Because I wasn't Enough

Because I Wasn't Enough
Please Subscribe to read the full chapter

“Sudah jangan menangis Ahreum-ah.” Sara berusaha menenangkan sahabatnya yang masih menangis sesenggukan. Tangannya mengusap-usap punggung Ahreum yang bergetar. Namun apapun yang keluar dari mulutnya tidak bisa menenangkan Ahreum.

Ahreum baru saja mengungkapkan perasaannya pada Jongin, sahabat mereka. Sara, Ahreum dan Baekhyun sudah bersahabat sejak mereka masih duduk di sekolah dasar, sedangkan Jongin baru bergabung bersama mereka saat mereka duduk di bangku sekolah menengah. Ahreum sudah menyukai Jongin sejak mereka duduk di bangku sekolah menengah dan baru bisa mengatakannya saat ini, saat mereka duduk di bangku sekolah atas tingkat dua. Jongin memang menolak Ahreum secara baik-baik. Lelaki itu mengatakan bahwa dia hanya menganggap Ahreum tidak lebih dari sahabat. Ahreum juga mengerti, tapi tetap saja sakit. Siapa yang tidak sakit saat cintanya ditolak?

Sama halnya dengan Ahreum, Sara juga mencintai sahabat kecil nya Byun Baekhyun. Dia tidak tahu sejak kapan rasa itu ada. Mungkin karena sejak kecil Sara terbiasa dengan kehadiran Baekhyun membuatnya tanpa sadar mencintai lelaki itu. Tapi dia terlalu takut mengatakannya pada Baekhyun. Dia takut Baekhyun tidak menyukainya. Dia takut Baekhyun menjauhinya. Dia takut kehilangan Baekhyun sebagai sahabatnya. Dia belum siap patah hati. Lihat apa yang terjadi pada Ahreum saat ini kan? Kalau Sara sampai patah hati, mungkin keadaannya akan jauh lebih buruk dari keadaan Ahreum saat ini.

Sara menghela nafas sedih namun pikirannya segera teralihkan kembali oleh suara isak tangis Ahreum. Dia sudah tidak tahu lagi apa yang harus dilakukannya. Matanya memandang Baekhyun meminta pertolongan. Sayangnya yang dimintai tolong sedang sibuk bermain game di ponselnya. Dasar laki-laki tidak punya perasaan teman sedang susah malah enak-enakan main game Sara membatin. Geram karena Baekhyun sibuk sendiri, Sara akhirnya menendang Baekhyun dengan sedikit menggunakan tenaga, membuat Baekhyun tersungkur dari duduknya di lantai. Memang posisi Sara yang duduk di sofa bersama Ahreum membuatnya jauh lebih mudah menendang Baekhyun.

“Mwoya?” Baekhyun bertanya setengah berteriak sambil bangun dari posisinya di lantai dan menatap Sara kesal.

Sara mengatakan “Do something about this!” pada Baekhyun tanpa suara. Tangannya menunjuk Ahreum yang masih menangis sesenggukan.

Baekhyun menghela nafas sebelum akhirnya memasukkan ponsel nya ke saku celana seragamnya. Dia memandang Ahreum yang masih duduk sambil memeluk lutut. Masih terdengar isak tangis gadis itu. Dia duduk di samping kanan Ahreum lalu mengusap kepala gadis itu dengan sayang.

“Ahreum dengarkan aku!” Baekhyun memulai dengan nada seriusnya “Jongin tidak menerima perasaanmu bukan karena dia membencimu. Dia menyayangimu Ahreum. Hanya saja dia menyayangimu sebagai sahabat, tidak lebih. Kalau saja Jongin bisa memilih, aku yakin dia akan memilih untuk mencintaimu. Dia akan memilih untuk jatuh cinta padamu. Kau sahabatnya. Kau tahu kebaikan dan keburukannya dan yang pasti kau bisa menerima dia apa adanya. Sayangnya hati tidak bisa di paksa, Ahreum-ah. Kita tidak bisa memilih dengan siapa kita jatuh cinta.” Lanjutnya.

Sara melongo. Tumben sekali sahabatnya yang satu ini bijaksana. Hello, ini Byun Baekhyun. Biasanya apapun yang keluar dari mulutnya berakhir dengan banyolan konyol yang bisa membuat orang tertawa terpingkal-pingkal. Tapi well, Baekhyun juga punya momennya sendiri.

Ahreum mengangkat kepalanya yang sedari tadi tertunduk di lututnya. Posisinya masih memeluk lututnya. Air mata terlihat mengalir membasahi pipi tirusnya. Hati Sara terasa tersayat melihat Ahreum yang seperti itu. Perih.

Ahreum memandang Baekhyun sebelum berkata dengan suara sengau khas orang yang menangis, “Aku mengerti akan hal itu Baekhyun-ah. Sangat mengerti. Tapi tetap saja hatiku sakit dan air mata ini tidak bisa berhenti mengalir.”

“Tidak apa-apa. Menangislah sampai kau merasa jauh lebih baik. Kadang, menangisi hal yang membuat kita sakit akan membuat kita merasa lega.” Baekhyun berkata lagi.

.

.

“Wohooo Byun Baekhyun, tumben sekali kau bisa berkata bijaksana.” Sara menyenggol bahu kanan Baekhyun dengan bahu kirinya, membuat baekhyun terdorong maju beberapa langkah dan hampir jatuh dengan mendarat di mukanya. Untung saja reflek lelaki itu cukup bagus jadi dia tidak benar-benar jatuh. Mereka sedang berjalan pulang dari rumah Ahreum. Hari sudah menjelang malam ketika akhirnya mereka memutuskan untuk pulang setelah Ahreum tertidur di pangkuan Sara karena terlalu lelah menangis.

Baekhyun menyumpah sebelum berbalik menghadap Sara dan berkata, “Katakan padaku kalau kau itu laki-laki yang sedang menyamar!”

“Huh?” Sara cengo. Bingung karena tiba-tiba Baekhyun mengalihkan pembicaraan.

“Kau menendangku hingga aku tersungkur. Kau menyenggol bahuku hingga aku hampir jatuh. Kau kuat sekali untuk ukuran seorang perempuan, jadi kau pasti laki-laki yang sedang menyamar!” ujar Baekhyun menjelaskan.

“Aku ini perempuan, bodoh!” Sara menoyor kepala Baekhyun sambil berlalu meninggalkannya.

“Kalau begitu bertingkahlah seperti perempuan.” Baekhyun setengah berteriak sebelum berusaha mensejajarkan langkah kakinya dengan langkah kaki Sara.

Sara hanya mengangkat bahu tidak peduli. Memang selama ini Baekhyun selalu mengatai Sara laki-laki yang menyamar atau perempuan dengan jiwa laki-laki atau apapun yang berkaitan dengan itu. Bukan karena penampilannya melainkan karena kelakuannya. Sara masih berpenampilan seperti perempuan pada umumnya kok. Sara bahkan cukup cantik jika berdandan. Hanya saja gadis itu terlalu cuek dengan segala hal yang dilakukannya sehingga kelakuannya seperti anak laki-laki.

“Btw, aku serius ketika aku mengatakan kau cukup bijak tadi. Kita tidak bisa memilih dengan siapa kita jatuh cinta,” Sara menirukan perkataan Baekhyun pada Ahreum tadi “darimana kau mendapatkan kata-kata itu Baek?” Sara bertanya sambil setengah menggoda.

“Dari tumblr.” Kata Baekhyun singkat. Sara tertawa mendengar jawabannya.

“Aku serius!” Baekhyun berkata dengan nada seriusnya. Sara hanya mengangguk-angguk sambil tetap tertawa. Baru saat Sara sudah berhenti tertawa Baekhyun melanjutkan, “Kalau aku bisa memilih kepada siapa aku jatuh cinta, aku pasti akan memilihmu Sara.”

Pernyataan Baekhyun itu sontak membuat pipi Sara merona. Untung saja hari sudah agak gelap sehingga Baekhyun tidak menyadari perubahan yang terjadi pada wajahnya.

.

.

