Too Late?end

Too Late?

Too Late?

.

Kim Taehyung

.

.

 

Jeon Jungkook

.

.

Empat  hari setelah kematian isteri sekaligus ibu dari anaknya, Taehyung membawa Jungkook ke Daegu- rumah ibu Taehyung. Setelah meletakkan beberapa setel baju milik Jungkook ke lemari, Taehyung keluar mencari anaknya yang tadi di iming-imingi cokelat,cake dan permen agar Jungkook mau dekat dengan ibu Taehyung. Niat Taehyung membawa Jungkook ke rumah ibunya adalah agar Jungkook ada yang merawat beberapa hari selama Taehyung menyiapkan segala hal nanti di Seoul. Memberikan yang terbaik untuk jagoan kecilnya.

“Kookie sudah sayang, kasian Grandma sedari tadi memangkumu.” Taehyung berjalan mendekati Jungkook yang tengah berceloteh di pangkuan Grandmanya, dengan memegang dua buah cookies Jungkook terus bercerita tentang dirinya dan teman-temannya.

“Huss, aku justru sangat bahagia memangku cucuku yang tampan ini, iya kan Kookie?” Grandma membersihkan remahan cookies yang menempel di sudut bibir si mungil, Jungkook mengangguk lucu sembari memamerkan gigi kelincinya membuat Taehyung tertawa.

“Ya sudah, Papa mau mandi dulu.”

“Apa tidak terlalu terburu-buru? Kau baru datang tadi pagi, dan besok sudah kembali lagi ke Seoul?” Taehyung merenggangkan badannya terdengar bunyi tulang yang bergesakan.

“Tidak Ibu, Jungkook harus sekolah sebentar lagi, aku ingin urusanku cepat selesai. Apakah Bibi Shin sering kemari?”

“Iya terkadang, mungkin besok kesini, aku meminta dia untuk membuat Kare, kuyakin Jungkookie akan suka masakan Bibimu.” Taehyung tersenyum mengangguk lalu melenggang perrgi menuju kamar mandi.

.

.

“Kau sudah meminum susu sayang?” Jungkook mengangguk lalu merangkak menuju ranjang, berbaring di sebelah Papanya yang telah menutup buku tebalnya.

“Kau mengantuk?” Jungkook kembali mengangguk.

“Kalau begitu tidurlah.” Taehyung ikut berbaring lalu menyelimuti dirinya dan anaknya. “Selama Kookie di sini jangan nakal yah, Papa tidak akan lama. Menurutlah pada Grandma.”

“Iya Papa.” Jungkook terlalu mengantuk untuk meladeni Papanya, kepalanya ia gesekkan pada dada bidang Taehyung, menyamankan diri. Taehyung terkekeh lalu mengecup kepala jagoannya, menggumamkan kalimat selamat tidur lalu menyusul anaknya menemui alam mimpi.

.

.

.

“Tidak, letakkan di sebelah sana, ya kekiri sedikit. Jim kulkas dan tv yang ku pesan kapan datang?” Taehyung begitu lelah, sungguh, sudah tiga hari dirinya bolak balik apartemen, berbagai toko , lalu ke kantornya.  Bahkan Taehyung tak ingat kapan terakhir dirinya makan. Ini semua demi Jungkook. Taehyung merombak isi ruangan kantornya, agar Jungkook bisa nyaman jika anaknya menemaninya bekerja, bahkan Taehyung membeli seluruh kebutuhan Jungkook, tv agar anaknya dapat menonton kartun kesayangannya, sofa untuk anaknya yang nyaman jika anaknya tertidur, dvd dan kaset kartun kegemaran Jungkook, kulkas untuk menempatkan seluruh makanan Jungkook, rak buku yang berisi buku cerita Jungkook, alat menggambar , bahkan Taehyung membeli banyak mainan untuk di pajang di ruangan miliknya. Jadilah ruangan luas Taehyung bukan seperti ruangan untuk bekerja namun lebih mirip tempat bermain anak. Sementara apartemen Taehyung di rombak untuk Jungkook juga, mendesain kamar Jungkook senyaman dan seimut mungkin, mengganti seluruh barang  yang berbahaya menggantinya dengan yang lebih aman jika Jungkook akan bermain di dalam apartemen.

“Mungkin nanti sore. Dimana harus ku letakkan supermen ini?”

“Taruh dekat kaset saja, kapan Tuan So akan sampai?” Taehyung menatap jam tangannya, lalu kembali melihat perabotan di rungannya.

“Mungkin satu jam lagi, kau bersiaplah, kau terlihat..berantakan.” Jimin menatap Taehyung dari atas kebawah, menggelengkan kepala melihat penampilan Taehyung.

“Oke Jim, kau urus sisanya ya, aku mau menghubungi Kookie lalu bersiap.”

“Serahkan padaku.”

.

.

“Grandma, seperti apa Papa waktu kecil?” Tanya Jungkook yang asik mengunyah sushi buatan Grandmanya, sementara yang di tanyai masih asik menonton drama favorit sore harinya.

“Grandma.” Jungkook menarik daster grandmanya, meminta perhatian grandma tersayangnya.

“Eh apa sayang?” Sang Grandma menoleh lalu mengelus lembut pipi Jungkook yang lucu jika tengah memakan sesuatu.

“Grandma, seperti apa Papa dulu, waktu Papa kecil.”

“Oo Papa, em, Papa dulu sangat bandel, benar-benar bandel, Kookie tahu? Papa mu suka sekali mencuri buah milik Paman Donghae-tetangga grandma- lalu membagikan buahnya pada teman-temannya termasuk Paman Donghae.” Jungkook mengernyit “Awalnya Paman Donghae sangat bahagia saat di beri buah oleh Papa, namun lama-lama ia tahu itu adalah buahnya sendiri yang ia jaga mati-matian, karena Paman Donghae adalah orang yang pelit untuk membagikan buah-buahnya, lalu saat Paman Donghae memergoki Papamu memanjat pohonnya, Paman Donghae marah-marah, alhasil Papamu tidak berani turun sampe sore dan tertidur di atas pohon sana.” Jungkook tertawa terbahak-bahak .”Grandma la-gi.” Jungkook merengek masih dengan tawanya.

“Waktu dulu Papamu dengan sengaja menceburkan diri ke kolam,  masih dengan seragam. Katanya ia terpeleset di pinggir kolam, padahal jika pagi Taehyung tak pernah melewati kolam, alhasil seragamnya bahas dan papamu merengek tak ingin sekolah karena seragamnya basah, padahal papamu punya dua seragam, katanya dia sukanya sama yang basah, yang bahas katanya bisa bikin papamu lebih keren, alhasil Papamu tidak berangkat, dan ternyata dia sudah janjian dengan Jimin temannya, untuk bermain sepeda.”

“Hahahaha Uncle Jimin?”

“Iya dia sahabat terbaik Papamu-“ sore itu Jungkook habiskan untuk mendengarkan cerita tentang Papanya yang ternyata benar-benar nakal.

.

.

“Papa, benar ini kamar Kookie?” Taehyung mengangguk, membiarkan anak semata wayangnya berlari menerjang ranjang dengan selimut bergambar iron man, Taehyung sengaja mendekor kamar Jungkook dengan seimut mungkin, cat warna baby blue, berbagai gambar kartun tertempel di dinding, berbagai robot terpampang di lemari khusus untuk memajang mainan Jungkook, semua yang Jungkook sukai ada dalam kamar mungilnya.

“Papa, boleh Kookie tidur sekarang?” Taehyung tertawa lalu menggelengkan kepala.

“Kau belum makan kawan, ayo makan dulu, Papa sudah memesan makanan, sebaiknya kita cuci muka dulu. Kau lapar kan sehabis perjalanan dari Daegu?”

“Sedikit Papa, makan di kamar Kookie aja ya, sama iron man.” Jungkook membungkus tubuhnya dengan selimut lembut yang benar-benar membuatnya nyaman.

“Tidak, kamarmu nanti kotor. Ayo cuci muka.” Taehyung menggendong Jungkook mengecupi pipi gembul yang tak pernoh bosan untuk ia kecup.

.

.

“Papa besok Kookie sekolah?” Kini mereka berada dalam kamar Jungkook, Taeyung telah selesai membacakan komik kartun untuk Jungkook.

“Tentu, Papa sudah menyiapkan semuanya. Jja, tidur.” Taehyung menarik selimut hingga menutupi dada anaknya.

“Papa tidur disini?” Taehyung berpikir sejenak lalu mengangguk, membawa Jungkook dalam dekapannya.

 

Untuk pertama kalinya, Taehyung bangun pukul 5 dan langsung menyiapkan sarapan untuk putranya. Seluruh kebutuhan memasak sudah berada dalam dapurnya, namun yang jadi masalah, Taehyung tak pernah memegang kompor dan teflon.

“Bukankah Kookie suka susu? Ah ya, lebih baik membuat susu dulu.” Setelah membuat susu untuk Jungkook, Taehyung membuka internet, mencari cara mengolah sarapan sehat untuk anaknya. 15 menit ia habiskan untukmencari referensi hingga menemukan cara membuat omelet sehat bergizi untuk anaknya.

Taehyung memecah telur ke dalam mangkuk, mendecak sebal saat remahannya ikut terbawa, berakhir dirinya memunguti keping-keping cangkang yang ikut masuk ke dalam mangkuk. Mengiris beberapa sayuran, bergegas mengambil kotak aidsnya, jari telunjuk kirinya teriris, melanjutkan kembali memotong sayuran dan beberapa bawang, dan kali ini jaring kelingkingnya yang teriris. Taehyung menghela nafas sedih, benar-benar berat pekerjaan para wanita ini. Taehyung melirik jam dindingnya, berlari ke kamar anaknya, karena jam sudah menunjukkan pukul enam lebih sepuluh.

“Sayang, bangun hey.” Taehyung ikut merebahkan diri di samping Jungkook, dirinya benar-benar kelelahan, namun berusaha membangunkan jagoan ciliknya.

“Kookie sayang, bangun.” Eeung hanya geliatan yang Jungkook lakukan. Memeluk reat gulingnya menenggelamkan wajahnya semakin dalam mencari posisi yang nyaman untuk terus tertidur.

“Bangun jagoan saatnya sekolah.” Taehyung terduduk lalu menggelitik badan Jungkook, Jungkook terkekeh setengah tidur. Tanpa aba-aba Taehyung mengangkat Jungkook membawanya ke kamar mandi.

Bahkan saat di kamar mandi Jungkook masih memejamkan matanya sambil berdiri, Taehyung hanya geleng-geleng kepala melihat betapa imutnya Jungkook. Taehyung membuka satu persatu kancing baju tidur Jungkook, mencubit pipi gembulnya agar Jungkook terbangun.

“Bangun jagoan, ayo mandi.” Cipratan air yang mengenai wajah Jungkook sukses membuat Jungkook terbangun. Mereka tertawa saat Taehyung memandikan Jungkook, Jungkook dengan jailnya menumpahkan shampoo anak-anaknya ke kepala Papa nya, mengeramasi papanya yang bahkan masih memakai pakaian utuhnya. Pagi ini mereka benar-benar begitu bahagia.

“Papa ini apa?” Jungkook telah siap dengan seragamnya, terduduk manis di meja makan, Taehyung sedang mondar-mandir mencari sepatu Jungkook.

“Omelet sayang, bukankah Mama juga sering membuatkanmu?” Jungkook memicingkan mata saat melihat sebuah benda atau makanan yang tak berbentuk di depannya. Dan Jungkook rasa omelet Mamanya memiliki bentuk yang sempurna dan..tidak lembek.

“Sini pakai sepatumu.” Taehyung dengan telaten memakaikan sepatu kecil kepada puteranya, Jungkook hanya terdiam masih bingung dengan benda di depannya. “Em, itu bisa di makan kok. Papa suapkan ya.” Taehyung menyuapkan sesendok omelet untuk Jungkook, baru beberapa detik omeletnya masuk ke dalam mulut, Jungkook langsung memuntahkannya, Taehyung dengan sigap mengadahkan tangannya menerima omelet yang keluar dari mulut Jungkook.

“Separah itu kah?” Taehyung bertanya sambil membersihkan bibir Jungkook, Jungkook hanya mengangguk dengan raut bingungnya. Taehyung hanya meringis canggung lalu menyodorkan susu buatannya.

“Papa ini dingin.” Taehyung menepuk kasar jidatnya, bodohnya membuat susu satu jam lalu, seharusnya dirinya ingat Jungkook di pagi hari akan meminum susu hangat.

“Maafkan Papa, akan Papa buatkan yang baru, em dengan roti tentunya agar kau sarapan.”

“Papa sudah siang. Kookie bisa terlambat.”

“Tidak, kau tahu Papamu mantan pembalap?”

“Benarkah?” Mata Jungkook berbinar, bersenandung ria menanti susu dan rotinya di sediakan Papanya.

.

“Papa tadi sangat keren.” Mereka terhenti di depan gerbang sekolahan Jungkook. Jungkook mengacungkan dua jempolnya setelah mengikuti aksi negbut Papanya yang beitu keren baginya.

“Jelas, Papa. Sudah sana masuk.” Taehyung mengecup pipi Jungkook lalu bibir mungilnya, mengusap lembut rambut halus anakya.

“Papa tidak masuk?”

“Tidak, Papa berhenti menjadi guru. Sudah, nanti Papa jemput. Hati-hati sayang.” Taehyung memutuskan untuk berhenti menjadi guru karena kesibukannya di kantor dan ingin memilii banyak waktu untuk menemani Jungkook, lagipula, menjadi guru hanya alibinya untuk dapat mendekati Jungkook dulu.

.

.

“Hey Kookie, akhirnya kau masuk.” Seluruh anak berlari menghampiri Jungkook terutama Mingyu yang kini menggandeng sahabatnya ini.

“Tentu aku masuk. Kau menjaga kelas ini dengan baik kan Gyu?” Mingyu mengangguk antusias lalu membusungkan dadanya.

“Kook, mana Papamu?” Tanya Seokmin celingukan.

“Papa Tae tidak mengajar lagi.” Jungkook mendudukan dirinya, masih di ikuti beberapa temannya.

“Loh kenapa?” Jungkook hanya mengedikkan bahunya lalu mengajak teman-temannya bermain, karena dirinya benar-benar rindu teman kelasnya.

.

.

“Papaaaa,” Jungkook berlari saat melihat Taehyung tengah menunggunya. Taehyung berjongkok merentangkan tangannya menunggu pangeran kecilnya menghampirinya.

“Hey jagoan.” Taehyung mendekap Jungkook mengangkatnya dalam gendongannya.

“Saem.” Taehyung berbalik setelah mengecupi pipi Jungkook.

“Hey anak-anak.” Taehyung tersenyum mendapati semua teman dekat anaknya menghampirinya.

“Saem, Saem kenapa tidak mengajar?” Taehyung berlagak berpikir sejenak lalu kembali menatap anak-anak.

“Pertama, jangan panggil Saem lagi, panggil saja Kookie Papa, arra?” mereka serempak mengangguk.

“Kookie Papa harus bekerja di kantor, jadi tidak ada waktu untuk mengajar. Kalian sahabat Jungkookie, tolong jaga Jungkookie ya.” Mereka kembali mengangguk, berpamitan saat orang tua mereka datang untuk menjemput.

“Jadi Kookie, kita ke kantor Papa ya, Papa harus rapat.” Jungkook mengangguk lalu mendekap erat leher Papanya yang membawanya memasuki mobil.

“Papa balapan lagi?”

“Tidak sayang, sudah siang dan sangat ramai. Terlalu sering ngebut tidak baik.” Taehyung selesai memasangkan sabuk pengaman untuk Jungkook, lalu melajukan mobil mewahnya.

.

Seluruh warga kantor memusatkan perhatiannya pada dua orang dengan beda usia. Taehyung memasuki kantornya masih dengan Jungkook dalam gendongannya yang tengah bersenandung menyanyikan lagu kebangsaan dan memainkan dasi Papanya. Banyak yang terheran bagaimana pemimpin perusahaan tersebut membawa seorang anak kecil, banyak juga yang terkagum bagaimana begitu manly nya Taehyung saat menjadi seorang Ayah dan memekik saat melihat betapa imutnya anak dalam gendongan Taehyung.

“Aunty Yoongi.” Teriak Jungkook saat melihat Yoongi yang tergesa membawa banyak kertas di tangannya.

“Hei panggil Uncle Yoongi jagoan.”

“Ani Papa, Aunty Yoongi sangat cantik. Tidak cocok dengan Uncle Jimin, ups.” Jungkook langsung menutup mulutnya dengan kedua tangannya yang kecil.

“Bilang apa barusan?” Jimin tiba-tiba berada di samping Taehyung, Jungkook terkikik keras saat Jimin menggelitik perutnya.

“Dasar Iron Man kecil.” Jimin mengambil alih Jungkook ke dalam gendongannya, membawanya pada Yoongi yang sudah menanti Jungkook untuk menghampirinya.

“Hai sayang.” Yoongi mencubit lembut Pipi Jungkook.

“Hai juga sayang.” Yoongi mendelik ke arah Jimin yang memberikan cengiran lebarnya.

“Diam Jim, aku menyapa Jungkookie.” Jungkook terkikik saat melihat raut wajah Jimin.

“Kau sudah makan siang?” Jungkook menggelengkan kepalanya masih dengan memberikan cengiran gigi kelincinya.

“Ya Tuhan, kenapa Taehyung bisa memilki anak imut sepertimu? Jja, aku sudah memasakkan makanan untukmu. Ayo.” Yoongi mengambil alih Jungkook, membawanya ke dalam ruangan Taehyung. “Jim bawa bekalnya.” Jimin yang di tinggalkan hanya mendengus sebal, kekasihnya begitu mengacuhkannya.

“Wah ini ruangan Papa?” Yoongi mengangguk lalu menurunkan Jungkook.

“Papa kenapa banyak mainan?” Taehyung mengalihkan pandangan dari dokumennya menatap Jungkook yang berlari menaiki sofa.

“Tentu untuk Kookie. Kau bisa menonton dan bermain disini. Kookie makan,  Aunty Yoongi sudah memasak untukmu.” Jimin menyerahkan bekal makanan dengan wajah tertekuknya lalu berjalan menghampiri Jungkook, merebahkan tubuhnya.

“Uncle Jimin kenapa?” Jimin hanya menggelengkan lemah kepalanya, memilih memejamkan mata.

“Ayo makan sayang. Jangan hiraukan Jimin.” Jungkook menggeleng saat Yoongi menyendokkan nasi untuknya, membuat Yoongi mengerutkan dahi.

“Ayo Uncle Jimin makan sama Kookie di suapi Aunty Yoongi.” Jimin langsung terduduk dan menyengir lalu mengecup pipi Jungkook. Sementara Yoongi hanya menghela nafas pasrah, ada dua bocah yang harus ia urusi. Dengan telaten dirinya menyuapi Jungkook dan Jimin.

Taehyung yang menatap bagaimana anaknya begitu riang tersenyum bahagia. Setidaknya anaknya tidak terpuruk saat kehilangan ibunya, beruntunglah dirinya memilik jagoan yang kuat, bahkan Jungkook terlalu sempurna untuk dirinya.

“Kookie, Papa mau ke ruang rapat, ikut tidak?” Jungkook yang tengah asik menonton dvd pororonya kini menatap Taehyung dengan mode berpikir yang mendapat kekehan dari Papanya.

“Ikut Papa.” Jungkook menaruh remotenya, menuruni sofa lalu berlari menghampiri Taehyung.

“Wah imut sekali isajangnim.”

“Siapa namanya?”

“Hai adik manis.”

“Aduh gigi kelincinya begitu imut.”

“Berapa umurmu adik kecil?”

Jungkook bagaikan matahari, dimana seluruh pegawai yang hendak rapat menjadi terpusat pada Jungkook kecil. Mereka begitu terkagum dengan Jungkook. Jungkook sih senang-senang saja saat di puji, Taehyung pun membiarkan anaknya menjadi pusat perhatian para pegawainya.

.

.

Kini setiap hari, siang Jungkook akan di habiskan berada dalam ruang kerja Papanya. Begitu banyak mainan yang akan menemani Jungkook, dan Jungkook juga dapat menonton kartun kesukaannya. Terkadang Taehyung akan meningalkan Jungkook bersama Yoongi dan Jimin, karena apa? Karena Taehyung akan belajar memasak dengan Seokjin, kakak sepupunya, yang terkadang juga datang ke kantornya untuk menemui Jungkook. Karena siapapun yang mengenal Jungkook, mereka akan terjerat pada pesona tak kasat mata bocah cilik itu, dimana semua orang akan dengan tulus memberikan rasa sayang dan perhatiannya pada Jungkook kecil.

“Papa, Jungkookie kangen Yugyeom, Bambam, Mingyu, Seokmin dan semuanya.” Jungkook meletakkan pensil warnanya, menghentikan acara mewarnainya, berlari menuju meja Taehyung.

“Kan tadi sudah ketemu hem?” Taehyung meletakkan pulpennya, membawa Jungkook dalam pangkuannya.

“Kan tadi di sekolah Papa, di taman belum.” Jungkook mengerucutkan bibirnya. Taehyung terkekeh lalu mencium lembut hidung mungil anaknya.

“Jadi Jungkook ingin ke taman?” Jungkook mengangguk lemah, mengisyaratkan betapa rindu dirinya bermain disana. Taehyung lalu melirik jam di pergelangan tangannya lalu mengangguk.

“Baiklah Bunny, kita pulang mengganti bajumu, memasak sebentar lalu ke taman. Bagaimana?” Jungkook mengangguk antusias lalu dengan semangat mencium pipi Papanya.

Taehyung dengan setia menunggu Jungkook yang tengah bermain dengan teman-temannya. Meski dirinya fokus terhadap tab yang ia bawa untuk meneruskan pekerjaannya, namun sesekali dirinya akan melirik kegiatan Jungkook. Bekal makanan berada di sampingnya, sebulan lebih melatih dirinya untuk memasak, kini setidaknya dirinya bisa memasakkan sesuatu yang dapat di makan anaknya, dan tentu saja bergizi.

“Bunny, minum susumu.” Teriak Taehyung pada Jungkook yang tengah asik dengan jungkat-jungkitnya. Jungkook yang mendengar panggilan Papanya segera berlari menghampiri Taehyung. Taehyung menusuk kotak susu coklat lalu menyerahkannya pada Jungkook. Jungkook dengan sigap meminumnya dengan cepat.

“Pelan-pelan sayang. Kalau begitu makan bekalmu, lalu jellymu.”  Jungkook terduduk di pangkuan Taehyung, menanti Taehyung menyuapi makanannya, meski matanya terus tertuju pada jelly kesukaannya. Jungkook ingin dengan cepat menghabiskan makanannya agar dapat memakan jellynya. Meski masakan Taehyung tak selezat masakan Mama, Jungkook menyukai masakan Taehyung, karena dirinya tahu bagaimana Papanya berjuang agar dapat memasak untuk dirinya.

.

.

Hal yang paling mencemaskan bagi diri Taehyung adalah saat melihat jagoannya tak bertenaga di dalam kamarnya. Jungkook kecilnya sakit. Saat Taehyung hendak membangunkan Jungkook, dirinya begitu gelapan saat melihat Jungkook dengan peluh yang membanjiri wajahnya, Jungkooknya mengigau tak jelas, saat menempelkan punggung tangan pada dahi Jungkook, Taehyung ingin menjerit keras saat merasakan begitu panas dahi puteranya.

Dengan cepat dirinya menelpon dokter pribadinya untuk segera datang. Setelah memutus sambungan, Taehyung segera berlari mengambil handuk dan sebaskom air hangat. Mengusap lembut keringat yang memenuhi wajah puteranya. Taehyung terus merapalkan doa agar Kookienya baik-baik saja.  Lalu Taehyung melepas baju tidur Jungkook yang basah, menggantinya dengan pakaian yang nyaman.

“Jungkook terkena demam. Pergantian cuaca esktrim mewabah banyak anak yang terserang penyakit. Aku buatkan resep untuk obat penurun panas Jungkook dan beberapa vitamin. Jangan terlalu khawatir Tae.”

“Bagaimana aku tidak khawatir, baru kali ini aku mendapati Jungkook sakit. Tapi terimakasih Hyung, kau datang dengan cepat.” Kyuhyun mengangguk tersenyum maklum lalu menepuk lembut bahu Taehyung yang tengah menatap sendu puteranya yag tertidur pulas.

“Baiklah, aku pulang. Jaga dia baik-baik. kalau ada apa-apa telepon aku.”

“Terimakasih Hyung.”

.

.

“Kookie jangan lari terus.” Taehyung kewalahan mendapati Jungkook yang masih demam namun berlarian menghindari obat yang ia berikan.

“Andwae Papa. Pait.” Jungkook masih berada dalam kejaran Taehyung. Bahkan apartemennya sudah tidak berbentuk lagi.

“Papa ahaha, andwae ahaha Papa.” Taehyung yang memiliki tangan yang panjang menang Jungkook dan kini mendekapnya tak membiarkan anak itu lari lagi.

“Minum obatmu sayang. Ini sirup rasa strawberry, bukankah Kookie suka?”

“Tapi yang satu lagi pahit Papa, Kookie gamau.” Taehyung menghela nafas bingung.

“Oke, satu obat satu permintaan. Bagaimana?” Jungkook menatap bingung Papanya. “Jika Jungkookie mau minum obat, Papa akan mengabulkan apapun permintaan Kookie. Jadi setiap Kookie minum obat, Papa akan terus menuruti kemauan Kookie, bagaimana?” Jungkook meletakkan tangannya pada dagu, mencoba berpikir, lalu mengangguk antusias dan memberikan cengiran gigi kelincinya.

“Ya Tuhan Tae, kenapa kau memanggil kami di hari minggu seperti ini?” Keluh Namjoon yang mendapat anggukan dari Jimin.

“Sudah turuti saja, kau tahu, ini agar Jungkook sembuh.” Taehyung tanpa peduli tetap memaksa seluruh sahabatnya membantunya mengabulkan permintaan anaknya.

“Kau tahu, aku bahkan baru tidur tadi jam 4 pagi.” Hoseok menguap lebar menandakan diriya begitu lelah.

“Papa, Uncle, Aunty, ayo main.” Dan mereka berakhir dengan menuruti permainan Jungkook. Dimana Jimin dan Taehyung terikat dan tertutup matanya, sedangkan Namjoon menjadi penjahat yang menculik Jimin dan Taehyung. Dan Hoseok menjadi kendaraan Jungkook yang selalu siap untuk Jungkook kendarai.

“Baiklah, aunty Yoongi dan aunty Seokjin ke sana, Kookie akan melawan dari sini. Brem brem, Ayo Motor Uncle Hoseok melaju kencang.” Jungkook mengarahkan anak buahnya agar dapat menyelamatkan Jimin dan Taehyung. Meski badannya belum pulih, Jungkook asik-asik saja memakai baju ironmannya lengkap dengan topengnya. Sementara Yoongi dan Seokjin memakai ikat kepala dan mainan pistol di tangan masing. Jika bukan karena rengekan dan gigi kelinci Jungkook, mana mau mereka bermain konyol seperti ini.

.

.

“Papa ayo minum obat.” Jungkook menarik ujung kemeja Taehyung yang tengah mengaduk adonan untuk membuat pancake.

“Astaga sayang kau baru minum dua jam yang lalu.” Taehyung terus melakukan kegiatannya mengocok adonan yang berada di mangkuk.

“Papa Jungkook ingin sesuatu.” Jungkook melepaskan cengkraman bajunya berjalan menunduk menuju kursi di meja makan, meletakkan pantatnya, duduk dengan kedua tangan berada di atas meja, persis seperti ketika para murid hendak pulang.

“Ahahah, jadi kau ingin meminta permintaanmu setelah minum obat?” Jungkook mengangguk lemah. Sudah tiga hari Jungkook meminum obat dengan iming-iming terkabulnya permintaannya, membuat Taehyung terkekeh gemas. Meninggalkan adonannya berjalan santai mendekati Jungkook. “Jangan jadikan permohonan sebagai alasan terus menerus untuk meminum obat. Kau mau terus-terusan meminun obat pahitmu itu?” Jungkook menggeleng cepat.

“Kalau begitu cepatlah sembuh. Lalu katakan apa yang kau inginkan, Papa akan berusaha menurutinya selagi itu wajar dan Papa bisa, jadi jagoan kecil Papa, apa yang kau inginkan?” Taehyung mengusap lembut pipi Jungkook memberikan senyuman tulusnya membuat si anak tersenyum menunjukkan gigi kelincinya yang manis.

“Papa ayo jalan-jalan, Jungkookie ingin beli sepatu yang menyala seperti milik BamBam, kemarin BamBam menunjukkannya waktu menjengukku.”

“Coba kita lihat dulu demammu.” Taehyung menempelkan tangannya yang besar pada dahi Jungkook, mengangguk saat menyimpulkan kondisi anaknya.

“Baiklah, demammu sudah turun, besok Papa akan ajak kau pergi. Tapi ingat, tidak boleh kelelahan, lusa kau harus berangkat sekolah. Kalau begitu Papa akan memasak dulu, setelah itu Papa akan menelpon Seokjin Hyung untuk menemanimu.” Jungkook mengangguk antusias tersenyum lebar lalu berlari ke kamarnya, berlompat-lompat pertanda dirinya begitu bahagia.

.

.

Jungkook berlari kecil mengelilingi ruang kerja milik Taehyung, dengan robot mainan berada di tangan kanannya dan pesawat mainan di tangan kirinya. Taehyung yang sedang meneliti dokumen terbarunya sama sekali tidak terganggu dengan kelakuan lucu anaknya, justru dirinya menjadi begitu betah berada di ruangannya, penatnya hilang saat dirinya melihat Jungkook begitu riang bermain sendiri, senyum yang tak pernah ia lakukan selama dirinya bekerja kini tiap hari akan terpampang indah di wajah tampannya.

“Papa Kookie mau jelly coklat.” Teriak Jungkook yang kini meletakkan robotnya di meja.

“Ambil di kulkas Kookie, ingat jangan kebanyakan.” Jungkook langsung berlari membuka kulkas kecilnya yang berisi begitu banyak makanan untuk dirinya. Dirinya mengernyit saat menemukan minuman yang belum pernah ia minum, setelah mengeluarkan jelly nya, Jungkook mengambil minuman tersebut, minuman yang tersisa setengah namun menggugah rasa penasarannya.

“Eughhwwhhh.” Jungkook langsung melempar minuman yang rasanya sama sekali tak enak dan pedas di lidahnya.

“Eh ada apa?” Taehyung langsung berlari saat mendengar kegaduhan di depan kulkas. “Ini kenapa Jungkookie, tunggu, kau meminum ini?” Jungkook masih memeletkan lidahnya, menunjukkan ekspresi yang benar benar begitu lucu.

“Hei kawan, ini tidak boleh diminum untukmu. Ini untuk orang dewasa. Maafkan Papa meletakkannya disini.” Jungkook tak mendengar ucapan Taehyung, dirinya sibuk memperbaiki rasa lidahnya.

“Baiklah minum air putih ini, Papa akan panggilkan seseorang untuk mengurus cola ini.”

.

.

Jimin sedang menunggu Taehyung menandatangani berkasnya, sesekali dirinya akan melirik saat Yoongi sedang menyuapi Jungkook, ah rasanya begitu tentram dirinya, dirinya membayangkan bagaimana nanti Yoongi akan menjadi ibu dari anak-anaknya, konyol memang, tapi tidak salahkan Jimin memimpikan sesuatu.

“Hey Tae, sudah hampir setahun kau berperan sebagai Daddy super. Ku tahu kau begitu mampu, tapi.. apa kau tak ingin mencari seseorang untuk merawat dirimu dan Jungkook?” Jimin berujar lirih membuat Taehyung mengalihkan perhatiannya dari berkas lalu menatap Jimin dengan mengerutkan kening.

“Aku tak ingin menyewa BabySitter, aku masih mampu.” Taehyung kembali menunduk dan mengecek kembali lemabaran kertas yang di tangannya.

“Eits bukan itu maksudku, kau tahu, em, seorang ibu untuk Jungkook. Ku tahu ini terlalu cepat, tapi apakah?...” Taehyung meletakkan pulpennya dan menatap tajam sahabatnya.

“Tidak, aku akan menjadi Ayah dan berguna dalam segala untuk Jungkook, aku tidak akan mencari pengganti Nami sampai kapanpun, namun jika Jungkook membutuhkan hal itu, mungkin aku akan menurutinya, tapi selagi aku bisa, aku akan terus menjadi Daddy Super nya Jungkook.”

Taehyung berjalan pelan menghampiri Jungkook yang tengah terlelap di sofa setelah memakan makan sianganya bersama Yoongi. Berjongkook mensejajarkan wajahnya dengan wajah mungil milik darah dagingnya, tersenyum lembut lalu mengangkat tangannya untuk merapikan poni milik Jungkook yang menutupi mata.  Jungkook menggeliat saat merasakan sesuatu menyentuh kepalanya, mata kecilnya perlahan membuka.

“Papa.” Suara serak khas bangun tidur, Jungkook yang masih memakai seragamnya dan kini terbangun dengan rambut yang berantakan lalu mengucek matanya lucu benar benar begitu menggemaskan bagi Taehyung.

“Maaafkan Papa membuatmu bangun. Jja, tidur lagi.”

“Andwae Papa, Kookie mau susu.” Taehyung terkekeh lalu berjalan membuka kulkas mengambil susu kotak rasa coklat untuk Jungkook.

“Wah Papa, Kookie tau, Kookie tau, ini gelang Mama kan?” Ujar Jungkook heboh saat melihat pergelangan tangan kanan Taehyung yang kini terpasang gelang milik Mama nya yang sering Mama nya pakai.

“Wah kau tahu Bunny?” Taehyung mendudukan diri di samping buah hatinya. Jungkook menyedot susunya sambil mengangguk semangat.

“Papa menemukannya saat merapikan rumah Mama, kau tahu apa gelang ini?” Jungkook menatap sebentar gelang tersebut lalu mendongak mengedip-kedipkan matanya lucu menatap Taehyung.

“Ini V, kata Mama itu adalah nama Papa. Tapi kata Mama itu nama keren Papa, jadi Kookie taunya nama Papa itu V.” Taehyung mengangguk sambil membelai lembut rambut halus Jungkook.

“Benar, waktu Papa sekolah dulu, ini adalah nama Papa, Papa terkenal dengan nama ini. Dan Kookie tahu, ini adalah gelang Papa yang Papa berikan kepada Mama. Em..” Taehyung berdiri mengambil kotakan kecil yang berada di laci meja kerjanya lalu kembali mendekat pada Jungkook dan menyerahkan kotaknya pada Jungkook. “Bukalah.” Jungkook menyerahkan susu kotaknya pada Taehyung, matanya berbinar begitu membuka kotak dan melihat isi kotak tersebut.

Sebuah jam anak-anak berwarna merah, dengan hiasan lucu di sisi jam tersebut, namun Jungkook terpana pada satu nama yang tertera pada tengah-tengah jam tersebut. VKook. Sebuah tulisan yang Jungkook tahu dan dirinya bisa membacanya dengan baik. matanya benar-benar berbinar menandakan dirinya begitu takjub dengan jam pemberian Papanya.

“Papa ini keren.”

“Tentu, ini Papa buatkan khusus untukmu. Sini Papa pakaikan.” Jungkook terus tersenyum saat Taehyung memasangkan jam tersebut pada tangannya, begitu pas pada tangan mungil Jungkook.

“Jja ayo jagoan, lebih baik kita pulang.” Taehyung terus tertawa geli melihat tingkah Jungkook yang menggemaskan, membawanya dalam gendongan dan terus mengecupi pipi gembil milik buah hatinya. “Jangan cepat besar Bunny, teruslah di samping Papamu ini. Tetaplah jadi Kookie kecil Papa yang penurut, jangan terlalu cepat tumbuh, Papa masih ingin menggendongmu.” Taehyung mengecup hidung mungil Jungkook, membawanya keluar dari ruang kerjanya.

 

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet