Prolog

Fantasy The Series Eps. 2 : The Man From The Future

Terdengar suara dentuman keras diikuti dengan warna jingga kemerahan yang menggumpal naik ke angkasa. Teriakan dan tangisan histeris menyusul detik kemudian. Ketakutan dan kekhawatiran tersirat dari suasana yang menegangkan sore itu.

Jeon Jungkook menengadahkan kepalanya menatap angkasa merah. Kedua matanya terpejam. Teriakan itu terdengar samar, tetapi ia bisa membayangkan wajah mereka. Ia bisa merasakan emosi mereka.

“Selamat sore,” suara dari pengeras suara yang terpasang di menara tertinggi di kota itu terdengar.

Mereka yang selamat dari insiden tadi berkumpul di tengah jalan. Berdarah dan merintih kesakitan. Mereka berdiri di kelilingi oleh kumpulan tank-tank baja yang siap menyerang mereka kapan saja.

“Pengumuman ini ditujukan bagi para Homotron yang mengetahui dimana keberadaan Jeon Jungkook. Kalian tahu bahwa tak ada satu hal pun yang bisa kalian rahasiakan dari kami. Jadi, lebih baik kalian menyelamatkan diri kalian sendiri daripada mati untuknya.”

Jungkook menatap kerumunan itu tanpa ekspresi. Meskipun begitu, batinnya tersiksa.

Ia akan melakukan apapun untuk menyelamatkan mereka.

Setelah menarik napas panjang, ia berlari menyeberangi gedung itu, mengambil ancang-ancang kemudian melompat. Ia melirik jam tangan di pergelangan kirinya, kemudian meraih pistol dari ikat pinggangnya.

3…

Ia memicingkan matanya.

2…

Lalu mengarahkan satu pistolnya ke dinding dan menarik pelatuknya. Sebuah peluru bertali tertancap di dinding.

1…

Ia menembak seorang laki-laki berpakaian tentara yang sedang berdiri di dekat jendela sambil memegang senjata laras panjang. Kemudian dengan sepatunya ia memecahkan kaca jendela itu dan masuk ke dalamnya.

Jungkook kembali melirik jam tangannya sebelum berlari menyusuri lorong gelap itu.

“Apa kamu mendengarnya?”

Langkahnya terhenti untuk sesaat ketika suara Kim Namjoon terdengar melalui earpiece di telinganya. Ia melanjutkan larinya sambil berujar, “Dengan sangat jelas.”

“Aku dan Hoseok sudah berada di sini. Kami sudah menyiapkan semuanya.”

“Baiklah.”

Suara langkah kaki terdengar dari belakang. Ia membuka pintu di sebelah kirinya kemudian menuruni tangga darurat. Ia keluar di lantai 3 lalu kembali berlari menuju ruangan di ujung lorong. Beberapa penjaga tampak terkapar di lantai dengan darah yang menggenangi tubuh mereka.

Ia merunduk. Detik kemudian, sebuah peluru meluncur lebih tinggi benerapa senti dari punggungnya.

Jungkook meraih senapan laras panjang yang tergeletak di lantai, kemudian balik menembaki siapapun di belakangnya. Ia menghela napas panjang ketika melihat laki-laki itu terjatuh sambil memegangi dadanya yang tertembus peluru.

“Jeon,” seseorang menyapanya ketika ia sudah memasuki ruangan itu.

“Kim, Jung.”

Hoseok menganggukkan kepalanya, kemudian melangkah menuju papan tombol di dekat pintu. Suara denting halus terdengar, menandakan keamanan tambahan sudah diaktifkan.

Kemudian mereka mendekati sebuah benda yang ditutupi dengan kain putih di tengah ruangan. Tiang penyangga dari baja mengelilingi benda itu.

Namjoon menghentikan Jungkook ketika laki-laki itu menaiki tangga mendekati benda itu.

“Kami hanya ingin mengatakan bahwa kami sangat menyayangimu, Jeon. Meskipun suatu saat nanti atau lebih tepatnya di masa lalu kami tak lagi akan bersamamu, kami harap kamu tetap bisa melanjutkan misi ini. Apapun yang terjadi.”

Jungkook menunduk. Lalu ia mengangguk.

Semuanya. Ia akan mengorbankan semua yang ia punya demi menyelamatkan mereka. Ia akan melakukan apapun untuk merubah kenyataan pahit yang ia rasakan sekarang.

Ia rela mengorbankan nyawanya. Demi mereka. Demi keluarganya.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet