1. Mental Breakdown #1

Evanesce

Aigoo... kau memiliki catatan pelanggaran yang sangat buruk.”

            Aku hanya diam. Memasang wajah malas meski tubuhku sudah hampir seperti sikap sempurna aparat militer. Sebelum memasuki kelas, tentunya siswa bermasalah sepertiku harus mendapat banyak siraman rohani meski itu hari pertamanya.

            “Apa yang kau inginkan sekarang, huh?” Aku menatap tanda pengenal pria tua ini yang menggantung dilehernya. Kim Byung Gun, bimbingan konseling.

            Helaan napas kasarku keluar, tangan yang sebelumnya berada dibelakang tubuh kini berganti menggaruk rambut kasar. Menggambarkan betapa kesalnya aku berada disini. “Aku ingin lulus disekolah ini dengan damai. Tidak bisakah kau membiarkanku masuk kelas saja sekarang?”

            Guru Kim tertawa pendek, lebih seperti tawa yang penuh dengan arti meremehkan. “Ya! Jang Jae Hyun! Kau ini benar – benar tidak punya sopan santun, ya?! mwo? kau ingin lulus dengan damai? Melihat tingkahmu membuatku yakin jika kau akan sulit untuk lulus.”

            Aku memejamkan kedua mata frustasi, “Apa yang anda lakukan sekarang ini lah yang berpotensi buruk bagi siswa yang sudah memiliki motivasi belajar, seonsangnim. Apakah salah jika seorang siswa meminta untuk masuk kelas ketika bel tanda masuk jam pelajaran sudah terdengar sejak 10 menit yang lalu?” Guru Kim mengambil tongkatnya, beranjak dari tempat duduknya dengan kedua mata penuh kilatan amarah. Jujur saja aku baru kali ini melihat guru bimbingan konseling yang bertempramen tinggi seperti ini.

            “Kim seonsangnim!” teguran seorang pria lain yang muncul dari belakang tubuhku menghentikkan tongkat guru Kim diudara. Aku menoleh kebelakang, berterima kasih dalam hati karena ia sudah menyelematkanku dari tongkat keras itu.

            “Waeyo?” Guru Kim membalas sebal. Sedangkan pria berkulit putih pucat, dan berpakaian layaknya guru itu tersenyum kecil.

            “Inikah siswa baru dikelasku?” Aku membungkuk sekadar padanya.

            “Jang Jae Hyun imnida.” Desisan guru Kim terdengar begitu keras meski aku belum melihatnya. “Dia adalah wali kelasmu, Lee Soo Hyuk seonsangnim. Sudahlah, lebih baik kau bawa saja anak ini kedalam kelas Lee seonsangnim. Aku sudah tidak tahan mengurusnya.”

            Senyuman miringku terulas. Jika dipikir – pikir, aku bingung dengan alasan apa yang membuat pria tua bernama Kim Byung Gun itu kesulitan mengurusku. Guru Lee mengangguk sekadar kemudian menggedikkan kepalaku kearah pintu kantor. “Kajja.”

 

***

 

Kasus 1 =  Kematian siswa – siswi Haneul, penyebab: belum diketahui.

Berkas pertama =

            Selama satu tahun kebelakang, korban yang telah ditemukan sebanyak 10 orang. 15 lebihnya masih belum diketahui, dan 5 orang hilang secara misterius.

Total : 30 orang;25 siswa & 5 guru/karyawan.

 

            Aku masih ingat foto – foto jasad korban ketika ditemukan, juga tempat dimana mayat ditemukan. Kedua mataku terpejam, sebelumnya aku pernah mempelajari kasus semacam ini pada saat tahun kedua kuliah. Saat itu tahun 2012, kematian yang sangat aneh dan tidak terdeteksi penyebabnya pernah terjadi disalah satu kota kecil di Switchzerland, Kota Bern. Ditemukan 10 orang tak bernyawa, dan disaat itu banyak laporan orang hilang. Sejak saat itu, aku sangat tertarik dengan kasus ini. Dan tak kusangka, kasus pertama yang kutangani adalah kasus yang serupa.

 

BRAK

 

            Kepalaku sontak menatap kearah ambang pintu. Seorang gadis dengan rambut tergerai panjang hampir menutupi wajahnya baru saja menjatuhkan tumpukan buku.  Gadis itu menatap tertegun kearah Guru Lee yang berada didepan kelas, pria yang tadinya berpidato tentang ia yang mengantikkan guru lama menjadi wali kelas disini itu menghentikkan ucapannya. Lebih memilih menatap gadis itu sejenak.

            Wajah gadis itu benar – benar tegang, bahkan kedua tangannya mengepal kuat ketika  Guru Lee melemparkan senyum padanya. “Kim Jiwon. benar, kan?” 

            Aku menyanggah dagu, menatap gadis bernama  Kim Jiwon dengan sebelah alis terangkat.  Aku merasakan sesuatu yang aneh pada kedua orang itu. Lee  Soohyuk dan Kim Jiwon.

            “Apa perlu aku kesana untuk membantumu mengambil buku?” Jiwon masih saja  bungkam, aku bisa melihat tatapannya yang menghunus tajam pada Lee Soo Hyuk.

            “Aish, gadis itu berulah lagi.” Aku menoleh kesamping kiri, mendapati seorang pria dengan wajah seperti orang baru bangun tidur tengah menatap Jiwon dengan kesal.

            “Lagi?” Pria berkulit sedikit lebih gelap dariku itu menatap kearahku dengan alis terangkat.

            “Kau anak baru?” kurasa memang benar pria ini baru saja bangun dari mimpi panjangnya. Bahkan ia tidak melihat pertunjukkanku ketika memperkenalkan diri didepan.

            “Hm.”

            Pria itu menatapku dengan pandangan menilai. Kemudian tersenyum samar sebentar, “Aku Kim Jongin. Kau?”

            “Jang Jaehyun. jadi apa yang terjadi pada gadis itu? kau tahu?”

            Pria bernama Jongin itu menatap Jiwon dengan tatapan kesal. “Tch, kau tidak bisa menyadari jika semua orang dikelas ini terlihat begitu membencinya?”

            “Mm, tapi kenapa?”

            Jongin menatapku kemudian tersenyum remeh, “Karena dia adalah geeks. Gadis aneh yang sangat antisocial. dia selalu membuat sensasi untuk mencari perhatian.” Aku kembali menatap Kim Jiwon yang masih saja tertegun disana dengan tubuh kaku. Memang benar jika ia terlihat seperti gadis antisocial yang sangat aneh. Tapi dia tidak terlihat seperti gadis yang suka mencari perhatian.

            “Kim Jiwon? apa kau akan terus berdiri disana sampai jam pelajaran selesai?” seolah baru saja dipukul oleh seseorang, tubuh Jiwon berjengit. Tatapan tajam dan kepalan tangan gadis itu hilang seperti terhempas angin. Terganti dengan bola mata yang bergerak ling lung. Kebingungan.

            “A—aniyo.” Jiwon segera berjongkok, memunguti buku – bukunya yang berserakan kemudian segera duduk dikursinya yang berada dibarisan paling depan.

            “Tch, aku tidak tahu apa maunya.”

            “Ya! berhentilah mencari perhatian!”

            Suara – suara gerutuan itu memenuhi kelas, meski samar – samar namun terdengar begitu jelas. Bahkan gadis yang duduk dibelakang Kim Jiwon sudah menegurnya dengan tajam.

            “Karena ini hari pertamaku, aku tidak akan memberimu hukuman karena terlambat. tapi tidak untuk lain kali!”

 

Tugas 1 : Temukan orang – orang yang patut dicurigai.

Deadline : 2 minggu

 

***

 

            “Apa kau dulu masuk dalam sebuah gang? Sering tawuran atau... lebih halusnya, berkelahi? Seperti itu?”

            Aku menatap Lee Jongdae-teman Kim Jongin dengan datar. Bahkan aku belum selesai mengunyah makan siang yang berada dimulutku, tapi pria yang terlihat seperti orang yang suka berbicara banyak ini melontarkan pertanyaan seperti itu.

            “Aku terlihat seperti itu?” balasku sekadar, kemudian kembali memasukkan selembar ham kedalam mulutku.

            Jongdae menggedikkan bahu. “Entahlah, mungkin karena Kim seonsangnim menatapmu seperti  orang yang ingin menerkam siapa saja tadi ketika kita berpapasan?”

            “Tidak banyak anak – anak gangster disini yang sampai berani berurusan dengan Kim Byung Gun. Bisa dikatakan pria itu seperti... sheriff saat jaman gold rush di Australia.” Aku tak bisa menahan tawa mendengar penjelasan Jongin. Tch, aku bisa menyimpulkan anak – anak nakal di sekolah ini tergolong sangat pengecut untuk melakukan pembunuhan.

            “Kau... bisa tertawa? Woah, kurasa kau benar – benar petarung yang menakjubkan dulu. Iya, kan?” Jongdae kembali menyuarakan ucapan sok tahunya itu. Aku menghentikkan tawa, mendecih remeh.

            “Bagaimana aku tidak tertawa? Kurasa... disini sekolah anak – anak yang taat aturan. Aku tidak mengira Kim seonsangnim bisa disamakan seperti sheriff, pria itu tipikal pria yang melayangkan pukulan jika kalah bicara. Dan menurutku, tipikal pria yang seperti itu adalah tipikal pria yang paling pengecut.”

            Jongdae mengacungkan kedua ibu jarinya, sedangkan Jongin mengulas senyuman miring. “Kau benar – benar bukan candaan. Selain fisikmu, kurasa otakmu sama kuatnya. Terbaik!” Aku tersenyum miring mendengar ucapan Jongdae. Meminum air mineral hingga habis seperempat botol.

            “Banyak orang yang mengucapkan itu.” ujarku setelahnya, mengundang tawa kecil dari bibir Jongin dan Jongdae. Kedua mataku menyusuri luasnya kantin, tatapanku berhenti ketika mendapati Kim Jiwon yang tengah memakan makanannya dengan suapan yang sangat sedikit. Wajah gadis itu masih sama datar seperti sebelumnya. Terlihat sangat mengerikan. 

            “Menunggu lama?” suara pria kurus yang duduk didepan Jiwon itu terdengar jelas meski tempat duduk kami cukup jauh. Jiwon menatap pria kurus itu dengan malas.

            “Bahkan aku tak menunggumu sama sekali.” Meski kali ini aku tidak mendengarnya, tapi aku bisa melihat pergerakan bibir gadis itu. setelahnya, aku benar – benar tidak bisa mendengar apapun yang mereka bicarakan. Hingga tiba – tiba Kim Jiwon menatapku tanpa suara. Sungguh, tatapannya membuatku seperti dilingkupi oleh aura aneh. Seperti ada angin dingin yang menghempas tubuhku dari belakang.

            Aku berkedip pelan, kemudian segera mengalihkan pandanganku ketika pria kurus didepannya menoleh kebelakang. “Mereka datang.” Alisku terangkat setelah mendengar ucapan Jongin.

            “Siapa?”

            “Lee Donghae dan Yoon Sohee.” Aku menoleh kebelakang, menemukan seorang pria dengan tinggi dibawahku namun memiliki rahang tegas dan juga kulit putih berjalan disamping seorang gadis yang memiliki wajah innocent , style rambut yang begitu feminim  dan juga senyuman manis yang ia tebarkan kemana – mana. Berbeda dengan sang pria yang memasang wajah datar, sama mengerikannya dengan Kim Jiwon.

            Reaksi siswa – siswi yang berada dikantin terlihat begitu overreacted. Kurasa mereka termasuk jajaran siswa – siswi popular disekolah. “Lee Donghae sudah seperti pangeran berkuda putih untuk gadis – gadis disini. Sedangkan Yoon Sohee seperti goddess , kau bisa lihat dari bagaimana caranya tersenyum.” Penjelasan Jongdae sudah seperti soundtrack yang mengiringi dua orang itu berjalan membelah bagian tengah kantin.

            Senyuman kecilku terulas ketika melihat satu pemandangan menarik.

“Dan apa ini? seorang goddess dan pangeran duduk satu meja dengan seorang geeks. Ah, bahkan sang pangeran melemparkan senyuman hangat pada geeks.”

Jongin tertawa kasar, “Anggap saja itu nilai tambah Kim Jiwon untuk mendapatkan banyak orang yang semakin membencinya.”

 

***

 

Gambar 1.10

Korban : Jung Nara

Umur : 34 tahun

Profesi : Guru- wali kelas 3-2

Kematian : 14 September 2015

 

            Hari ini tangal 28 September, berarti saat itu adalah hari senin. Kelas 3-2? Aku menatap kearah pintu kelas, bibirku terbuka sedikit ketika menyadari jika kelas yang kutempati sekarang adalah kelas 3-2. Bodohnya.

            Aku kembali menaruh kepalaku diatas meja, memejamkan kedua mata. Jasad guru Jung ditemukan diwaduk belakang sekolah. Semua korban pun begitu, identifikasi kematian mereka selalu mengarah pada tenggelam. Karena tubuh korban selalu berwarna pucat pasi dengan banyak luka patilan ikan lele disekujur tubuh. Waduk itu memang digunakan untuk membudidayakan ikan lele, para siswa/siswi yang mengikuti komunitas pecinta lingkungan hidup lah yang diserahi tanggung jawab oleh kepala sekolah.

            Penyelidikan pada semua anggota sudah dilakukan, dan hasilnya adalah 100 % tidak ada satu pun orang disana yang mencurigakan. Maka itu, pemecahan kasus semakin sulit. Tak ada bukti kuat yang tertinggal, juga tidak ada saksi.

            “Ya! kau yang dibelakang!” suara teguran tegas Guru Kim yang bisa kupastikan tertuju padaku itu tak membuatku merubah posisi menjadi duduk tegak. Bahkan aku sudah berharap dikeluarkan dari kelas, berada disini terus membuatku semakin muak. Entah mengapa rasanya aku semakin membenci pria tua bernama Kim Byung Gun itu.

            “Itu Jang Jae Hyun, kan?! Ya! Jang Jae Hyun! Kau tidak mendengarku?!” teguran itu terdengar semakin keras tapi dengan nada yang tetap sama. Itu artinya, dia berjalan mendekat kearahku. Bahkan aku bisa mendengar suara tubrukan antara kayu dan udara. Tongkat, pasti ia mulai mengayunkan tongkatnya lagi.

            “Jang Jae Hyun! Ya!” suara bisikan Kim Jongdae yang berada didepanku tak membuatku berganti posisi. Hingga suara itu semakin dekat, menurut perhitunganku sepertinya 5 detik lagi tongkat itu akan diluncurkan kekepalaku oleh Guru Kim. 5... 4... 3...

            Aku segera duduk dengan tubuh tegap.  Mengeluarkan uap dari bibir seraya memandang Guru Kim sayu, “Ah, Kim seonsangnim.

            “Mwo?! ‘ah, kim seonsangnim.’ Apa artinya itu?” pria ini selalu melontarkan balasan yang penuh dengan kode tidak penting tanpa langsung mengucakan langsung keintinya. Dan itulah yang membuatnya terlihat begitu menyedihkan dikedua mataku.

            Aku tersenyum lebar. “Tidak ada arti. Hanya ... begitu.” Ujarku ringan. Membuat wajahnya semakin merah menahan marah. Sepertinya asap sudah hampir keluar dari atas kepala, membayangkannya membuatku mengulum tawa.

            “Pukulan tidak akan menyadarkanmu! Keure, sekarang keluar dari sini! Aku tidak ingin melihat wajahmu.” Aku semakin melebarkan senyuman kemudian beranjak dari tempat duduk. Membungkuk dalam pada Guru Kim lalu berjalan cepat  keluar dari pintu kelas setelah berucap terima kasih.

            Rasanya bisa menghirup udara yang bebas setelah keluar dari kelas membosankan itu. namun pasti akan menimbulkan masalah jika guru lain melihatku keluyuran tak jelas dikoridor sekolah, apalagi jika aku malah mengunjungi kantin disaat jam pelajaran berlangsung. Maka itu, aku memilih memasuki perpustakaan. Tempat yang paling tepat untuk menghindari sesuatu.

            “Oh?! Membolos?”  Tubuhku berjengit terkejut ketika mendengar suara teguran tepat setelah aku melangkahkan langkah yang ketiga setelah melewati pintu masuk perpustakaan. Aku menoleh kearah belakang, samping kiri. Menemukan seorang wanita dengan wajah sangat cantik tengah tersenyum kearahku.

            “Huh? Aniyo. Aku dikeluarkan dari kelas.” Wanita penjaga perpustakaan itu tersenyum lagi lalu kembali melanjutkan kegiatannya memotong buah bengkuang.

            “Kemarilah.” Ucap wanita itu tanpa menatapku, masih fokus pada buah bengkuangnya. Dengan sedikit ragu aku menghampirinya, papan nama yang berada diatas meja secara tak sengaja terbaca oleh kedua mataku.

 

Jin Se yeon- penjaga perpustakaan

 

            Wanita ini sepertinya seumuran denganku. Maksudku denganku, Cho Kyuhyun. Bukan Jang Jae Hyun. “Kau mau bengkuang?”

            Aku menggeleng, “Itu tidak ada rasanya. Jika kau mempunyai semangkuk lelehan coklat panas mungkin aku akan berpikir dua kali untuk menerima tawaranmu.”

            Seyeon tertawa kecil. “Meskipun hambar tapi banyak manfaatnya.” Aku hanya diam, tak ingin membalas lagi. “Kau bisa mencari buku atau memanfaatkan wifi. Nikmatilah waktumu.” Lanjutnya.

            Aku mengangguk sekali kemudian segera berjalan menuju rak – rak besar  dan tinggi yang mungkin berisi ribuan buku yang tertata rapi disana. Tak ada yang menarik pada buku – buku ini, tapi aku suka suasana perpustakaan tanpa ada siapapun selain aku disini. Benar – benar tenang dan damai.

 

Duk Duk Duk

 

            Suara peraduan lantai dan dasar sepatu kets terdengar menggema didalam perpustakaan. Langkah kaki yang tergopoh dan penuh emosi itu berhenti ketika suaranya juga berhenti. Aku segera bersembunyi pelan – pelan diantara rak – rak itu, meskipun begitu aku bisa mengintip sedikit dari celah antara ruang rak dan juga buku. 

            Pemilik langkah kaki yang berisik itu adalah Kim Jiwon. Tak begitu mengejutkan menurutku, tapi yang lebih mengejutkan adalah ketika gadis itu menaruh dua bukunya diatas meja Jin Seyeon hingga menimbulkan suara keras. Jika diingat, dua buku itu adalah buku yang ia jatuhkan diambang pintu saat terlambat tadi.

            “Wae, Jiwon-ah?”

            “ ’wae?’ ” Jiwon mengulang pertanyaan Seyeon dengan suara penuh penekanan. “Berhenti memasang topeng bidadarimu. Katakan padaku dengan jujur!” Jiwon mulai membentak, sial sekali aku tidak bisa memeriksa raut wajahnya sekarang juga.

