Sauna
Waiting Room No. 12Sampailah gue di Yeonam-dong. Daerah ini termasuk daerah yang ramai penduduk. Gue merapatkan jaket, hoodie gue pake. Mungkin orang nggak bakal ngenalin gue, tapi kalo ada orang yang nangkep gue dan Yeri? Abis lah gue. Namun perkiraan gue salah, Yeongnam-dong nggak serame yang gue kira. Jalanannya sempit dan gelap, masih banyak jalan-jalan yang belum dikasih lampu. Hal pertama yang gue cari adalah sauna 24 jam. Di depan sauna itu ada jalanan cukup untuk satu mobil tapi diblok sama tiang listrik. Kira-kira itu yang pernah gue tangkep di obrolan gue dengan Yeri.
Jalanan gelap hal itu bikin gue susah nyari tiang listrik sebagai patokan. Gila apa ini anak kalau sampe dia berkeliaran di jalanan yang gelap dan sepi gini. Kalau dia diapa-apain gimana? Nggak nyimak berita apa kalau penjahat kelamin suka lagi maraknya nyerang anak SMA di tempat yang gelap dan sepi? Akhirnya gue nemu tiang listrik itu, dan di depannya ada sauna 24 jam. Sauna itu nggak gede kayak yang gue datengin sama hyungdeul, yang ini lebih kecil dan terlihat udah tua. Kacanya yang pecah ditambel pake solatip, catnya juga mulai luntur belum lagi bekas bocoran air yang menghiasi langit-langitnya. Tapi ini pasti yang Yeri maksud. Maka gue ngebayar biaya masuk dan ganti baju.
Gue mencari sosok Yeri. Nggak banyak anak seumuran gue yang dateng ke sini, udah hampir jam 11 malem emangnya besok nggak sekolah? Kalaupun ada anak seumuran gue yang berkeliaran di luar rumah pasti karena abis pulang les, bukan mau nongkrong di sauna. Gue udah keliling di ruang utama yang dipake orang buat tidur-tiduran atau ngobrol sambil minum shike (minuman dari beras). Ada tiga ruangan sauna kering yang bentuknya kayak igloo dengan pintu yang cuma setinggi dada orang dewasa. Eeyy, nggak mungkin kan tu anak di dalam situ. Gue mau cabut, tapi…
“Gue nggak suka dingin. Bahkan kalo ke sauna gue suka tiduran di sauna kering yang panas banget itu, apalagi yang sauna garemnya!”. Gue nelen ludah, itu sauna kering apalagi yang garam kan suhunya sekitar 45-50 derajat. Gue paling nggak bisa gerah-gerah. Ah udah lah Chan, ngalah. Gue memasuki ruangan sauna kering itu. Cahaya di dalamnya remang-remang, tapi gue masih bisa ngeliat seorang cewek duduk sendirian di pojokan lengkap dengan handuk kepala domba yang dipake di kepalanya. Itu dia Yeri.
“Yeri!”, panggil gue. Dia nengok.
“Lo kabur ya? Seulgi noona nelpon gue bilang lo nggak masuk sekolah terus nggak pula
Comments