[#9] Don't Wanna Lose You

Description

Prompt: Noah - Separuh Aku
  Genre: , Romance, Marriage Life, Angst
  Rate : T
  Summary : Hari itu adalah hari yang sedang dipenuhi oleh kebahagian serta cinta yang besar bersama Baekhyun. Chanyeol hanya menjalaninya seperti biasa. Namun, ada satu hal diluar dugaannya. sesuatu terjadi begitu saja tanpa ada kata permisi. Membuat kehidupan Chanyeol hancur berkeping-keping dalam hitungan detik. Satu hal yang Chanyeol tidak pernah ingin terjadi adalah, Chanyeol tidak ingin kehilangan Baekhyun. 
  
  
  #ChanBaekRoom1stAnniv #CBR_GAMEFF

Foreword

Other Cast : Kyung Soo, Sehun, dan Kai. (EXO) *Kris,Cuma selewat.

a/n : terinspirasi dari lagu "Noah - Separuh Aku". Mungkin ini adalah ff oneshoot terpanjanggggggg yang pernah dibuat dan mungkin juga alur ceritanya sedikit gaje-,-. Ini juga debut ff pertama genre dengan cast favorite shipper ChanBaek-ku :"v entah ceritanya nyambung sama lagunya atau engga, tapi ketika kau membaca liriknya berulang-ulang dan terbayanglah si suara hati itu memanggil ff ini untuk dikembangkan.

FF pertama ini juga yang aku coba pertandingkan di @chanbaek_room, Semoga kalian bisa menikmati ff terpanjang yang aku buat ini. Mohon dukungannya semuanya.
Bacanya pelan-pelan aja ya :"v don't forget for commented or review or voted or favorite or everything do you want on this story for supporte me.
.
.
.
.
.
.
Mentari pagi kembali menyapa. Menerangi setiap daratan dan lautan yang mampu ditembus oleh sinar hangatnya untuk memulai segala aktivitas hari minggu yang penuh dengan kebahagiaan ini.

Sinarnya masuk menyinari salah satu jendela apartement milik sepasang kekasih yang sah pada bagian kamarnya. Tapi, hal itu tidak mempengaruhi salah seorang dari mereka yang masih terlelap ditidurnya dalam dekapan sang kekasih.

Chanyeol sudah bangun sedari tadi. Namun, Chanyeol masih belum mau melakukan hal apapun kecuali memandangi Baekhyun yang masih setia menutup matanya padahal jam sudah menunjukan waktu untuk sarapan pagi.

Chanyeol tersenyum melihat malaikat kesayangannya yang masih terpancar kecantikkannya dalam keadaannya yang tenang seperti ini. Lantas, Chanyeol kembali memutar waktu dimana semalam ia mengatakan kepada Baekhyun bahwa hari ini ia tidak ada aktivitas apapun dikantor dan berencana akan menghabiskan waktu hari ini berdua bersamanya.

Baekhyun cukup terkejut ketika mendengar perihal itu hingga mereka mulai menghabiskan waktu mereka dari semalam. Menggunakan banyak waktu yang harusnya digunakan untuk istirahat dengan digantikan untuk bercinta panas dan liar sebagai jaminan dalam perjanjian hari ini.

Jemari Chanyeol mengusap pelan rambut Baekhyun yang halus kearah belakang, menghasilkan kerutan kecil pada dahi Baekhyun yang mulai terusik dalam ketenangan tidurnya.

"khm...sebentar lagi, Chan." Suara serak khas bangun tidur Baekhyun terdengar meskipun lemah. Baekhyun menggeliatkan tubuhnya sebentar dan menenggelamkan kepalanya lebih dalam pada leher Chanyeol yang hangat. Mencari posisi nyamannya untuk kembali melanjutkan tidurnya.

Baekhyun memang kelelahan. Bukan hanya melayani nafsu Chanyeol semalam. Tapi, karena kemarin ia juga harus menghandiri beberapa Fansigh untuk mempromosikan buku hasil karyanya yang kelima. Hari ini ia langsung mengosongkan jadwalnya dengan bantuan manager ketika semalam ia mendapat kabar baik itu dari Chanyeol. Baekhyun bahkan sudah mengatur aktivitas sehariannya ini bersama Chanyeol semalam.

Hati Chanyeol menghangat mendengar namanya dipanggil oleh bibir manis milik Baekhyun. Chanyeol sangat merindukkannya minggu-minggu ini. Padahal setiap kali Chanyeol pulang kerja pada jam larut, Baekhyun selalu menantinya diruang depan. Meminta Chanyeol untuk mandi terlebih dahulu sebelum mengucapkan selamat malam untuk tidur.

Karena, hal itu membuat Chanyeol menginginkan jika malam tiada pernah berakhir. Agar tiada waktu yang bisa menghentikannya ketika Chanyeol bersama Baekhyun sedang menyalurkan segala kerinduan hatinya satu sama lain.

"Bangunlah, Baek." Chanyeol mengusap rambut belakang milik Baekhyun sampai terlihat sedikit kusut dan itu membuat Baekhyun sedikit kesal karena Baekhyun sangat sensitif jika berkaitan dengan hal rambutnya. Bahkan, Baekhyun bisa pergi ke salon dua hari sekali hanya untuk mencuci rambutnya yang pendek.

"Chanyeol, aku belum keramas."

"O ow..." mendengar penuturan itu dari Baekhyun, Chanyeol langsung melepaskan tangannya dari rambut Baekhyun dan menghirup jari-jarinya untuk menyium bau yang masih harum sisa shampoo yang Baekhyun sering gunakan di salon. "...Tapi, kau masih wangi." Dengan begitu, Chanyeol mencium pucuk kepala Baekhyun untuk beberapa waktunya.

Baekhyun mengangkat dagunya ketika Chanyeol melepaskan kecupan diatas kepalanya dan melihat kekasih tampannya yang sedang tersenyum ke arahnya, "Kenapa disitu?" Baekhyun merenggut kecil.

Chanyeol menaikan alisnya meminta penjelasan lebih atas pertanyaan Baekhyun.

"Kenapa kau hanya mencium kepalaku?"

Chanyeol tertawa dan mencubit kecil pipi Baekhyun dengan gemas, "Jangan membuat raut wajah seperti itu, Baek. Jadi, apa yang kau inginkan dariku pagi hari ini?"

Baekhyun menatap kedua mata Chanyeol bergantian sebelum akhirnya ia memejamkan matanya dan mengerucutkan bibirnya lucu.

Chanyeol yang mengerti tingkah Baekhyun, tanpa basa-basi apapun lagi, Chanyeol mendaratkan kecupan singkatnya pada bibir Baekhyun. Menghasilkan sebuah senyuman lebar dari bibir yang baru saja ditinggalkan kecupan disana. "Sekarang ayo kita sarapan." Chanyeol bangun dari tidurnya dan hendak menurunkan kakinya dari kasur jika saja Baekhyun tidak menarik tangannya untuk menghentikan pergerakannya.

Chanyeol menolehkan kepalanya pada Baekhyun yang masih dalam posisi tidurannya.

"Gendong?"

Chanyeol mendudukan dirinya pada ujung kasur dengan memunggungi Baekhyun dan memberi kode padanya untuk segera naik keatas punggungnya.

Baekhyun kembali tersenyum lebar dan langsung menyibakkan selimut yang menutupi dirinya untuk segera naik keatas punggung Chanyeol.

Baekhyun melingkarkan kedua tangannya pada leher Chanyeol dan membiarkan telapak tangan Chanyeol menahan berat badannya pada pantatnya ketika Chanyeol mulai berdiri dan berjalan meninggalkan kamar untuk ke meja makan.

Baekhyun didudukan pada salah satu kursi meja makan sedangkan Chanyeol menghampiri lemari es untuk mengambil susu kotak rasa stoberi favorite Baekhyun untuk diberikan kepadanya sebelum akhirnya Chanyeol menyibukan diri didapur.

Sambil menghisap susu kesukaannya melalui sedotan, Baekhyun menopang sebelah pipinya untuk menikmati pandangan yang begitu seksi dari Chanyeol yang sudah memakai apron pada bagian pinggangnya untuk mulai memasak sarapannya pagi ini.

Biasanya Baekhyun yang menyiapkan semua itu, tapi sebelumnya karena Chanyeol yang meminta Baekhyun untuk diam saja dikursi, jadilah Baekhyun disuguhi pemandangan kekasihnya disana. Membuatnya semakin mencintainya, apalagi ketika Chanyeol membalas tatapannya dengan sebuah senyuman terukir pada wajahnya.

Ingin sekali rasanya Baekhyun berlari menghampiri Chanyeol untuk menyentuhkan tangannya pada bagian lengan atas Chanyeol begitu Chanyeol menggulung ujung bajunya yang pendek hingga sampai pundaknya. Memperlihatkan otot-otot tangannya begitu Chanyeol mulai mencincang daging ayam dengan menggunakan dua bilah pisau masing-masing satu pada kedua tangannya.

Oh Tuhan, Chanyeol benar-benar seksi.

Baekhyun menghentikan hisapannya pada sedotan dan menetralkan sebentar detak jantungnya yang mulai terpacu hanya karena melihat Chanyeol dari jarak 4 meter saja, "Chanyeol, aku merubah keinginanku untuk pergi ke pantai saja hari ini."

Chanyeol sedang menuangkan saus special buatannya sendiri pada wajan pipih untuk dicampurkan dengan daging cincangannya sebelum menyahut suara Baekhyun, "Ide bagus. Tidak apa-apa jika kita tidak ke Supreme?"

Baekhyun menggelengkan kepalanya, "Aku masih bisa mengeceknya pada situs web."

"Baiklah kita akan berangkat setelah kita sarapan dan segera bersiap."

"Tapi sebelumnya aku ingin ke salon untuk mencuci rambutku." Jari-jari Baekhyun menyisir rambutnya yang sebenarnya masih halus dan wangi menurut Chanyeol.

"Rambutmu masih wangi, Baek. Aku sudah mengatakannya bukan? Lagi pula kau akan bermain air dipantai."

"Aku bisa mencucinya lagi." Sahut Baekhyun tidak mau kalah. "Aku tidak nyaman, Chanyeol."

Chanyeol hanya bisa menghela napasnya ketika Baekhyun sudah merajuk seperti itu. Dalam waktu tertentu mungkin Chanyeol masih bisa tertawa melihat Baekhyun seperti itu, namun kali ini Chanyeol hanya bisa menyerah pada keinginan Baekhyun. "Baiklah, baiklah, kita ke salon setelah ini."

**

Chanyeol mengecek jam tangannya lagi. Sudah terhitung 45 menit Chanyeol menunggu Baekhyun_yang sedang mencuci rambutnya_disalon langganan Baekhyun. Chanyeol sudah mencoba menghilangkan rasa bosannya dengan membaca majalah yang disediakan, menikmati fasilitas wi-fi, dan mendengarkan musik, tapi semua itu masih tetap membuatnya bosan.

Sesekali Baekhyun akan melihat Chanyeol dari pantulan cermin dihadapannya dan Chanyeol hanya bisa tersenyum untuk memberikan tanda bahwa ia masih ada disini dalam keadaan baik-baik saja. Dengan begitu, Baekhyun akan memejamkan matanya dan menikmati pijatan dikepalanya kembali.

Ponsel Chanyeol bergetar pada pegangan tangannya. Nama Do Kyung Soo tertera pada layar ponselnya. Chanyeol sempat melihat Baekhyun sebentar sebelum akhirnya ia menjawab panggilan Kyung Soo pada getaran ke tiga.

"Hallo, Kyung Soo."

Kyung Soo adalah sekertaris Chanyeol... "Chanyeol, meeting bersama Kris dari Wu Finence berubah jadwal menjadi hari ini pada jam 1 siang di kantor."...yang pernah membuat Chanyeol sempat menyukainya jika saja Chanyeol belum menikah dengan Baekhyun.

"Kyung, aku sedang bersama Baekhyun. Aku sudah mengatakannya padamu jika hari ini aku mengundurkan semua pertemuanku." Chanyeol memelankan suaranya agar tidak sampai pada telinga Baekhyun yang masih memejamkan matanya disana.

"Bagaimana dengan Kris Wu? Kau dan Kris sudah menandatangani kontrak selama 6 bulan untuk bekerjasama."

"Disana tertera bahwa pertemuan kita adalah besok dikantornya."

"Kris mengatakan kau tidak melihat dibagian bawah surat tertera bahwa waktu dan tempat bisa berubah sesuai kebutuhan."

"Tapi, kali ini aku lebih membutuhkan Baekhyun." Secara tidak sadar, Chanyeol menaikkan sedikit nada suaranya, membuat Baekhyun menyadari bahwa Chanyeol sedang berbicara memanggil namanya.

"ada apa Chanyeol?" dengan mata yang masih terpejam Baekhyun mendengar bahwa Chanyeol memanggil namanya. Itu saja. Tanpa Baekhyun mendengar sisanya. Dan, itu sempat membuat Chanyeol kualahan karena tidak menyimak perkataannya sendiri.

Chanyeol menjauhkan sedikit ponsel dari telinganya, menyadari jika Baekhyun seperti bertanya kepadanya, "Baek, kau memanggilku?"

"Kau yang memanggilku."

"O-oh, begitukah? Sepertinya kau salah dengar, Baek."

Tidak ada sahutan setelahnya.

Chanyeol menghela napasnya sejenak dan kembali berbicara dengan Kyung Soo yang sepertinya, sedari tadi Kyung Soo mengatakan sesuatu yang panjang ketika Chanyeol berbicara dengan Baekhyun, dan tentu saja itu membuat Chanyeol tidak menyimak apapun dari Kyung Soo.

"...Bagaimana?"

"Katakan pada Kris bahwa pertemuan kita tetap jatuh pada hari esok seperti perjanjian sebelumnya. Jika, Kris menolak..., batalkan saja semua perjanjiannya."

"Baik kalau begitu."

"Oh, Kyung, aku ingin kau melakukan satu hal."

"Apa?"

"Pilihkan sebuah villa, lengkap dengan semua fasilitas dekat dengan Pantai Jungmun, Pulau Jeju. Aku akan menginap disana."

"bersama Baekhyun?"

"Tentu saja."

"Baik, aku akan mengirimkan e-mail setelah selesai."

"Terima kasih."

10 menit berlalu,

Akhirnya, ketika suara pengering rambut itu mulai dinyalakan, Chanyeol mati-matian menyembunyikan senyumannya., mengetahui jika penantiannya sebentar lagi akan berakhir.

Baekhyun terus memperhatikan rambutnya yang sedang dikeringkan dan ditata dengan rapih dengan berponi. Staff langganan Baekhyun memang selalu menjadi kepercayaannya dalam menata rambutnya. Begitu Baekhyun memberi isyarat dengan menggunakan jarinya, kemana rambutnya harus terarah, ia akan mengerti dan melakukan keinginan Baekhyun.

Begitu selesai, Baekhyun membungkukkan dirinya mendekat pada cermin dan menggelengkan kepalanya cepat untuk sedikit bermain dengan poninya yang baru. Setelah puas, Baekhyun berbalik menghampiri Chanyeol yang sedang sibuk dengan ponselnya.

Dengan percaya diri, Baekhyun mengambil ponsel Chanyeol dan duduk pada pangkuannya, mengalungkan kedua tangannya pada Chanyeol dengan matanya yang bertemu dengan mata Chanyeol. "Kau selingkuh?"

"Tidak."

"Sungguh? Lalu, apa yang sedang kau lihat?"

"Kau tidak mau memastikannya sendiri?"

Baekhyun menyipitkan matanya curiga dan kemudian mengecek ponsel Chanyeol dihadapannya.

Chanyeol sedang membuka galeri fotonya, melihat satu persatu foto dirinya saat tadi rambutnya sedang dikeringkan. Bahkan, ada fotonya ketika dirinya sedang tidur dengan menggunakan masker wajah dengan dua mentimun dikedua matanya. Dan, foto itu tidak hanya ada satu ataupun dua. Mereka sangat banyak.

"Chanyeol..."

"Baekhyun."

"Tidak mau berfoto seperti ini bersamaku?"

Chanyeol mengambil ponselnya dari tangan Baekhyun. Mengoperasikan ponselnya untuk program kamera depan dan menjauhkan tangannya layaknya tongkat narsis. "Say, strawberry..."

Dengan begitu, Baekhyun langsung menyambar pipi Chanyeol untuk diciumnya tepat ketika Chanyeol menyentuh tombol tangkapan layar kamera.

"Akan aku jadikan sebagai lock screen-ku yang baru."

Baekhyun tersenyum senang mendengarnya dan matanya tidak berpaling sama sekali dari wajah Chanyeol yang masih memamerkan sederet gigi putih miliknya. "Aku mencintaimu." Bisik Baekhyun tulus.

Chanyeol menolehkan kepalanya menghadap Baekhyun, matanya langsung bertemu dengan mata melengkung milik Baekhyun, "Aku juga."

Senyuman Baekhyun semakin lebar setelah mendengarnya, dan karena Chanyeol tidak ingin Baekhyun merobek bibirnya sendiri karena tersenyum terlalu lebar, jadilah Chanyeol mencium bibirnya dalam beberapa detik.

"Baiklah, sekarang kita pergi." Chanyeol membantu Baekhyun untuk berdiri.

Dengan berpegangan tangan, Chanyeol dan Baekhyun meninggalkan salon menuju parkiran.

"Chan, tadi aku seperti melihat kalau kau sedang menelpon seseorang." Ujar Baekhyun begitu pintu mobil untuknya baru saja dibuka oleh Chanyeol.

Chanyeol menyandarkan sebelah bahunya pada mobil, "Kau ingin tau sesuatu tentang apa?"

Baekhyun tau jika Chanyeol tidak pernah berbohong, apalagi menyembunyikan sesuatu darinya. Tetapi, akhir-akhir ini, sekertaris Chanyeol yang baru, yang Baekhyun ingat Chanyeol pernah memanggil namanya dengan sebutan 'Kyung', sering sekali menelponnya. Entah, pagi dini hari atau tengah larut malam.

Mungkin mereka berbincang tentang sebuah pekerjaan, tetapi kemarin, Baekhyun sempat mengangkat panggilan dari Kyung saat Chanyeol sedang mandi, dan Baekhyun ingat betul bahwa Kyung langsung bertanya, 'Kau sudah dirumah? Apa ada Baekhyun disana?' dari situ, kecurigaan Baekhyun terhadap Chanyeol mulai tertanam.

Tetapi, Chanyeol tidak pernah mengatakan apapun tentang hal lain yang berkaitan dengan Kyung.

"Baek..." Chanyeol mengguncang pelan bahu Baekhyun ketika Baekhyun hanya terdiam memandangi dirinya.

Baekhyun mengedipkan matanya beberapa kali dan memfokuskan pandang matanya kepada Chanyeol yang terlihat sedang mengkhawatirkannya. "A-ahh...itu...mmm..." siapa yang menelponmu tadi? "...apa ada orang kantor yang menelponmu?"

Chanyeol menarik pinggang Baekhyun untuk mendekat kearahnya dan sedikit menundukan kepalanya untuk tetap menjaga kontak matanya dengan Baekhyun, "hanya sekertarisku."

Dia lagi. "dia mengatakan apa?"

"Tentang kerjasama-ku dengan Kris Wu, investor dari China yang ku ceritakan beberapa hari lalu."

"Apa ada hal lain?" Hati Baekhyun masih belum tenang mendengar jawaban yang sesingkat itu.

Chanyeol mengecup kening Baekhyun sekilas, "Apa yang kau curigai, Baek?"

Chanyeol selalu tepat menanyakan suatu hal yang mengganjal dalam perasaan Baekhyun yang tidak terungkap, seperti mudah terbaca hanya dari sebuah pandangan. "Aku hanya tidak merasa nyaman dengan sekertaris barumu."

"Apa dia mengganggumu?"

Baekhyun menggeleng lemah, "Tidak. Tapi, dia mengganggumu." Baekhyun melepaskan tangan Chanyeol pada pinggangnya, dan masuk ke dalam mobil dengan menutup pintunya sendiri.

Chanyeol mengerutkan dahinya heran. Merasakan jika Baekhyun bersikap tidak seperti biasanya. Apalagi dengan menghindari topik pembicaraan yang belum selesai. Sebelumnya, mereka sudah berkomitmen untuk tidak pernah menghindari suatu masalah sebelum masalah itu sudah terpecahkan. Tapi, kali ini Chanyeol yang masih dalam kebingungannya, didiamkan begitu saja oleh Baekhyun yang sedang sibuk memainkan ponsel miliknya didalam sana.

Chanyeol mengitari setengah dari mobilnya dan mengambil alih kursi kemudi dengan Baekhyun disampingnya.

Baekhyun masih tetap diam.

"Baek..."

"Jalankan saja mobilnya."

Chanyeol semakin mengerutkan dahinya. Merasa diacuhkan oleh Baekhyun karena sebuah ponsel. Chanyeol tidak menyukainya. Dengan begitu, Chanyeol mengambil ponselnya dari Baekhyun dan menyembunyikannya, menuai protes dari lawannya yang tengah menatapnya dengan kesal, "Apa yang sedang mengganggu pikiranmu?"

Mata Baekhyun berkilat amarah, namun terlapis oleh bening air mata yang perlahan terkumpul dalam kantung matanya.

"Do Kyung Soo? Sekertaris baruku?"

Tebakan Chanyeol kembali tepat sasaran dan membuat Baekhyun menendang kakinya dengan keras menyentuh dashboard karena terlalu kesal mendengar nama lengkap itu disebut.

"Baek, kau tau dia hanya sekertarisku?"

"Tapi, apa perlu seorang sekertaris menelponmu sesering itu?!"

Chanyeol terdiam mendengar suara Baekhyun yang tiba-tiba meninggi, memenuhi seluruh ruang dalam mobil.

"Apa begitu penting untuknya menanyakan bahwa kau sudah ada dirumah dan mengetahui apa aku bersamamu atau tidak? Begitukah tugas seorang Kyung yang kau sebut sebagai sekertarismu?" Napas Baekhyun mulai tersedat dan tak beraturan. Bercampur dengan rasa emosi dengan sedih yang datang dalam satu waktu yang sama.

"Baek, dia memang sering menanyakanmu bahkan tentang kesehatanmu. Bahkan, dia ingin mengetahui lebih tentang dirimu. Dengan begitu, dia bisa lebih mudah mengerti tentang apa kebutuhan yang kau inginkan hanya dengan menyebutkan kata kuncinya saja." Suara Chanyeol melembut ditengah panasnya hawa tubuh Baekhyun, "Dia hanya menjalankan tugasnya dengan baik, Baek. Dia sekertaris terbaikku yang pernah ku pekerjakan."

Baekhyun memejamkan matanya dengan mengaliri air matanya. Hatinya terasa panas bahkan sampai menyesakkan dadanya. Baekhyun menyayangi Chanyeol. Ia tidak pernah ingin sekalipun kehilangannya. Dalam kondisi seperti ini, Baekhyun benar-benar merasa ketakutan. Perasaan aneh terhadap Kyung sungguh menghantui pikirannya yang membuatnya menjadi tidak tenang.

"Maafkan aku jika aku membuatmu kecewa, tapi itu adalah kenyataan yang sebenarnya agar kau tidak salah paham dengan situasi seperti ini."

"Tapi, aku takut, Chanyeol." Baekhyun mengangkat dagunya yang berat untuk menatap Chanyeol. Matanya sudah memerah dengan air mata yang terus membanjiri pipinya. Baekhyun memiliki bagian tubuh yang sangat sensitive untuk bersentuhan dengan hal apapun.

"Apa yang kau takuti, Baek?"

"Aku...aku takut kehilanganmu."

Chanyeol tidak tahan melihat Baekhyun yang sudah dalam kondisi kacau seperti ini. Dengan wajahnya yang muram karena rasa takut seperti yang dikatakannya benar-benar jelas tergambar disana. "Bagaimana caranya agar aku membuktikan bahwa aku akan selalu tetap bersamamu?"

"Aku tidak tau. Tapi, aku sungguh tidak nyaman dalam situasi yang seperti ini."

Chanyeol mengusap lembut kedua pipi Baekhyun, menghapus jejak air mata Baekhyun yang terus mengalir membasahi pipinya, "Semua itu pasti akan berlalu jika kau mau menerimanya." Chanyeol meraih telapak tangan Baekhyun untuk dikecupnya dengan penuh rasa kasih sayang dan kembali menatap lekat kedalam sorot mata Baekhyun yang sudah mulai tenang, "Percayalah padaku."

**

Baekhyun berlari mendekati bibir pantai. Membiarkan hembusan angin kencang bertiup dari ujung kepala hingga kakinya yang membuat tubuhnya hampir terbawa tiupan angin. Baekhyun merentangkan kedua tangannya lebar dan memejamkan matanya menikmati suasana bebas dipantai yang tidak begitu ramai pengunjung serta berteriak sekuat tenaga menghilangkan sejenak beban pikirannya.

Chanyeol berjalan mendekat kearahnya dan tersenyum melihat Baekhyun yang sedang terdiam dengan posisinya yang seperti itu. Begitu Chanyeol berada dibelakang punggung Baekhyun, ia langsung melingkarkan kedua tangannya pada tubuh Baekhyun, membiarkan kepala Baekhyun bersandar dengan nyaman didadanya.

"Kau senang?" bisik Chanyeol lembut pada lehernya.

Baekhyun menyentuh tangan Chanyeol yang mengunci tubuhnya dalam dekapannya dan menolehkan kepalanya pada Chanyeol yang sedang berada dalam jarak terdekatnya, "Kau selalu membuatku senang."

"Begitukah?" Chanyeol mencium ujung hidung Baekhyun, "Jadi, kau hanya menikmatinya saja?"

"Lalu apa yang harus ku lakukan?"

Chanyeol melepaskan pelukannya pada Baekhyun dan mundur selangkah demi selangkah menjauhi Baekhyun yang sedang menatapnya heran, "Bagaimana jika aku pergi?"

"Kau tidak akan pergi." Sahut Baekhyun tidak berminat sambil mengangkat bahunya.

Chanyeol semakin menjauhi Baekhyun, "Bagaimana jika aku tidak kembali?"

"Kita akan bersama, Chanyeol."

"Kau yakin?" Chanyeol berhenti melangkah dan terdiam ditempatnya yang sudah berjarak 7 meter dari Baekhyun. "Ku rasa, aku disini hanya akan mengganggumu."

"Tidak Chanyeol..."

"Tidak, Baek. Aku harus pergi. Bye..." Chanyeol memutar tubuhnya dengan cepat dan kemudian berlari yang semakin membuatnya semakin jauh dengan Baekhyun.

"Sialan!" Baekhyun dengan kesal berlari mengejar Chanyeol dibelakangnya. Meski Baekhyun tau, ia tidak bisa berlari dengan baik tetapi ia berusaha untuk tidak membiarkan Chanyeol pergi darinya. Baekhyun tidak akan pernah mau berpisah dengannya, apa lagi dengan cara seperti ini. Hanya dengan Chanyeol pergi ke kantor pun Baekhyun perlu menghubunginya satu jam sekali, apalagi jika perpisahan diantaranya benar-benar terjadi.

Baekhyun saja tidak sanggup untuk membayangkan dirinya berjauhan dengan Chanyeol. Dan kemungkinan ia akan lebih memilih jalan mati dari pada membiarkan Chanyeol melepaskan dirinya dari kehidupannya. "Hei, Chanyeol berhenti! Yak!"

Chanyeol menengok kebelakang untuk melihat Baekhyun yang sedang kesusahan berlari mengejarnya. Chanyeol tertawa puas dalam hati dan memelankan larinya kemudian memutar badanya dan berlari mundur. "Kenapa kau mengejarku? Kau disana saja menikmati hari indahmu."

"Aku tidak peduli." Teriak Baekhyun penuh amarah. "Berhenti Chanyeol."

"Tangkap aku baru aku akan berhenti."

Baekhyun berdesisi keras, menimbulkan gelak tawa dari Chanyeol yang semakin lama semakin memelankan langkah kakinya, membiarkan Baekhyun berlari untuk semakin mendekat kearahnya.

Begitu Baekhyun berada didekat Chanyeol, Baekhyun mengulurkan kedua tangannya untuk meraih Chanyeol. Tapi, Chanyeol malah membuat wajah yang menyebalkan,membuat Baekhyun semakin geram untuk menangkapnya.

Chanyeol meraih kedua telapak tangan Baekhyun, mengeratkan sela-sela jarinya dan menahan Baekhyun yang terus mendorong dirinya agar bisa memeluk tubuhnya. Chanyeol tidak akan dengan mudah memberi kesempatan pada Baekhyun untuk memeluknya. Melihat Baekhyun yang sedang kesulitan melawan tenaga Chanyeol saja membuat Chanyeol terhibur dan ia menyukai bagaimana Baekhyun bertingkah lucu seperti ini.

"Chanyeol, lepaskan tanganku." Baekhyun masih berusaha mendorong Chanyeol agar pria besar itu terjatuh. Dengan begitu, Baekhyun akan dengan mudah mencubit pipi Chanyeol dengan mudah

"Kau fikir aku mau?" Chanyeol tidak bisa lagi menyembunyikan senyumannya untuk tertawa melihat Baekhyun yang terus mengeluh untuk berusaha melepaskan dirinya dari cengkraman tangan Chanyeol.

Baekhyun menatap tajam pada Chanyeol, meski pandangannya sedikit terhalang oleh ujung poni rambutnya yang baru, tidak membuat Baekhyun berhenti untuk menatap Chanyeol seperti itu. Tapi, beberapa detik kemudian, raut wajah Baekhyun berubah menjadi kesakitan. "Yak! Yak, tanganku...Chanyeol tanganku."

Chanyeol berhenti tertawa dan terdiam begitu Baekhyun memperingati dirinya bahwa sesuatu telah terjadi pada tangannya. Chanyeol tau bahwa Baekhyun memiliki kulit yang sensitive, dengan begitu Chanyeol cepat-cepat melihat telapak tangan Baekhyun untuk mengetahui apa yang membuat pria kecil kesayangannya itu kesakitan.

"Apa? Dimana yang terasa sakit?" Chanyeol menatap kedua telapak tangan putih Baekhyun secara bergantian dan semakin mendekatkan telapak tangan itu pada matanya.

"Di..." Baekhyun tersenyum jahat melihat Chanyeol yang tengah mengkhawatirkannya dan dengan sekali gerakan Baekhyun menarik leher Chanyeol agar pria jangkung itu membungkuk ke arahnya, "Kena kau, Chanyeol. Kau fikir aku akan membiarkanmu pergi, huh? Tidak akan!"

"A! A! Baek, Baek...aku tidak bisa bernapas."

"Ini adalah hukuman untukmu."

Chanyeol yang tidak pernah kehabisan ide, kemudian ia melihat kedua kaki Baekhyun yang menganggur dan otak jahilannya pun langsung aktif saat itu juga. Chanyeol memeluk kedua kaki Baekhyun, mengangkat tubuh kecilnya untuk dinaikkan ke atas bahunya.

"Chanyeol!!"

"Kau berisik, Baek." Chanyeol memukul pantat Baekhyun satu kali dan membuat si pemiliknya marah besar kepadanya. Tapi, Chanyeol tidak peduli. Chanyeol berjalan mendekati bibir pantai untuk menenggelamkan telapak kakinya pada dinginnya air pantai.

"Turunkan aku Chanyeol." Sedangkan, Baekhyun yang sedang diangkut olehnya, terus menggerakan kakinya mencoba menendang perut Chanyeol yang sama sekali tidak berhasil, dengan kedua tangannya yang memukul punggung Chanyeol yang seakan tidak berpengaruh apapun padanya. "Chanyeol, jangan ke air. Aku tau airnya dingin sekali."

"Kau harus menikmatinya, Baek." Chanyeol sudah menenggelamkan kakinya hingga selutut, membuat Baekhyun semakin panik ketika ujung jari kakinya terkena air pantai. "Ku fikir kau tadi mengatakan aku harus menurunkanmu?"

"Chanyeol, ke tepi. Turunkan aku ditepi." Telapak kaki Baekhyun sudah sepenuhnya tertutupi, "Chanyeol!! Airnya terlalu dingin."

Dengan tiba-tiba, Baekhyun melingkarkan kedua tangannya pada leher Chanyeol begitu Chanyeol akan menurunkan dirinya pada air sebatas pinggang Chanyeol.

"Tidak, aku tidak mau. Chanyeol airnya dingin sekali." Baekhyun merengek sedih kepada Chanyeol dan membiarkan dirinya menggantung pada tubuh Chanyeol karena kakinya sudah tenggelam dalam air. Oh, Baekhyun menyesal menggunakan celana pendek, membuat air dingin itu langsung bersentuhan dengan kulitnya yang tidak menerima rasa dingin yang berlebih.

"Baek, lihat aku."

"Bawa aku ke tepi." Baekhyun menggelengkan kepalanya cepat. Masih menggerakan tubuh Chanyeol agar Chanyeol mau mengangkat Baekhyun kembali dan membawanya menjauh dari air yang semakin membuatnya kedinginan.

Chanyeol merengkuh kedua pipi Baekhyun, sesaat membuat Baekhyun terdiam untuk menatapnya. Chanyeol tau Baekhyun kedinginan saat ini, dengan melihat bibir Baekhyun yang sudah bergetar, itu menandakan bahwa Baekhyun benar-benar kedinginan. Tapi, dengan begini, Baekhyun bisa melupakan hal apapun yang membuatnya kesal. Chanyeol tau itu.

Baekhyun menatap kedua mata Chanyeol bergantian dengan penuh harapan. Ia seperti terhipnotis oleh pandangan teduh dari Chanyeol, seolah pandangan itu mengaliri kehangatan keseluruh tubuhnya.

Chanyeol melihat kedua mata Baekhyun yang mulai berkaca-kaca,

"Chanyeol..." mendengar lirihan suara Baekhyun itu membuat kendali diri Chanyeol hancur berkeping-keping. Dengan begitu, Chanyeol langsung mempertemukan bibirnya dengan Baekhyun dalam-dalam.

Membiarkan rasa hangat dari mentari siang hari bercampur dengan air dingin dari pantai yang membasahi mereka berdua, bersatu dalam rasa yang menenangkan dalam ciumannya yang intim.

Baekhyun mencengkram pundak Chanyeol dengan keras. Ini bukanlah waktu yang pas untuk mereka berciuman. Setidaknya tidak didalam air yang seperti es mencair. Baekhyun benar-benar merasa jika ia akan membeku. Karena kedua kakinya tidak bisa digerakan lagi seperti tadi.

Sedangkan, Chanyeol sama sekali tidak menyadarinya. Chanyeol seperti orang kerasukan vampire ketika Chanyeol menghisap penuh bibir Baekhyun hingga Baekhyun tidak sanggup untuk membuka matanya.

Namun, mereka juga tidak pernah tau, jika seseorang tengah memperhatikan setiap gerak-gerik mereka dari kejauhan yang tidak akan pernah mereka sadari dengan cepat. Merencanakan sesuatu yang tidak pernah mereka ketahui akan menjadi seperti apa jika rencana itu berjalan sesuai keinginannya.

Ia hanya ingin sebuah keadailan didalam hidupnya. Dengan ia melihat jika Chanyeol dan Baekhyun bisa hidup bahagia seperti yang ia saksikan saat ini, benar-benar membuatnya muak menerima kenyataan.

.

Chanyeol menggendong Baekhyun dipunggungnya. Membawanya ke tepi untuk menjauh dari air. Baekhyun menenggelamkan pipinya dalam-dalam pada leher belakang Chanyeol dengan kedua tangannya yang hanya ia biarkan menggantung dari pundak Chanyeol.

Sedari tadi Baekhyun tidak berhenti meracau tentang betapa bodohnya dirinya membiarkan kaki Baekhyun menjadi kaku hanya karena mereka berciuman dengan waktu yang lama. Baekhyun bahkan tidak habis fikir kenapa Chanyeol tidak menyadarinya yang hanya diam tidak melakukan apapun karena tidak tahan lagi berlama-lama dalam air. Ketika Baekhyun menanyakan penjelasannya kepada Chanyeol, tapi Chanyeol hanya menjawab "ku fikir kau menyukainya." Dia memang benar-benar bodoh!

"Baek..."

"hmm..."

Kaki Chanyeol sudah menapaki daratan, "Pegangan yang benar."

"Aku sudah pegangan."

"ke leherku. Pegangan ke leherku."

Baekhyun menghela napasnya kasar, namun meski begitu Baekhyun tetap melakukannya, tapi Baekhyun hanya meraih sikut tangannya satu sama lain. "Sudah."

"kau ingin makan siang atau ke villa saja?"

"aku tidak tau."

Chanyeol mengedarkan pandangannya sebentar, mencari tempat makan yang tidak jauh darinya dengan makanan yang tidak mengaitkan tema sea food. Karena, Baekhyun alergi makanan laut.

Chanyeol menurunkan Baekhyun pada salah satu kursi yang memiliki payung peneduh tertancap pada pertengahan meja makan. Chanyeol menggeser kursinya agar mendekat pada Baekhyun. Chanyeol mengerti jika saat ini Baekhyun ingin diberi perhatian lebih olehnya.

"Baik, sekarang kau ingin makan apa?" Chanyeol membuka buku menu diantara dirinya dengan Baekhyun. Namun, Baekhyun malah lebih memilih melihat pemandangan pantai yang biru pada siang ini.

"aku tidak tau."

Chanyeol mendengar keganjilan dari nada suara yang Baekhyun keluarkan. Chanyeol melihat kearah Baekhyun sebentar, dan kemudian mengikuti arah pandang Baekhyun yang Chanyeol tangkap bahwa Baekhyun tengah memperhatikan sepasang kekasih yang tengah bermesraan dekat dengan bibir pantai.

"Baek..."

"hmm..."

Baekhyun masih tidak memalingkan pandangannya dari pantai.

"Apa yang kau inginkan saat ini?"

"Aku tidak tau."

"berhenti mengatakan, aku tidak tau."

"Aku memang tidak tau. Perasaanku seperti terganggu saat ini." Baekhyun memang bisa merasakan suatu hal yang baik maupun yang buruk melalui firasatnya. Dan, sedari tadi, Baekhyun seperti merasa bahwa seseorang tengah berada disekitarnya sedang memperhatikannya. Awalnya, Baekhyun mengira bahwa ia tengah diikuti oleh hantu, namun Baekhyun menyangkalnya karena itu sangatlah tidak mungkin.

Chanyeol sedikit merasa lega dalam hati karena Baekhyun tidak sedang marah kepadanya. Baekhyun memang seperti ini jika sedang merasakan hal yang aneh_yang tidak bisa Chanyeol ketahui bagaimana rasanya_menimpa dirinya.

Chanyeol meraih kedua tangan Baekhyun yang mendapat perhatian penuh dari sang pemilik, "katakan apa saja padaku agar kau merasa tenang."

Baekhyun menatap dalam sorot mata Chanyeol yang menghangatkan tubuhnya, "Seseorang sedang mengikuti kita."

Chanyeol mengerutkan dahinya bingung, "banyak orang disini, Baek."

"bukan itu, Chanyeol. Ia memperhatikan kita." Baekhyun mencengkram jari-jari Chanyeol karena takut. Baekhyun juga ingin Chanyeol peka terhadap keadaan.

"Kau ingin pulang ke villa?"

"Aku tidak tau."

"Baekhyun..."

"Aku hanya takut jika sesuatu akan terjadi setiap kali kita melangkah, Chanyeol."

Chanyeol tidak bisa berfikir jernih saat ini. Sifat dirinya yang mudah marah karena sesuatu yang membuatnya jengkel jadi membuatnya tidak berpihak pada Baekhyun yang sedang mengharapkan perlindungan darinya.

"Baiklah, aku akan pulang. Terserah apakah kau ingin ikut denganku atau tidak." Chanyeol melepaskan tangannya dari Baekhyun dan pergi meninggalkan Baekhyun sendirian dimejanya.

"Chanyeol..." lirih Baekhyun memanggil Chanyeol yang sudah pergi menjauh darinya.

Baekhyun tidak tau sebenarnya rasa apa yang sedang mengganggu dirinya saat ini. Chanyeol bahkan pergi meninggalkannya, ini adalah kali pertama Chanyeol seperti ini. Dan, Baekhyun merasa dirinya sangat begitu menyedihkan.

.

Hari sudah menjelang sore. Sedari tadi Baekhyun belum mau beranjak dari tempat duduknya saat terakhir kali Chanyeol benar-benar pergi meninggalkannya. Baekhyun hanya ingin memiliki waktunya sendiri saat ini dan juga tidak ingin menemui Chanyeol entah karena apa. Firasatnya mengatakan jika Baekhyun bertemu Chanyeol maka akan ada sebuah kesalahpahaman yang semakin mendalam.

Baekhyun memikirkan hal itu disisa harinya. Ditambah dengan Baekhyun semakin yakin jika ada seseorang yang benar-benar mengikutinya hingga kesini. Bahkan, hingga detik ini Baekhyun masih merasakannya.

Percuma saja jika Baekhyun mengatakan hal yang lebih tentang apa yang dirasakannya saat ini kepada Chanyeol. Karena, Baekhyun tau bahwa Chanyeol tidak akan mengerti apapun tentang perasaannya.

Baekhyun baru saja akan menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi jika saja Baekhyun tidak merasakan bahwa seseorang telah menepuk pundaknya yang membuatnya terkejut.

"AH, terkejut aku." Baekhyun melebarkan matanya ketika ada seseorang disampingnya. Namun, begitu Baekhyun melihat bahwa seseorang itu hanyalah orang biasa, membuat Baekhyun menghela napas lega sambil menetralkan detak jantungnya yang mudah terpacu.

"Maafkan aku, Baekhyun-ssi."

"-ssi? Kau mengenalku?"

"ah~ izinkan aku memperkenalkan diriku. Aku Do Kyung Soo, sekertaris baru Chanyeol. Satu kehormatan bisa bertemu denganmu, Park Baekhyun-ssi."

Baekhyun memperhatikan Kyung Soo dari ujung kaki hingga ujung kepalanya. Memperhatikan setiap detail dari tubuhnya yang sempat Chanyeol puji beberapa waktu lalu. "Ya, senang bisa bertemu denganmu."

"Hari sudah menjelang malam, apa kau tidak ingin pulang?"

Baekhyun membenarkan bajunya yang sudah kering sejenak dan merapihkan rambutnya sebelum menyahut pertanyaan Kyung Soo, "Aku baru saja akan pergi."

"Baiklah, aku akan ikut denganmu."

Baekhyun mengerutkan dahinya curiga, "Kau mau kemana?"

"Tuan Chanyeol sudah mengatakan padaku jika ia memesan dua paket makan malam. Aku yang akan mengantarkannya."

Baekhyun memperhatikan tangan Kyung Soo yang sudah memegang kantong plastik yang sepertinya memang benar berisi makanan, dengan begitu tanpa berkata Baekhyun berjalan melewatinya untuk pergi pulang.

Letak villa penginapannya yang tidak terlalu jauh hanya sekitar 10 menit untuk berjalan, membuat Baekhyun dan Kyung Soo datang disaat tepat matahari benar-benar terbenam.

Perlu menaiki beberapa anak tangga untuk sampai ke teras depan pintu. Seperti kebiasaannya, Baekhyun selalu berpegangan pada pegangan tangga, dengan begitu Baekhyun akan berjalan dengan baik-baik saja.

Namun, tepat pada anak tangga terakhir, Baekhyun mendengar jeritan Kyung Soo yang begitu keras, membuat Baekhyun berbalik dan menemui Kyung Soo yang terjatuh hingga ke ujung tangga dengan makanan yang sebelumnya ia pegang kini berserakan disekitarnya.

"Kyung Soo..." pekik Baekhyun ikut terkejut.

Dengan cepat Baekhyun menuruni anak tangga kembali, mendekati Kyung Soo yang tergeletak lemas dan membantunya untuk mendapatkan posisi duduk.

"Kyung Soo, kau baik-baik saja? Apa ada yang terluka?"

"kakiku...sepertinya terkilir."

BRAK !!!
Suara pintu yang dibuka paksa terdengar begitu keras. Menampilkan Chanyeol yang sedang kepanikkan karena mendengar suara Baekhyun dan Kyung Soo dari luar.

"Kyung Soo..." Chanyeol menuruni akan tangga dengan cepat dan langsung menghampiri Kyung Soo yang kesakitan.

"Kyung, kau tidak apa-apa?" tanya Chanyeol cemas kepada Kyung Soo. Tidak memperdulikan Baekhyun yang ada disebrangnya sedang memperhatikan dirinya yang terlihat tidak seperti Chanyeol yang ia kenal sebelumnya.

"Aku tidak bisa berjalan."

"Sini biar aku bantu." Chanyeol mengalungkan lengan Kyung Soo pada lehernya, sedangkan Chanyeol menyelipkan lengannya untuk mengangkat kaki Kyung Soo pada belakang lutut dengan lengannya yang lain Chanyeol gunakan untuk menahan punggung Kyung Soo yang sudah ada dalam gendongannya.

Baekhyun kembali ditinggal oleh Chanyeol yang sudah menaiki tangga bersama Kyung Soo. Baekhyun hanya bisa menatap punggung Chanyeol yang sudah menjauhinya. Mati-matian menahan air matanya ketika mengetahui jika Chanyeol hanya memperhatikan Kyung Soo daripada dirinya.

Chanyeol menurunkan Kyung Soo pada sofa ruang depan. Chanyeol duduk disebelahnya dan menaikkan kaki Kyung Soo yang terkilir diatas pangkuannya.

"Apa disini terasa sakit?" Chanyeol menekan-nekan pergelangan kaki Kyung Soo, dan tidak mengetahui jika Baekhyun tengah memperhatikannya dari ambang pintu.

"Jangan ditekan, itu sakit sekali."

"Tahan sebentar oke?"

Baekhyun berdehem kecil, "Aku akan mengambil air hangat untuk mengompres kakinya."

Kalimat itu tidak mendapat respon sama sekali dari keduanya. Baekhyun melangkah menuju dapur tanpa mengharapkan dapat mendengar kalimat apapun dari Chanyeol yang sedang sibuk memijit kaki Kyung Soo.

"Bagaimana kau bisa terjatuh, Kyung?" Chanyeol masih memijit kaki Kyung Soo, namun perhatiannya kini berpaling pada wajah Kyung Soo.

"A-aku...a-aku tidak bisa mengatakannya." Kyung Soo menundukkan kepalanya seperti takut akan suatu hal.

"Katakan saja. Apa ini karena Baekhyun? Aku melihat jika Baekhyun bersamamu tadi."

Kyung Soo diam tidak mengatakan hal apapun, membuat Chanyeol cepat mengambil kesimpulan bahwa ini memang benar jika Baekhyun yang melakukannya.

Chanyeol tau jika Baekhyun tidak menyukai Kyung Soo, tapi kenapa Baekhyun sampai mencelakai Kyung Soo dengan cara seperti ini? apa ini tidak keterlaluan?

Baekhyun kembali ke ruang depan dengan membawa baskom dengan sapu tangan ditangannya, menaruhnya pada meja dan baru saja akan membasuh sapu tangannya jika saja Chanyeol tidak mencengkram pegelangan tangannya dengan kuat.

Baekhyun mendongak, melihat wajah Chanyeol yang dikeluti oleh emosi, "Chanyeol..."

"Kita harus bicara,.."

Belum sempat Baekhyun menatakan apapun, tangannya ditarik secara paksa oleh Chanyeol, membuat Baekhyun kualahan menyeimbangi langkah kakinya dengan Chanyeol didepannya.

Chanyeol membawa Baekhyun ke kamar dan menutup pintunya begitu keras ketika Baekhyun sudah ada didalam.

"Chanyeol, tanganku sakit."

Chanyeol berbalik menghadap ke arah Baekhyun dan menghempaskan tangan Baekhyun seolah ia telah memegang racun yang dapat mematikannya, "Apa maksudmu dengan melakukan hal seperti ini?!"

Baekhyun menatap tajam kearah Chanyeol yang seperti Chanyeol telah menuduhnya, "melakukan apa?"

"Kau yang membuat Kyung Soo terjatuhkan! Iya, kan?!"

"Aku tidak melakukannya. Kyung Soo jatuh dengan sendirinya."

"Jelas-jelas aku melihat kau bersama Kyung Soo disana." Suara Chanyeol semakin meninggi.

"Tapi, aku tidak melakukan apapun. Aku memang bertemu dengannya saat dipantai dan pulang bersama karena Kyung Soo membawa makan malam pesananmu."

Chanyeol mengalihkan pandangannya tidak tentu arah, berkacak pinggang menahan amarahnya yang sudah hampir meledak sebelum akhirnya Chanyeol semakin menatap tajam pada Baekhyun dalam jarak yang dekat, "Dengar. Aku tau kau tidak menyukai Kyung Soo, tapi tidak dengan cara picisan seperti ini, Baek."

Baekhyun tidak lagi bisa menahan air matanya yang membuat matanya semakin terasa panas. Mendengar Chanyeol yang menuduhnya jika ia yang mencelakai Kyung Soo, benar-benar membuat hati Baekhyun merasa panas dengan sikap Chanyeol yang seperti ini.

Chanyeol bahkan lebih mempercayai Kyung Soo daripada dirinya. Apa ini adalah sebuah jawaban dari pertanyaannya, kenapa Kyung Soo sering menghubunginya? Ya, jawabannya adalah karena mereka telah mencintai satu sama lain.

"Aku bahkan baru bertemu dengan Kyung Soo pertama kali ini dan itu sudah memberikanku sebuah jawaban. Dengan kau bersikap seperti ini, semakin membuatku yakin jika kau memang menjalin hubungan bersamanya." Meski air mata mengalir dipipinya, tapi Baekhyun memberikan tatapan penuh peringatan pada Chanyeol yang berdiri mematung dihadapannya. "Aku akan pergi jika itu yang kau mau, Chanyeol."

Baekhyun memutuskan kontak matanya dengan Chanyeol. Kilat rasa tidak percaya pada Chanyeol yang bertindak tidak adil ini membuat Baekhyun benar-benar marah terhadapnya.

Chanyeol tidak bisa melakukan apapun bahkan ketika Baekhyun membuka pintu kamar dan meninggalkannya. Chanyeol hanya bisa menatap punggung kecil itu yang tengah berusaha untuk menahan tangisnya agar tidak lebih parah.

Memang sudah sejak awal bahwa Baekhyun mencurigai gerak-gerik Kyung Soo, dan lihatlah saat ini, Baekhyun sudah terjerat dalam perangkap busuknya.

Ketika Baekhyun akan sampai pada pintu depan yang lupa ditutup, Baekhyun melewati ruang tamu yang terdapat Kyung Soo pada sofa, sedang melihatnya dengan tatapan paling menjijikan yang pernah Baekhyun lihat. Melambaikan tangannya seolah mengatakan selamat tinggal dan selamat atas kemarahan Chanyeol kepadamu. Oh, Baekhyun benar-benar muak.

Baekhyun tidak mengubrisnya, ia langsung angkat kaki dari rumah ini, entah kemana ia akan pergi saat ini, yang terpenting ia harus pergi dari sini. Mungkin menelpon Sehun keponakkannya agar Sehun mau menampung dirinya pada kediamannya selama yang Baekhyun mau. Persetan dengan Chanyeol jika Chanyeol mencarinya.

"Baek,..Baekhyun..." suara teriakkan Chanyeol terdengar, tepat ketika Baekhyun menutup pintu dengan keras. Chanyeol berhenti berlari disamping sofa Kyung Soo ketika mendengar suara pintu itu yang sudah tertutup. Chanyeol menghela napasnya panjang, tiba-tiba saja kepalanya pun menjadi pening.

"Chanyeol..." panggilan lembut itu berasal dari Kyung Soo yang sedang menatapnya sedih.

Chanyeol berbalik ke arahnya, melihat jika Kyung Soo menggelengkan kepalanya lemah, "Biarkan saja."

Mendengar kalimat itu dari Kyung Soo, Chanyeol mendudukan dirinya disamping Kyung Soo.

Kyung Soo tersenyum senang dalam hati kemudian ia memeluk perut Chanyeol dan menyandarkan pipinya pada dada Chanyeol. "Sebelumnya aku mengatakan jika aku tidak ingin ada Baekhyun disini, bukan?"

"Tapi, Kyung. Baekhyun..."

Kyung Soo mengangkat dagunya melihat Chanyeol dan langsung mencium bibir Chanyeol dengan cepat. "Tidak ada Baekhyun sekarang." Dengan begitu, Kyung Soo merubah posisi duduknya menjadi diatas pangkuan Chanyeol. Mengalungkan kakinya disekitar pinggang Chanyeol dengan kedua tangannya yang melingkar dileher Chanyeol. "Aku selalu mencintaimu Chanyeol."

"Kyung, aku..."

"Aku tau, aku tau. Jadi, tidak usah dibahas lagi. Aku ingin menikmati sisa malamku hanya berdua bersamamu." Kyung Soo kembali mencium bibir Chanyeol dengan nafsu yang sudah tersulut begitu Chanyeol juga membalas dalam permainan mulutnya.

"Kau benar-benar manis, Kyung." Chanyeol kehilangan kendali dirinya. Tangan Chanyeol menggerayang disekitar punggung Kyung Soo begitu Kyung Soo menurunkan ciumannya menyusuri rahang bawah Chanyeol hingga turun pada bagian leher Chanyeol, membuat Chanyeol memejamkan matanya menahan segala desahannya yang entah kenapa tidak ingin dikeluarkan begitu saja olehnya.

"CHANYEOL !!!"

Suara teriakan itu membuat Chanyeol membuka matanya dengan cepat, begitu juga Kyung Soo yang secara mendadak menghentikan hal yang sedang dilakukannya.

"Baekhyun..." lirih Chanyeol begitu ia mengenali suara itu.

Kyung Soo sedikit panik ketika ia mendengar Chanyeol memanggil nama Baekhyun, dengan begitu Kyung Soo merengkuh kedua pipi Chanyeol, mencium sekilas bibir itu sebelum mengatakan sesuatu, "Bisakah kita tidak membahas Baekhyun sekarang?"

"CHANYEOL, TOLONG AKU !! LEPASKAN, AKU TIDAK MAU! CHANYEOL..."

Chanyeol tidak lagi memperdulikan Kyung Soo yang sedang membujuknya agar tetap disini bersamanya. Hatinya terpanggil seiring suara Baekhyun terus terdengar ditelinganya. Baekhyun pasti dalam bahaya.

Chanyeol mencengkram kedua bahu Kyung Soo dengan kuat, menggulingkan tubuhnya agar terlepas dari kendali Kyung Soo. Begitu Chanyeol bisa membalikkan keadaan, ia langsung berlari keluar rumah, tidak peduli sekeras apapun Kyung Soo memamanggil namanya dibelakang sana. Chanyeol hanya menginginkan Baekhyun. Tidak! Chanyeol tidak ingin Baekhyun pergi. Chanyeol tidak ingin kehilangannya.

"BAEKHYUN." Teriak Chanyeol pada ujung tangga, ketika Baekhyun disekap dan dipaksa masuk ke dalam mobil jaguar hitam bersama beberapa orang yang menyeretnya.

Baekhyun sempat melihat Chanyeol berlari kearahnya. Meski, Baekhyun tau bahwa tidak akan sampai, tetapi ia tetap mengulurkan tangannya pada Chanyeol untuk meminta pertolongan.

Orang-orang yang berpakaian serba hitam lengkap dengan masker itu bergerak dengan cepat memasuki mobil. Menyalakan mesinnya dan keluar dari penangkaran villa penginapannya. Membiarkan Chanyeol yang sedang berlari sekuat tenaga mengejar mobil dibelakangnya.

Dikaruniai, kaki yang panjang, Chanyeol dapat melangkah dengan lebar. Chanyeol benar-benar tidak peduli seberapa sakit kakinya menginjak bebatuan kecil karena ia tidak menggunakan alas kaki. Chanyeol hanya ingin Baekhyun-Nya kembali.

Chanyeol dapat mengejar mobil itu dengan larinya yang entah bagaimana bisa seimbang dengan kecepatan mobilnya. Chanyeol menggebrak kaca mobil berkali-kali, berteriak dan bersumpah serapah untuk mengeluarkan Baekhyun dari dalam sana.

Telinganya berkali-kali mendengar jeritan kesakitan dari Baekhyun. Dikarenakan kaca mobil yang sangat hitam pekat dengan penerangan yang minim dikawasan sekitar pantai, membuat Chanyeol tidak bisa melihat apa yang sedang mereka lakukan terhadap Baekhyun.

Laju mobil sedikit pelan ketika sampai pada persimpangan dan akan berbelok. Chanyeol berhenti berlari mengejar begitu ia mendengar jika sesuatu seperti telah dikeluarkan dari mobil hingga menimbulkan suara yang khas diatas tumpukan daun kering disebrangnya.

Chanyeol terdiam ditempatnya begitu matanya melihat sosok seorang pria bertubuh kecil tengah tergeletak tidak sadarkan diri disebrangnya. Dan, Chanyeol tidak bodoh untuk mengenali siapa pria itu.

"BAEKHYUN..." dengan segenap emosi yang menguasai dirinya, ia berlari menghampiri Baekhyun yang tidak bergerak sama sekali. Lutut Chanyeol terseret karena dengan tiba-tiba Chanyeol menjatuhkan dirinya untuk merengkuh kedua pipi Baekhyun dan melihat banyaknya luka lebam dengan darah diberbagai bagaian tubuhnya.

Pertahanan diri Chanyeol hancur berkeping-keping melihat kondisi Baekhyun yang begitu na'as. Chanyeol merasa kesal dengan dirinya sendiri. Ingin menyalahkan siapapun yang membuat Baekhyun seperti ini.

Namun, Chanyeol juga menyesali tentang dirinya yang enapa bisa membiarkan Baekhyun pergi begitu saja hanya karena pengaruh dari perkataan Kyung Soo? Kenapa ia bisa percaya dengan perkataan Kyung Soo bahwa Baekhyun yang telah mencelakainya? Padahal, Chanyeol tau betul bagaimana perilaku dan sikap Baekhyun kepada orang-orang disekitarnya.

Chanyeol baru menyadari beberapa hal ketika ia melihat wajah Baekhyun yang sudah dipenuhi oleh luka-luka yang cukup parah. Kata-kata Baekhyun terus terngiang dikepalanya entah dari siang hari tadi maupun saat terakhir kali Baekhyun mengatakannya.

"Perasaanku seperti terganggu saat ini. Seseorang sedang mengikuti kita. Ia memperhatikan kita"

"Aku hanya takut jika sesuatu akan terjadi setiap kali kita melangkah, Chanyeol."

"Aku bahkan baru bertemu dengan Kyung Soo pertama kali ini dan itu sudah memberikanku sebuah jawaban. Dengan kau bersikap seperti ini, semakin membuatku yakin jika kau memang menjalin hubungan bersamanya. Aku akan pergi jika itu yang kau mau, Chanyeol."

Chanyeol mendekap erat kepala Baekhyun dengan air matanya yang terus mengalir. Hatinya seperti tersayat-sayat begitu Chanyeol ingat semua kata-kata itu. Dadanya terasa sesak terus menyesali apa yang telah terjadi karena ia memilih jalan yang salah dengan tidak percaya kepada Baekhyun.

Seharusnya, Chanyeol tau, bahwa Baekhyun memang mengatakan hal yang sebenarnya. Dan, ketakutannya adalah sebuah peringatan bahwa dirinya memang berada dalam bahaya.
.
.
.
.
.
Aku terus menangis dalam setiap langkahku menjauhi villa. Aku benar-benar tidak terima atas tindakan Chanyeol yang tidak mempercayaiku dan terus menuduh bahwa aku yang melakukannya.

Memang sudah sejak awal seharusnya aku mengambil tindakan kepada Kyung Soo. Sifatnya benar-benar diluar dugaanku. Dia pria gila yang dapat menghancurkan hubunganku dengan Chanyeol. Wajahnya sungguh penuh dengan tipuan.

Aku bersumpah bahwa seumur hidup, aku akan membencinya!

Langkahku terhenti begitu aku melihat jika sebuah mobil besar nan hitam berhenti tepat dihadapanku. Ke-empat pintu itu terbuka secara bersamaan dan keluarlah beberapa orang dengan setelan serba hitam serta masker wajah untuk menyamari wajahnya untuk mendekatiku.

"Siapa kalian?!"

Mereka tidak mengindahkan pertanyaanku. Kedua tanganku langsung dicengkram dengan kuat.

"CHANYEOL !!!" aku tidak tau kenapa mulutku berteriak memanggil nama itu.

Tubuhku diseret dengan paksa oleh dua orang untuk masuk kedalam mobil. Tapi, aku tidak mau. Tentu saja! Memangnya siapa mereka yang dapat memaksa-maksa kehendakku.

"CHANYEOL, TOLONG AKU !! LEPASKAN, AKU TIDAK MAU! CHANYEOL..." ini benar-benar bukan diriku. Aku tidak tau kenapa aku terus memanggil nama itu.

Tubuhku dibalik dengan paksa karena aku terus berusaha melepaskan diriku. Dan, saat itulah aku melihat jika Chanyeol berdiri diujung tangga dan melihat kepadaku.

"BAEKHYUN."

Aku mendengar Chanyeol memanggil namaku, tapi seseorang sudah lebih dulu membekap mulutku begitu aku ingin memanggilnya kembali.

Aku menangis dengan keras karena merasa sakit disekujur tubuhku yang terseret. Terlebih aku melihat Chanyeol yang berlari mengejarku. Aku mencoba menggapai Chanyeol, tetapi aku sudah lebih dulu berada didalam mobil dengan kedua sisi tubuhku yang sudah ada orang-orang dari bagian mereka.

"Chanyeol, tolong ak- AKKHH" punggungku dipukul dengan keras oleh benda tumpul.

Tubuhku sedang tidak dalam kondisi baik. Pukulan itu mempengaruhi isi kepalaku yang mulai terasa penuh dan menyebabkan pening. Rambutku dicengkram dengan keras dan ditarik hingga aku mengadahkan pandanganku kelangit-langit mobil. Disusul oleh beberapa pukulan yang begitu keras diperutku.

Aku terus berteriak kesakitan setiap kali aku menerima pukulan yang tiada henti-hentinya. Tubuhku benar-benar lemas untuk bisa ku gerakan. Bahkan, mereka tidak memberikanku kesempatan untuk melawan dengan mereka yang sudah lebih dulu memukul wajahku secara bergantian.

Disaat aku sudah berada dalam batas terakhir pertahanan diriku, aku merasakan jika sebuah benda tajam menusuk bagian pinggangku hingga dalam.

Napasku terhenti saat itu juga dan bayangan-bayangan ketika aku menghabiskan waktu pagi hingga siang hariku bersama Chanyeol tiba-tiba terputar dalam ingatanku. Sebuah senyuman itu, canda tawa itu, bahkan ciuman itu, aku mengingatnya sebelum aku kembali merasakan bahwa benda tajam yang lainnya menyusul tepat didepan dadaku.

"Baekhyun..." seru Chanyeol terkejut ketika Baekhyun membuka matanya dengan tiba-tiba.

Baekhyun menatap ke arah langit-langit yang berwarna putih. Mengikuti ke sekitarnya hingga ia menemukan terdapat alat medis disebelahnya.

"Baekhyun kau sudah sadar." Chanyeol tidak dapat membendung air matanya lagi. Sudah 4 bulan lamanya Chanyeol menemani Baekhyun dirumah sakit dalam keadaan koma saat terakhir kali kejadian tragis di-villa itu menimpa Baekhyun.

Chanyeol tidak lagi bisa memaafkan dirinya saat tau jika Baekhyun mendapat luka yang cukup parah diluar dari perkiraannya. Apalagi, Chanyeol mengetahui satu hal jika memori ingatan Baekhyun mengalami gangguan karena beberapa kali Baekhyun mendapat pukulan yang cukup keras dikepalanya. Mengakibatkan Baekhyun juga mendapat trauma yang cukup berat. Dan, jika pun prediksi yang dikatakan oleh dokter benar, maka Chanyeol akan menerimanya dan akan melakukan hal apapun yang membuat Baekhyun-

"K-kau siapa?"

-kembali mengingatnya.

Napas Chanyeol tertahan beberapa saat, sebelum akhirnya Chanyeol mencoba tersenyum dalam keperihan hatinya. "Maafkan aku." Chanyeol mengamit lengan Baekhyun, menyatukan sela-sela jarinya untuk dicium olehnya dan membiarkan air matanya mengalir dan terjatuh ditelapak tangan Baekhyun.

"Kau siapa? Aku tidak mengenal dirimu."

Baekhyun kehilangan memori untuk mengingat lingkungan sekitarnya, ia hanya mengingat namanya sendiri dengan keluarganya. Dan, sayangnya, Chanyeol tidak termasuk dalam nama 'keluarga' yang sebenarnya.

Chanyeol menekan kedua bibirnya menghasilkan satu garis lurus yang keras. Memutar waktu sekitar 2 minggu lalu, bahwa Baekhyun tiba-tiba menangis dalam tidurnya. Meronta-ronta meminta tolong sambil terus memanggil namanya. Dan, dari situ, Chanyeol menyimpulkan sesuatu jika dalam tidurnya, Baekhyun kembali mengingat kejadian buruk itu.

"Baekhyunee..." suara itu berasal dari Sehun yang baru saja membuka pintu ruang rawat Baekhyun. Dengan setengah berlari Sehun menghampiri Baekhyun. "Syukurlah kau sudah sadar. Aku sangat mengkhawatirkanmu." Sehun mengecup kening Baekhyun sebagai salam rindunya kepada Baekhyun.

"Sehunee..." lirih Baekhyun mencoba menggapai wajah Sehun.

Sehun tersenyum dan membantu Baekhyun untuk menyentuh pipinya.

Setelah beberapa saat, Sehun membantu Baekhyun untuk mendapatkan posisi duduk yang nyaman diantara sandaran tumpukan bantal-bantal yang lembut. "Aku membawakan buah stroberi kesukaanmu. Aku harap ini bisa membantumu dalam memulihkan kondisi tubuhmu."

Baekhyun tersenyum manis yang mampu membuat Chanyeol terhipnotis oleh senyuman pertama itu, "Terima kasih, Sehunee."

Baekhyun baru saja akan mengambil satu dari beberapa buah stoberi di mangkuk kecil dihadapannya saat sebuah tangan menghalangi jalannya dan lebih dulu mengambil stoberi untuknya.

Itu adalah Chanyeol. Tapi, Baekhyun tidak mengingatnya.

Baekhyun menatap Sehun mencoba menanyakan siapa pria itu melalui tatapannya. Sehun yang terkejut hanya bisa menatap kasihan pada Chanyeol yang tidak dikenal oleh Baekhyun seperti dirinya. Sehun kembali memberi perhatian pada Baekhyun dan mengusap pelan rambut Baekhyun.

"Dia adalah Chanyeol."

"Chanyeol?" ulangi Baekhyun bingung.

"Ya, Park Chanyeol."

"Park Chanyeol?" Kedua mata Baekhyun menatap kesana-kemari seperti mencoba masuk kepemikirannya yang terdalam akan nama itu, "Ohh, apa dia temanku?"

Sehun terdiam beberapa saat, ia sempat melirik pada Chanyeol yang sepertinya sedang menahan sesuatu dari perasaannya, "Baekhyunee...kau membutuhkan waktu untuk dapat mengenalinya."

"Kenapa? Aku hanya bertanya, 'apa dia adalah temanku?' Hanya itu saja."

"Aku mengerti." Sehun menghela napasnya sejenak dan tersenyum dan menatap Baekhyun lembut, "Sekarang kau makan saja."

Baekhyun melihat jika Sehun berjongkok untuk berkemas-kemas dan mengambil beberapa barang miliknya dari bawah tempat tidurnya, "Sehunee, sejak kapan aku ada disini?"

Sehun yang sedang membungkuk untuk menjangkau tas yang paling besar pun terhenti dalam pergerakannya. Namun, disitu ia ingat tentang pesan dokter yang baru saja didengar olehnya. Bahwa, kemungkinan Baekhyun akan mengalami kepanikkan jika ia mengingat sepotong kejadian dari insiden itu.

Chanyeol yang seperti mengerti tentang alasan kenapa Sehun tidak menjawab pertanyaan Baekhyun berinisiatif untuk mengalihkannya. Chanyeol yang sedikit grogi sempat berdehem kecil, "Baekhyun, buahnya sudah ku bersihkan dari daun-daunnya. Kau ingin ku suapi?"

Baekhyun menatapnya asing. Sejak dari dulu Chanyeol memang mudah menebak apa yang terpancar dalam mata melengkung milik Baekhyun itu hanya dalam sekali tatap, dan Chanyeol tidak berbohong jika Baekhyun memang benar-benar melupakannya karena sorot mata itu begitu kosong tentang dirinya, seakan ingatan tentang dirinya memang sepenuhnya telah menghilang dalam memorinya.

Namun, Chanyeol tidak bisa menyembunyikan senyumannya ditengah dirinya ingin menangis ketika Baekhyun mengangguk setuju tentang usul Chanyeol bahwa ia akan menyuapinya.

Baekhyun membuka mulutnya yang kecil ketika Chanyeol memberikannya satu buah stoberi. Namun, tidak seperti biasanya, Baekhyun hanya memakan buah itu setengah dari bagian ujungnya. Mungkin, karena Baekhyun masih dalam kondisi baru sadarnya dan masih membutuhkan waktu untuknya dapat makan seperti biasanya.

"Bagaimana? Apa rasanya enak?" tanya Chanyeol sambil menyuapinya kembali dengan setengah buah stoberi ditangannya.

Baekhyun mengangguk antusias, dan Baekhyun sempat tersenyum ceria hingga matanya menyipit karena stoberi memang paling ampuh untuk memikat perhatian Baekhyun.

"Kau ingin lagi?"

"Berikan aku satu." Mata Baekhyun dipenuhi ketertarikan yang kuat ketika Chanyeol mengambil satu stoberi yang masih baru dan segar, "Yang penuh." Lanjutnya seperti anak kecil yang sedang antusias minta dibelikan sesuatu.

"Baiklah. Kalau begitu, buka mulutmu yang lebar. aaaa~" dengan begitu, Baekhyun langsung memakannya satu buah penuh tanpa dipotong lagi dibagian tengahnya.

Chanyeol tertawa bersama Baekhyun entah karena apa. Chanyeol hanya senang karena Baekhyun selalu memberikannya senyuman itu yang sudah dirindukannya sejak lama. Hatinya benar-benar hangat saat tau bahwa Baekhyun mulai menerima dirinya kembali.

Dan, melalui senyuman Baekhyun itu, Chanyeol merasa hidup kembali. Ingin membangun kembali kisah cintanya yang telah rapuh bersama Baekhyun. Meski Chanyeol tidak tau sampai kapan ia akan terus menyesali kesalahannya yang mungkin tidak akan pernah termaafkan jika saja Baekhyun dapat mengingat kejadian 4 bulan yang lalu.

.
.
.
**
2 week later...
.
.
.

Baekhyun sudah pulih sepenuhnya dari sakit yang dialaminya. Dokter pun terkejut tentang perkembangan baik dalam tubuh Baekhyun dari hari-kehari. Seharusnya, Baekhyun masih membutuhkan waktu untuk istirahat dirumah sakit, namun keadaannya benar-benar sehat seperti orang normal pada umumnya.

Dan, tanpa ditanya pun, Baekhyun terang-terangan mengatakan bahwa ia selalu mengikuti prosedur dari pihak rumah sakit dari jadwalnya makan dan minum obat dengan tepat waktu. Meski, Baekhyun sempat tidak merasa nyaman dengan semua prosedur itu, tapi Baekhyun tetap bertahan. Dan, yang membuatnya bertahan adalah Chanyeol. Ya, Chanyeol, yang selalu ada untuknya siang maupun malam.

Betapa Chanyeol ingin memeluknya erat saat itu dan berterima kasih kepada Baekhyun yang sudah dapat menerima dirinya sepenuhnya seperti dulu ia hidup bahagia bersama.
.
Chanyeol membuka pintu mobil untuk Baekhyun ketika sudah sampai didepan rumah mereka berdua. Ya, bukan rumah Baekhyun maupun rumah Chanyeol, tetapi rumah ini adalah rumah mereka berdua. Chanyeol dan Baekhyun.

Chanyeol mengulurkan tangannya pada Baekhyun dan disambut hangat olehnya untuk turun dari mobil.

Chanyeol menutup pintu mobil dan perhatiannya langsung tertuju pada Baekhyun ketika Chanyeol merasakan jika tangannya sudah dipeluk oleh Baekhyun yang tersenyum disampingnya.

"Ayo, kita masuk."

Sehun tidak ikut bersama mereka, karena Sehun harus kembali ke China untuk pulang. Baekhyun mengetahui tentang hal itu, dan membiarkan keponakkannya itu pulang meninggalkan dirinya bersama Chanyeol. Oh, Baekhyun tidak lagi merasa asing saat bersama Chanyeol.

Sesuatu yang tersembunyi didalam hatinya terus memanggil nama Chanyeol untuk tidak lagi berjauhan bersama dirinya. Baekhyun merasakan kehangatan dalam hidupnya hanya jika Chanyeol ada bersamanya. Seperti, Baekhyun memang pernah hidup bersama Chanyeol untuk waktu yang lama. Dengan begitu, Baekhyun ingin terus bersama Chanyeol, memberikan seluruh kepercayaannya kepada Chanyeol dan selalu menerima setiap cinta yang diberikan oleh Chanyeol.

Karena, Baekhyun sudah mencintainya.

Semua itu Baekhyun mulai saat dirinya masih terbaring dirumah sakit. Dengan Chanyeol yang selalu menemaninya dan membangun suasana yang membuat Baekhyun merasa dilindungi, cepat membuat Baekhyun untuk menyayanginya. Chanyeol sangat tau tentang apa yang sangat disukai oleh Baekhyun. Bahkan, disetiap malamnya, Chanyeol selalu memainkan gitarnya, melantunkan melodi yang lembut untuk mengantarkan Baekhyun ke dalam tidurnya yang nyenyak.

Dan, Baekhyun tidak pernah tau, jika Chanyeol selalu mencium keningnya ketika Baekhyun sudah terlelap dalam tidurnya. Mengatakan segala kecintaan dirinya kepada Baekhyun sebelum akhirnya Chanyeol ikut terlelap tidur bersamanya meski dalam posisi duduk sekalipun.

"Chanyeol, ada namaku dengan namamu disini?" seru Baekhyun saat dirinya melihat ukiran logo CB yang tertera pada pintu depan dengan keterangan nama 'Chanyeol & Baekhyun' dibawah logonya. "Kau menyiapkannya untukku?"

Chanyeol hanya tersenyum sebagai jawabannya. Meski, hatinya masih ingin menangis ketika Baekhyun masih belum mengingat apapun perihal tentang rumah ini, tapi Chanyeol dalam suasana yang baik hari ini. Karena itu, Chanyeol tidak ingin merusak suasananya bersama Baekhyun.

Baekhyun menelusuri logo 3D itu menggunakan jari-jarinya yang lentik dan kurus, mengagumi namanya sendiri dengan Chanyeol yang terukir seperti graffiti yang indah disana.

"Ingin melihat yang lain?"

Baekhyun menolehkan kepalanya menghadap Chanyeol, dan mengangguk setuju padanya sebelum akhirnya Chanyeol membuka pintu untuk Baekhyun.

Chanyeol lebih dulu membawa Baekhyun ke ruang depan, menyusuri hiasan dinding yang terdapat foto mereka berdua saat sedang dialtar.

Baekhyun menghentikan langkahnya begitu ia melihat foto dirinya bersama Chanyeol yang sedang bergandengan tangan dengan setelan jas yang sama, dengan ukuran bingkai yang besar terdapat didinding. Bersamaan dengan foto-foto kecil yang lainnya, memenuhi sisa dinding yang masih kosong.

Baekhyun melepaskan tangannya pada Chanyeol dan menghampiri lemari kayu yang hanya setinggi pinggangnya karena terdapat banyak bingkai kecil yang lainnya, terpajang dengan rapih disana.

Baekhyun mengambil dua bingkai sekaligus, masing-masing satu ditangannya. Terdapat frame mereka berdua saat sedang berlibur di Tokyo dan Paris.

Baekhyun mengerutkan dahinya, memandangi foto tersebut dengan rasa terkejut luar biasa. Tangannya sedikit bergetar begitu ia menyimpulkan sesuatu jika ia memang benar-benar pernah hidup bersama dengan Chanyeol. Bersamaan dengan itu, entah untuk alasan apa Baekhyun menangis hingga air matanya jatuh mengenai bingkai.

Chanyeol yang menyadarinya cepat-cepat menghampiri Baekhyun. Memegang kedua bahunya untuk memutar tubuh Baekhyun agar menghadap kearahnya.

Baekhyun menaruh kedua bingkai itu secara perlahan sebelum akhirnya ia menatap wajah Chanyeol yang dipenuhi oleh kekhawatiran tentang dirinya. "Chanyeol..."

Chanyeol yang tidak akan sanggup mendengar ucapan Baekhyun pun langsung memeluknya dengan erat. Membawanya kedalam pelukan hangat seolah seperti memberi petunjuk bahwa Baekhyun pernah ada dalam pelukan yang seperti ini pada Chanyeol. "Jawabannya adalah Ya."

Baekhyun tidak lagi sanggup menahan air matanya mendengar kalimat itu dari Chanyeol. Dengan begitu, Baekhyun menumpahkan kesedihannya dalam pelukkan Chanyeol. Merasa bersalah kepada Chanyeol yang memang sudah memiliki hubungan bersamanya namun Baekhyun tidak bisa mengingatnya. "Maafkan aku, Chanyeol."

Chanyeol mengusap rambut belakang Baekhyun dengan lembut, mengantarkan rasa sayangnya yang sudah lama sekali ia pendam dan tidak mendapat balasan dari Baekhyun. "Aku yang seharusnya mendapatkan maaf darimu, Baekhyun."

"Chanyeol, bantulah aku."

Chanyeol membagi jaraknya dengan Baekhyun, melihat kedua mata itu yang dipenuhi oleh air mata penyesalan.

"Bantu aku, Chanyeol."

"Apa yang kau inginkan?"

Dengan bibirnya yang bergetar, "Aku ingin mengingatmu."
.
**
.
Malam itu, Baekhyun berbaring diatas Chanyeol pada kursi santai belakang rumahnya. Sambil menatap kearah langit malam yang dipenuhi oleh ribuan bintang.

Seharian ini, Baekhyun diajak berkeliling mengenali rumahnya yang pernah ia tinggali bersama dengan Chanyeol. Baekhyun diajak Chanyeol melihat album mereka saat pernikahan. Chanyeol juga memasangkan kembali cincin pernikahannya pada jari Baekhyun. Bercerita tentang kebiasaan Baekhyun yang selalu menghubungi Chanyeol saat Chanyeol pergi bekerja.

Namun, dari semua perkenalan itu, tidak ada satupun yang membuat Baekhyun ingat tentang masa lalunya bersama Chanyeol. Baekhyun benar-benar tidak bisa mengingatnya. Tapi, meski begitu, Baekhyun memiliki kepercayaan yang kuat bahwa dirinya memang pernah bersama Chanyeol. Hatinya tidak bisa berbohong bahwa Baekhyun memang memiliki Chanyeol dalam hidupnya. Dan, Baekhyun tidak bisa menyangkal kenyataan itu.

"Apa kebiasaanku dulu yang pernah membuatmu tidak nyaman?"

"emm...mencuci rambutmu."

Baekhyun menaikkan alisnya tidak percaya, "Kenapa?"

"Kau selalu pergi ke salon hanya untuk mencuci rambutmu dan kau tidak mau aku pergi keluar salon karena harus menunggumu hingga selesai."

"Ah, benarkah?" Baekhyun menelan ludahnya sendiri mendengar cerita itu dari Chanyeol, merasa prihatin tentang dirinya sendiri. "Buruk sekali." Desisnya pelan.

"dan, satu lagi. Setiap pagi, kau selalu memintaku untuk menggendongmu hingga ke meja makan untuk sarapan."

"Kenapa aku buruk sekali, Chanyeol? Apa tidak ada yang bisa dibanggakan dariku? Kau pasti malu karena menikah denganku."

"Tapi, kau selalu bisa mendapatkan perhatianku. Aku selalu menyukai bagaimana dirimu membutuhkan diriku disetiap aktivitasmu. Membuatku benar-benar selalu ada untukmu." Chanyeol menggeser tubuhnya untuk berbagi tempat dengan Baekhyun, dengan begitu ia bisa melihat wajah Baekhyun dengan jelas, "Dan lagi, kau selalu memberikanku banyak cinta setelahnya."

Baekhyun memainkan rambut Chanyeol dengan menarik-nariknya pelan, "Apa aku hanya bisa memberikan cinta kepadamu?"

"Aku tidak akan pernah sanggup untuk membiarkanmu memberikan hal lain kepadaku selain cinta. Orang lain bisa saja mendapatkan segalanya darimu, tapi mereka tidak akan bisa mendapatkan cintamu. Karena cintamu adalah milikku. Dan, hanya aku yang boleh mendapatkannya."

"Aku mencintaimu, Chanyeol."

"Cintamu masih kalah besar denganku, Baek."

"Akan aku buktikan bahwa aku bisa mengalahkan cintamu."

Chanyeol mencubit pipi Baekhyun karena gemas, "Aku akan menunggu."

"yaha, jangan meremehkan ucapankanku, eoh!"

Chanyeol menggembungkan pipinya mengikuti gerakan Baekhyun yang tengah memperingatinya dengan sikapnya yang lucu.

"Yak!" Baekhyun yang kesal karena wajah konyol dari Chanyeol, menghadiahkannya sebuah jitakan tak menyakitkan pada kepala Chanyeol.

Ditengah canda tawa mereka, terdengar suara bising yang sangat memikat perhatian oleh keduanya. Seperti sebuah vas bunga berukuran besar telah dijatuhkan dengan sengaja. Tidak mungkin jika itu ulah seekor kucing _peliharaan Baekhyun yang dibelikan oleh Chanyeol kemarin_yang hanya lewat dan menyenggolnya.

"Demi Tuhan, Chanyeol. ada dikamar." Baekhyun mencoba membuat Chanyeol tidak menyalahkan kucingnya.

"Aku tau, Baek. Aku yang mengantarkanmu memasukkannya ke kamar."

"Tunggu apa lagi?" Baekhyun beranjak dari kursinya dan memakai sandal rumah sambil berpegangan tangan pada Chanyeol.

Suara beling pecah pun tidak henti-hentinya terdengar memenuhi isi seluruh rumah. Membuat Baekhyun dalam ketakutan karena dirinya seperti merasakan sesuatu yang aneh sedang menjalar pada seluruh organ bagian dalam tubuhnya. Entah apa itu, namun itu benar-benar membuat Baekhyun ketakutan karena mendengar suara beling-beling itu.

"DIMANA DIA? AKU BENAR-BENAR AKAN MEMBUNUHNYA JIKA AKU BERTEMU DENGANNYA!"

Suara teriakan seseorang mulai terdengar ketika Chanyeol dan Baekhyun akan sampai diruang depan. Dan, Baekhyun sempat mengeratkan pegangannya pada Chanyeol ketika Baekhyun melihat siluet seseorang yang sedang marah-marah itu sambil membanting segala benda-benda yang ada disekitarnya.

Chanyeol menghentikan langkahnya ketika Baekhyun menarik tangannya untuk menghampiri orang yang belum Chanyeol lihat. Baekhyun berhenti pada bagian kaca yang ditutupi oleh tirai tipis yang menghubungkan langsung pada ruang depan. "Baek, apa yang kau lihat?" Chanyeol mengikuti arah pandang Baekhyun dan menemukan jika Kyung Soo ada disana dengan pakaian seragam khas rumah sakit.

"Chanyeol, orang itu..." Baekhyun mengerutkan dahinya keras, menggeretakkan giginya menahan amarah dan mencengkram tangan Chanyeol sebelum Baekhyun melepaskannya dan pergi meninggalkan Chanyeol dibelakangnya yang sedang mengkhawatirkannya.

"Baek...Baekhyun...Park Baekhyun!"

Panggilan itu tidak diindahkan oleh Baekhyun yang menjauh dari Chanyeol dan menghampiri Kyung Soo dengan seorang diri. Chanyeol tidak lagi melanjutkan langkah kakinya begitu sampai di ambang pintu. Melihat jika Kyung Soo tengah tersenyum devil melihat Baekhyun yang berdiri dihadapannya dengan jarak yang tidak jauh dari dirinya.

Sejak empat bulan yang lalu Kyung Soo pergi meninggalkan villa tanpa jejak. Dan, dua bulan setelahnya, Chanyeol mendapat kabar dari temannya yang bernama Kai, bahwa Kyung Soo masuk ke rumah sakit jiwa dimana tempat ia bekerja. Kai mengatakan jika Kyung Soo terus memanggil namanya sambil menangis, namun ketika Kyung Soo memanggil nama Baekhyun, ia seperti orang kesetanan yang ingin membunuh seseorang.

Dan, hari ini. Hari dimana hari kepulangan Baekhyun dari rumah sakit, Baekhyun malah bertemu dengannya disini. Ditempat yang membuatnya menjadi tenang dengan menerima kenyataan bahwa dirinya tidak memiliki ingatan tentang masa lalunya. Dan, tempat dimana Baekhyun baru saja akan memulai lembaran baru untuk hidup bersama Chanyeol. Apakah yang akan Kyung Soo lakukan padanya?

"Ya, kau...kau adalah Baekhyun bukan? Seorang bajingan yang merebut Chanyeol dariku karena kelicikanmu? HAHAHA...akhirnya aku bisa bertemu denganmu, brengsek!"

Baekhyun ingat betul siapa dia. Dia adalah Kyung Soo. Orang yang paling Baekhyun benci untuk seumur hidupnya. Baekhyun benar-benar tidak menyukai Kyung Soo bagaimanapun rupanya. Apalagi, tadi Baekhyun mendengar bahwa Kyung Soo membawa nama Chanyeol dalam kalimatnya. Baekhyun benar-benar marah kepadanya, merasa terhina hanya karena Kyung Soo menyebut namanya bersama dengan Chanyeol. Tubuhnya pun terasa panas karena ikut menahan amarah.

"Bagaimana kau bisa kembali? Seharusnya kau sudah pergi ke neraka agar aku bisa hidup dengan bahagia bersama Chanyeol sekarang. Jadi, katakan, bagaimana kau bisa kembali DAN MEREBUT CHANYEOL DARIKU, SIALAN !!!" Kyung Soo sudah meraih vas bunga berukuran medium ditangannya dan baru saja akan dilempar ke arah Baekhyun jika saja Chanyeol tidak ada dihadapan Baekhyun untuk menghalangi niatan Kyung Soo.

"Kyung Soo jangan sakiti Baekhyun."

"Chanyeol..." Kyung Soo melepaskan vas bunganya dan pecah begitu saja didepan kaki Kyung Soo yang tidak menggunakan alas apapun.

Chanyeol bisa melihat jika kaki Kyung Soo sudah dipenuhi oleh darah karena menginjak beling yang bertebaran dimana-mana begitu Kyung Soo menghampiri dirinya.

Namun, tiba-tiba Kyung Soo menghentikan langkahnya ketika Baekhyun muncul dari balik badannya dan berjalan perlahan menghampiri Kyung Soo.

"Aku tau jika kau mencintai Chanyeol, Kyung Soo. Tapi, aku tidak akan pernah membiarkan orang lain merebut Chanyeol dariku. Termasuk dirimu."

Dan dengan tiba-tiba, Baekhyun sudah menyembunyikan vas bunga ditangannya yang lain dan dilempar dengan cepat, tepat mengenai bahu Kyung Soo yang membuat Kyung Soo langsung tidak sadarkan diri.

Tubuh Baekhyun sempat kaku beberapa saat, namun Baekhyun langsung terjatuh lemas begitu saja sampai Chanyeol menahan tubuhnya agar tidak jatuh mengenai sepihan beling. "Baekhyun..."

Mata Baekhyun masih memerah karena sisa amarahnya. Dan, dengan sisa tenaganya, Baekhyun menyentuh pipi Chanyeol, "Chanyeol, maafkan aku." Sebelum akhirnya, Baekhyun menutup matanya saat Kai tiba dipintu depan.

"Kyung Soo!" Kai yang baru sampai dirumah Chanyeol, langsung disuguhi pemandangan dimana Kyung Soo tergeletak tidak sadarkan diri dengan kaki serta bahunya yang mengeluarkan darah. Kai berlari menghampiri Kyung Soo dan memanggil temannya untuk membawakan tandu untuk Kyung Soo.

"Kai bisakah kau mampir sebentar. Aku akan menjelaskan sesuatu tentang masalah ini. Tapi, sebelumnya, aku akan memindahkan Baekhyun terlebih dahulu."

Kai melihat jika Chanyeol sedang memeluk Baekhyun yang tidak sadarkan diri dalam dekapannya. Sebenarnya, Kai hampir kehilangan kendali emosinya saat melihat Kyung Soo dalam keadaan yang seperti ini, namun Kai tau, percaya kepada Chanyeol akan lebih baik untuk meluruskan masalahnya.

Dan, Chanyeol tau bahwa Kai sangat peduli kepada Kyung Soo. Maka dari situ, Chanyeol langsung menghubungi Kai saat Baekhyun pergi darinya untuk menghampiri Kyung Soo. Tapi, Kai datang terlambat dan Chanyeol pun tidak melakukan apapun karena terlalu terkejutnya sampai Baekhyun yang melakukan tindakan diluar kendalinya.

Bersama temannya, Kai membawa Kyung Soo ke dalam mobil dan memberikan penanganan pertama setidaknya sampai nanti dirumah sakit. Sedangkan, Chanyeol membawa Baekhyun ke kamar untuk diistirahatkan serta mengganti pakaiannya dan mengobati luka Baekhyun yang terdapat pada wajahnya karena terkena sepihan pecahan beling yang terlempar akibat ulahnya.

Chanyeol dan Kai kembali ke ruang tamu, namun Chanyeol mengatakan jika tempat ini akan dirapihkan segera, jadi Chanyeol mengajak Kai untuk berbicara pada ruang keluarga disebelah.

"Kai, kau tau bahwa Baekhyun mengalami amnesia?" buka Chanyeol ketika itu. Dan, Kai mengangguk setuju untuk membenarkannya. "Demi Tuhan Kai, Baekhyun tidak mengingatku, namun saat Baekhyun melihat Kyung Soo, Baekhyun dapat mengingat dirinya."

"Menurutmu apa Baekhyun kembali teringat tentang siapa yang pernah mencelakainya setelah melihat Kyung Soo?"

"Aku tidak tau, tetapi saat itu, Baekhyun bukanlah Baekhyun yang ku kenal. Baekhyun terlihat sangat marah ketika melihat Kyung Soo. Baekhyun benar-benar dipenuhi emosi seperti ia membenci Kyung Soo. Dokter pun sempat mengatakan jika Baekhyun kemungkinan dapat mengingat kejadian itu kembali namun hal itu dapat mengganggu psikologisnya."

"Ku rasa, Baekhyun dapat merasakan hal yang terjadi diluar kendalinya. Untuk seseorang yang pernah mendapatkan trauma berat, setidaknya ia dapat mengenali situasi yang pernah terjadi yang membuatnya terancam. Baekhyun membela dirinya karena ia merasa terancam oleh kehadian Kyung Soo. Instingnya yang mengatakan jika ia harus bertindak atas ketidakadilannya yang pernah menimpanya."

"Ya, kau tau bagaimana kejadian itu terjadi, Kai?"

"Aku pernah menangani kasus yang sama seperti Baekhyun. Aku mengerti kenapa Baekhyun tidak sadarkan diri saat ia telah membuat Kyung Soo terluka. Dengar Chanyeol, Dalam keadaan yang tidak seperti biasanya, pasienku mengatakan bahwa ia telah bersumpah untuk seumur hidupnya untuk membenci orang yang pernah mencelakainya. Namun, saat ia kembali dalam kesadarannya seperti biasa, ia tidak benar-benar membenci orang itu.

Baekhyun sebenarnya sangat ketakutan saat melihat Kyung Soo, namun jiwa raganya yang dulu pernah hidup dalam sikap tidak adilnya Kyung Soo tidak menerima jika Kyung Soo kembali hadir dalam kehidupannya yang baru. Baekhyun tidak sadarkan diri karena kesadarannya sudah kembali, dan ia terlalu terkejut melihat Kyung Soo yang terluka parah akibat ulahnya sendiri."

Chanyeol tidak lagi bisa mengatakan apapun atas penjelasan Kai yang mengerti akan situasi yang sebenarnya. "Jadi, apa yang Baekhyun lakukan adalah bukan karena kehendaknya sendiri?"

"Baekhyun dikendalikan oleh masa lalunya yang belum ia jalani."

"Tapi, Kai, apa Baekhyun akan terus seperti itu?"

"tunggu, apa Baekhyun mengatakan sesuatu sebelum ia tidak sadarkan diri?"

Chanyeol mengerutkan dahinya untuk memutar waktu, "Baekhyun meminta maaf padaku."

Kai tersenyum mendengarnya, "Aku tau bahwa Baekhyun adalah orang yang pemaaf. Kau harus tau Chanyeol, bahwa Baekhyun tidak ingin kehilanganmu apalagi dibenci olehmu karena telah melukai Kyung Soo. Baekhyun meminta maaf atas kendali dirinya yang tidak lagi dapat dikontrol. Baekhyun membutuhkan pelampiasan dalam masa lalunya, tetapi Baekhyun juga menyesalinya karena malah membuat orang lain terluka."

"Kai, aku benar-benar minta maaf karena Baekhyun..."

"Chanyeol, aku mengerti kenapa Baekhyun seperti itu. Berhentilah meminta maaf atas kejadian ini. Kau tau bahwa Baekhyun pernah mengalami hal yang lebih buruk dari ini?" Kai tertawa kecil, "Setidaknya, Kyung Soo tidak mendapatkan luka yang cukup serius. Aku sempat memeriksanya tadi."

"Terima kasih."

"Baiklah, aku harus menyusul temanku dirumah sakit. Sampaikan salamku pada Baekhyun. Dan, Jagalah dia baik-baik, Chanyeol."

"Aku akan mengunjungimu besok, Kai."

.
.
.
**
.
.
.

Mentari pagi kembali menyapa. Menerangi setiap daratan dan lautan yang mampu ditembus oleh sinar hangatnya untuk memulai segala aktivitas pagi hari yang baru ini.

Sinarnya masuk menyinari salah satu jendela apartement milik sepasang kekasih yang telah dipertemukan kembali dalam kehidupan yang baru. Tapi, hal itu tidak mempengaruhi salah seorang dari mereka yang masih terlelap ditidurnya dalam dekapan sang kekasih.

Baekhyun sudah bangun sedari tadi. Namun, Baekhyun masih belum mau melakukan hal apapun kecuali memandangi wajah Chanyeol yang masih setia menutup matanya padahal jam sudah menunjukan waktu untuk sarapan pagi.

Baekhyun tersenyum melihat malaikat pelindungnya yang masih terpancar ketampanannya dalam keadaannya yang tenang seperti ini. Membuat Baekhyun merasa bahagia ketika pagi harinya disambut oleh Chanyeol didalam pelukannya.

Baekhyun mengagumi bagaimana indahnya wajah Chanyeol yang diterpa oleh sinar matahari pagi. Banyak bersyukur dalam hati karena ia bisa memiliki Chanyeol kembali.

Meski Baekhyun masih penasaran karena belum mengetahui bagaimana kehidupannya bersama Chanyeol dimasa lalu, namun Baekhyun mencoba mengerti dalam keadaannya yang seperti ini. Mungkin ada sesuatu yang tidak lagi dapat Baekhyun miliki dimasa lalunya untuk terulang kembali dalam kehidupannya yang baru. Dan, satu hal yang mungkin kenapa Baekhyun tidak lagi dapat mengingat masa lalunya adalah karena Baekhyun layak mendapatkan hal yang lebih baik mulai dari detik ini.

Jemari Baekhyun mengusap pelan rambut Chanyeol yang halus kearah belakang, menghasilkan kerutan kecil pada dahi Chanyeol yang mulai terusik dalam ketenangan tidurnya.

"Ohh, selamat pagi, Baek." Chanyeol sempat membuka matanya sebentar namun ia kembali memejamkan matanya dan menarik Baekhyun kedalam pelukannya agar semakin dekat.

"Selamat pagi, Chanyeol." Karena jarak yang begitu dekat, Baekhyun mengecup pipi Chanyeol dengan malu-malu dan berhasil membuat Chanyeol membuka matanya lagi.

Chanyeol tersenyum saat melihat Baekhyun yang tersenyum malu-malu padanya, "Kenapa disitu?"

Baekhyun menggelengkan kepalanya dan mengulum senyumannya karena ia benar-benar malu saat ini.

"Kau tidak ingin dicium disini?" Chanyeol menggunakan telunjuknya untuk menyentuh bibir Baekhyun.

Baekhyun semakin menundukkan kepalanya, menyembunyikan rona merah yang terdapat pada kedua pipinya untuk beberapa saat, dan dengan tiba-tiba Baekhyun mencium bibir Chanyeol sambil tersenyum.

Chanyeol merindukan saat-saat seperti ini. Karena, itu ia memejamkan matanya untuk menikmati bagaimana Baekhyun menyentuh bibirnya dengan caranya sendiri.

Namun, ciuman itu hanya berlangsung beberapa detik sebelum Baekhyun terkejut dan menjauhkan kepalanya dengan Chanyeol untuk mengambil posisi duduk. "Ahh, Chanyeol...emm...seharusnya aku tidak melakukannya. Maafkan aku." Baekhyun terus menyentuh bibirnya yang masih basah.

Chanyeol ikut duduk sama seperti Baekhyun dan memeluk pinggangnya dari belakang, "Siapa yang melarangmu untuk berciuman denganku? Setiap pagi kau selalu protes jika aku hanya mencium kepalamu."

"Benarkah? Apa aku selalu minta dicium seperti tadi setiap pagi kepadamu?"

"Apa kau akan percaya jika aku mengatakannya?"

Baekhyun menghela napasnya pendek dan menolehkan kepalanya melihat Chanyeol saat Chanyeol menyandarkan pipinya pada bahunya.

"Cium aku lagi." Chanyeol memejamkan matanya dan mengerucutkan bibirnya.

Baekhyun menurutinya, dan mendekatkan kepalanya kepada Chanyeol, namun Baekhyun hanya mencium kening Chanyeol dan setelah itu ia pergi melarikan diri ke kamar mandi sambil tertawa dan membiarkan Chanyeol yang protes dibelakangnya.

**

Chanyeol dan Baekhyun baru saja sampai didepan rumah sakit tempat dimana Kai bekerja. Sebenarnya mereka sudah telat dua jam dari yang dijanjikan karena Baekhyun terus mengganti bajunya dengan alasan tidak nyaman. Belum lagi Chanyeol yang terus mengatakan bahwa Baekhyun tidak boleh terpesona oleh Kai. Dan, Baekhyun pun terus menggoda Chanyeol dengan menanyakan apakah Kai akan lebih seksi dari Chanyeol seperti yang ada dibayangannya atau tidak.

Chanyeol membukakan pintu mobil untuk Baekhyun, mengulurkan tangannya untuk membantu Baekhyun keluar dari mobil sebelum akhirnya Chanyeol yang memaksa Baekhyun untuk bergandengan tangan bersamanya.

Dipintu depan sana sudah terdapat Kai yang tengah duduk sambil bersantai dengan ponselnya dengan beberapa gelas plastik bekas minuman.

"Hai, Kai." Sapa Chanyeol terlebih dahulu. Mereka melakukan salaman seperti biasa, "Kai, ini Baekhyun."

Baekhyun sempat terdiam sejenak memandangi Kai karena kagum, meski dengan seragam khas rumah sakit namun itu tidak menutupi kenyataan bahwa Kai benar-benar seksi seperti namanya. Baekhyun disikut kecil oleh Chanyeol dan menyadarkannya pada dunia nyata, kemudian ia membungkuk memberi salam, "Aku Baekhyun."

"Aku Kai, senang bisa bertemu denganmu, Baekhyun-ssi."

"Tidak perlu bicara formal seperti itu, Kai."

Chanyeol berdehem kecil mencoba mengalihkan suasana dan Baekhyun meliriknya jengkel dan mencubit kecil pinggang Chanyeol karena bersikap tidak sopan padahal Chanyeol sendiri yang bilang akan memperkenalkannya dengan Kai.

"Baiklah, ayo kita ke ruanganku." Kai yang memimpin jalan sedangkan Chanyeol dan Baekhyun mengikutinya dibelakang.

Sepanjang lorong, Baekhyun terus memperhatikan keadaan sekitar karena merasa asing dengan rumah sakit yang satu ini. Semua ruangannya tertutup rapat, hanya terdapat sebuah jendela berbentuk persegi yang panjang sisinya tidak sampai 20cm.

"Chanyeol, apa rumah sakit ini masih berjalan? Kenapa aneh sekali?"

"Jika rumah sakit ini ditutup, mungkin Kai tidak akan mau bekerja pada bangunan kosong."

"Tapi, Chanyeol..."

"...Kalian tunggu saja diruanganku, akan aku pesankan air minum dan camilan pagi hari. Apa kalian ingin ku pesankan sesuatu?" tanya Kai.

"Jika ada susu stoberi, aku akan memesannya." Sahut Baekhyun antusias.

"Baek..."

Kai tertawa melihat sikap protektif dari Chanyeol kepada Baekhyun, "Tidak apa-apa Chanyeol. Kau seperti menanggap aku orang lain saat ada Baekhyun disampingmu. Tentang saja, Baekhyun. Susu stoberimu akan aku bawakan."

Baekhyun menjulurkan lidahnya pada Chanyeol ketika Kai sudah pergi ke bagian pastry. Chanyeol dengan malas membuka pintu ruangan Kai. Tidak ada yang terlalu menarik, semuanya masih tetap sama.

Selama 30 menit, mereka menghabiskan waktunya untuk saling mendekatkan diri. Terlebih Baekhyun yang terlihat banyak berbicara kepada Kai sampai mengabaikan keberadaan Chanyeol. Tetapi, melihat Baekhyun yang dulu tidak pernah ingin memiliki rasa keingintahuan lebih tentang orang lain, kini sudah berganti dengan Baekhyun yang peduli tentang sekitarnya.

Kai menceritakan dengan menggunakan kalimatnya yang sederhana dan dapat Baekhyun mengerti dengan mudah tanpa membuatnya terkejut bahwa ini adalah rumah sakit jiwa. Baekhyun menyimaknya dengan antusias dan sempat menawarkan dirinya menjadi sukarelawan disini, namun tentu saja Chanyeol tidak membolehkannya dan Kai mengerti kenapa Chanyeol seperti itu. Dan, sebagai gantinya, Baekhyun bisa datang kapan pun yang ia inginkan asalkan atas izin dari Chanyeol.

Kai menceritakan banyak hal kepada Baekhyun setiap kali Baekhyun bertanya tentang apapun yang ingin dia ketahui, seolah Baekhyun sedang belajar bersama dosennya. Dan, pada akhirnya Baekhyun menemukan titik kejenuhannya sendiri karena sudah tidak ada lagi yang membuatnya penasaran tentang Kai_beserta kehidupannya_dan itu benar-benar membuat Chanyeol dapat bernapas lega.

"Kai, bagaimana keadaan-Nya?" Chanyeol bertanya setelah Baekhyun diam dan menghabiskan susu kotak stoberinya yang ke-tiga.

"Dia lebih banyak diam kali ini. Namun, jauh lebih sensitive dari hari kemarin. Dia juga tidak ingin ditemui oleh orang lain kecuali diriku."

"Bisakah aku melihatnya?"

"Tunggu sebentar, aku akan mengeceknya terlebih dahulu. Ku beri tau kau satu hal, aku tidak lagi bisa menenangkan dirinya jika sudah dalam keadaan panik dan aku benar-benar tidak tega jika harus terus memberikannya obat penenang. Jadi, mengertilah jika kau hanya dapat melihatnya dari jendela pintu saja."

"Itu sudah lebih dari cukup."

Kai pergi meninggalkan Chanyeol dan Baekhyun untuk mengecek kamar Kyung Soo. Ya, sebenarnya Chanyeol membicarakan Kyung Soo dan untunglah Kai pintar membaca situasi kenapa ia tidak menyebutkan nama Kyung Soo dalam kalimatnya. Takut-takut jika tiba-tiba Baekhyun teringat kembali tentang kejadian yang semalam, karena sejauh ini Baekhyun terlihat telah melupakan kejadian itu.

"Chanyeol, siapa yang kau bicarakan? Apa dia salah satu pasien dirumah sakit ini."

Chanyeol memegang kedua telapak tangan Baekhyun dan mengusap-usapkannya lembut, "Maafkan aku karena aku tidak bisa mengatakannya padamu. Tetapi, aku akan membiarkanmu melihatnya. Namun, ingat satu hal pesanku ini, Baek. Jika kau merasakan sesuatu saat kau melihatnya, bisakah kau mengatakan padaku tentang rasa itu?"

"Apa akan terjadi sesuatu padaku?" Baekhyun mengeratkan jari-jarinya pada Chanyeol.

"Ingat pesanku itu padamu, Baek."

"Chanyeol, kau membuatku takut."

Chanyeol langsung memeluk Baekhyun ketika ekspresi wajah Baekhyun menggambarkan apa yang telah dikatakannya, "Aku akan ada disampingmu. Jangan pernah lagi mengatakan takut jika kau tidak ingin ada dalam keterpurukan. Aku selalu ada untukmu."

Baekhyun mengangguk kecil sebagai jawabannya.

"Chanyeol, dia bisa dikun-" Kai berada dalam mode freeze-Nya di ambang pintu ketika ia melihat jika Chanyeol dan Baekhyun sedang berpelukan, "-jungi." Lanjutnya dengan nada rendah.

"Ayo, Baek."

Sepanjang perjalanan Baekhyun tidak pernah melepaskan pegangan tangannya dengan Chanyeol. Baekhyun juga selalu menggigiti ujung kukunya untuk menghilangkan rasa gugup pada dirinya. Chanyeol beberapa kali memberikannya kecupan pada ujung kepalanya, namun itu tetap tidak mampu membuatnya tentang setidaknya sampai didepan salah satu pintu yang jauh dari jangkauan orang lain.

"Kai, apa ini tidak terlalu berlebihan menjauhkannya dari sosial?" tanya Chanyeol prihatin ketika ia melihat jika Kyung Soo sedang duduk memunggunginya disana yang hanya diam memandangi jendela kamarnya.

"Kau fikir aku tega melakukan ini jika tidak untuk kebaikkannya? Tenang saja, aku selalu berada dikamarnya jika kau tidak disini."

"Chanyeol..." lirih Baekhyun kecil ketika ia melihat siluet Kyung Soo dikaca pintu itu.

Chanyeol membalikkan tubuhnya dan memegang kedua bahu Baekhyun karena khawatir, "Ada apa, Baek?"

"Chanyeol...ap-apa, ak-aku pernah melukainya?" Baekhyun tidak mengalihkan pandangannya dari Kyung Soo.

"Baekhyun, tenangkan dirimu. Kau tidak boleh kalah oleh rasa ketakutanmu."

"Chanyeol..." Baekhyun menatap Chanyeol dalam-dalam, dan Chanyeol tidak berbohong jika Baekhyun seperti sedang dikeluti oleh rasa bersalah. "...apa aku pernah melukainya?"

Chanyeol tidak tau harus menjawabnya atau tidak. Banyak kemungkinan yang akan terjadi jika Chanyeol menjawab iya maupun tidak.

"Jawab aku, Chanyeol. Dengan jujur, ku mohon."

Tidak ada jalan lain, dengan berat hati Chanyeol mengangguk sebagai jawaban dan Baekhyun langsung menutup mulutnya karena terkejut. "Baekhyun, aku tau itu bukan kesalahanmu."

"Kai, bagaimana keadaannya? Apa dia baik-baik saja?" tanya Baekhyun pada Kai.

"Dia sedang dalam masa pemulihan. Dan, tidak ada kendala selama prosesnya."

"Kai, biarkan aku masuk."

"Baekhyun, kau tidak bisa..."

"Kai, dengar. Dia ingin bertemu denganku bersama Chanyeol. Dia membutuhkan waktunya sebentar bersama dengan Chanyeol. Dia merindukan Chanyeol, Kai."

Kai terdiam beberapa saat, "Darimana kau bisa tau semua itu?"

"Firasatku mengatakan hal yang serupa."

"Dan, firasatnya tidak pernah melesat, Kai." Sambung Chanyeol meyakinkan Kai. "Karena, aku tidak akan pernah lagi meragukan firasatnya."

Kai mempertimbangkan keputusan itu. Ia benar-benar tidak lagi menginginkan jika Kyung Soo harus diberikan obat penenang. Ia tidak akan sanggup melihat hal yang seperti itu lagi pada Kyung Soo. Ia terlalu menyayanginya.

Tetapi, jika waktu dapat diputar kembali, mengingat Chanyeol yang pernah meragukan Baekhyun, Chanyeol mendapat musibah yang entah apakah Kai akan kuat menghadapainya seperti sekarang atau tidak.

Dan, hanya dibekali oleh kejadian ini, Kai mempercayainya dan membuka kunci kamar Kyung Soo dan membiarkan Baekhyun yang pergi lebih dulu untuk menghampirinya.

Baekhyun berjalan mendekati Kyung Soo, dan berdiri tepat disampingnya sampai Kyung Soo menyadari keberadaannya.

Karena terlalu terkejut melihat Kyung Soo yang melihat Baekhyun, sempat membuat Kai panik dan baru saja akan berlari menghampirinya jika saja Chanyeol tidak menahannya. Chanyeol meyakinkan Kai bahwa semuanya akan baik-baik saja.

"Kyung?" panggil lembut Baekhyun kepada Kyung Soo yang hanya menatapnya datar. "Kyung Soo, aku datang."

Baekhyun memberanikan dirinya untuk lebih mendekat pada Kyung Soo dan duduk disebelahnya dengan hati-hati. "Bagaimana kabarmu?"

Kyung Soo terus memperhatikan Baekhyun dalam diam. Tidak melakukan tindakan apapun maupun hal lainnya.

"Aku tidak tau harus minta maaf karena entah kesalahan apa yang pernah ku perbuat padamu, tetapi aku benar-benar seperti harus meminta maaf padamu, Kyung."

Kyung Soo mengulurkan tangannya untuk mengusap punggung tangan Baekhyun, dan usapan itu membuat Baekhyun merasa tenang dan nyaman.

Baekhyun membiarkan Kyung Soo mengusap tangannya, "Aku datang bersama Chanyeol."

Mendengar nama Chanyeol disebut, Kyung Soo menolehkan kepalanya kebelakang dan melihat jika Chanyeol berjalan memasuki ruangannya bersama Kai dibelakangnya.

Chanyeol berdiri tepat dihadapan Kyung Soo dan ia hanya diam melihat Kyung Soo yang juga sedang memperhatikannya dalam diam. Kyung Soo menolehkan kepalanya menatap Baekhyun ketika ia merasakan jika bahunya disentuh oleh Baekhyun, "Tunggu apa lagi?"

Dengan begitu, Kyung Soo menurunkan kakinya ke lantai dan berjalan perlahan menghampiri Chanyeol untuk memeluknya. Karena, Chanyeol melihat Baekhyun bahwa dirinya membiarkan Chanyeol memeluk Kyung Soo, Chanyeol pun mendekap tubuh Kyung Soo dalam pelukannya.

Kyung Soo tersenyum untuk yang pertama kalinya dalam dekapan Chanyeol, membuat Kai tidak percaya jika Kyung Soo tidak akan bertindak aneh-aneh seperti yang ada dalam bayangannya. Dan, Kai benar-benar mempercayai jika firasat Baekhyun memang benar. Serta membuktikan bahwa Chanyeol juga tidak akan pernah lagi meragukan Baekhyun untuk mengulangi kejadian yang sama.

"Sudah lama kita tidak bertemu, Kyung." Chanyeol mengusap lembut punggung Kyung Soo yang membuat Kyung Soo tertawa kecil ketika ia mendengar namanya disebut oleh Chanyeol.

Baekhyun ikut tersenyum dan merasa senang menyaksikannya karena merasa jika saat ini keadaan Kyung Soo sudah lebih baik dan tenang daripada saat pertama kali ia masuk ke kamarnya. Baekhyun tau bahwa Kyung Soo sangat merindukannya, entah mendapat keyakinan darimana jika itulah yang memang terjadi pada Kyung Soo. Firasatnnya selalu mengatakan seperti itu.

Baekhyun memberikan banyak waktu pada Chanyeol untuk Kyung Soo hari ini, sedangkan ia menyibukkan dirinya membantu Kai untuk memberikan obat serta makan siang kepada pasien. Semua itu tidak terlalu buruk, Baekhyun justru menikmati pekerjaannya yang baru pertama kali ia coba.

Sedangkan, Chanyeol menemani Kyung Soo dikamarnya dan mencoba mengajaknya berbicara. Namun, Chanyeol hanya bisa mendengar bahwa Kyung Soo sangat merindukannya. Hanya itu yang dikatakan Kyung Soo sedari tadi, namun itu terus membuatnya tersenyum karena Chanyeol ada didekatnya.

Kai pun merasa terkejut karena tidak biasanya Kyung Soo dapat tersenyum lebar seperti itu, dan Kai sangat berterima kasih atas kunjungan mereka kesini yang membuat keadaan Kyung Soo pun ikut membaik.

Hingga hari menjelang sore, Chanyeol dan Baekhyun berpamitan untuk pulang. Seharian ini menjadi hari yang tidak akan pernah mereka lupakan. Menghabiskan banyak waktu mereka dirumah sakit yang jarang ada pengunjung yang ingin menjenguk pasien. Padahal , Baekhyun terus mengatakan bahwa pasien-pasien itu merindukan keluarganya, hanya saja mereka tidak dapat mengontrol kendali dirinya setelah melihat wajah keluarganya.

Baekhyun juga banyak berpesan pada Kai setidaknya pasien-pasien itu harus diajak keluar berjalan-jalan disekitar rumah sakit saja. Itu akan membuat suasana hati mereka menjadi tidak terlalu buruk. Termasuk, Kyung Soo yang tidak lagi Baekhyun perbolehkan untuk berada dikamar penyekap itu. Semua itu malah membuat Kyung Soo dalam keadaan tertekan.

"Kai, ingat pindahkan kamar Kyung Soo setelah ini, mengerti?" ujar Baekhyun ketika mereka akan berpisah dihalaman depan.

Kyung Soo ada disamping Kai, sedang berpegangan tangan padanya dan selalu tersenyum seperti saat pertama kali ia dapat memeluk Chanyeol. "Aku berencana memindahkannya ke ruanganku."

"Ya itu adalah urusanmu. Tapi, aku akan benar-benar sangat marah jika kau mengembalikannya kesana."

"Tidak akan pernah, Baek." Kai menoleh sekilas kearah Kyung Soo dan Kai mencubit kecil pipi Kyung Soo.

"Baiklah, kami akan pergi. Sampai jumpa, Kai." Baekhyun melambaikan tangannya pada Kyung Soo dan hanya dibalas oleh sebuah senyuman olehnya. Karena Kyung Soo tidak ingin melepaskan tangannya dari Kai.

Baekhyun mengikuti langkah Chanyeol dibelakangnya dan ketika tiba dimobil mereka, Chanyeol membukakan pintu untuk Baekhyun, namun Baekhyun malah mendekatkan dirinya pada Chanyeol.

"Ada apa, Baek?" tanya Chanyeol sambil memeluk pinggang Baekhyun.

Baekhyun tersenyum dan menyentuhkan tangannya pada otot lengan atas milik Chanyeol, "Bisakah kita pergi ke pantai?"

Rasa dingin tiba-tiba menyebar ke seluruh tubuh Chanyeol mendengar kata pantai. Tidak, Chanyeol tidak ingin mengambil resiko jika Baekhyun dapat mengingat kejadian yang telah lalu itu. Chanyeol benar-benar belum siap menerima jika Baekhyun dapat kembali mengingatnya, "Kenapa?"

"Aku ingin menghabiskan malam ini bersamamu disana."

"Apa kau ingin pergi kesana karena firasatmu mengatakan yang serupa?"

Baekhyun mengerucutkan bibirnya sebal dan memukul dada Chanyeol yang tidak terasa sakit sedikit pun pada lawannya, "Kau fikir aku hanya mengandalkan firasatku? Itu atas kehendakku sendiri, kau tau!"

"Baiklah, baiklah. Aku mengerti." Chanyeol mengelus rambut Baekhyun untuk menenangkannya yang sedang merajuk dan kemudian mengecup pucuk kepalanya untuk beberapa waktunya.

**

"Chanyeol..." panggil lembut Baekhyun kala itu mereka sedang duduk berdua dipasir dengan pemandangan matahari yang seolah tenggelam masuk ke dalam air pantai diujung sana. "...Apa kita benar-benar pernah bersama sebelumnya?"

Chanyeol membasahi bibirnya yang sedikit kering dan menghilangkan rasa gugupnya saat ini, entah kenapa jantung Chanyeol selalu berdebar tidak menentu setiap kali Baekhyun memanggil namanya. Seperti, Chanyeol baru saja mendapatkan cintanya dari sang kekasih, "Aku tidak tau bagaimana cara mengatakannya. Tetapi, apa mungkin aku bisa membohongimu dengan merangkai berbagai cerita untuk meyakinkan sebuah kenyataan dalam kepalsuan?"

Baekhyun memiringkan kepalanya menghadap Chanyeol, menekuk kedua kakinya dan memeluk lututnya untuk memandangi Chanyeol sambil tersenyum. "Aku tau kau tidak akan pernah membohongiku. Aku benar-benar bersyukur karena dapat memilikimu kembali."

Chanyeol tidak tau bagaimana perasaan dirinya saat ini ketika Baekhyun merasa seperti ia adalah orang yang beruntung untuk bisa mendapatkannya. Namun, dilain dari rasa bersyukur Baekhyun, Chanyeol justru semakin merasa bersalah kepada Baekhyun perihal tentang kejadian yang menjadi sebuah pelajaran sekaligus ujian terberat untuknya, "Kau ingin tau kenapa aku tidak pernah ingin membohongimu?"

Baekhyun menempelkan pipinya pada tangannya, terlihat antusias ingin mendengar alasan dari Chanyeol, "Apa?"

Chanyeol mengikuti gaya Baekhyun yang memeluk kakinya dan matanya menatap satu sama lain, menyalurkan segala kecintaannya melalui sebuah pandangan, "Karena aku tidak ingin kehilanganmu untuk yang kedua kalinya."

Baekhyun tersenyum manis yang membuat Chanyeol terpesona melihatnya, "Aku tidak akan pernah pergi lagi, Chanyeol."

"Aku tau."

Baekhyun menggeser pantatnya untuk mendekat pada Chanyeol. Merentangkan kedua tangan Chanyeol agar dirinya bisa duduk dipangkuan Chanyeol sambil memeluknya dan menyandarkan kepalanya pada dada Chanyeol. "Nyaman sekali." Ujarnya lembut sambil memejamkan matanya dan tersenyum.

Chanyeol menempelkan pipinya pada ujung kepala Baekhyun dan mengusap pelan punggung Baekhyun untuk memberikan kenyamanan yang lebih. "Aku mencintaimu, Baekhyun."

Baekhyun mengeratkan kedua tangannya untuk memeluk Chanyeol, "Aku juga mencintaimu, Chanyeol. Selamanya."

Dan, diakhir cahaya matahari yang telah menghilang seutuhnya dilangit barat, Chanyeol dan Baekhyun membuat api unggun untuk menerangi malam mereka yang indah.

Di bawah langit berbintang, Chanyeol membawa gitarnya mendekati Baekhyun. Mengatakan sebelumnya jika Baekhyun ingin menyanyikan sebuah lagu untuk Chanyeol dan Chanyeol akan mengiringi musiknya dengan gitar.

Melodi gitar Chanyeol menyatu dengan merdunya suara lembut milik Baekhyun, membuat keduanya terlarut dalam nyanyian sebuah lagu dari harmonisasi yang mereka buat.

"Hear my pain
Inside my heart calling you name
Because part of me
wants you
All your wounds became my wounds
Because part of me
Is in you
" - Separuh Aku, Noah.

Sedaritadi, Chanyeol tidak mengalihkan pandangannya dari wajah berseri milik Baekhyun. Melihat jika Baekhyun terus tersenyum dalam nyanyiannya. Dan, Chanyeol menyukai itu.

Chanyeol bersumpah dalam hati bahwa ia tidak akan pernah lagi menghilangkan senyuman indah itu dari wajah Baekhyun, bahwa ia tidak akan pernah lagi membuat Baekhyun melupakannya, dan bahwa ia tidak akan pernah lagi menyia-nyiakan Baekhyun yang selalu menerima setiap kekurangan dan kelebihan dari dirinya. Chanyeol akan selalu ingat tentang sumpah dirinya sendiri sampai akhir hayatnya. Karena Chanyeol, tidak ingin kehilangan dirinya.

-THE END-

 

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet