Bodoh Sekali

1AM
Please Subscribe to read the full chapter

“Chittaphon!”

Sebuah suara perempuan memanggil Ten. Satu-satunya perempuan di sini yang memanggil dirinya dengan nama asli adalah bibinya, Bibi Mannoban, seorang wanita berumur tiga puluhan yang sepertinya selalu memakai celemek motif bunga, jelas sekali hobinya memasak. Wanita itu berjalan masuk ke ruang keluarga dengan satu tangan masih memegang  pisau—mungkin sedang memasak untuk makan siang nanti. 

Ten yang sedang beristirahat di atas sofa setelah mencuci piring menoleh, bertanya-tanya kenapa bibinya memanggilnya. Biasanya bibinya lebih suka berurusan dengan adiknya, mungkin kali ini dia punya masalah yang tidak bisa diselesaikan oleh adiknya.

“Tadi aku lupa menyuruh Kulisara membeli paprika, jadi tolong pergi ke pasar untuk membelinya,” Ten mengernyitkan dahi, ingin bertanya kenapa tidak menyuruh Tern saja, tapi itu akan terdengar tidak sopan. Seperti bisa membaca pikirannya, bibinya melanjutkan, “Adikmu sedang pergi dengan Lalisa jadi tolong kamu saja yang beli ya,” dan mengakhirinya dengan senyuman.

Ten mengangguk dan segera bergegas pergi setelah menerima beberapa lembar uang. Dia sudah tahu di mana letak pasar dan kios mana yang harus didatangi, sebelumnya Tern pernah menyeretnya kesana karena terlalu malu untuk bertemu Hansol sendiri. Ten belum pernah berbicara banyak dengan Hansol, hanya bertukar basa-basi saja, tapi rasanya mereka sudah seperti teman baik.

Tidak mau membuat bibinya menunggu, dia setengah berlari ke pasar.  Desa ini kecil, jadi letak pasar tidak terlalu jauh dari rumah Lalisa. Hanya dengan beberapa menit, Ten sudah sampai di depan kios Hansol.

“Selamat pagi!” Serunya ketika mendapati kios tersebut kosong kemudian kaget ketika mendengar sebuah suara benturan yang disusul dengan sebuah kepala yang menyembul dari bawah meja di seberangnya.

“Apa?” Suara jengkel itu berasal dari anak laki-laki di depannya. Shock Ten belum sembuh disusul dengan rasa takut. Wajah anak itu seperti mau membunuh, suara benturan tadi pasti berasal dari kepalanya yang membentur meja. Namun wajahnya berubah ketika melihat wajah Ten. “Kau!”

Hah? Apa? Aku? Ekspresi Ten j

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
glennrodho #1
Ayeye ♥.♥ TaeTen ♥.♥
azxka_ #2
Sukaaa
intandm97 #3
Ayeye ♥.♥ TaeTen ♥.♥
arscy8 #4
Chapter 3: Akhirnya ketemu fanfic taeten yg seru yeayy. Fighting
mimimini #5
Chapter 9: senyum senyum sendiri..
apalagi pas yg di sungai...
oke.. berharap epilognya lebih greget..

hahaha.... ty menderita banget ya???
mimimini #6
Chapter 9: senyum senyum sendiri..
apalagi pas yg di sungai...
oke.. berharap epilognya lebih greget..

hahaha.... ty menderita banget ya???
sohee2303 #7
Chapter 8: epilog must go on!#maksa^^
TT71227 #8
Chapter 8: Sequel plisssss!!! Wajib sequel authornim!! >< pengen liat perjuangan taeyong di seoul nyari ten!! Jgn biarkan taeten berakhir ganjel kaya gini ?
Sngat sangat ditunggu! ^^ fighting!
TT71227 #9
Chapter 8: Sequel plisssss!!! Wajib sequel authornim!! >< pengen liat perjuangan taeyong di seoul nyari ten!! Jgn biarkan taeten berakhir ganjel kaya gini ?
Sngat sangat ditunggu! ^^ figting!
KiyoKiyoHi #10
Chapter 8: Lubang sialan yg malah bikin kisah mereka lebih berwarnaaaa~ ahay good job lubang di jalan! wkwkwk #plak
dan plissss pertemukan Taeyong n Ten di seoul xD pasti bakal menarik xD
Sequelnya ditunggu ya Authornim. Hehe Fighting.