3. Denganmu, bukan yang lain

Rewind, Love.
Please Subscribe to read the full chapter

*tuttuttut*
Alarm digital Seulgi berbunyi, segera setelah berbunyi Seulgi langsung mematikannya.
Ada yang aneh?
Yap, memang pemandangan yang tak biasa.. Biasanya alarm Seulgi akan terus berbunyi selama 20 menit sebelum akhirnya bisa benar-benar membangunkan Seulgi.

Namun, hari ini tampak berbeda.

Seulgi. Tidak. Bisa. Tidur..
Karena dia sibuk memikirkan seseorang.

Seulgi pun bangkit dari tempat tidurnya dan pergi ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya.

Di kamar mandi Seulgi menatap refleksi bayangannya, kantung mata terlukis jelas seperti bangga berada dibawah mata monolid Seulgi itu.

Seulgi mendesah, dia terlihat seperti mayat hidup.. Pikirnya dalam hati.
Dia mulai membasuh wajahnya dan mulai bersiap-siap untuk pergi bekerja.

Selesai mandi dan berpakaian, Seulgi berangkat kerja.. Seperti biasa Seulgi hanya jalan kaki saja baginya jalan kaki adalah penghematan dan disamping itu dia seperti berolahraga.

Saat sedang berjalan, telepon genggam Seulgi berdering.. Sebuah tanda bahwa ada panggilan yang masuk, Seulgi menarik telepon genggamnya dari saku celana jeansnya.

Nama yang tertera di layar telepon genggamnya, membuat dia mengerutkan dahinya.

Bae Irene..

Huuu.. Seulgi mendesah dan memasukan telepon genggamnya kembali kedalam saku celananya.

Seulgi mengabaikan Irene.

Irene...
Sekali lagi nama gadis itu berputar-putar dibenak Seulgi.
Pikiran Seulgi melayang pada kejadian semalam.

------
saat tangisan Irene sudah reda, Seulgi mengantarnya pulang ke rumah. 
Irene sempat menolak permintaan Seulgi katanya dia bisa pulang kerumah sendiri. Namun, Seulgi memaksa.

'Irene.. Tolong' Teringat dia memohon pada Irene. Memalukan sekali pikir Seulgi.

Irene masih sama seperti Irene yang dulu, dia tidak bisa menolak Seulgi jika Seulgi sudah bermohon seperti itu.
Irene pun menggangguk tanda bahwa dia mengijinkan Seulgi untuk mengantarnya pulang.

Dan jika diingat-ingat lagi, perjalanan mengantar Irene pulang sangatlah canggung. Mereka tidak dapat bertukar kata.. 

Kesunyian seperti mencekam Seulgi.

Saat sampai didepan gerbang rumah Irene, mereka berdua hanya saling berpandangan dan memilih untuk membungkam mulut mereka. 
Rasanya seperti Seulgi kehilangan kemampuan bicaranya.

Namun saat bibir memilih diam, 
mata mereka..
Mata mereka yang menjadi pembawa cerita.

Mata mereka saling berhadapan dengan intens,
mata mereka seperti sedang berteriak;
'Kau ingin mampir?'
'Jangan lupa berdoa sebelum tidur'
'Kumohon.. Tinggal'
'Aku merindukan 'kita'..'


'Aku mencintaimu' dan siapa dari mereka yang memiliki pikiran ini?

semua percakapan batin tadi seperti tersirat dari kedua mata mereka. Percayalah.. Ini kebenarannya.
Karena bibir mungkin bisa berkata lain.. Namun Mata?
Mata tidak dapat berdusta.


"Aku pergi dulu" itulah kalimat pertama yang diucapkan Seulgi selama perjalanan mereka yang canggung itu.

"Kau.. Hati-hati dijalan" bisik Irene dan berlalu masuk kerumahnya.
Seulgi pun berbalik arah dan pergi berjalan pulang kerumahnya, Sendirian.

Ada satu hal yang mengganjal yang mereka rasakan saat itu.

Bahwa, mereka lupa mengatakan tiga kata ajaib itu.. 


'Pfft,
Untuk apa?
Mereka hanya teman lama yang kebetulan bertemu kembali'.
Pikir Seulgi kepalanya sekeras besi.

Seulgi tertawa tanpa humor, sambil menendang batu-batu yang berada dijalan dia berteriak.

"KELUARLAH DARI HIDUPKU, AKU SUDAH BERHASIL HIDUP TANPAMU SELAMA 4 TAHUN INI.. DAN KENAPA-

Seulgi menelan ludahnya, dia berusaha keras menahan air matanya.

"Kenapa kau kembali?" Kalimat terakhir keluar seperti bisikan.

Sebenarnya Seulgi tidak pulang sendirian..
pada malam itu, Seulgi ditemani oleh rasa sedih, marah, dan bingung.

Hey sedikit rahasia.. Semua rasa itu telah menemani Seulgi selama beberapa tahun terakhir ini.

Semua rasa itu, terlalu dekat dengan Seulgi.. Sampai-sampai menjadi satu dengan darah dan daging Seulgi.

---------

Seulgi tertawa kecil, dia menertawakan dirinya sendiri..
Bagaimana tidak?
Menurutnya dia sengaja membiarkan Irene mengendalikan perasaannya.
Irene bisa membuatnya merasakan segalanya, hey! Dia bahkan sempat membuat Seulgi mati rasa. Gadis ini.. gadis ini, sungguh membuat Seulgi ketakutan.

Tenggelam dalam pikirannya hampir-hampir membuat Seulgi tak sadar bahwa dia telah sampai ditempat dia bekerja.

Hari ini Seulgi bertugas di Shift pagi.. Jadi sebelum matahari terbenam dia sudah selesai bekerja.

Seulgi tersenyum 'setidaknya hari ini akan baik-baik saja' dalam hatinya dia bahagia.

Saat dia memasuki Cafe itu, sesuatu yang tidak dia sangka secara mengejutkan menyapanya..

"Hy Kang Seulgi, Selamat pagi.." Irene lengkap dengan senyum manis melambaikan tangannya pada Seulgi.

"Apa yang kau lakukan disini?!" Dan lagi, kata-kata itu seperti menjadi kata kesukaan Seulgi pada beberapa hari belakangan ini.

"Aku ingin sarapan ditempat ini"

"Pergilah sarapan ditempat lain, masih banyak Cafe yang bisa kau kunjungi" kejam..

"Tapi aku ingin disini- heyy apakah kau mengusirku?!"

"YA! Pergilah ke Cafe yang lain!"

"Hey tak perlu berteriak! Sebenarnya APA MASALAHMU?!"

"MASALAHKU?! KAU! IRENE! KAU ADALAH MASALAHKU!" suara Seulgi bergema diseluruh penjuru Cafe itu beruntung belum ada pelanggan yang berdatangan. Tapi suara Seulgi berhasil membuat Wendy keluar dari kantornya.

"Seulgi ada apa?" Tanya Wendy sambil menatap Seulgi dan Irene secara bergantian

Seulgi mengabaikan pertanyaan Wendy.

Ditatapnya Irene dengan tatapan tajam, entah apa yang membuat Seulgi begitu emosi.

"Ku pikir kita baik-baik saja" Irene memulai dengan suara yang sangat pelan

"Apa yang membuatmu berpikir kalau kita baik-baik saja?" Balas Seulgi masih dengan suara kerasnya.

Wendy yang menyaksikan percakapan itu, memilih untuk masuk kembali ke kantornya.. Dia merasa bahwa pemandangan yang dia saksikan itu harus diberikan privasi.


"Kemarin kau sangat baik padaku.. Jadi kupikir kita baik-baik saj-

Seulgi memotong perkataan Irene sebelum dia sempat menyelesaikannya

"Hanya karna aku bersikap baik, bukan berarti kita baik-baik saja Irene.. Kau harus tahu perbedaaan antara BERSIKAP BAIK dan BAIK-BAIK SAJA" kata Seulgi sambil menekankan beberapa kata..

Irene terdiam, Seulgi mendesah, mendadak dia merasa bersalah karena telah berteriak pada Irene dan tidak mengijinkan dia untuk sarapan di Cafe ini.

'Seulgi bodoh! Memangnya ini Cafe milikmu apa! Cihh tolol' marah Seulgi pada dirinya sendiri.

"Maafkan aku Irene.. Aku tidak seharusnya berteriak padamu, dan juga di Cafe ini kami memperlakukan pelanggan kami seperti raja, jadi jelas perbuatanku tadi berlawan deng-

"Seulgi..

Suara bisikan Irene cukup menghentikan lanturan Seulgi.

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
SilverKnight93
epilogue coming soon!

Comments

You must be logged in to comment
Imconanian
#1
Chapter 3: Cakep suka bahasamu thor meresap ke ati ?
Seulgitopme #2
Chapter 4: Aaahhhhhh so sweet banget si itu berdua kan gakuadh hati aq
Ditian #3
Chapter 3: Woow ini keren thor beneran :v rasanya kyk nano nano tapi banyak manisnya wkwkwk
-noid- #4
Chapter 3: Bagus thor suka banget wkwk
Jun_2388 #5
Chapter 4: Duh... Kok baper.... ;)
taenyeverywhere
#6
Chapter 3: Aahhhh keren bgtt minta sekuel dong hehehehe
dillapanyseul #7
Chapter 3: new ff seulrene dongg uhh seulrene make me crazy
deer_maomao #8
Chapter 3: sangat senang karna pada akhirnya merea bisa kembali bersama lagii.. mungkin didalam suatu hubungan pasti ada masa jenuhnya.. but we cant let each other go hahaha

btw, i would like to see the sequel hehehe
bae_76 #9
Chapter 3: awawawww so sweet Thor :) ciee yg clbk kekeke XD sequel? pasti mau dong ff seulrene yg lain? oh tentu saja :v serah author-nim ae lah :v
KnightSaber99
#10
Chapter 3: Short but beautiful
Good job!