v. i noticed
for us, there is only one wishv
// I noticed.
JEON WONWOO ; KIM JIHO
seventeen ; OHMYGIRL
seventeen ; OHMYGIRL
COLLEGE!AU
TWINS!KIM
TWINS!KIM
"Hei,"
Remaja wanita dengan surai panjang kecoklatanya itu pun berujar begitu menemukan sosok sang pemuda familiar dibalik pintu. Dikiranya, yang akan membukakan pintu baginya adalah sang sosok kembarannya—Kim Mingyu itu, namun nyatanya justru seorang yang lain yang berada di sana. "Oh, oppa, Mingyu mana?" tanya sang gadis. Adalah kebiasaannya tiap akhir minggu untuk mampir berkunjung, terutama setelah mereka harus berpisah tempat tinggal. Mingyu dengan teman-temannya, dan ia sendiri tinggal bersama sekelompok temannya yang lain. Sebuah kesalahan memang, seharusnya mereka bisa menghemat biaya dengan menyewa apartemen untuk berdua.
Tapi, jika mereka berdua dijadikan satu ruangan untuk waktu yang relatif lama, bisa-bisa yang terjadi adalah perang. Adu mulut, cek-cok, berdebat, begitu seterusnya sekalipun diakhiri dengan tawa kencang. Lagipula universitas tempat mereka berkuliah berada di dua tempat yang berbeda. Titik temu lokasi yang berada di tengah supaya adil untuk keduanya juga tidak kunjung ditemukan. Jadi, beginilah pilihan itu pada akhirnya. Ia yang akan berkunjung di akhir minggu ke tempat Mingyu tinggal sementara kembarannya itu akan mengantarkannya kalau butuh diantarkan—itu perjanjiannya.
"Sedang keluar sebentar, kita kehabisan shampoo dan pasta gigi," jawab pemuda Jeon.
Anak perempuan itu pun mengangguk, sementara kakinya mengantarkan untuk masuk ke arah dapur. Bawaannya itu banyak, ibunya menyiapkan kimchi pesanan Mingyu dalam berbagai jenis dan masih ada menu hidangan sampingan yang lain, semuanya harus dimasukkan ke dalam lemari pendingin supaya tidak rusak. "Sini biar kubantu," Wonwoo berucap begitu Jiho mulai menata tempat makan yang ada ke dalam lemari pendingin—menukarnya dengan tempat yang sudah kosong di dalam sana. Gomawo, sang gadis berujar perlahan sambil masih menyibukkan diri setelah sekilas melempar senyum pada sosok senior yang tinggal bersama kembarannya itu.
"Omong-omong, kamu potong rambut?"
"Eoh? Hehe, iya. Sudah terlalu panjang, kata Sujeong lebih baik di potong sebentar lagi sudah musim panas." jawabnya. Jemarinya itu menyisir hitam-kecoklatan panjangnya dengan perlahan. Pintu lemari pendinginnya kemudian ditutup, sambil melirik pada sosok itu sekali lagi Jiho kemudian membuka mulutnya untuk menyambung. "Oppa sendiri? Habis ganti warna rambut?" Sebab biasanya, warna yang ada di sana adalah berwarna hitam kelam, bukan coklat terang seperti yang kini terlihat olehnya.
"Hmm, kerjaan Mingyu,"—kalah taruhan pasti.
Jiho pun tertawa mendengarkannya. "Masih beruntung kan, kemarin aku bertemu Soonyoung oppa, rambutnya warna biru..." Bayangkan saja, Jeon Wonwoo dengan warna rambut terang, sama sekali tidak cocok dan pasti akan menuai tawa darinya. "Kamu kok bisa tahu? Padahal warnanya tidak terlalu mencolok sih..." jelas Wonwoo. Dara Kim itu mengangkat bahunya, sambil mengulum senyum di wajah, ia bertanya kembali pada pemuda itu.
"Oppa sendiri, kenapa bisa tahu aku potong rambut?" sebab ia hanya memotong tidak lebih dari delapan senti, sih.
Wonwoo tertawa kecil, mengusap puncak kepala sang gadis setelahnya.
"Aku 'kan memperhatikan kamu," jawabnya.
Sebal, itu kan jawabannya—sejujurnya, inilah yang ada di dalam benak Kim Jiho, kawan.
Comments