Evanesce

Description

Cho Kyuhyun, agen baru NIS yang harus menyelesaikan misi pertamanya agar dapat lulus sepenuhnya. Awalnya terlihat mudah, ia hanya harus menyamar sebagai salah satu murid 'bandel' di sebuah sekolah menengah atas. Namun siapa sangka, kasus pembunuhan di sekolah yang ia anggap enteng ternyata menyimpan kenyataan gelap yang mau tidak mau harus ia hadapi.

Foreword

 

EVANESCE

-evanesce-

 

 

 

Terkadang aku bertanya – tanya pada diriku,

Sebenarnya... apa tujuanku untuk bertahan hidup?

 

            Hanya satu lampu remang, satu meja dan dua kursi berhadapan yang berada diruang lembab itu. Aku duduk disana dengan menggunakan jaket hitam, celana jeans dan kaus berwarna biru tua. Rasanya sangat panas, setelah aku menatap kesekeliling helaan napas panjang keluar. disini tidak ada ventilasi.

            Suara langkah seseorang menggema dramatis, sepertinya dengan sengaja orang itu memakai sepatu sol keras dan tebal demi menimbulkan suara itu. tawa kecilku keluar tanpa suara ketika membayangkannya. Lampu yang hampir redup itu akhirnya bisa menerangi siluet orang itu yang sebelumnya terlihat misterius. Dan hal pertama yang aku periksa adalah sepatunya, aku mengulum senyum. Tebakanku sangat tepat.

            “Kurasa kau menemukan sesuatu yang lucu pada sepatuku, Cho Kyuhyun-ssi?” Aku menatap kearah pria tinggi yang kini membawa satu map coklat dengan keratan belum terbuka. Kedua bahuku terangkat iseng, menggeleng pertanda aku tidak ingin membahasnya.

            Pria tinggi itu tersenyum culas, duduk dihadapanku kemudian membuka keratan mapnya. Mengeluarkan dua lembar kertas dengan deretan kalimat yang hampir memenuhi satu halaman. Aku mengambilnya membaca dengan jarak lebih dekat, lampu remang diatasku membuat sedikit pusing.

            Kalimat – kalimat yang berfungsi sebagai penjelas untuk kalimat utama itu hanya memenuhi kertas dengan sia – sia. Aku menatap malas deretan kalimat itu, lalu kembali menaruhnya diatas meja setelah membacanya tidak sampai satu menit. Ah, lebih tepatnya aku tidak membacanya dengan benar. Hanya beberapa point yang aku tangkap.

            “Inikah yang disebut kontrak kematian?” pria tinggi itu mengangguk.

            “Ya. kami biasa menyebutnya seperti itu. tapi lebih tepatnya adalah,  sebuah kontrak dimana negara tidak akan menanggung resiko kematianmu. Ini adalah pilihanmu, jadi jika kau mati... itu bukan urusan negara. Kau hanya perlu menandatangani lembar kedua.”

            Aku tersenyum kecil, membuka lembaran kedua kemudian menandatanganinya dengan cepat. Tanpa berpikir dua kali. Aku sudah melalui segala hal selama 4 tahun bersekolah di perguruan tinggi intelligent negara. Jadi, akan sangat sia – sia jika aku menyerah diawal, bukan? Hm, ini seperti tebing tinggi yang aku lompati dengan sekali lompatan. Tadinya, aku hanya bisa membayangkan apa yang terjadi dibalik tebing itu. tapi, sekarang... sedikit demi sedikit aku bisa mengetahui realitanya.

            Pria tinggi ini tersenyum puas, mengulurkan tangannya padaku dengan mantap. Aku juga tersenyum, menerima uluran tangannya.

            “Aku Im Joohwan, seniormu. Ani, aku adalah pembimbingmu. Dan kau adalah tanggung jawabku. Jadi aku harap kita bisa menjadi rekan yang sempurna.”

 

Terkadang juga aku berpikir,

Apa aku memilih jalan yang benar?

 

 

-evanesce-

 

 

Seperti saat ini...

Aku bahkan tidak tahu, mengapa aku memilih jalan ini?

 

            Im Joohwan kembali menaruh satu map lagi diatas meja. Berbeda dengan sebelumnya, ia tidak membuka map itu terlebih dahulu.  Tangan kanannya memberi gesture padaku seolah membiarkanku membukanya sendiri. Aku menatap map itu,

 

Kasus 1 : berkas pertama

 

            “Segalanya sudah dijelaskan disana. ini tugas pertamamu, kau bisa membacanya dirumah.” Aku mengambil map itu. menekan – nekannya seraya tertawa kecil.

            “Sepertinya ini tebal sekali.” Joohwan terkekeh mendengar celotehanku. Mungkin saja awalnya ia berpikir seorang junior akan bersikap begitu kaku padanya? Dan hal itu sangat jauh denganku. Ya, aku tak bisa menyembunyikan kenyataan jika banyak orang yang menyebutku pria tidak sopan.

            Aku menghentikkan tawa, menaruh map kembali diatas meja. “Berapa umurmu?” ia menatapku terkejut. Apa aku kembali mengeluarkan pertanyaan yang salah? Jujur saja, aku tidak ada maksud untuk kurang ajar pada seorang senior.

            “29.”

            Aku mengangguk, “Aku 27. Aku bisa memanggilmu hyeong daripada sunbae-nim, kan? Jujur saja hyeong lebih mudah diucapkan daripada sunbae-nim.”

            Joohwan tersenyum seraya mengangkat bahu sekadar. “Lakukan sesukamu.” Tukas pria itu tanpa menunjukkan rasa kesalnya sedikit pun. Aku mulai suka dengan pria ini, daripada banyak senior yang merasa mereka paling benar dan gila hormat. Aku sudah muak bertemu dengan senior – senior seperti itu selama 4 tahun ini.

            “Aku sudah membaca profilmu. Aku ingin tahu apa yang membuatmu bisa menjadi lulusan terbaik? Karena belajar dengan keras bukanlah satu alasan untuk bisa menjadi yang terbaik dibidang ini.” Aku tersenyum mendengar rentetan pujian yang  ia ucapkan.

            “hm... kurasa karena aku adalah orang yang teliti, cerdas dan jenius. Jujur saja aku tidak suka mempelajari teori. Banyak orang – orang yang belajar lebih keras dariku, tapi sayangnya mereka keliru. Untuk apa kita terlalu keras mempelajari teori jika sesuatu yang akan kita hadapi nanti adalah sebuah realita?” Joohwan tertawa mendengar jawabanku, ia mengangguk berkali – kali menyetujui ocehanku.   

            “Ah, dan ini yang terakhir.” Joohwan merogoh saku mantelnya, mengeluarkan dua tanda pengenal kemudian menyerahkannya padaku.

            “Apa ini?” aku bertanya seraya mengambil tanda pengenal itu. Kedua alisku terangkat, satu kartu tanda penduduk dan satu kartu pelajar telah berada ditanganku. “Sekolah menengah atas ‘Haneul’?”

            Joohwan mengangguk dua kali, “Namamu adalah Jang Jae Hyun, lahir di tanggal 20 desember 1995. Umurmu 20 tahun, sejak umur 15 tahun orang tuamu bercerai jadi kau tinggal bersama dengan pamanmu di Provinsi Jeolla. Tapi karena kau sudah lebih dari satu kali tidak naik kelas dan hampir dikeluarkan, jadi kau dipindahkan ke Seoul.”

            “Ah, jadi aku adalah seorang pria broken home yang selalu membuat masalah?”

            “Hm. Peran itu bisa sangat membantumu untuk memecahkan kasus pertama.” Aku menatap dua tanda pengenalku cukup lama kemudian memasukkannya kedalam saku jaket. Menatap Joohwan yang sudah bersiap untuk beranjak, “Seragam dan segala keperluan eksternal sudah dikirim dirumahmu beberapa menit sebelum aku datang. Hari pertamamu adalah besok, jangan sungkan untuk menghubungiku jika ada masalah.” Lanjut pria itu seraya tersenyum kecil.

            Aku membalas senyumannya, “Kalau begitu aku pergi.” Joohwan segera melesat keluar dari ruangan remang ini. meninggalkanku yang masih tenggelam dalam pikiranku sendiri. Kembali menatap bagian depan map yang bertuliskan ‘Kasus 1 : berkas pertama’

 

Kurasa bukan karena uang. Aku tidak setertarik itu pada uang.

Aku pernah dengar dari guru taman kanak – kanakku dulu,

‘Jika kita berhasil menggapai cita – cita, maka kita akan menggapai kebahagiaan terbesar pula.’

Sejak dulu cita – citaku adalah menjadi agen intell yang mengabdikan kehidupannya untuk negara.

Jadi, apa jalan ini bisa membuatku bahagia?

 

 

 

Comments

You must be logged in to comment
jjongine #1
Can't wait to get my reading on with this :P