            “Aku tidak mengerti apa yang kau bicarakan, Kim Jiwon.”

            “Satu minggu yang lalu, kali ini siapa pelakunya?” Kepalaku miring kekanan ketika mendengar pertanyaan mengejutkan yang terlontar dari bibir Kim Jiwon. satu minggu yang lalu?

            Jin Seyeon tetap menatap Jiwon dengan wajah penuh kebingungan. “Satu minggu apa? Aku tidak mengerti.”

 

BRAK

 

            Tubuhku berjengit ketika mendapati Jiwon yang tanpa ragu menyapu kasar segala apa yang berada diatas meja Seyeon dengan kedua tangannya. Kedua tangannya ia taruh diatas meja Seyeon, memajukan tubuhnya seolah mengintimidasi wanita penjaga perpustakaan itu. “Aku tanya sekali lagi, satu minggu yang lalu... perbuatan siapa?”

            “Berhentilah menanyakan hal -  hal aneh, Kim Jiwon.”

 

BUK

 

            Jiwon menghantam meja dengan kepalan tangannya hingga menimbulkan suara yang begitu keras. Seolah mencurahkan segala  rasa marahnya pada dua kepalan tangan itu. “Mengapa harus Jung Nara , huh? WAE?!”

            Alis Jin Seyeon sudah hampir benar – benar menyatu, kedua matanya memancarkan ketakutan akan tingkah Jiwon yang semakin mengerikan. Jika aku berada diposisinya mungkin aku juga akan menatap Jiwon serupa. Kedua matanya perlahan melirik kearahku , kedua mata kami bertemu. Dan tak lama kemudian, Jiwon juga ikut menoleh kearahku. Kedua mata gadis aneh itu melebar ketika mendapatiku.

            Tak butuh waktu lama untuk Jiwon menatapku, karena kini ia sudah kembali menatap Jin Seyeon. “Bersiaplah, selanjutnya adalah kau.” usai mengucapkan hal itu Jiwon melesat pergi. Aku tidak tahu apa arti dari ucapan itu namun memang terdengar begitu mengerikan ketimbang suara psychopath yang hendak membunuh seseorang. Terlebih tatapan mata Jin Seyeon yang kini menatapku penuh ketakutan. Apa yang sebenarnya terjadi?

 

***

 

To : Im Joohwan

 

Kim Jiwon, Yoon Sohee, Lee Donghae, Lee Soohyuk dan Jin Seyeon.

Hyeong, tolong temukan latar belakang mereka. Kirimkan lewat  faximile.

Terima kasih,  hyeong. Aku akan membacanya nanti jam 5 pm sepulang dari sekolah.

 

            Tuk Tuk Tuk

 

            Suara ketukan yang tercipta dari gerakanku memukul – mukul pelan ujung bopoin pada meja kayu terdengar berirama. Joohwan hyeong tak kunjung mengirim faximile atau sekadar membalas pesan sejak aku mengiriminya pesan jam satu siang yang lalu ketika masih disekolah. Sekarang sudah jam 6 sore, namun tak ada deringan apapun dari mesin fax.

            Helaan napas panjang keluar begitu saja, bersamaan dengan tubuh yang kusandarkan dikursi empuk. Kedua mataku terpejam, sekolah itu benar – benar menyimpan banyak pertanyaan dan hal – hal aneh yang tak bisa kusimpulkan secara jelas. Dan segala hal aneh itu hanya berpusat pada satu orang, yaitu Kim Jiwon.

            Mulai dari keterkejutan Jiwon ketika melihat Lee Soohyuk hingga ancaman aneh gadis itu pada  Jin Seyeon. Memang segalanya terasa mencurigakan, dan aku bisa saja dengan mudah menunjuk Kim Jiwon sebagai kambing hitam dalam kasus ini. Namun, insting dan feeling-ku menyatakan jika segalanya tak akan sesederhana itu. aku merasa, ada sesuatu dibalik mereka. Sesuatu yang mungkin akan sulit untuk diterka.

 

KRING

 

            Deringan mesin fax yang menyerupai deringan telepon rumah itu mengejutkanku. Kedua mata yang tadinya terpejam seketika terbuka, pun tubuhku yang sontak menegak. Aku berdiri, menghampiri mesin fax yang letaknya tak jauh dari meja. Tentu saja, apapun yang kubutuhkan untuk membantu penyelidikan sudah tertata rapi diruangan ini.

            Aku memencet salah satu tombol, tanpa menunggu satu menit 5 lembar kertas keluar dari sisi kanan. Aku mengambil kertas – kertas itu, kembali duduk dikursi kemudian menata susunan kertas. Menyamakan sisinya terlebih dahulu sebelum menjapit ujung pojok kiri kertas dengan clip kecil.

     

    

Nama : Lee Soohyuk

Tempat, tanggal lahir : Siwtchzerland, 31 Mei 1988

Alamat : Distrik Gangnam, Seoul 144

Status : belum menikah

Profesi : Guru/karyawan sekolah

Golongan darah : AB

Catatan kesehatan : tinggi : 184cm BB : 61 kg

Catatan pelanggaran : -

Riwayat kehidupan : ayah : Lee Hyun Soo (CEO JJ group) ibu: Jang Hyun Ah, meninggal. Adik laki – laki : Lee Donghae.

Nama : Lee Donghae

Tempat, tanggal lahir : Mokpo,  Jeolla selatan 15 oktober 1995

Alamat : Distrik Gangnam, Seoul 144

Status : pelajar

Profesi : pelajar

Golongan darah : A

Catatan kesehatan : tinggi : 174 cm BB : 60 kg

Catatan pelanggaran : -

Riwayat kehidupan : Ayah : Lee Hyun Soo (CEO JJ group) ibu: Park Tae Hee, meninggal. Kakak laki – laki : Lee Soohy

Nama : Yoon Sohee

Tempat, tanggal lahir : Stuttgart, Germany, 07 Mei 1996

Alamat : Distrik Gangnam, Seoul 144

Status : pelajar

Profesi : pelajar

Golongan darah : O

Catatan kesehatan : tinggi : 168 cm BB : 48 kg

Catatan pelanggaran : -

Riwayat kehidupan : yatim piatu. Paman : Lee Hyun Soo (CEO JJ group)

Nama : Jin Seyeon

Tempat, tanggal lahir : Seoul, 15 Februari 1989

Alamat : Distrik Gangnam, Seoul 145

Status : belum menikah

Profesi : guru/karyawan sekolah

Golongan darah : B

Catatan kesehatan : tinggi : 167  cm BB : 44 kg

Catatan pelanggaran : -

Riwayat kehidupan : yatim piatu. Ayah angkat : Lee Hyun Soo (CEO JJ group)

 

Nama : Kim Jiwon

Tempat, tanggal lahir : Jeju-do, 15 Juli 1996

Alamat : Distrik Cheondamdong, Seoul 320 B

Status : Pelajar

Profesi : Pelajar

Golongan darah : AB

Catatan kesehatan : tinggi : 164 BB : 43 kg

Catatan pelanggaran : -

Riwayat kehidupan : Yatim piatu, satu kakak perempuan (Sam Jung Hee) ;meninggal.

From : Joohwan hyeong

 

Ada apa dengan 5 orang ini? setelah melihat data – datanya tidak ada yang mencurigakan sama sekali. Apa kau menemukan sesuatu? Perlu bantuan?

 

            Aku membaca pesan masuk dari Joohwan dengan helaan napas panjang. Data – data ini bukannya membantu tapi malah membuatku semakin bingung dan menyimpan tanda tanya besar. Segalanya semakin rumit,karena tak satu pun orang – orang yang kucurigai mempunyai data kehidupan yang menyimpang. Sial.

TBC

 

 

 

 

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
jjongine #1
Can't wait to get my reading on with this :P