Sara berjalan pulang dari sekolah dengan lesu. Sudah seminggu ini dia ada latihan basket intensif karena kompetisi basket se-kota Seoul akan dimulai seminggu lagi. Biasanya dia ditemani Baekhyun dengan celotehan tidak penting sahabatnya itu, tapi sudah hampir empat hari ini Baekhyun tidak menungguinya pulang latihan. Baekhyun juga sering menghilang entah kemana pada saat makan siang. Setiap kali ditanya kemana perginya, Baekhyun hanya akan mengangkat bahu lalu pergi begitu saja sehingga Sara tidak lagi memaksa untuk tahu. Sedangkan Ahreum masih menghindari Jongin karena merasa belum siap bertatap muka lagi dengan lelaki itu. Jadilah beberapa hari ini hanya Sara dan Jongin yang makan siang bersama.

“Apa Baekhyun marah padaku?” Sara bertanya pada dirinya sendiri dalam hati. “Tapi memangnya aku salah apa? Perasaan aku tidak melakukan hal-hal yang membuatnya kesal akhir-akhir ini.” Batin Sara. Gadis itu memutar-mutar bola basket yang ada di tangannya sambil memikirkan kesalahan apa yang dilakukannya yang membuat Baekhyun menjauh darinya.

Dia menghela nafas kasar setelah beberapa lama berpikir namun tidak menemukan jawabannya. Dia menendang kaleng bekas yang ada di depannya karena frustasi. Namun sepertinya hari ini hari sialnya karena kaleng bekas yang ditendangnya tadi mengenai punggung seseorang. Sara segera berlari ke arah orang itu untuk meminta maaf.

“Aghassi, kau sengaja ya?” kaleng bekas yang tadi di tendang Sara ternyata mengenai punggung seorang lelaki yang umurnya ditaksir Sara sekitar 50 tahunan, yang sedang duduk di luar coffee shop.

“Animnida Ahjussi. Jeongmal joesonghabnida.” Sara membungkuk sambil meminta maaf. Sepuluh menit berlalu dengan dia mendengarkan si Ahjussi berceramah tentang anak muda jaman sekarang yang kurang mengerti sopan santun. Sara sudah hampir menguap ketika matanya menangkap sosok yang sangat di kenalnya. Sosok sahabat yang membuatnya bingung selama beberapa hari ini, Byun Baekhyun.

Baekhyun sedang duduk di dalam coffee shop itu sambil melamun. Lelaki itu memakai polo shirt putih dengan corak hitam di lengan dan kancingnya serta celana jeans hitam. Sara dapat melihat jelas Baekhyun dari tempatnya berdiri sekarang karena mereka hanya dipisahkan oleh kaca coffee shop itu. Sara kemudian membungkuk dan meminta maaf kepada Ahjussi di hadapannya untuk yang ke sekian kalinya sebelum pergi meninggalkan pria tua itu. Sara baru saja berjalan beberapa langkah ke arah kaca dekat Baekhyun duduk karena dia berniat untuk mengagetkan sahabatnya itu ketika seorang gadis dengan rambut cokelat sepinggang datang dan menutup mata Baekhyun dengan kedua tangannya. Sara sontak berhenti dan mengamati kedua orang itu.

Sara tahu siapa gadis itu. Namanya Kim Taeyeon, senior mereka di sekolah. Taeyeon dan Baekhyun sama-sama ikut dalam club musik di sekolah mereka. Sara dan Baekhyun sama-sama mengagumi suara merdu Taeyeon. Meskipun suara Baekhyun juga tidak kalah merdu. Sara tahu kalau Baekhyun dan Taeyeon cukup dekat karena mereka sering sharing mengenai teknik-teknik menyanyi dan lain-lain. Tapi Sara tidak pernah tahu kalau mereka sedekat ini, sampai mereka bertemu di coffee shop begini. “Apa yang Baekhyun lakukan disini dengan Taeyeon Sunbae?” Sara bertanya dalam hati.

Jawaban dari pertanyaan Sara datang seperti petir yang menyambar di siang bolong. Baekhyun dan Taeyeon, mereka berkencan. Mereka sepasang kekasih. Bagaimana Sara tahu? Kalau sorot mata Baekhyun belum cukup menjelaskan bahwa dia mencintai Taeyeon, mungkin tangan Taeyeon yang mengusap pipi Baekhyun dengan sayang bisa mewakilinya. Belum lagi ekspresi bahagia yang terpampang di wajah mereka berdua yang semakin membuktikan bahwa hubungan mereka memang tidak hanya sebatas teman.

Kalau aku bisa memilih kepada siapa aku jatuh cinta, aku pasti akan memilihmu Sara.

Tiba-tiba perkataan Baekhyun beberapa hari yang lalu berputar di kepala Sara. Tentu saja dia tidak mencintaimu. Dia mengatakan kalau dia bisa memilih maka dia akan memilihmu,  yang berarti itu bukan kamu. Kau benar-benar bodoh Choi Sara, Sara mengatai dirinya sendiri di dalam hati.

Sara tidak sadar air matanya sudah mengalir membasahi pipinya. Dia sakit. Jauh lebih sakit dari saat dia melihat Ahreum menangis karena cintanya di tolak Jongin, jauh lebih sakit daripada saat dia tahu kalau ayah dan ibunya akan bercerai, dan masih jauh lebih sakit daripada melihat ibunya membanting tulang demi menghidupi mereka berdua. Dia bahkan tidak sadar saat orang-orang di sekelilingnya berlarian mencari tempat berteduh karena hujan tiba-tiba turun. Dia tetap berdiri di tempatnya, memandangi Baekhyun dan Taeyeon yang masih bercengkerama dengan mesra. Dia memandangi wajah Baekhyun yang begitu gembira. Dia tidak pernah melihat Baekhyun segembira ini. Dan itu semakin membuatnya sakit karena selama dia mengenal Baekhyun, dia tidak pernah melihatnya tertawa gembira seperti itu.

Tiba-tiba Baekhyun menoleh ke arah Sara. Mata Baekhyun beradu dengan mata Sara. Baekhyun sepertinya terkejut karena matanya membulat. Lelaki itu bangkit dari duduknya dan mengatakan sesuatu pada Taeyeon sebelum akhirnya berlari keluar coffee shop tempat mereka duduk. Namun sayang, seseorang yang tadi ingin di kejarnya sudah tidak ada. Sara sudah menghilang entah kemana. Baekhyun menghela nafas sebelum akhirnya menyeret kembali kakinya ke dalam coffee shop.

.

.

Sara berlari dan terus berlari. Dia tidak menghiraukan kemana dia berlari. Dia tidak peduli ketika dia menabrak orang lain, tidak peduli ketika dia terjatuh berguling di jalan penuh genangan air, dia terus berlari. Dia hanya ingin pergi dari tempat itu. Dia hanya berharap dia bisa melupakan apa yang di lihatnya tadi. Rasanya perih. Sakit. Hancur.

Dia terjatuh untuk yang ke sekian kalinya. Namun kali ini dia tidak bangkit lagi. Kakinya sudah tidak mau di ajak kompromi. Dia berbalik di tempatnya jatuh sehingga posisinya saat ini tidur terlentang. Nafasnya terengah-engah karena terlalu lelah berlari. Dia memejamkan matanya dan membiarkan hujan mengguyur tubuhnya. Berharap titik-titik air hujan ini bisa membawa pergi luka di hatinya.

.

.

Beberapa hari berlalu sejak hari yang menyakitkan itu bagi Sara. Gadis itu menghindari Baekhyun. Dia berangkat lebih pagi dari biasanya dengan alasan latihan basket tambahan dan pulang lebih lama dari biasanya dengan alasan yang sama. Dia juga tidak lagi makan siang bersama mereka karena lebih memilih bersembunyi di perpustakaan atau tidur di ruang kesehatan. Dia tahu Baekhyun mencarinya, tapi saat ini dia tidak bisa menemui lelaki itu. Atau dia tidak akan bisa lagi menahan sakitnya di hadapan sahabatnya itu.

Sara berusaha fokus pada latihan basketnya. Karena satu-satunya hal yang bisa mengalihkan pikirannya dari rasa sakit di hatinya hanya basket. Dia bahkan berlatih jauh lebih keras dan jauh lebih lama dari biasanya. Pelatihnya, Kris Wu, sempat bingung melihat perubahan pada sikap Sara tapi dia tidak berkomentar. Kris hanya mengatakan padanya untuk tidak memaksakan diri dan lebih banyak beristirahat karena kompetisi sudah dekat.

Sama seperti hari-hari sebelumnya, Sara berlari ke perpustakaan pada saat dirinya mendengar bel tanda istirahat berbunyi. Dia tidak ingin bertemu dengan siapapun hari ini, terutama Baekhyun. Dia menghela nafas lega ketika sudah sampai di perpustakaan. Dia duduk di lantai sambil menyandarkan punggungnya ke tembok perpustakaan. Dia menyembunyikan dirinya diantara rak-rak besar menjulang yang berisi buku-buku. Sebuah novel berjudul Inferno karya Dan Brown menjadi temannya menghabiskan waktu istirahat ini. Dia harus bekerja ekstra keras untuk mengalihkan pikirannya dari rasa sakit di hatinya karena terlalu banyak memikirkan Baekhyun dengan berusaha memahami isi buku itu. Dan dia hampir berhasil ketika seseorang duduk di sampingnya. Dia menoleh dan mendapati Jongin tersenyum padanya.

“Apa yang kau lakukan disini?” Sara bertanya pada Jongin dengan berbisik, takut mengganggu pengunjung perpustakaan yang lain.

“Menemuimu. Apa yang kau lakukan disini?” gantian Jongin bertanya, masih dengan berbisik.

Ssara mengayunkan novel di tangannya. “Seperti yang kau lihat.” Jawabnya cuek.

“Kau tidak terlihat seperti sedang membaca.” Jongin berkomentar. Lelaki itu kemudian duduk di sebelah Sara. Sara diam saja. Mata gadis itu menyusuri kata demi kata di halaman novel yang sedang terbuka. Dia membaca, tapi dia tidak bisa menangkap satu kalimatpun dari buku itu.

“Maafkan aku karena tidak mengatakan padamu lebih awal mengenai hubungan Baekhyun dan Taeyeon Sunbae.” Jongin berkata setelah beberapa saat mereka duduk dalam diam. Bertambah satu goresan luka di hati Sara. Gadis itu menggigit bibirnya, menahan perih yang sedari tadi berusaha tidak dirasakannya.

“Bukan salahmu.” Sara berkata, suaranya sedikit bergetar.

“Aku tahu kau menghindari Baekhyun.” Jongin berkata lagi.

“Tidak juga.” Sara menjawab seolah tidak peduli.

“And you did a great job in avoiding him, if I might add. Because it looks like you’re avoiding us−me and Ahreum−too.” Jongin meneruskan tanpa memperdulikan jawaban Sara. Ketika Sara diam saja, Jongin melanjutkan “Baekhyun mengira kau marah padanya karena dia tidak memberitahumu hubungannya dengan Teyeon Sunbae dari mulutnya. Tapi aku tahu itu bukan alasan yang sebenarnya.”

“Oya?” Sara berkata dengan nada datar.

“Kau jatuh cinta pada Baekhyun, itu faktanya.” Kata Jongin. Novel yang sedaritadi dipegang Sara terjatuh ke pangkuannya. Gadis itu mengalihkan pandangannya kepada Jongin yang saat itu juga sedang menatapnya sambil tersenyum mengerti. “Aku tahu itu meskipun kau tidak pernah mengatakannya, Sara-ya.”

“Jangan mengada-ada.” Sara berusaha menutupi kegugupannya. Tapi dia tidak bisa menatap mata Jongin saat mengatakan itu.

“Aku tidak buta Sara-ya. You adore him, so much. I knew you’ve been in love with him since the day we met.” Jongin menjelaskan.

“Apa sejelas itu perasaanku padanya?” Sara bertanya lirih.

“Yup. Caramu memandang Baekhyun bisa menjelaskan semuanya.” Jongin menjawab yakin.

“Kau saja tahu. Kenapa Baekhyun tidak?” tanya Sara pada Jongin dengan suara sarat akan luka.

“Because he is so dense.” Jongin menjawab ringan.

“Kau tahu tidak, setelah aku mengetahui fakta mengenai hubungan Baekhyun dan Taeyeon Sunbae aku berharap aku bisa terbangun dari tidur lalu kemudian menyadari bahwa semua ini hanya mimpi. Tapi kenyataannya adalah, aku tidak bisa terbangun Jongin-ah. Aku tidak bisa bangun karena aku bahkan tidak pernah tertidur. Bagaimana bisa ini mimpi ketika aku bahkan tidak pernah tertidur?” Sara mencurahkan isi hatinya pada Jongin. Jongin melingkarkan tangan kanannya pada bahu Sara dan menarik gadis itu mendekat padanya sehingga kepala gadis itu tersandar di bahunya.

Air mata Sara mengalir setetes demi setetes membasahi pipi chubby-nya. Jongin semakin mengeratkan pelukannya pada Sara. “Ketika aku benar-benar tertidur dan kemudian terbangun lagi, aku masih dihadapkan pada kenyataan yang sama Jongin-ah. Baekhyun tetap mencintai Taeyeon Sunbae, bukan aku. Dan aku tidak bisa melakukan apapun dengan itu.” Sara berkata lagi.

Jongin menggenggam tangan Sara, berusaha memberikan dukungan untuk gadis itu. Dia yakin gadis itu sangat membutuhkannya. Tiba-tiba dia ingat kejadian dimana dirinya menolak perasaan Ahreum. Dia membayangkan Ahreum mengalami hal yang dialami Sara saat ini. Hatinya ikut perih. Tapi dia juga tidak bisa melakukan apapuun dengan itu karena hatinya bukan untuk Ahreum.

“Aku berusaha mengenyahkan segala sesuatu yang berhubungan dengan Baekhyun, Jongin-ah. Itulah alasan kenapa aku menghindarinya. Aku tidak yakin bisa mengucapkan selamat padanya tanpa terlihat hancur didepannya. Tapi seberapa keraspun aku mencoba melupakan segalanya yang berhubungan dengan dia, aku tidak bisa. I keep myself busy with basketball, reading novel, and other things to do. But everytime I pause, I can’t help but think of him.” Air mata Sara mengalir semakin deras.

“Aku sakit Jongin. Sakit sekali. Up until this time, I always thought that I knew how real pain felt like, but I didn’t until I saw the way he looked at her.” Kata Sara. Jongin hanya bisa mengusap punggung sahabatnya dengan sayang.

Setelah akhirnya Sara cukup tenang, Jongin berkata “Aku bohong kalau aku bilang aku mengerti perasaanmu, karena aku belum pernah merasakan bagaimana sakitnya patah hati. Tapi dengan menghindari Baekhyun seperti ini, kau berlaku tidak adil padanya Sara-ya. Bukan salah Baekhyun kalau dia jatuh cinta pada Taeyeon Sunbae, because we don’t choose who we fall in love with.”

Sara tersenyum miris ketika mendengar kalimat yang pernah keluar dari mulut Baekhyun keluar dari mulut Jongin. “Aku tahu. Tapi aku masih belum tahu bagaimana harus bersikap di depan Baekhyun, Jongin-ah. Nanti, nanti saat aku sudah bisa menjaga perasaanku dan mengontrol bagaimana aku bersikap di depan Baekhyun, aku akan kembali menjadi Sara yang dulu. Yang aku butuhkan saat ini hanya jarak dan waktu” Sara menjelaskan pada Jongin. Jongin hanya mengangguk mengerti.

.

.

Waktu pada pertandingan basket putri pertama se-kota Seoul−Seoul Basketball Competition−antara Seoul SHS dengan Kirin SHS sudah memasuki babak tambahan. Perolehan nilai mereka yang imbang mengharuskan mereka memasuki babak tambahan waktu. Kini sudah detik-deti

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet