Lovesick Fool

The Lost Prince
Please Subscribe to read the full chapter

“And my bed is half empty not half full. I'd rather live with broken bones, than lay here all on my own like a lovesick fool.”

Lovesick Fool by The Cab

“Yang Mulia?”

Seychelle tersadar dari lamunan. Tamara menatapnya dengan sorot mata heran dari seberang meja.

“Maaf, Tamara.” Hanya itu jawaban Seychelle.

Sudah seminggu berlalu sejak kepergian Julian, dan sudah seminggu juga Seychelle bertingkah bagai mayat hidup. Dia mengurung diri di dalam kamar, hanya menerima kunjungan dari pelayan yang mengantarkan makanan dan memandikannya di pagi dan malam hari. Selain itu, dia hanya berdiam diri sambil menatap ke luar jendela, memandangi gerbang kastel, berharap Julian akan segera muncul dari sana.

Kabar ini terdengar sampai ke telinga Suzy, sahabat karib Seychelle, yang segera datang dan mencecarnya.

“Kau seorang wanita, seorang istri, seorang Ratu, bukan anak kecil!” Begitu katanya. “Seorang wanita, seorang istri, dan seorang Ratu tidak seharusnya bertingkah seperti anak kecil yang mengambek sampai berhari-hari dan mogok melakukan apapun.”

“Lalu, apa yang harus aku lakukan, Suzy?” tanya Seychelle hampa. “Aku sudah hilang semangat sejak Julian pergi.”

“Kembalikan semangat itu,” jawab Suzy. “Keluarlah dan lakukan sesuatu. Cari kesibukan.”

Maka, Seychelle memilih keluar dari kastel. Alasan pertama, Seychelle ingin menjauhi politik dan para pejabat yang senang memaksanya untuk mengurus negara. Alasan kedua, Seychelle sudah lama sekali tidak berada ditengah rakyat biasa. Setelah menjadi Ratu, dia selalu dilindungi di kastel dengan alasan keamanan. Mungkin dengan berjalan-jalan di kota bisa menyegarkan pikiran Seychelle kembali.

Sayang, terkadang sesuatu tidak berjalan seperti yang dibayangkan. Sekumpulan orang berkerumun di pinggir jalan, dengan seorang laki-laki berdiri menjulang diantara mereka semua karena berdiri di atas meja. Seychelle, yang tidak dikenali karena mengenakan jubah bertudung, mendekat pada kerumunan itu.

“Yang Mulia, jangan,” bisik Travis, yang bertugas mengawal Seychelle.

“Tidak apa-apa,” balas Seychelle, lalu mendatangi seorang wanita. “Ada apa disini?”

“Laki-laki itu sedang mengeluarkan unek-uneknya.”

“Mengenai apa?”

“Keluarga kerajaan.”

Belum sempat Seychelle bertanya lagi, pria di atas meja itu sudah berteriak. “Dinasti Warren adalah aib negeri ini!”

Rahang Seychelle terjatuh.

“Stephan adalah raja tanpa kasih sayang yang mengantarkan putranya sendiri pada misi dengan risiko kematian!” serunya. “Anak perempuan sulungnya adalah pengkhianat. Anak laki-laki tertuanya adalah penerusnya yang membodohi diri sendiri dengan menikahi perempuan yang sama bodohnya!”

Travis berusaha menarik Seychelle menjauh darisana, tapi Seychelle tetap diam di tempat.

“Anak laki-laki keduanya adalah bocah tidak tahu tanggung jawab, meninggalkan negerinya sendiri karena keegoisan!” lanjutnya. “Anak perempuan yang lebih muda bahkan tidak jauh beda, pergi berburu ketika saudaranya sendiri menghilang.”

Seychelle tahu Selena langsung pergi berburu pagi setelah Val menghilang, dengan alasan untuk mencari kesibukan agar tidak selalu terpuruk dalam kesedihan, seperti yang Seychelle lakukan saat ini. Seychelle tahu, dalam hati Selena, gadis itu mencemaskan Val, tidak seperti yang rakyat ini katakan.

“Dan sekarang, anak laki-laki sulungnya itu malah menelantarkan pekerjaannya,” dia berkata lagi. “Aku tidak tahu, tapi apakah mungkin dia ikutan kehilangan akal karena menikahi istrinya yang tidak berpendidikan itu?”

Seseorang dari kerumunan yang kelihatan tidak bisa menahan amarah lagi berteriak. “Kau bisa dieksekusi karena berbicara seperti ini!”

“Mereka boleh mengambil nyawaku,” jawabnya. “Tapi, itu tidak akan pernah menutupi fakta bahwa yang kukatakan adalah kebenaran.”

Tahu-tahu sudah terjadi kerusuhan. Orang-orang saling mendorong dan mencaci. Teriakan terdengar dimana-mana, yang satu membela, lainnya mencela.

“Yang Mulia, kita harus pergi,” kata Travis, dan kali ini Seychelle membiarkan dirinya ditarik Travis pergi dari sana.

Dalam perjalanan pulang menuju kastel, Seychelle bertanya pada Travis. “Travis, apakah aku sebodoh yang dikatakan orang itu?”

Travis terlihat kaget mendengar pertanyaan itu. “Yang Mulia, kata-kata orang tadi tidak perlu dimasukkan ke dalam hati. Dia tidak tahu apa-apa tentang Yang Mulia.”

“Tapi, yang dia katakan ada benarnya juga,” gumam Seychelle. “Ratu pendahuluku adalah putri dari seorang Count, lady dari keluarga terhormat. Sementara diriku adalah putri dari dua pengkhianat dan tidak berpendidikan. Mereka pantas mempertanyakan alasan Julian memilihku sebagai permaisurinya.”

“Raja Julian adalah pria dengan pilihannya sendiri, dan dia telah memilih anda. Itulah yang terpenting, bukan pendapat seorang rakyat yang bahkan tidak mengenal anda.”

“Tidak hanya dia. Sebenarnya, banyak orang-orang di istana yang bersikap baik padaku lalu berbicara buruk mengenaiku ketika aku memunggungi mereka. Aku tahu itu.”

Travis terdiam mendengarnya, karena dia tahu ini benar. Bahkan, beberapa anggota dari pasukan yang dikomandonya senang berbicara buruk tentang Ratu Seychelle.

“Saya mohon maaf jika ini terdengar seperti menggurui,” kata Travis. “Tapi, saya rasa Yang Mulia perlu melakukan sesuatu agar mereka berhenti melakukannya. Bukan mengonfrontasi secara langsung, tapi hal lainnya.”

Berkat saran dari Travis, Seychelle termotivasi. Sesampai di kastel, dia segera memanggil salah satu tutor untuk belajar. Tamara terpilih untuk mengajarinya sejarah. Setidaknya, dia harus membuat upaya orang-orang yang tadi membelanya tidak sia-sia.

“Karena kurangnya populasi, anak pertama dari nenek moyang kita yang mewarisi kemampuan penyihir menikah dengan anak kedua dengan kemampuan mengubah wujud,” Seychelle membacakan kalimat-kalimat dalam buku yang sudah dia hafal di luar kepala. “Anak mereka dikaruniai kedua kekuatan itu, begitu juga dengan anaknya, dan seterusnya. Keluarga kerajaan merupakan keturunan langsung dari anak ini, menjelaskan mengapa mereka memiliki darah Penyihir dan Pengubah Wujud sekaligus.”

“Bagus sekali, Yang Mulia,” puji Tamara. “Selanjutnya, siapa nama raja pertama negeri kita?”

“Raja Edward,” jawab Seychelle.

“Dan apa tindakan pertamanya sebagai raja?”

“Membangun kastel ini.”

Tamara menggeleng. “Kastel ini sudah berdiri tegak dan menjadi tempat Raja Edward dinobatkan.”

“Membagi-bagi wilayah di seluruh daratan untuk setiap bangsa?” tanya Seychelle, dan Tamara kembali menggeleng. “Aku lupa. Memangnya apa?”

“Penciptaan keempat kunci pelindung.”

Seychelle menepuk kening.

“Tidak apa-apa, Yang Mulia. Bukan kesalahan besar,” kata Tamara cepat-cepat. “Apa tujuan dari penciptaan keempat kunci?”

“Untuk melindungi negeri dari ancaman yang berasal dari luar sana.”

“Tentu saja.” Tamara setuju. “Tapi, ada suatu peristiwa signifikan yang membuat Raja Edward terdorong untuk melakukan ini.”

Seychelle mengerutkan kening sambil berpikir. Peristiwa signifikan? Peristiwa macam apa? Seychelle rasa dia tidak pernah mengetahui hal ini sebelumnya.

Setelah Seychelle menyerah, Tamara berkata. “Invasi kaum barbar pada kota Petarung.”

“Ah!” Seychelle menepuk tangan. “Itu dia!”

Tamara tersenyum simpul. “Saya rasa pelajaran hari ini sampai sini saja, Yang Mulia.”

“Mengapa?” tanya Seychelle tidak mengerti. “Aku masih mau belajar. Oh…” Dia teringat sesuatu. “Apa karena aku tidak bisa menjawab pertanyaan tadi? Sori, Tamara. Aku benar-benar lupa. Aku akan memperbaiki kesalahanku dengan belajar lagi.”

“Pikiran anda sudah terbagi. Anda perlu mengistirahatkannya, Ratuku.”

“Bagaimana bisa kau berbicara seperti itu ketika kau sendiri tidak tahu isi pikiranku? Sudahlah, aku mau belajar. Jangan membantah lagi. Itu perintah.”

Jika sang Ratu sudah memerintah dengan tegas seperti ini, berarti dia tidak main-main, karena Ratu Seychelle tidak begitu sering memerintah orang lain. Tamara hanya bisa menghela napas dalam diam, dan melanjutkan pelajaran itu.

--

“Awas gosong.”

Krystal menoleh, mendapati kolega barunya menyunggingkan senyum simpul padanya. Namanya Tiffany, dan dia memiliki jabatan sebagai koki tertinggi di Emerald Sisters. Wanita itu melepas apron seraya menghampiri Krystal.

“Tiffany.” Krystal mengangguk padanya. “Kau akan pulang lebih awal?”

“Awalnya begitu,” jawab Tiffany. “Tapi, melihatmu yang melamun daritadi mencemau. Aku takut kau akan meledakkan dapur.”

Krystal tersenyum samar. “Aku akan baik-baik saja.”

“Tidak, justru kau sudah tidak baik-baik saja.” Tiffany mendekat untuk menyentuh lengan Krystal. “Ada apa?”

“Tidak ada apa-apa.” Krystal melepaskan diri dari sentuhan Tiffany dengan menyamarkan gerakan tangannya untuk lanjut menumis.

“Kau merindukannya, ya?”

Mendengarnya, Krystal kembali berhenti bekerja. Tiffany yang sudah mengambil kesimpulan mengangguk mengerti.

“Aku paham apa yang kau rasakan, jadi aku tidak akan mengatakan apapun.”

“Aku minta maaf,” ujar Krystal. “Tidak seharusnya aku mengutamakan perasaan pribadi diatas pekerjaan, terutama ketika aku baru mulai bekerja.”

“Siapa yang menyuruhmu untuk meminta maaf?” tanya Tiffany. “Apa yang kau rasakan bukan masalah, Krystal. Siapa juga yang tidak akan merindukan orang yang begitu dicintai?”

Krystal menunduk. “Tapi, aku sudah banyak membuat susah orang hari ini. Ada yang bahkan tidak menyukaiku karena sikapku terlalu dingin.”

“Pikiranmu sedang kacau, dan itu normal.” Tiffany menepuk pundak Krystal. “Beristirahatlah. Pulang ke rumah.”

Rumah?

Maksud Tiffany pastinya kediaman baru Krystal, salah satu unit dari townhouse di seberang restoran. Tapi, rumah adalah tempat yang membuatmu nyaman, sementara Krystal hanya dapat memperoleh kenyamanan di dalam dekapan Shane. Shane yang kini berada jauh sekali dari tempatnya berpijak.

Tapi, akhirnya Krystal pulang juga. Dengan lesu dia menaiki tangga menuju lantai tiga. Dan saat membuka pintu depan, dia dikejutkan oleh suara keras orang-orang.

Please Subscribe to read the full chapter

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
gentleseulgi #1
Chapter 4: penasaran alsan julian gk nyentuh sesil.. apa karena itu doang.
cindyoonyul #2
Chapter 5: Terimakasih udh update ceritanya. Aku suka banget dgn kaiseul di cerita ini.. semoga part selanjutnya segera di update ya..
AinunJariyaaah #3
Chapter 3: Julian kayak yg parno gitu ya gara2 auntie nya yg meninggal pas melahirkan:(
merrind
#4
Chapter 2: Oh jadi Julian gak mau nyentuh Seychelle karena gak takut Seychelle meninggal seandainya lahiran?
Yaampun Julian....
AinunJariyaaah #5
Chapter 2: Scene pas perjamuan makan itu bikin flashback ke ff yg the dark path (idk its just me or lol haha JADI KANGEN HEU) terus percakapannya juga bikin nahan ketawa sendiri. Shane juga pleaseu humor sense nya wkwk. Dan julian why you berbohong:(
Ditunggu next updatenya hehe. Fighting authornim
AinunJariyaaah #6
Chapter 2: Finally author-nim update. Craving for your update tbh hehee
merrind
#7
Chapter 1: Oh ya pengen tau nama panjang shane dong? Shane Irving doang atau adalagi? Hehehe
merrind
#8
Chapter 1: Yaampun kenapa shenstal manis banget si?? Jadi tambah ngeship kan huhuhu.. gak sabar liat mereka nikah tapi masih jauh ya?
Itu julian kenapa si? Jan bilang masih kepikiran krystal?
Ditunggu updatenya, fighting!
AinunJariyaaah #9
Chapter 1: Suka banget interaksi shane krystal aaa bikin senyum2 sendiri wkwkwk