03, No Matter What.

Seoulite (Sequel to 1AM)
Please Subscribe to read the full chapter

Berita tentang Lee Taeyong berpacaran dengan Ten menyebar dengan cepat dan dalam sekejap seisi sekolah sudah tahu tentang hubungan mereka. Mereka menjadi topik hangat di hari pertama masuk sekolah karena Lee Taeyong, si berandalan yang berani berangkat sekolah dengan rambut putih itu berpacaran dengan Ten, mantan Youngho yang bolos sekolah saja tidak berani.

Di depan maupun di belakang, Taeyong sudah biasa mendengar orang-orang berbicara buruk tentang dirinya. Telinganya bisa langsung otomatis tuli mendengar omongan jelek dan umpatan yang dilemparkan pada dirinya. Tapi tidak kali ini, ketika apa yang mereka bicarakan menyangkut kekasihnya.

Dia baru saja kembali dari toilet ketika menemukan tiga anak laki-laki sedang berdiri di dekat lokernya, dengan jelas sengaja mengeraskan suara mereka untuk didengar Taeyong.

“Aku tidak habis pikir Ten mau menerima Taeyong,” salah satu dari mereka memulai, “Maksudku, yang benar saja, apa bagusnya dia dari Youngho?”

Sampai di sana Taeyong belum terprovokasi, dia dengan santai berjalan menuju lokernya, meletakkan baju seragamnya yang sudah basah dengan keringat ke dalam loker.

“Menurutmu Ten sedang diancam? Kau tahu, Taeyong kan brengsek, dia akan melakukan apa saja untuk mendapatkan apa yang dia inginkan. Lagipula dia masih dekat dengan Youngho, kenapa mau berpacaran dengan Taeyong?”

“Mungkin saja. Orang sewaras Ten berpacaran dengan Lee Taeyong? Apa itu lelucon?”

“Bagusan Youngho lah kemana-mana. Taeyong mana pantas untuk Ten.” 

“Kasihan Ten. Dia itu seperti malaikat.”

“Astaga, anak itu bahkan tidak pernah absen kegiatan amal. Bagaimana ceritanya dia bisa terjebak dengan Taeyong? Aku bahkan tidak pernah melihat mereka berduaan sebelumnya.”

“Bayangkan apa yang sudah diperbuat Taeyong sampai Ten mau menjadi pacarnya. Youngho kemana mantan pacarnya direbut begitu?”

Taeyong tidak bisa lagi tidak peduli. Semua yang dikatakan anak-anak itu seperti sengatan lebah baginya, menusuk lalu meninggalkan nyeri. Bukan mereka memanggilnya brengsek yang membuatnya marah, tapi komentar mereka yang menganggapnya tidak pantas untuk Ten yang membuat ulu hatinya sakit. Taeyong mengancam Ten? Tentu saja itu fitnah, tapi fakta bahwa mereka menuduhnya melakukan hal buruk pada Ten membuatnya berpikir kembali, seburuk itukah dirinya untuk Ten sampai mereka meragukannya? Taeyong mengepalkan kedua tangannya, berpikir untuk meninju anak-anak itu atau meninju dirinya sendiri.

Taeyong terlalu buruk untuk Ten. Benarkah? Pikiran itu dengan jahat mengkonsumsinya. Jika memang dia terlalu buruk untuk Ten, bukankah lebih baik jika dia melepasnya saja? Mereka bilang orang yang sedang jatuh cinta akan berharap agar orang yang dicintainya selalu mendapat kebaikan, tapi bagaimana bisa Ten mendapatkan kebaikan jika Taeyong sendiri buruk untuknya?

Anak-anak di hadapannya itu tidak berhenti-berhentinya bicara, membuat Taeyong ingin sekali menutup telinga. Kemana perginya kemampuannya untuk  menjadi tuli itu? Seolah mendengar keinginannya, tiba-tiba ada sepasang tangan menutup telinganya. Itu bukan tangan miliknya karena kedua tangannya masih mengepal erat di kedua sisi tubuhnya.

“Lagi dengerin apa?” Baik Taeyong dan anak-anak itu terlonjak mendengar suara itu.

“Ten?” Taeyong mendapati kekasih barunya itu berdiri di belakangnya, di salah satu pergelangan tangannya menggantung satu plastik bening berisi minuman dingin yang baru dibelinya dari kantin.

“Sunbae ngomongin aku ya?” Kali ini pertanyaannya ditujukan pada anak-anak di hadapan mereka. Ten tahu mereka anak kelas tiga ketika melihat lencana di lengan baju mereka, tapi Ten tidak takut, toh dia cuma bertanya bukannya mengajak berkelahi. Matanya mengenali salah satu anak itu sebagai teman Youngho.

Mereka tertawa separuh hati, “Kudengar kau pacaran dengan Taeyong, langgeng ya Ten!” anak yang dikenal Ten menepuk bahunya, kemudian berlalu bergitu saja dengan dua temannya mengekor.

“Munafik,” Taeyong mengumpat, kemudian menutup pintu lokernya dengan kasar sampai menimbulkan suara keras.

“Kupikir kau akan meninju mereka, hyung,” Ten tertawa melihatnya.

Taeyong mengggeleng, “Itu karena yang mereka katakan itu benar,” katanya, tangannya meraih bungkusan plastik dari tangan Ten, “Maaf ya lama, sampai kau harus menyusulku kesini.” Taeyong tadi berjanji untuk menemui Ten di kantin setelah mengganti baju.

“Memangnya tadi mereka bicara apa?”

“Kita cari tempat enak buat ngobrol dulu, yuk!” Ten mengangguk, satu tangannya melingkar di lengan Taeyong. Taeyong baru tahu kalau Ten adalah orang yang suka berkontak fisik, dan Taeyong sangat menyukai hal ini karena dirinya juga suka ketika Ten menyentuhnya, memeluk tubuhnya erat seakan hidupnya bergantung pada Taeyong. Hal yang tidak disukainya adalah Ten masih suka menempel pada Youngho, duh, memikirkannya saja rasanya Taeyong ingin mematahkan leher seseorang, well lebih tepatnya leher Youngho. Tentu saja Youngho bukan satu-satunya yang bersalah, orang di sampingnya ini juga punya andil dalam membuat Taeyong merasa cemburu, tapi bodoh jika dia ingin membunuh orang yang disukainya.

Karena hari ini tidak ada kelas, kebanyakan siswa lebih suka menghabiskan waktunya di luar kelas. Koridor, hall, kantin, taman, sampai perpustakaan yang biasanya sepi sekarang terisi penuh. Yang punya jiwa berandal sudah dari tadi memanjat pagar untuk bolos seperti yang dilakukan ketiga teman Taeyong. Sedangkan Yuta lebih suka tidur di UKS setelah semalaman begadang menonton anime Jepang. Satu-satunya yang sibuk di hari pertama sekolah hanyalah para anggota OSIS, yaitu Johnny dan teman-temannya yang sekarang sedang rapat di basecamp mereka.

Satu-satunya tempat yang dapat memberikan mereka privasi hanyalah rooftop sekolah. Kabarnya berhantu jadi tidak banyak yang berani memakainya.

“Katanya pernah ada yang bunuh diri di sini,” Ten merinding, tanpa sadar merapatkan dirinya pada tubuh Taeyong.

“Tuh hantunya di belakangmu,” refleks Ten berteriak dan meloncat ke pelukan Taeyong. Taeyong terkekeh, dia sangat menikmati ini. Dia ingin meneruskan menggoda Ten, tapi ada hal lebih penting yang harus mereka bicarakan. “Dasar bodoh, mana ada hantu di siang bolong,” Taeyong membelai lembut rambut Ten dan kemudian menariknya ke pinggir rooftop, di mana mereka bisa melihat pemandangan di sekitar sekolah dari atas sana. “Indah ya, seperti dirimu.” Pipi Ten bersemu merah. Dia jengkel, kenapa Taeyong bisa dengan mudahnya membuat pipinya merah dan jantungnya berdetak lebih kencang, tapi Ten bohong jika dia bilang dia tidak menyukai sensasi itu.

“Duduk yuk, aku bisa gila kalau melihat dua hal indah sekaligus,” Ten mencubit lengan Taeyong yang dibalas dengan cengiran maha tampan dari kekasihnya. Mereka duduk di lantai, bersender pada pagar beton rooftop itu.

“Hyung dari tadi belum minum,” tangan Ten meraih bungkusan plastik di tangan Taeyong yang dari tadi terlupakan.

“Kan aku tadi pesan soda,” protes Taeyong.

“Mana sehat, ini saja kan hyung habis lari-lari,” kata Ten sambil sekuat tenaga berusaha memutar tutup botol minuman isotonik di tangannya. “Ugh,” dia bisa merasakan telapak tangannya memanas dan memerah. Taeyong terkekeh melihatnya, sepertinya mengejek. Ten melempar pandangan tajam ke arah kekasihnya itu, bibirnya mengerucut. Ekspresi Taeyong melembut melihatnya, kemudian dia merebut botol itu dan dengan amat sangat mudah memutarnya sampai terdengar bunyi krek.  Dahi Ten berkerut melihat bentuk botol yang menjadi sedikit terpilin, “Pamer, dasar.”

“Kau harus lihat aku mematahkan hidung orang, yang ini sih terlalu gampang.”

“Aku tidak suka adegan kekerasan.” Taeyong tersenyum miris mendengarnya, Ten itu berbeda sekali dengannya, dia tidak yakin ingin melanjutkan hubungannya dengan Ten, dia tidak mau merusak Ten. “Jadi apa yang tadi para sunbae itu bicarakan?” pertanyaan Ten merusak pikiran Taeyong.

Awalnya Taeyong pikir Ten tidak perlu tahu tentang hal ini, bagaimanapun juga Lee Taeyong selalu berhasil mengatasi masalahnya sendiri, tapi berada dalam sebuah hubungan membuatmu harus berbagi dengan pasanganmu, lagipula Taeyong juga ingin tahu apa pendapat Ten. Dia menceritakan semua yang didengarnya tadi, tentang bagaimana mereka berkata Taeyong tidak pantas untuk Ten dan bagaimana mereka menuduhnya telah mengancam Ten, semuanya.

“Mereka pikir aku diancam? Yang benar saja,” Ten mendengus. “Aku memang terlihat empuk, tapi aku tidak lemah.” Satu-satunya orang yang bisa mengancam Ten adalah Tern.

“Aku tahu,” Taeyong meraih tangan Ten dan meremasnya, “Tapi aku takut. Perasaanku padamu itu tulus, aku bahkan tidak pernah merasakan yang seperti ini sebelumnya. Aku ingin kau mendapat yang terbaik Ten, aku tidak mau membuatmu terluka.”

“Kita baru sehari pacaran dan sekarang hyung minta kita putus?” Sebelum Taeyong menjelaskan, Ten sudah bisa mengerti maksudnya. Ingin sekali Taeyong menggeleng, tapi tidak boleh, dia harus mengangguk. “Yang benar saja hyung!” Ten menarik lepas genggaman Taeyong dari tangannya. Dia bisa merasakan kedua matanya memanas, dia pikir Taeyong itu kuat. Dia berdiri dari tempatnya dan menghadap Taeyong, emosi menguasai dirinya, “Asal kau tau saja, tadi Yuta dan Johnny juga berbicara buruk tentangmu! Mereka bilang kau ini monster dan berbahaya bagiku! Kau dengar itu? Mereka itu temanku! Dan mereka menyuruhku menjauhimu!” Napas Ten memburu, hidungnya memerah dan air mata sudah membasahi pipinya sekarang. “Aku seharusnya mempercayai mereka, tapi aku memutuskan untuk mempercaiyaimu karena aku menyukaimu!” Ten meledak, dia tidak sanggup lagi, dia

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
yeohwanwoong
poster is up! check it out guysss

Comments

You must be logged in to comment
oohxxx
#1
Chapter 8: Seru seru..... taeten so cute
eunhaecutiepie #2
Chapter 2: ini ff taeten ya? apa johnten? plissss johnten :( im their crazy shipper
intandm97 #3
Ayeye chittaphon
unicornajol #4
Chapter 8: Awawawaw manis bangeeeeet, duuuh
Perutku melilit saking manisnya
taeten2701
#5
Chapter 8: Yaaaahhhh..... Dah selesaiiiii.....pasti kangen bgt sama taeten, kangen tingkah konyol geng nya taeyong.. Huhuhuhu
Thank you loh thor udah bikin ff taeten romance dan sedikit komedi gini, lumayan lah buat menghibur ditengah ff taeten yg angst :(( tp skrg udah end... ㅜㅜㅜㅜㅜㅜ
Ditunggu ff taeten yg lainnya thor, fighting ^^
mimimini #6
Chapter 8: yah... selesai ffnya..
thnks thor.. suka banget ama endingnya, apalagi pas taeyong mark jaehyun ngerapp .. sampai langsung aku dengerin lagu mad city nya.. baca lirik sambil denger lagunya.. ini keren sumpah .. dan tambahan.. tadi malam bertebaran foto ten pakai celana pendek sampai ada meme kalo ten bisa masuk ke new member GG.. eh... pagi ini malah disuguhin ten pakai baju cewe.. sumpah.. pandanganku tentang ten cowo cantik makin kuat aja..
sekali lagi aku beneran suka sama ceritanya.. ditunggu next ff taeten nya ...
Rosmaria #7
Chapter 8: selesai jugaa.. Yuta sama siapa dong thor? Kirain jadi sama bang joni wkwk
Rosmaria #8
Chapter 6: ceritanya bisa sebagus ini.. Campur aduk hati ini thorr
Rosmaria #9
baru bacaaaa.. Author followback aku ya di twitter @rosmariaaaa_
Rosmaria #10
baru bacaaaa.. Author followback aku ya di twitter @rosmariaaaa_