She is. . .

Seafood

Seseorang baru saja menepuk punggung chanyeol

Tolong, siapapun tolong

“Hai, boleh aku pinjam pulpen sebentar?” chanyeol melongo, siapa ya? Bidadari? Dewi? Malaikat?

“Eung” chanyeol mengangguk dengan mulut menganga

“Gomawo ne” gadis itu meletakkan kembali pulpen chanyeol di atas meja

“Bidadari”chanyeol tersenyum menatap punggung gadis itu yang semakin menjauh “Ah sial, jongin ada bidadari”

 

 

“Aduh aduh” chanyeol meringis ketika benda kecil berujung runcing itu menembus kulit tangannya

 “yo park, kau terlihat manis saat meringis seperti itu” jongin mneyengir lebar dengan kedua tangan menopang dagu melihat exspressi kesakitan chanyeol

“Diam kau hitam! Ini sakit”

“Mian haksaeng apa sesakit itu?”

“Ahjumma, kau kira saat benda itu menembus kulitmu akan terasa geli heh?!” chanyeol sewot

“Gwenchana ahjumma. Kalau perlu suntik saja si bodoh ini dengan boraks. Haha”

“maksudmu formalin? Pengawet mayat?” koreksi perawat itu

“Eh?” jongin cengo kemudian mengangguk

“Chanyeol-ssi maaf aku terlambat” kyungsoo datang dan seketika wajah masam chanyeol berubah sumringah

“Boraks itu untuk makanan haksaeng ck!” suster itu berdecak kesal saat jongin memanggilnya ahjuma dan dengan sok tau mengatakan ‘boraks’

“Kenapa?” kyungsoo mengernyit heran saat suasana menjadi canggung ditambah gerutuan si perawat

“Ada apa sama ahjuma itu sih?” jongin cengo

“AHJUMA ANIYAAA!” perawat itu berteriak histeris membuat jongin berjengit memegang dada kirinya dan sontak menaikkan kedua kakinya ke atas kursi dalam posisi jongkok.

.

.

Chanyeol duduk menyender di dalam kamarnya. Senyum masih setia terlukis disana

“Ahhhh kyungsoo” tersenyum

Melihat ponsel

Tersenyum

Melihat ponsel lagi

‘chanyeol-ssi, gwenchana? Maaf ya soal seafood?’

‘kau baik saja kan?’

Lihat lihat kyungsoo mengkhawatirkannya?

Jackpot untuk hari ini, chanyeol bisa duduk berdua makan siang bersama kyungsoo (walaupun berakhir keracunan seafood) dan mendapat nomor ponsel kyungsoo dan bonus pesan khawatir dari kyungsoo. Asssa!!

Mendadak bibir chanyeol terasa kering, berniat menjangkau air di sebelah kanan tempat tidur di atas meja lampu tidur

“Akhh”

Tak lama bibir chanyeol berkedut jengkel melihat memar merah di lipatan sikunya, dua luka tusuk lebih tepatnya dan satu di punggung telapak tangannya

Luka tusuk pertama di lipatan siku untuk pemeriksaan darah, luka tusuk kedua untuk suntikan antibiotic. Karena ya, perawat pikun itu sudah melepas infus di punggung tangan chanyeol tapi lupa menyuntikkan antibiotic.

Sungguh chanyeol ingin mengamuk saat itu kalau saja kyungsoo tidak datang saat umpatan sudah ada di ujung lidah chanyeol, jadi terpaksa di telan kembali

‘Sudah tidur ya? Sampai jumpa besok ya’

“Iya sampai jumpa besok malaikatku” chanyeol berguman kemudian mengecup layar ponselnya seolah itu adalah kyungsoo

.

23.00 WIB

(4 jam setelah pesan terakhir yang kyungsoo kirim)

“Apa aku tidak keterlaluan ya? Hanya membaca pesan kyungsoo tampa membalasnya?”

“Apa kyungsoo akan tersinggung?”

“Akan kubunuh kau jongin kalau saranmu ini sampai gagal dan membuat kyungsoo jauh”

“Aduh, apa dibalas saja ya?”

“Tapi bagaimana kalau kyungsoo sudah tidur?”

“Tapi bagaimana kalau belum? Bagaimana kalau kyungsoo menunggu balasan pesanku?”

“Ah tidak, bagaimana kalau kyungsoo sudah lelap dan aku membangunkannya karena mengirim pesan”

“Ah tidak, ini juga salah”

“telpon jongin saja deh”

Lalu….. tuuut tuut tuut “Yak!! Park bodoh, ini sudah hampir tengah malam kalau kau tidak punya jam………(blab la bla

.

.

.

END ~

.

Yahahaha apa ini?

Semoga reader ga muntah pas baca fanfic ini _-_

alurnya kecepetan, bahasanya ga jelas dan masih banyak kekurangan

#Bow #bow

Setelah difikir ternyata bikin Oneshoot lebih menyenangkan ketimbang chapter

Wkwkwk

Thanks for reading and leave an love if you like this :*

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet