatuh tak berbentuk.
Amber sebenarnya tak masalah jika Lay datang terlambat. Melihat dari kehidupan pegawainya yang hanya memiliki waktu untuk dibagi antara kuliah dan kerja sebagai upaya untuk mengidupi dirinya juga adiknya membuat Amber tak tega untuk jadi bos yang jahat, dan untungnya Sehun tak merasa iri dengan hal itu karna bosnya baik pada mereka.
Sudah satu jam sejak toko bunga itu dibuka, dan hingga saat ini para pelanggan terus saja keluar masuk dari tempat itu hingga membuat tiga pekerja tampan disana merasakan lelah yang teramat sangat.
Ketiga pemuda tampan itu berniat istirahat siang saat jam di dinding menunjukkan waktu favorit mereka. Sehun dan Lay mengeluh kesakitan di pinggang mereka karena harus bolak-balik keliling toko, melayani para pelanggan mereka sambil membungkuk beberapa kali untuk mengucapkan salam dan memenuhi segala permintaan mereka.
"Minggu depan adalah valentine day. Dan aku masih jomblo. Isssh" keluh Sehun ikut duduk di meja Amber dan Lay yang sedang asik mengobrol dengan air putih di gelas mereka masing-masing.
"Luhan kamu taruh dimana? Kalau tidak diakui buat aku saja?" sahut Lay menggoda temannya itu.
Sehun menggerutu tak jelas saat Lay menyebut bahkan mengancam merebut kekasihnya yang termasuk over protective tapi manis itu, sementara Amber hanya tertawa melihat para pegawainya yang sedang bertengkar dan membuat toko menjadi ramai.
Ditengah keramaian itu Krystal masuk kedalam toko sambil memanggil nama Amber dengan sekeras mungkin. Ketiga pemuda itu seketika menoleh, melihat Krystal yang sedang tersenyum sambil menenteng kantong plastik berisi makan siang untuk Amber dan yang lain.
Amber menggeleng heran pada semangat Krystal yang seakan tak ada habisnya. Ia sudah sering memberitahunya untuk tak datang membawakan mereka makan siang karena khawatir kekasihnya itu akan kelelahan. Namun apa daya, Krystal yang keras kepala itu enggan mendengar permintaan Amber.
Lay dan Sehun bersorak sorai saat tiba-tiba Krystal mencium pipi Amber setelah ia meletakkan makanannya di meja. Amber yang merasa malu langsung mengusap pipinya dan menyuruh Krystal berhenti tapi kekasihnya itu malah marah dan kembali menciumnya.
"Bos, get a room please. Kalian tidak kasihan padaku? Beraninya bermesraan didepan seorang jomblo." protes Lay membuat Sehun tertawa keras.
"Maunya sih begitu, tapi sebentar lagi aku harus kembali ke kantor."
Amber menggeleng mendengar jawaban asal Krystal.
"Sudah tahu begitu kenapa harus repot-repot datang. Disini ada banyak warung makan, di cafe ada banyak cake dan roti yang bisa dimakan, delivery order juga bisa."
"Eih, tidak bisa begitu. Aku harus merawat calon suamiku supaya makan dengan teratur." jawab Krystal dengan aegyonya saat mencoba mengejek Amber yang sering lupa makan saat sudah sibuk dengan pekerjaannya.
Lay dan Sehun terus-terusan menggoda Amber karena bisa mendapat calon istri yang super perhatian seperti Krystal. Mereka bahkan mengeluarkan pujian yang over terhadap wanita itu hingga membuat perut Amber mulas karena lidah perez kedua pegawainya itu.
Amber diam, tak menanggapi kicauan ketiga orang itu dan lebih memilih fokus dengan makanannya. Tapi dalam hatinya iya tersenyum geli pada sikap tak jelas mereka.
Setelah selesai dengan makanannya Krystal pun bergegas keluar toko untuk segera kembali ke kantornya. Amber mengikuti langkah kaki Krystal yang berjalan di depannya dengan senyum di wajah karena kekasihnya itu tak berhenti bicara saat mengingatkannya untuk memberikan kado pada hari valentine minggu depan.
"Namanya kado ya terserah yang memberi. Mau apapun itu."
Krystal menoleh, mengeluarkan wajah merengutnya karena kecewa dengan ucapan Amber yang selalu serius.
"Pokoknya kadonya harus besar, mahal dan limited. Titik."
"Kamu minta apa? Mobil? Rumah? Pesawat?!"
Krystal menggeleng sambil menggerakkan jari telunjuknya ke kanan dan kiri.
"Aku bisa beli semua itu sendiri. Aku mau kadonya itu kamu." jawab Krystal tak tahu malu membuat Amber membuka mulutnya, tak habis pikir dengan gombalan kekasihnya yang menurutnya termasuk norak. Mereka akan segera menikah dan sejak awal dia sudah menjadi hak miliknya, kenapa harus meminta sesuatu yang sudah pasti.
Karena merasa imut Krystal pun mencubit dan memainkan pipi kekasihnya sambil tersenyum geli dan mengucapkan berbagai kalimat manis untuk Amber dengan aegyonya.
"Aku pergi dulu ya, jangan kangen. Heum." pamit Krystal setelah puas bermain dengan Amber.
"Tidak akan."
Krystal memanyunkan bibirnya kesal dengan jawaban datar Amber. Melihat kekasihnya sedang naik pitam Amber pun mengecup kening kekasihnya, menyuruhnya agar segera berbalik dan pergi. Karena tak puas dengan dengan hal itu Krystal pun meraih kerah dan berjinjit untuk mencium bibir kekasihnya. Namun hal itu urung terjadi karena refleks Amber terlanjur cepat untuk menghindari serangan Krystal.
"Tidak boleh. Ini di depan umum." jelas Amber saat melihat api di mata Krystal karena ia menghindar.
Krystal yang semakin kesal karena sikap malu Amber itu pun menendang kakinya sebelum akhirnya masuk mobil untuk pergi. Meninggalkan Amber yang sedang meringis kesakitan menuju kantornya.
Setelah mobil Krystal menghilang dari pandangannya Amber pun berbalik menuju tokonya lagi. Langkah Amber terhenti saat melihat seorang pria tinggi rapi dengan kulit yang lebih gelap darinya tengah menenteng sebuah kantung plastik sambil celingukan melihat ke dalam tokonya. Ia pun menghampiri orang itu dan menyapanya.
"Permisi, ada yang bisa saya bantu."
"Oh, apa kabar." salam orang itu balik pada sapaan Amber.
Keduanya pun masuk ke dalam toko setelah Amber mendengar penjelasan bahwa ia berniat membeli bunga.
Amber menunjukkan berbagai bunga yang biasanya akan diberikan para pria untuk kekasih mereka.
"Bagaimana kalau yang seperti itu?" tunjuk pria itu pada bunga mawar mewar yang dipajang.
Amber pun dengan perlahan menjelaskan mengenai makna bunga itu dan sang pria hanya mengangguk dengan tatapan bingungnya. Amber sempat heran, apakah orang itu benar-benar tak tahu atau hanya pura-pura dan tak niat membeli.
"Mawar merah saja jika ingin memberikannya pada kekasih anda." ucap Amber diakhir penjelasannya.
"Tapi dia bukan kekasihku."
"Eh??" Amber hampir mengumpat karena sudah lelah menjelaskan panjang lebar.
"Itu untuk temanku, dia sudah berhasil menghadapi salah satu masalah dalam hidupnya. Jadi aku ingin memberinya hadia
Comments