Grow Up

Growing Up

Wajah Seulgi dan Wonwoo itu sangat mirip. Bahkan mereka sering disebut saudara kembar. Mereka memang saudara kandung, tapi usia mereka terpaut dua tahun. Seulgi lahir dua tahun lebih dulu daripada Wonwoo. Seulgi adalah kakak Wonwoo dan Wonwoo adalah adik Seulgi.

Seulgi sayang sekali dengan Wonwoo, begitu pun Wonwoo yang menyayangi Seulgi. Waktu mereka kecil, Seulgi pernah diganggu oleh sekelompok anak nakal. Lalu Wonwoo dengan gagahnya berdiri di depan Seulgi melindungi kakaknya dari anak-anak nakal itu.

“Dasar cengeng! Baru juga kami dorong dari ayunan saja sudah menangis! Dasar anak perempuan cengeng!” Seulgi langsung menangis saat itu. Kakinya berdarah karena terjatuh dari ayunan.

Tangisan Seulgi terdengar ke telinga Wonwoo yang saat itu sedang bermain juga di sekitar sana. Dengan wajah marahnya, Wonwoo berlari menghampiri Seulgi. Ia melihat lutut Seulgi berdarah dan segera menghadap sekelompok anak nakal tersebut.

“Apa yang kau lakukan pada kakakku? Dasar anak nakal. Jangan ganggu dia lagi atau kalian akan kupukul!” Ujarnya sambil mengepalkan tangan. Melihat wajah Wonwoo yang seram karena marah itu, mereka langsung berlari pergi.

Setelah anak-anak itu pergi, Wonwoo berjongkok di depan Seulgi dan menghapus air mata kakaknya itu. “Sudah jangan menangis, aku sudah memarahi mereka. Kalau mereka nakal lagi padamu, aku akan membalasnya.” Sakit di lututnya langsung tidak terasa karena perkataan Wonwoo. Seulgi senang karena Wonwoo mau melindunginya.

Bukan hanya Wonwoo yang selalu ada untuk Seulgi. Seulgi juga selalu ada untuk Wonwoo. Ketika mereka duduk di bangku sekolah dasar, Wonwoo pernah dipanggil oleh guru karena berkelahi. Wonwoo menangis setelah dimarahi oleh gurunya. Ia tidak mau berhenti menangis sampai akhirnya Seulgi memeluknya.

“Bukan aku yang salah, kak. Mereka mengejek ayah dan ibu. Aku kesal,” kata Wonwoo di sela-sela tangisnya. Seulgi mengangguk sambil menepuk-nepuk punggung adiknya. Ia tahu Wonwoo bukanlah anak nakal. Wonwoo tidak pernah membuat masalah, ia terkenal sebagai anak yang baik dan pintar. Karena itu ia sangat sedih ketika dimarahi gurunya.

Setelah dewasa, rasa sayang yang mereka punya tidak sebesar dulu. Seulgi sibuk dengan kuliahnya begitu juga Wonwoo. Mereka kuliah di universitas yang berbeda. Seulgi mengambil program studi Musik modern sementara Wonwoo mengambil teknik arsitektur.

Hari ini Wonwoo pulang kuliah lebih cepat dari yang seharusnya. Ia bolos pada mata kuliah kedua karena tidak enak badan. Tadinya ia ingin tetap hadir, tapi teman-temannya menyuruhnya untuk pulang karena wajahnya sangat pucat. Ia akhirnya memutuskan untuk pulang, lagipula ia benar-benar merasa sedang tidak sehat.

Dengan lemas ia membuka pintu rumah. Tidak ada siapapun di dalam. Wonwoo baru ingat kalau orang tuanya sedang pergi ke luar kota karena urusan pekerjaan. Dan Seulgi pasti belum pulang kuliah. Gadis itu sangat aktif di kampusnya. Ia senang mengikuti keorganisasian.

Wonwoo baru ingat ia belum makan sejak semalam, pantas saja perutnya perih. Kepalanya pusing dan perutnya perih. Ia berjalan ke dapur mencari sesuatu yang bisa dimakan, tapi sayangnya tidak ada makanan sama sekali. Wonwoo sangat yakin kalau penyakit maagnya pasti sedang kambuh. Perutnya benar-benar sakit. Ia langsung mencari obat maag di kotak obat, tapi ia tidak menemukan satu pun obat maag.

Setelah tidak mendapatkan apapun, Wonwoo memutuskan untuk tidur di kamarnya. Tanpa mengganti baju ia langsung merebahkan tubuhnya di kasur. Ia memejamkan mata mencoba untuk tidur, tapi tidak bisa karena kepalanya sangat pusing dan perutnya sangat sakit. Keringat mulai menetes dari dahinya. Dan Wonwoo tahu itu bukan pertanda baik.

Satu-satunya yang dapat dimintai tolong adalah Seulgi. Segera ia mengeluarkan ponsel dan menelepon Seulgi. Wajahnya sudah sangat pucat, ia benar-benar berharap Seulgi segera menjawab panggilannya.

Doanya terkabul saat suara Seulgi terdengar dari speaker ponselnya. Seulgi menjawab panggilannya.

“Kenapa?” Tanya Seulgi tanpa basa-basi. Tidak biasanya Wonwoo meneleponnya siang hari seperti ini.

“Bisa pulang sekarang tidak?” Tanya Wonwoo juga tanpa basa-basi.

“Kenapa memang? Tidak bisa. Aku sedang rapat. Mungkin nanti sore baru selesai.” Suara Seulgi terdengar seperti ia sedang buru-buru. Wonwoo menghela napas ketika mendengar jawaban Seulgi. Ia benar-benar membutuhkan kakaknya sekarang.

“Tidak bisa izin pulang cepat?” Seulgi mendengus kesal. “Tidak bisa. Ini rapat pengurus inti. Aku harus hadir.” Wonwoo tahu Seulgi memiliki banyak kegiatan di kampus, ia hanya diam ketika mendengar jawaban gadis itu.

“Ya sudah. Tidak apa-apa,” kata Wonwoo akhirnya. “Oke. Aku matikan, ya.” Panggilan pun terputus. Seulgi mematikannya lebih dulu.

Keringat dingin sudah membasahi kaus yang dipakai Wonwoo. Ia mengutuk dirinya sendiri karena bisa sakit di saat seperti ini. Wonwoo ingin pergi ke apotik untuk membeli obat tadinya, tapi pandangannya berputar sehingga ia mengurungkan niatnya. Takut kalau ia akan jatuh di jalan.

Satu jam kemudian, sakitnya tidak hilang juga. Malah semakin sakit. Ia akhirnya menghubungi Seulgi lagi. Berharap kakak satu-satunya itu mau segera pulang.

“Ada apa lagi?” Wonwoo terdiam sesaat ketika mendengar suara Seulgi. “Kumohon pulang sekarang. Aku sakit.” Dapat Wonwoo dengar kalau Seulgi menghela napas dari seberang telepon.

“Ya sudah minum obat. Aku belum bisa pulang.” Seulgi berkata sedikit kesal. Mengapa adiknya jadi manja seperti ini.

“Obatnya habis. Kumohon, kak.” Suara parau Wonwoo meyakinkan Seulgi kalau adiknya itu benar-benar sedang sakit. Seulgi sedikit heran karena tadi pagi Wonwoo masih baik-baik saja.

“Ya. Nanti kalau boleh izin, aku pulang,” ucap Seulgi cepat. “Sudah dulu, ya.” Lagi-lagi Seulgi yang mematikan panggilan lebih dulu.

Rapat masih berlangsung. Namun pikiran Seulgi sudah tidak fokus ke rapat. Ia terngiang-ngiang suara Wonwoo tadi. Serak sekali. Itu membuat Seulgi khawatir. Wonwoo tidak pernah meminta tolong pada Seulgi lagi semenjak mereka dewasa. Adiknya itu mandiri, karena itu Seulgi jadi khawatir ketika Wonwoo memintanya pulang cepat.

Awalnya ia tidak peduli karena rapat ini sangat penting. Tetapi ia mendadak teringat sesuatu. Wonwoo pernah menolongnya saat itu. Wonwoo pernah mengantarkan tugasnya yang tertinggal di rumah. Seulgi memaksanya karena Wonwoo sempat menolak. Akhirnya Wonwoo tetap mau mengantarkan tugasnya padahal sedang hujan deras. Seulgi langsung merasa bersalah karena menolak permintaan Wonwoo untuk pulang tadi.

Seulgi segera izin pada moderator dan bergegas pulang. Ia mencoba menghubungi Wonwoo di perjalanan pulang, tapi adiknya tidak mengangkat panggilannya. Seulgi khawatir. Ia menyesal tidak langsung pulang tadi.

“Wonwoo,” panggilnya ketika kakinya menyentuh lantai rumah. Seulgi langsung melepas sepatunya dan berlari menuju kamar Wonwoo. Ternyata Wonwoo sedang tidur.

Tangan Seulgi terulur untuk menyentuh dahi adiknya. Tubuh Wonwoo sangat panas. Ia menggoyangkan badan Wonwoo pelan untuk membangunkannya.

“Wonwoo.” Ada rasa khawatir di nada bicaranya. Seulgi tidak tahu kalau Wonwoo benar-benar sakit seperti ini.

Mata Wonwoo mulai terbuka dan itu melegakan Seulgi. “Kak, sudah pulang.” Seulgi langsung mengelus kepala Wonwoo. Menyingkirkan rambut yang menutupi mata Wonwoo.

“Apa yang sakit? Maaf baru bisa pulang.” Seulgi merasa sangat bersalah.

“Kepalaku seperti ingin pecah, kak. Perutku perih.” jawab Wonwoo sambil memejamkan matanya. Ia suka ketika tangan Seulgi menyentuh kepalanya.

“Ayo ke dokter.” Wonwoo terlihat tidak baik. Warna bibirnya hampir sama dengan warna kulitnya. Pucat.

Akhirnya dengan sedikit persiapan mereka pergi ke klinik. Tubuh Wonwoo benar-benar lemas dan itu membuat Seulgi kewalahan. Tubuh mungilnya harus menopang tubuh Wonwoo yang lebih besar darinya. Tapi ia tidak keberatan sama sekali.

Sepulang dari klinik, Wonwoo hanya tiduran di kasurnya. Sesekali meringis pelan karena rasa sakitnya. Seulgi yang melihat itu langsung merebahkan diri di sebelah Wonwoo. Tangan kurusnya mulai memijat kepala Wonwoo.

“Maaf tadi tidak langsung pulang.” Mata Wonwoo terpejam, tapi ia bisa tahu kalau Seulgi sedang khawatir. “Tidak apa-apa. Kakak pasti izin rapat, kan?” Seulgi mengangguk. Wonwoo membuka matanya dan kini mereka bertatapan.

Sejak masuk sekolah menengah atas. Mereka tidak pernah lagi tidur sekamar seperti ini. Bahkan untuk sekedar mengobrol berdua pun jarang karena mulai sibuk masing-masing. Rasanya jadi sedikit aneh.

“Ini pertama kali kita tidur bersama lagi. Jadi sedikit aneh.” Wonwoo tersenyum mendengar perkataan Seulgi. Kakaknya memang benar.

“Tapi aku suka. Rasanya kita kembali ke masa kanak-kanak.” Seulgi tertawa pelan.

“Aku baru sadar kalau kita semakin jauh.” Hanya Seulgi yang berbicara, Wonwoo hanya mendengarkan.

“Dan aku juga baru sadar. Kalau aku merindukan adikku.” Ucapan Seulgi barusan membuat Wonwoo merasa lebih baik.

Sakit di kepala Wonwoo berkurang karena Seulgi memijatnya. Ia berterima kasih.

“Aku juga, kak. Aku rindu Seulgi kecil.”

Senyum langsung terbentuk di wajah Seulgi. Ternyata tidak ada yang berubah dari Wonwoo. Adiknya masih menyayanginya sama seperti dulu. Seulgi merasa bodoh karena selama ini menghiraukan adiknya.

“Kalau kau tidak sakit, mungkin kita tidak akan seperti ini. Terima kasih karena kau sakit.” Seulgi tertawa dan itu membuat Wonwoo menatapnya kesal.

“Hei! Kau mendoakanku sakit, ya?!”

“Tidak. Hahaha. Sudah tidur. Biar cepat sembuh!”

 

Seulgi menyayangi Wonwoo dan Wonwoo menyayangi Seulgi. Rasa sayang mereka kembali sebesar dulu lagi.

“Cepat sembuh, Wonwoo!”

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
aiseutamip
#1
Chapter 1: aigoooo so fluffy :'3
21alynn #2
Chapter 1: Huaaaaa manis sekaliiiii. Sukaaa❤❤❤
Navydark
#3
Chapter 1: Dedek wonwoo sayang kakak seulgi. Maanis banget pas minta si kakak pulang, padahal harusnya gak manis ya, kesakitan gitu. Tapi maniiiiis, semuanya manis..
dsweetaehy #4
Chapter 1: Aaaa manisnyaaa
YDhaniar #5
Chapter 1: aw seulgi wonwoo ♡ manisnya :')
seuIgikang #6
Chapter 1: sweett <3 <3
evolvirea #7
Chapter 1: Terimakasih banyak:") Akhirnya ada ff wonseul bahasa yg terbaru:") Gatau ini saya seneng banget pokoknya:") Dan apalagi ceritanya yg mereka as siblings ini tuh uggh. Pokoknya suka suka suka!