Chapter 1

Written in the Heart

Sung Jae memperhatikan makam sahabat masa kecilnya dengan sedih kemudian menaruh bunga di dekat nisan yang bertuliskan Nam Joo Hyuk.

 

" Dasar brengsek, kenapa kau pergi begitu cepat uh?" katanya sedih.

 

" Kau bilang kita akan bertanding basket saat tua nanti. Kau bahkan tidak menungguku kembali dari Tokyo." lanjutnya semakin sedih.

 

" Kenapa? Kenapa, Hyuk-ah? Kau bilang kita harus bersama sampai 100 tahun, tapi kau bahkan pergi saat usia mu baru 22 tahun! Kau bilang akan memberiku banyak keponakan? Mana? Belum satu pun? Kau bilang,. Kau bilang.."  Sung Jae tak tahan lagi dan air matanya terjatuh membasahi pipinya.

 

 

" Apa kau Yook Sung Jae?" tanya seorang gadis yang tiba-tiba muncul di sampingnya. Sung Jae mengangguk.

 

" Oppa selalu bercerita tentangmu." kata gadis itu membuat Sung Jae menoleh.

 

" Aku Kim So Hyun." katanya.

 

" Oh, kau istrinya Joo Hyuk. Maaf tidak mengenalimu dan maaf tidak hadir saat pernikahan kalian setahun lalu." Sung Jae berkata memperhatikan istri sahabatnya.

 

Kim So Hyun adalah nama yang tidak asing karena Joo Hyuk sering bercerita tentang gadis itu dalam teleponnya. Mengatakan bahwa keberuntungan selain memilikinya sebagai sahabat adalah memiliki So Hyun yang sangat dicintainya sebagai kekasih.

 

Sahabatnya itu benar-benar brengsek! Dia membalas dendam dengan kejam terhadap Sung Jae yang ketika berusia 18 tahun pindah ke Tokyo. Kini pemuda itu pergi, bukan hanya sekedar ke suatu negeri tetapi pergi ke Surga.

 

 

. . . 

 

 

" Aku akan menikah Sung Jae!"

 

Joo Hyuk memberi tahu dengan gembira melalui telepon kepada Sung Jae. Suaranya yang keras membuat Sung Jae yang mendengarnya mendengus sebal.

 

" Kau gila? Kau masih sangat muda, Hyuk! Masih 22 tahun memutuskan menikah, nikmati dulu kehidupan masa muda." kata Sung Jae tidak setuju dengan keputusan sahabatnya.

 

" Aku akan menikmati kehidupanku dengan So Hyun! Kau akan datang 'kan?" tanya Joo Hyuk penuh harap.

 

" Aku akan berusaha." 

 

Kenyataannya, Sung Jae tak datang ke pernikahan Joo Hyuk karena ada urusan penting dengan keluarganya. Pemuda itu kemudian mengirimkan banyak hadiah sebagai gantinya. Penyesalan itu muncul, hari itu seharusnya dia hadir untuk menjadi pendamping sahabatnya menuju altar.

 

" Kau menyebalkan! Aku tidak akan mau menjadi pendampingmu nanti saat kau menikah!" kata Joo Hyuk kesal dan Sung Jae dapat merasakan sahabatnya merengut di sana.

 

" Aku tidak mau menikah kalau kau tidak jadi pendampingku, Hyuk! Sekarang kembalikan semua hadiahku, karena sepertinya aku akan jadi lajang selamanya!" Sung Jae bercanda.

 

" Yah! Hadiah yang sudah diberikan tidak bisa diambil kembali! Baiklah aku akan jadi pendampingmu saat menikah nanti, walaupun kau tidak hadir ke pernikahanku."

 

. . .

 

" Oppa sangat suka hadiah darimu." kata So Hyun yang duduk di samping Sung Jae yang kini memandangi foto pernikahan sahabatnya.

 

Sung Jae memperhatikan wajah tampan yang tersenyum sumringah di samping So Hyun. Foto yang dia pamerkan saat Joo Hyuk mengunjunginya sebulan setelah pernikahan. 

 

" Aku menyesal tak bisa datang hari itu." Sung Jae bergumam penuh sesal.

 

" Tidak apa-apa, dia memahami keadaanmu Sung Jae-ssi."

 

" Bocah itu memang sering sakit sejak kecil, seharusnya aku memperlakukannya dengan sangat baik." Sung Jae mengenang.

 

" Apakah kau tahu perihal penyakitnya?" tanya Sung Jae.

 

" Aku baru tahu sebulan sebelum kematiannya. Keluarganya juga begitu. Oppa menahan sakit kanker asam lambung nya sendirian, dia tidak mau kami khawatir. Apa dia memberi tahumu?" cerita So Hyun sedih.

 

" Dia juga tidak memberitahuku."

 

. . .

 

" Lihat dia cantik sekali kan?" Joo Hyuk menunjukkan foto pernikahannya pada Sung Jae dengan gembira.

 

" Aku akan percaya kalau melihatnya langsung."

 

" Dia tidak bisa datang karena sakit. Kalau kau melihatnya, aku yakin kau akan menyukainya juga." kata Joo Hyuk semangat.

 

" Kau tidak keberatan pemuda lain menyukai istrimu?" Tanya Sung Jae tidak percaya.

 

" Ya, bukan begitu maksudku." Joo Hyuk memukul kepala Sung Jae.

 

" Maksudku adalah agar ketika aku tidak disampingnya kau bisa memperlakukannya sebagai sahabat." kata Joo Hyuk dengan kekhawatiran tiba-tiba menghias wajahnya.

 

" Ya kawan, kau berbicara seperti mau mati saja. Kau harus selalu disampingnya, karena So Hyun muda dan cantik pasti banyak pemuda yang mengganggunya." kata Sung Jae menasehati.

 

" Aku hanya khawatir Sung Jae. Kau mau berjanji menjaganya kalau aku tidak ada, kan?"

 

" Tidak mau! Kau yang harus selalu menjaganya, jangan bicara sembarangan!"

 

. . . 

 

" Kim So Hyun?" panggil Sung Jae ragu.

 

" Ya?"

 

" Joo Hyuk pernah berpesan agar aku bisa berteman denganmu, menurutmu bagaimana?"

 

" Aku akan sangat senang berteman denganmu." 

 

" Beri tahu aku kalau kau memerlukan sesuatu." pesan Sung Jae.

 

So Hyun menoleh kemudian tersenyum.

 

" Gomawoyo.."

 

Sung Jae memperhatikan senyuman  yang menghias wajah manis Kim So Hyun. Gadis cantik di hadapannya yang selalu jadi bahan pujian Joo Hyuk, memang secantik perkataan sahabatnya itu.

 

" Istrimu masih muda dan sangat cantik, Joo Hyuk. Bagaimanan bisa kau tega meninggalkannya." batinnya kemudian tersenyum pilu.

 

Tbc..

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
koreadaebak #1
Chapter 1: I'm in love with this story already. Kisah yg bagus n bakal penuh drama kyanya. Lanjutkan!!