Artificial Love

Description

Detak jantung Luhan berganti degup besi. Sehun berpacu dengan angka seratus demi bertemu rusanya walau yang terakhir kali.

Foreword

"Aku tidak akan meninggalkanmu. Aku bersumpah. Aku akan selalu di sini, menunggumu bangun. Karena itu... bangunlah, Luhan. Bangunlah..."

"Sehun."

"Kumohon..."

"Sehun, sudahlah," Kyungsoo terpaksa menarik kerah kaus Sehun lebih kuat. Tangan Luhan tak patut dicengkeram sekuat itu. "Ia sudah tenang lagi. Tadi memang sempat panik, entah kenapa. Tapi dokter bilang dia sudah tidur lagi."

Mata Sehun tak pernah semerah itu. Kyungsoo yang katanya tak punya hati menghela napas panjang.

"Apa... d-dia bangun, Hyung?"

"Tidak. Hanya shock saja, lalu tenang lagi. Sehun, maafkan kepanikanku tadi. Tapi sedetik itu aku benar-benar takut kalau ada apa-apa..." Kyungsoo memalingkan muka. "Aku tidak bisa berpikir jernih. Kau tidak kunjung mengangkat telepon dan Luhan kejang hebat sekali. Grafik jantungnya tidak stabil. Dokter dan perawat itu berteriak-teriak, dan aku tidak bisa apa-apa. Mereka memakai alat-alat yang aku hanya pernah melihatnya di drama-drama. Seolah... seolah Luhan akan mati. Aku... aku takut."

Sehun mengusap puncak kepala Kyungsoo yang bahunya gemetar. Ia mengerti. Betul-betul mengerti perasaannya.

Kyungsoo adalah sahabat Luhannie-nya.

"Aku akan di sini. Aku tidak akan pulang." Sehun menegaskan. Kyungsoo tampak terkejut. "Aku tidak mau ini terulang lagi. Apapun yang terjadi, aku ingin jadi orang pertama yang ia lihat saat ia membuka matanya."

"Tapi kuliahmu—"

"Itu bisa kuatur belakangan."

Sehun mengulas senyum. Kyungsoo tahu sebenarnya ia ragu.

"Aku pulang dulu. Hyung pasti khawatir."

Sehun mengangguk, mengantar Kyungsoo sampai gerbang rumah sakit dan kembali.

Luhannienya masih di sana, terbaring. Hidupnya dibantu selang dan masker udara.

Bibirnya tidak tersenyum.

"Apa, Luhannie?" bisik Sehun pelan. "Apa yang mau kau katakan? Kenapa saat aku hampir pulang, kau jadi begini?"

Ia menarik sebuah kursi. Melirik jam dinding. Pukul sepuluh malam.

Tiket yang Yifan beli sia-sia di tangannya.

"Luhannie..."

Ia menggenggam tangannya. Erat.

"Aku sudah bilang tadi. Kali ini akan kutepati." Sehun mengecup dahinya. "Aku akan jadi orang pertama yang kau lihat kalau kau bangun nanti. Setelah itu, setelah kau sehat, akan kuajak kau kencan ke tempat kita pertama kencan dulu, kau ingat? Lalu ke sekolah lamamu. Kita bisa nostalgia di atap seperti dulu lagi. Aku janji tidak akan meninggalkanmu seperti dulu, sungguh. Aku akan pulang tepat waktu tiap hari. Aku akan... aku akan..."

Senyumnya berubah jadi ringisan. Tetes bening mengalir bebas.

"Apapun... akan k-kulakukan apapun... asal... a-asal... kau bangun... Luhannie..."

.:xxx:.

HunHan || Sci-fi || Twoshot

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet