Chapter 1
Man From the PastUdara malam yang dingin tak menyurutkan langkah seorang laki-laki untuk berjalan menuju tempat tujuannya. Kaki jenjangnya yang berbalut celana jeans belel melangkah pasti menapaki setapak demi setapak jalanan kota Seoul yang masih saja ramai walaupun jam sudah menunjukkan pukul 10 malam. Sesekali ia merapikan rambut coklatnya yang berantakan akibat tersapu dinginnya angin musim gugur, sebelum ia merapatkan jaket biru navy yang dipakainya untuk sedikit menghalau dinginnya udara malam.
Lee Junho.
Nama laki-laki bermata sipit itu. Dia adalah seorang mahasiswa semester 4 jurusan manajemen bisnis di salah satu universitas elit di seoul. Ia anak bungsu dari 2 bersaudara. Kakaknya yang bernama Lee Wooyoung, terpaut usia satu tahun lebih tua dengannya, merupakan mahasiswa jurusan seni di universitas yang sama dengannya. Akan tetapi kakaknya memiliki nasib yang sedikit kurang baik karena sejak kecil ia mengidap kelainan di jantungnya, yang mengakibatkan ia tidak boleh beraktivitas terlalu keras.
Junho berjalan memasuki sebuah club malam yang cukup elit di kawasan kota Seoul. Ketika melewati meja resepsionis, seorang perempuan cantik berambut panjang lurus menyapanya dengan ramah, "Selamat malam Nuneo-shi." Junho memang menggunakan nama samaran saat berada di club. "Sudah ada seorang tamu yang menunggumu di meja nomor 9. Dia hanya ingin ditemani minum, tidak lebih."
"Benarkah? Tumben sekali?" tanya Junho heran. Tapi toh ia tetap melangkah menuju meja nomor 9 yang terletak tepat di sebelah counter untuk memesan minuman.
Ya, inilah pekerjaan seorang Lee Junho, menjadi seorang laki-laki penghibur di salah satu club ternama di kawasan kota Seoul. Ia tak hanya melayani tamu wanita, tapi juga pria. Ia terpaksa mengambil pekerjaan hina ini, karena uang pensiunan ayahnya yang meninggal 2 tahun yang lalu, hanya cukup untuk mencukupi kehidupan mereka sehari-hari. Beruntung Wooyoung dan Junho merupakan anak-anak berprestasi, sehingga mereka mendapatkan beasiswa penuh untuk kuliah mereka. Tapi Junho harus tetap mencari uang untuk biaya pengobatan Wooyoung setiap bulannya. Dan bekerja part-time sebagai kasir minimarket maupun pelayan restoran sama sekali tidak bisa memenuhi biaya pengobatan Wooyoung. Maka dari itu, suatu malam ia memberanikan diri memasuki salah satu club malam ternama di Seoul. Awalnya ia hanya mendaftarkan diri sebagai salah satu pelayan di bar itu. Tapi manager bar tersebut memberi tawaran menjadi penghibur yang jelas-jelas memiliki gaji yang jauh lebih besar. Awalnya Junho menolak dengan keras, dan manager itu sama sekali tidak memaksanya, ia hanya menyarankan kalau memang Junho benar-benar sangat membutuhkan uang. Tapi setelah melihat kondisi Wooyoung yang semakin memburuk setiap harinya karena tidak mendapatkan pengobatan yang memadai, dengan terpaksa Junho menerima pekerjaan hina tersebut.
Junho melihat seorang laki-laki berwajah italian tengah duduk sembari menyesap tequilanya. "Ehm!" Junho sedikit berdehem agar mendapatkan perhatian dari laki-laki itu. "Apa anda yang memesan saya untuk menemani anda minum?"
"Ah, kau sudah datang rupanya. Duduklah, akan kupesankan minuman untukmu. Kau mau minum apa Nuneo?" tanya laki-laki itu sembari berdiri, yang membuat Junho sadar bahwa ternyata laki-laki tersebut memiliki tubuh yang tinggi, jauh lebih tinggi darinya.
"Tidak usah repot-repot tuan, saya bisa memesannya sendiri nanti." balas Junho sopan.
"Kau bisa memanggilku Chansung, Nuneo."
"Baiklah, Chansung-shi." ucap Junho sembari menampilkan eye-smilenya yang begitu menggemaskan, yang dibalas Chansung dengan senyuman dan tatapan... rindu?
~2PM~
Sinar matahari mulai menerobos masuk melalui celah jendela. Mengusik tidur lelap seorang Lee Junho.
Semalam ia pulang dari club lebih awal, karena dia tidak memiliki pelanggan lain selain laki-laki berwajah italian yang ia temani minum semalam. Junho menemani laki-laki bernama Chansung itu hingga jam 1 malam, dan pulang setelahya. Mengingat laki-laki yang ditemaninya minum semalam entah mengapa membuat perasaan Junho menjadi tidak nyaman. Ia sangat yakin kalau laki-laki itu menatapnya dengan sorot mata yang berbeda dari pelanggan-pelanggan yg biasanya ia temani. Kalau pelanggan yang lain menatapnya dengan tatapan nakal dan penuh nafsu, laki-laki berwajah italian itu menatapnya dengan sorot mata yang penuh kerinduan. Seakan mereka sudah saling kenal sebelumnya, dan harus berpisah untuk waktu yang cukup lama. Memikirkannya benar-benar membuat Junho bingung.
- Flashback: start -
Junho meletakkan pantat ynya tepat disamping Chansung. Tangannya meraih champage yang berada diatas meja kaca di depannya, sebelum menyesapnya sedikit. Ia mengalihkan pandangannya pada Chansung ketika ia merasa laki-laki berwajah italian itu terus saja mengamati setiap gerak-geriknya.
"Kau terpesona padaku Chansung-shi?" Junho bertanya dengan penuh percaya diri. Junho memang salah satu primadona di club malam itu. Hampir setiap tamu yang datang ingin dilayani olehnya. Wajahnya yang tampan dan imut menjadi magnet yang kuat untuk menarik para pelanggan untuk menikmati servicenya. Dan jangan lupakan pula eye smilenya yang menambah daya tarik tersendiri untuknya.
Kekehan mengalun keluar dari belaha
Comments