Never Wanted Anyone Else

Never Wanted Anyone Else
Author’s POV
 
            “Heojija…” ucap seorang pemuda tanpa berani menatap sosok gadis yang kini berada di hadapannya itu.
 
            “Jae Joong Oppa, wae?” tanya gadis itu.
 
            Pemuda bernama Jae Joong itu masih tak menatap gadis yang selalu sanggup merenggut seluruh kasih sayangnya itu.
 
            “Oppa…” ucap gadis itu lirih.
 
            “Hiu Hwi-ya, apa kata-kataku tidak cukup jelas?” tanya pemuda bernama Jae Joong itu. “Kita akhiri sampai di sini saja,”
 
            “Hajiman, wae?” tanya gadis bernama Hiu Hwi itu.
 
            Kali ini pemuda bernama Jae Joong itu pun memberanikan diri menatap gadis yang selalu memenuhi ruang pikirannya itu. Hati Jae Joong bergetar mendapati mata indah sang gadis yang begitu ia cintai itu mulai berkaca-kaca. (http://jh-nimm.blogspot.com)
 
            “Katakan alasannya mengapa tiba-tiba kau ingin berpisah, agar aku mengerti,” ucap Hiu Hwi tanpa sanggup menahan buliran bening yang mulai memenuhi mata indahnya itu lebih lama.
 
            “Aku… tidak ingin bersamamu lebih lama lagi,” ucap Jae Joong sembari mengarahkan tatapannya ke arah lain untuk menghindari tatapan Hiu Hwi.
 
            “Wae?” tanya Hiu Hwi lagi.
 
            Jae Joong tak bergeming.
 
            “Apa aku berbuat salah hingga membuatmu seperti ini? Apa kau marah padaku? Apa aku sudah berbuat hal yang membuatmu kecewa padaku?” Hiu Hwi menghujani Jae Joong dengan berbagai pertanyaan yang sejatinya merupakan hal yang ia khawatirkan.
 
            Jae Joong masih tak bergeming. Di tatapnya gadis yang teramat ia cintai itu.
 
            “Jika aku salah, aku minta maaf. Jika aku masih belum bisa memberikan yang terbaik untukmu, aku akan berusaha lagi. Tapi ku mohon jangan seperti ini,” ucap Hiu Hwi.
 
            Kali ini Jae Joong menarik Hiu Hwi ke dalam pelukannya. Namun berada dalam pelukan Jae Joong malah membuat tangisan Hiu Hwi semakin hebat.
 
            “Mianhae, Hiu Hwi-ya… Mianhae…” ucap Jae Joong seraya membelai rambut panjang kecoklatan milik gadis terkasihnya itu.
 
            “Ireojima, jebal…” ucap Hiu Hwi di sela tangisnya sambil memukul-mukul dada Jae Joong.
 
            Jae Joong melepaskan Hiu Hwi dari pelukannya, kemudian di genggamnya tangan mungil gadis yang selalu membelainya dengan penuh kasih itu.
 
            “Mianhae…” ucap Jae Joong.
 
            “Andwaeyo… Jebal…” ucap Hiu Hwi seraya menggelengkan kepalanya.
 
            Jae Joongpun meraih wajah Hiu Hwi dan menghapus buliran bening yang terus membentuk sungai kecil di wajah cantik gadis terkasihnya itu.
 
            “Dashineun ulliji marayo…” ucap Jae Joong.
 
            Sebuah kecupan hangat dan lembut seorang Jae Joong dengan tepat mendarat di puncak kepala Hiu Hwi.
 
            “Annyeonghi gyeseyo…” ucap Jae Joong seraya mulai melangkah pergi meninggalkan Hiu Hwi yang masih menangis dan terdiam di sebuah taman yang menjadi saksi bisu perpisahan sepasang kekasih yang saling mencintai itu.
****
 
 
            Matahari mulai menyapa kota Seoul. Memberikan kehangatan di setiap pagi dan menyibakkan kabut yang masih menyelimuti kota yang masih sepi itu. Di dalam sebuah kamar dengan nuansa hijau muda itu tampak seorang gadis baru saja membuka matanya. Ia baru saja terbangun dari tidurnya. Ia baru saja terbangun dari sebuah mimpi yang membuat matanya terlalu dini untuk menangis di hari sepagi ini.
 
            “Jae Joong Oppa…” ucap gadis itu seraya beranjak dari tempat tidurnya dan mengambil sebuah foto yang masih ia simpan di dalam lemari kecil di samping tempat tidurnya itu.
 
 
            “Wae ireohke?” tanyanya seraya membelai wajah pria tampan yang terpotret dalam foto yang kini dalam genggamannya itu.
****
 
 
            Satu per satu siswa mulai berhamburan ke keluar dari kelas, karena memang sudah saatnya untuk istirahat makan siang. Namun lain lagi dengan seorang gadis dengan rambut panjang kecoklatan yang masih terduduk di bangkunya. Ia masih enggan untuk beranjak bahkan jika bukan karena ada tes Fisika tadi pagi, ia juga enggan untuk berangkat sekolah.
 
            “Hiu Hwi-ya…” sapa seorang pemuda seraya duduk di samping gadis bernama Hiu Hwi itu. “Kau tidak makan siang, eoh?”
 
            Gadis bernama Hiu Hwi itu hanya terdiam, sementara matanya terarah ke halaman sekolah yang ditumbuhi rerumputan hijau itu. Ia masih tenggelam dalam lamunan dari bayangan-bayangan masa lalu yang terus menggelayuti pikirannya sejak ia mendapatkan mimpi yang membuat luka lamanya kembali terbuka.
 
            “Hiu Hwi-ya…” ucap pemuda itu seraya menggerak-gerakkan tangannya di depan wajah Hiu Hwi.
 
            Hiu Hwi tersadar dan mendapati sosok pemuda yang begitu ia kenal itu tengah membangunkannya dari lamunan yang menyakitkan itu.
 
            “Kyu Hyun-a, apa yang sedang kau lakukan di sini?” tanya Hiu Hwi.
 
            “Ah, keuge… aku ingin mengajakmu makan siang bersama,” jawab pemuda bernama Kyu Hyun itu.
 
            “Aku sedang tidak nafsu makan,” ucap Hiu Hwi seraya beranjak.
 
            “Kau mau kemana?” tanya Kyu Hyun.
 
            “Aku butuh waktu untuk menyendiri saat ini, mianhae…” jawab Hiu Hwi seraya melangkah meninggalkan ruangan kelas yang sepi itu.
 
            Rupanya Kyu Hyun mengikuti Hiu Hwi. Tapi baru saja ia sampai di dekat perpustakaan, ia bertemu dengan seorang gadis yang bisa menjadi sumber informasi akan sikap Hiu Hwi hari ini.
 
            “Ji Hyeon-a…” Kyu Hyun memanggil gadis tomboy yang baru saja keluar dari perpustakaan itu.
 
            Gadis bernama Ji Hyeon itu hanya mengedarkan pandangannya ke sekitarnya untuk menemukan sosok manusia yang memanggil namanya itu.
 
            “Wae?” tanya Ji Hyeon ketika Kyu Hyun sampai di hadapannya.
 
            “Hiu Hwi…” jawab Kyu Hyun. “Kenapa lagi dengannya hari ini?”
 
            “Molla…” jawab Ji Hyeon.
 
            “Aish, kau ini kan sepupunya dan lagi kalian tinggal satu rumah, mana bisa kau tidak tahu,” ucap Kyu Hyun.
 
            Ji Hyeon menatap tajam sosok pemuda yang kini ada dihadapannya itu.
 
            “Aku memang sepupunya dan aku juga tinggal satu rumah dengannya, tapi bukan berarti aku tahu semua tentangnya,” ucap Ji Hyeon.
 
            “Kalian kan sama-sama perempuan, harusnya kalian bisa saling berbagi cerita satu sama lain,” ucap Kyu Hyun.
 
            “Dengarkan aku baik-baik,” ucap Ji Hyeon seraya memegang bahu Kyu Hyun. “Aku juga bukan tidak ingin mendengarkan ceritanya, tapi dia yang tidak mau menceritakannya padaku tentang masalah-masalah yang ia alami semenjak perpisahannya dengan Jae Joong Oppa,”
 
            “Ah, rupanya begitu…” ucap Kyu Hyun. “Tapi kenapa kau tidak mencoba untuk menanyakannya pada Hiu Hwi?”
 
            “Untuk apa aku menanyakan pertanyaan yang sudah ku ketahui jawabannya,” ucap Ji Hyeon seraya melangkahkan kakinya meninggalkan Kyu Hyun yang masih menyimpan seribu pertanyaan tentang Hiu Hwi itu. (http://jh-nimm.blogspot.com)
 
            “YA!” teriak Kyu Hyun, namun rupanya Ji Hyeon tak mau menghiraukannya.
 
            Sementara itu, Hiu Hwi sedang berada di atap bangunan sekolah. Dari atas atap bangunan sekolah itu ia bisa dengan bebas menghirup udara yang berhembus dan menatap seluruh kota. Ya, sedikit cukup membantu untuk melepaskan kepenatan pikirannya.
 
            “Sedang apa, sendirian di sini?” terdengar suara seseorang yang membuat Hiu Hwi membalikkan badannya.
 
            “Si Won Sunbaenim…” ucap Hiu Hwi mendapati sosok pemuda tampan yang berada beberapa langkah darinya itu. “Aku hanya sedang mencari udara segar…”
 
            “Boleh aku menemanimu di sini?” tanya pemuda bernama Si Won itu seraya melangkahkan kakinya mendekat pada Hiu Hwi.
 
            Dengan terpaksa, Hiu Hwi pun menganggukkan kepalanya untuk menjawab pertanyaan Si Won.
 
            “Tidak biasanya kau menyendiri seperti ini di sini,” ucap Si Won.
 
            “Ah, aku hanya membutuhkan waktu untuk memikirkan sebuah hal,” jawab Hiu Hwi.
 
            “Geurigo, apa kedatanganku mengganggumu?” tanya Si Won.
 
            “Aniya…” jawab Hiu Hwi. “Tapi mengapa kau bisa tahu aku ada di sini?”
 
            “Aku melihatmu berjalan kemari dan aku mengikutimu,” jawab Si Won seraya menyunggingkan senyuman termanisnya.
 
            Selama beberapa saat baik Hiu Hwi ataupun Si Won terdiam.
 
            “Apa kau sedang dalam masalah?” tanya Si Won tiba-tiba.
 
            “Ani…” jawab Hiu Hwi.
 
            “Geurigo, wae?” tanya Si Won lagi. “Sangat tidak biasa melihatmu lebih banyak terdiam seperti ini,”
 
            Hiu Hwi terdiam.
 
            “Jika kau ada masalah, itupun jika kau mau, kau boleh menceritakannya padaku. Mungkin saja aku bisa sedikit membantu,” ucap Si Won.
 
            Hiu Hwi hanya menggelengkan kepalanya.
 
            “Nan gwaenchanha…” ucap Hiu Hwi
 
            Hiu Hwi sengaja memilih untuk tidak menceritakan tentang mimpi yang ia alami itu pada siapapun, terutama pada orang-orang terdekatnya yaitu Kyu Hyun, Ji Hyeon ataupun Si Won. Karena Hiu Hwi tidak ingin mereka terus mengkhawatirkannya sementara ia hanya memikirkan masa lalunya, yaitu Jae Joong.
****
 
 
            Malam itu, jalanan sangat sepi. Bahkan hanya terlihat beberapa orang yang berlalu-lalang. Tampaknya orang-orang penghuni kota Seoul lebih memilih untuk diam di rumah mereka masing-masing daripada keluar di tengah udara yang semakin dingin itu. Namun lain lagi dengan seorang gadis. Ia dengan santainya berjalan keluar dari sebuah mini market dengan beberapa kantong kecil di tangannya itu. Ia terus berjalan menelusuri jalanan yang semakin sepi itu. Hingga langkahnya terhenti begitu saja ketika melihat sosok pria yang tak asing lagi baginya itu.
 
            “Bukankah itu…” gumamnya seraya mengamati pria yang tengah berjalan berlawanan arah dengannya itu.
 
            Ketika pria itu berjalan semakin dekat, gadis itupun sengaja memblokir jalanan pria itu dengan maksud untuk menyakinkan bahwa ia tak salah lihat. Rupanya pemuda itu menyadari jalannya di blokir oleh seorang gadis. Ketika ia sampai tepat di hadapan gadis itu, ia menghentikan langkahnya dan menatap wajah gadis itu.
 
            “Ji Hyeon-a…” ucap pria itu ketika mendapati sosok gadis yang memblokir jalannya tersebut adalah gadis yang sangat ia kenali itu.
 
            “Jae… Jae Joong Oppa…” gadis bernama Ji Hyeon itu cukup terkejut mendapati pria yang kini berada dihadapannya itu adalah sosok pria yang telah ia duga.
 
            “Apa kabar?” tanya pria bernama Jae Joong itu ringan.
 
            PLAK!
 
            Hanya satu tamparan di wajah Jae Joong yang Ji Hyeon berikan.
 
            “Ji Hyeon-a, wae?” tanya Jae Joong seraya mengusap pipinya.
 
            “Kemana saja kau?” tanya Ji Hyeon balik.
 
            Jae Joong hanya menatap Ji Hyeon.
 
            “Sadarkah dengan apa yang telah kau lakukan?” tanya Ji Hyeon lagi.
 
            “Apa maksudmu?” tanya Jae Joong balik.
 
            “Kau memutuskan hubunganmu dengan Hiu Hwi begitu saja, lalu menghilang,” jawab Ji Hyeon. “Sebenarnya apa yang ada dalam pikiranmu? Apa kau sadar bahwa Hiu Hwi sangat terluka ketika kau meninggalkannya?”
 
            “Baik, aku akan menjelaskan semuanya padamu. Tapi tidak di sini,” ucap pria bernama Jae Joong itu seraya menarik tangan Ji Hyeon.
****
 
 
            Sementara itu, di dalam sebuah rumah bernuansa hijau muda itu tampak seorang gadis tengah terduduk di dekat jendela. Ia menatap kosong ke halaman rumahnya yang gelap itu.
 
            “Hiu Hwi-ya, eodiga?” terdengar sebuah suara yang sangat Hiu Hwi kenal, namun tak membuat Hiu Hwi beranjak dari tempatnya.
 
            Rupanya sang pemilik suara itu mengitari seluruh rumah, hingga akhirnya ia menemukan Hiu Hwi tengah terduduk di dekat jendela.
 
            “Rupanya kau di sini,” ucap pemuda itu.
 
            “Wae?” tanya Hiu Hwi tanpa menatap pemuda itu.
 
            “Eomma menyuruhku mengantarkan pancake pisang untukmu dan Ji Hyeon, aku sudah menaruhnya di meja makan,” jawab pemuda yang tak lain adalah Kyu Hyun itu.
 
            “Gomawo…” jawab Hiu Hwi.
 
            “Hiu Hwi-ya, sebenarnya ada apa denganmu? Mengapa kau seperti ini?” tanya Kyu Hyun.
 
            “Gwaenchanha…” jawab Hiu Hwi.
 
            “Apa kau seperti ini karena kau masih memikirkan Jae JoongHyung?” tanya Kyu Hyun.
 
            Mendengar Kyu Hyun menyebutkan sebuah nama yang begitu ia rindukan, Hiu Hwi hanya menatap tajam pada Kyu Hyun. (http://jh-nimm.blogspot.com)
 
            “Hiu Hwi-ya, geumanhae…” ucap Kyu Hyun.
 
            “Apa maksudmu?” tanya Hiu Hwi dingin.
 
            “Lupakan dia. Karena mungkin saja dia juga sudah melupakanmu, atau bahkan mungkin saat ini ia hidup dengan baik, atau mungkin bahkan dia juga sudah menikah,” ucap Kyu Hyun.
 
            “Berhenti mencampuri urusan yang bukanlah urusanmu,” hanya itu kata-kata yang keluar dari mulut Hiu Hwi.
 
            “Hiu Hwi-ya, aku hanya tidak ingin melihatmu terus seperti ini,” ucap Kyu Hyun. “Tidak bisakah kau melihat bahwa di sekitarmu ada pria lain yang mungkin lebih mencintaimu?”
 
            “Seperti aku…” gumam batin Kyu Hyun.
 
            Hiu Hwi tak bergeming.
 
            “Bahkan secara terang-terangan, Si Won sudah mengungkapkan perasaannya padamu,” ucap Kyu Hyun.
 
            “Jika tidak ada yang ingin kau katakan lagi, kau boleh pergi,” ucap Hiu Hwi seraya beranjak dan berjalan menuju kamarnya tanpa menghiraukan Kyu Hyun yang masih mematung menatap kepergiannya.
 
            “Hiu Hwi-ya…”
****
 
 
            Hari ini adalah hari minggu, tepat tanggal 30 Juni yang merupakan ulang tahun Hiu Hwi. Namun seolah tidak ingat dengan ulang tahunnya, Hiu Hwi hanya mengurung diri di dalam kamarnya.
 
            “Hiu Hwi-ya…” teriak Ji Hyeon seraya mengetuk pintu kamar Hiu Hwi.
 
            Mendengar teriakan Ji Hyeon, dengan terpaksa Hiu Hwi pun beranjak dari tempat tidurnya dan membukakan pintu.
 
            “Hiu Hwi-ya…” teriak Ji Hyeon lagi.
 
            “Wae?” tanya Hiu Hwi.
 
            “Kenapa kau hanya mengurung diri seperti ini?” tanya Ji Hyeon balik.
 
            “Aku hanya sedang malas untuk keluar dari kamar,” jawab Hiu Hwi.
 
            “Bukankah ini hari ulang tahunmu?” tanya Ji Hyeon.
 
            Hiu Hwi hanya menatap Ji Hyeon.
 
            “Nanti malam aku ingin kau berdandan dengan cantik, kita rayakan ulang tahunmu,” ucap Ji Hyeon.
 
            “Shirheo,” ucap Hiu Hwi.
 
            “Aku dan Kyu Hyun sudah menyiapkan semuanya. Dan aku tidak ingin tahu, nanti malam kau harus berdandan secantik mungkin dan ku tunggu kau di halaman belakang,” ucap Ji Hyeon seraya berjalan meninggalkan Hiu Hwi.
 
            Sementara Hiu Hwi kembali memasuki kamarnya. Ia pun berjalan menuju ke sebuah lemari besar. Ia pun membuka lemari yang berisi seluruh pakaiannya yang tertata dengan rapi itu. Hingga matanya tertuju pada sebuah mini dress berwarna lavender. Sebuahdress yang menyimpan begitu banyak kenangan baginya itu. Ia pun mengambil dress tersebut dan menatapnya.
 
            “Rupanya aku masih menyimpannya,” ucap Hiu Hwi yang tanpa bisa di tahan, mata indahnya kembali mengalirkan buliran bening itu.
 
            Hiu Hwi pun memeluk ­dress yang menjadi saksi bisu ketika pria bernama Jae Joong menyatakan perasaannya di hari ulang tahunnya tepat 3 tahun yang lalu.
****
 
 
Flashback 3 years ago…
            “Kenapa kau mengajakku kemari?” tanya Hiu Hwi ketika Jae Joong membawanya ke halaman belakang rumah.
 
            Namun Jae Joong belum menjawab pertanyaan Hiu Hwi, ia hanya menatap Hiu Hwi.
 
            “Kau tampak sangat cantik malam ini,” ucap Jae Joong tanpa melepaskan tatapannya dari Hiu Hwi yang saat itu memakai minidress berwarna lavender itu.
 
            Hiu Hwi tersipu mendengar ucapan Jae Joong.
 
            “Ada yang ingin ku tanyakan,” ucap Jae Joong.
 
            “Mwol?” tanya Hiu Hwi.
 
            “Hiu Hwi-ya, maukah kau menjaga hati ini?” tanya Jae Joong tiba-tiba.
 
            Hiu Hwi cukup terkejut mendengar pertanyaan Jae Joong. Rupanya Jae Joong menangkap keterkejutan Hiu Hwi itu dan ia hanya tersenyum kecil menatap wajah Hiu Hwi yang selalu sanggup mengalihkan seluruh perhatiannya itu.
 
            “Maksudmu?” tanya Hiu Hwi.
 
            Jae Joong pun menarik Hiu Hwi dan membiarkan kedua sayap bibirnya itu menyentuh bibir Hiu Hwi sejenak.
 
            “Aku tidak ingin mengatakan bahwa aku mencintaimu, tapi memang begitu kenyataannya,” ucap Jae Joong.
 
            Hiu Hwi hanya menatap Jae Joong. Hingga sesungging senyuman tergambar di wajahnya.
 
            “Ne…” jawab Hiu Hwi. “Aku mau menjaga hatimu…”
 
            Jae Joong tersenyum mendengar jawaban Hiu Hwi. Ia membelai rambut Hiu Hwi, lalu menarik Hiu Hwi ke dalam pelukannya seolah ingin mencurahkan seluruh kasih sayangnya pada sang gadis yang sanggup merenggut seluruh perhatiannya itu.
Flashback END…
****
 
 
            Malam itu, Ji Hyeon dan Kyu Hyun sudah menunggu di halaman belakang rumah. Meskipun sangat minimalis, tapi Ji Hyeon dan Kyu Hyun menata halaman belakang rumahnya itu dengan beberapa lentera dan menatanya seromantis mungkin.
 
            “Aish, kemana Hiu Hwi?” tanya Ji Hyeon yang khawatir Hiu Hwi tak mau keluar dari kamarnya.
 
            “Tenanglah,” ucap Kyu Hyun.
 
            Tak berapa lama, rupanya Hiu Hwi keluar dari kamarnya dan segera ke halaman belakang rumah tempat Ji Hyeon dan Kyu Hyun menunggu. (http://jh-nimm.blogspot.com)
 
            “Oh, akhirnya…” ucap Ji Hyeon ketika melihat Hiu Hwi datang.
 
            Lain lagi dengan Kyu Hyun, ia hanya terdiam dan tidak bisa melepaskan tatapannya dari Hiu Hwi yang tampak begitu cantik dengan mini dress berwarna lavender itu.
 
            “Tunggu di sini,” ucap Ji Hyeon.
 
            “Wae?” tanya Hiu Hwi.
 
            “Aku sudah menyiapkan sebuah hadiah yang sangat spesial untukmu, tapi kau harus menutup matamu dan aku akan membawakan hadiah itu untukmu,” ucap Ji Hyeon.
 
            “Baiklah…” ucap Hiu Hwi seraya menutup matanya.
 
            “Jangan membukanya sebelum aku datang,” ucap Ji Hyeon.
 
            “Ne…” jawab Hiu Hwi.
 
           “Kyu Hyun-a, awasi Hiu Hwi, jangan sampai ia membuka matanya sebelum aku datang,” ucap Ji Hyeon.
 
            “OK!” jawab Kyu Hyun.
 
            Ji Hyeon pun meninggalkan Kyu Hyun dan Hiu Hwi. Selama menunggu Ji Hyeon kembali, Kyu Hyun hanya menatap Hiu Hwi. Tepatnya dengan bebas menatap Hiu Hwi, karena Hiu Hwi tengah memejamkan matanya, membuatnya lebih leluasa menikmati setiap detail kecantikan wajah Hiu Hwi yang selalu menari dalam pikirannya itu.
 
            Tak berapa lama, rupanya Ji Hyeon kembali dengan seorang pria. Ji Hyeon pun menarik tangan pria itu dan membuat pria itu berdiri dihadapan Hiu Hwi yang masih memejamkan matanya. Ji Hyeon pun memberikan isyarat pada pria itu bahwa ia dan Kyu Hyun akan meninggalkannya berdua dengan Hiu Hwi. Ji Hyeon pun menarik Kyu Hyun untuk masuk ke dalam rumah.
 
            “Kenapa kau menarikku masuk?” tanya Kyu Hyun kesal ketika Ji Hyeon membawanya ke dalam rumah.
 
            “Kita biarkan mereka untuk berdua,” jawab Ji Hyeon ringan.
 
            “Tapi…” Kyu Hyun menatap Ji Hyeon dengan kesal.
 
            “Wae? Kau cemburu?” tanya Ji Hyeon.
 
            “Geureon geon aniya…” jawab Kyu Hyun.
 
            “Geurigo, wae?” tanya Ji Hyeon.
 
            “Bagaimana jika dia berbuat macam-macam pada Hiu Hwi?” tanya Kyu Hyun balik.
 
            “Mana mungkin,” jawab Ji Hyeon. “Dia tidak sepertimu,”
 
            “Apa maksudmu?” tanya Kyu Hyun.
 
            “Pikirkan saja sendiri,” jawab Ji Hyeon ringan.
 
            “Ah sudahlah, aku malas berdebat denganmu. Sebaiknya aku mengawasi mereka,” ucap Kyu Hyun.
 
            “Mengawasi atau mengintip?” tanya Ji Hyeon.
 
            “YA!” bentak Kyu Hyun.
 
            “Pelankan suaramu, itu akan mengganggu mereka…” ucap Ji Hyeon seraya menutup mulut Kyu Hyun dengan tangannya.
 
            Entah apa yang terjadi, namun ketika Ji Hyeon menutup mulutnya dengan tangannya, membuat Kyu Hyun menurut untuk diam. Bahkan seperti telah berlari ribuan kilometer, jantung Kyu Hyun berdetak dengan cepat.
 
            Sementara itu, di halaman belakang, Hiu Hwi masih belum membuka matanya. Karena ia pikir, Ji Hyeon belum kembali.
 
            “Hiu Hwi-ya…”
 
            Mendengar sebuah suara yang begitu ia kenal itu, Hiu Hwi pun segera membuka matanya.
 
            DEG!
 
            Seolah jantungnya berhenti untuk sejenak mendapati sesosok pria yang begitu ia rindukan kini tngah berada tepat di hadapannya.
 
            “Jae Joong Oppa…” ucap Hiu Hwi.
 
            “Geurae, ini aku…” ucap Jae Joong.
 
            “Nabbeun nom…” ucap Hiu Hwi seraya memukuli dada Jae Joong. “Nabbeun nom…
 
            Tak dapat di tahan lagi, buliran bening itu mulai membentuk sungai kecil di wajah Hiu Hwi.
 
            “Nabbeun nom…” ucap Hiu Hwi.
 
            Kali ini, Jae Joong menggenggam kedua tangan Hiu Hwi.
 
            “Mianhae…” ucap Jae Joong seraya menarik Hiu Hwi ke dalam pelukannya.
 
            Hiu Hwi rupanya menangis sejadinya dalam pelukan Jae Joong. Sementara Jae Joong juga semakin mengeratkan pelukannya pada tubuh mungil Hiu Hwi, seolah ia tak ingin melepaskan gadis yang sempat ia lukai itu.
 
            “Aku kembali untukmu…” ucap Jae Joong seraya membelai rambut Hiu Hwi yang masih berada dalam pelukannya.
 
            “Nabbeun nom…” ucap Hiu Hwi.
 
            “Aku tidak akan melakukan kesalahan dengan meninggalkanmu lagi,” ucap Jae Joong.
 
            Jae Joong pun melepaskan Hiu Hwi. Di tatapnya wajah gadis yang selalu memenuhi seluruh ruang pikirannya itu.
 
            “Geuman ureo…” ucap Jae Joong seraya menghapus buliran bening dari wajah Hiu Hwi.
 
            “Jangan pergi lagi,” ucap Hiu Hwi seraya menggenggam tangan Jae Joong.
 
            “Ne, aku janji, sekarang dan selamanya, aku tak akan pernah meninggalkanmu lagi,” ucap Jae Joong.
 
            Hiu Hwi pun memeluk Jae Joong untuk melepaskan seluruh kerinduan yang selama ini bernanung dalam relung hatinya itu.
****
 
 
Flashback…
            “Kenapa kau membawaku kemari?” tanya Ji Hyeon.
 
            “Biarkan aku menjelaskannya,” ucap Jae Joong.
 
            “Baiklah…” ucap Ji Hyeon.
 
            “Saat itu, aku terpaksa memutuskan hubunganku dengan Hiu Hwi. Karena Ayahku terus memaksaku untuk melanjutkan sekolah ke luar negeri,” ucap Jae Joong. (http://jh-nimm.blogspot.com)
 
            “Kenapa kau tak menjelaskannya pada Hiu Hwi?” tanya Ji Hyeon.
 
            “Karena aku tak ingin Hiu Hwi terluka,” jawab Jae Joong.
 
            “Tidakkah kau terpikir bahwa ketika kau memutuskan hubunganmu dengan Hiu Hwi tanpa menjelaskan alasannya justru membuat Hiu Hwi semakin terluka?” tanya Ji Hyeon.
 
            “Aku memang terlambat menyadarinya, tapi sungguh saat itu bukan hanya Hiu Hwi yang terluka, tapi aku juga. Kau bahkan tahu dengan benar, bagaimana aku dan Hiu Hwi saling mencintai,” jelas Jae Joong.
 
            “Arasseo…” ucap Ji Hyeon.
 
            “Mianhae…” ucap Jae Joong.
 
            “Minta maaflah pada Hiu Hwi,” ucap Ji Hyeon.
 
            “Tapi aku tak tahu bagaimana cara untuk bertemu dengannya. Aku takut sekarang Hiu Hwi membenciku…” ucap Jae Joong.
 
            “Hiu Hwi tak pernah membencimu, bahkan setelah kau meninggalkannya, ia tak pernah menjalin hubungan dengan pria lain. Ia hanya mencintaimu,” jelas Ji Hyeon.
 
            Jae Joong hanya menatap Ji Hyeon. ketika mendengar penjelasan Ji Hyeon, sebuah rasa penyesalan semakin menyeruak dalam benaknya.
 
            “Hari minggu ini adalah ulang tahun Hiu Hwi, datanglah ke rumah, aku akan membantumu untuk bertemu kembali dengan Hiu Hwi,” ucap Ji Hyeon.
 
            Jae Joong hanya menganggukkan kepalanya.
 
            “Gomawo, Ji Hyeon-a…” ucap Jae Joong.
 

== THE END ==
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet