Perkenalan

SENADA CINTA

           Laura, 42 tahun. Pekerjaan  : perawat. Hal yang sangat disukai dan  menjadi motivasi atau lebih tepatnya mendedikasikan  hidupnya sebagai fan bagi artis2 k-pop. Menghabiskan waktu luangnya untuk melakukan apapun yang berkaitan dengan k-pop. Tidak ada secuilpun informasi tentang artis, gosip terbaru, album terbaru yang pernah luput dari radarnya. Merupakan seorang anggota beberapa fandom dan merupan salah seorang veteran. Diusianya yang sekarang dia masih memiliki ligh stick yang berwarna hijau, biru, berbentuk mahkota dll (Maaf, aku  tidak pernah benar-benar memperhatikannya)

            Erick, 45 tahun. Seorang otaku  tulen dari semenjak usianya masih 0 tahun, bagaimana hal itu bisa terjadi masihlah misteri. Bekerja pada sebuah perusahaan IT cukup ternama (Hey! Jangan pernah meremehkan seorang otaku, kalian tak kan pernah tahu apa yang dapat mereka lakukan). Telah menghabiskan seluruh waktu luangnya untuk mengoleksi anime dan komik (hhh..untunglah bukan figurin ataupun cosplayer, tapi siapa yang tahu?)

            Disaat kedua orang tersebut menikah 21 tahun lalu, lahirlah seorang seorang putri yang diberi nama Izzy itulah aku. Kau bertanya bagaimana keadaan ku dengan kedua orangtua yang masyarakat pada umumnya sebut sebagai orang-orang tidak jelas ini?, entahlah aku juga penasan.

            4 tahun setelah  kelahiranku adikku yang mungilpun lahir (bisakah kau menyebut orang yang tinggi 170 cm mungil?). Yah seperti itulah, ternyata adikku  lebih beruntung daripada aku  yang cuma 158 cm (mama bilang aku bangun kesiangan saat pembagian jatah tinggi badan dulu). Kadang aku merasa hidupku seperti “Tsubaki” tokoh dari komik yang baru-baru ini aku baca. Tapi maaf saja ya karena aku beda dengan dia karena aku suka fashion dan tau apa yang akan terlihat cantik untukku (Hey, aku harus tetap bangga dengan diriku Kan!). Mungkin karena itulah kenapa adikku sangat menyukaiku. Yah mungkin rambutku yang alami berwarna seperti rambut jagung tua inilah yang merupakan satu-satunya membuatku lebih beruntung dari pada adikku yang memiliki rambut hitam ikal yang kadang-kadang sulitnya amit-amit untuk ditata. Ohh, dan satu lagi saat bertemu kami di jalan, semua orang pasti akan mengira bahwa aku adalah si adik. Ok, baby face itu memang idaman bagi semua wanita tapi percayalah hal itu akan sangat mengganggu dan  menyebalkan saat bertemu dengan orang-orang baru.

≈♦≈♦≈

            Saat itu aku tengah bermimpi indah bersama Zero (vampire knight) saat tiba-tiba saja”Everybody”nya SHINee menggelegar di seluruh penjuru rumah, “Astaga, tidak bisakah mama membangunkan orang dnegan cara yang lebih normal”, teriakku sembari mengacak-acak rambut bangun tidurku yang seperti sarang burung. “Sorry, indahnya lagu SHINee terlalu sayang untuk mama dengar sendiri”, terdengar samar suara mama di tengah  suara musik yang terus berdendang. “ARRGGHH!!!”, satu-satunya yang dapat kulakukan saat ini adalah  meneriakkan  rasa frustasiku  (karena tiba-tiba harus berpisah dengan Zero) dalam bantal.

            Semua orang telah berkumpul di meja makan, bahkan Vee dengan  mata yang masih terpejam  telah  mengunyah sesendok penuh omelet. “Hei Vee, bagaimana kau bisa melakukannya?”, dia mendongak tapi masih dengan  mata yang terpejam kemudia mengedikkan bahu, “Bawaan bayi”, jawabnya singkat.

            Kualihkan pandangan  ke papa dan memutuskan untuk duduk di sampingnya.”Nonton apa pa?”, tanyaku sambil menarik kursi di sebelahnya.”Naruto movie ‘The last’ “, gumamnya tanpa mengalihkan pandangan smartphone yang baru dibelinya beberapa hari yang lalu.” Beneran nih pa, bukannya film itu belum rilis?”, tanyaku bersemangat, asal tau saja ya bukan salah ku kalau aku  tertarik pada anime karena seluruh hidupku selalu dijejali informasi ini setiap menitnya mungkin malah setiap detiknya.”Kau  tahulah  otaku  selalu memiliki jalannya  sendiri”, jawabnya enteng. Apapun jalan itu aku tidak ingin tahu.

            “Papa hentikan  itu, Izzy juga. Cepatlah  makan sebelum dingin, bahkan Vee yang merempun bisa melakukannya lebih baik daripada kalian” ocehan mama yang diiringan “I’m woman too”nya Minah ini terdengar ganjil ditambah Vee yang  juga mengangguk meskipun masih merem seolah mengerti apa yang baru saja mama ucapkan menambah daftar aneh yang sudah ada. Aneh, kelewat aneh.

            Papa dan Vee baru saja membereskan meja makan dan hendak mencuci piring karena memang  saat itu jadwal mereka untuk bersih ketika mama mematikan stereo yang menggelegar sedari pagi tadi dan kemudian menghampiri kami di meja makan. Aku hanya mengangkat sebelah alis dan memicingkan mata menilai apa yang akan terjadi selanjutnya.Ini hal yang baru.

            “Coba tebak?”,  suara mama yang nyaring nyaris terdengar seperti gadis kecil yang kegirangan karena baru saja mendapat boneka baru. Wajahnya didorong semakin dekat padaku  membuat pemandangan yang meskipun dia cantik sangat tidak menyenangkan untukku (terimakasih).

            ”Hmm..”, gumamku dari balik mug pink kesayanganku yang berisi susu hangat.”Oh ayolah, tebak saja!”,melihat ekspresinya yang masih berbinar-binar membuatku jadi semakin sebal. Kuhentikan sejak menyesap susu hangat,”Tidak bisakan mama langsung mengatakannya, ini terlalu pagi untuk kuis konyolmu”, ucapku dengan gusar lalu mareruskan meminum susu yang rasanya tak membosanka itu.

           “Cihh, dasar tidak manis. Baiklah, kita akan pindah ke SEOUL lusa, jadi kemasilah barang-barangmu mulai sekarang”, dengan entengny mama mengatakan ultimatum yang maha dahsyat itu sembari memandangi kuku-kukunya yang tanpa kutek itu seolah artnail yang paling sempurna. Sontak mug yang berisi separuh itu itu tergelincir dari tanganku dengan sangat sempurna.

             “Mama bercanda ya?!”, mama hanya mengangkat bahu ringan. Erangan papa karena smartphone barunya terkena tumpahan susu dan  dengusan  jijik Vee melihat kubangan susu coklat yang menimbulkan pemandangan yang emm..mungkin tidak terlalu menjijikkan menjadi musik latar saat aku mencoba mencerna ucapan dan ekspresi mama.

             Dan saat mama tidak mau memandangku tetapi malah siduk mengamati kuku-kukunya yang menurutku sangat biasa-biasanya saja, tahulah aku  apa yang  barusan dia ucapkan benar adanya dan dia sedang gugup entah itu karena terlau senang atau takut tapi besar kemungkinan itu adalah yang pertama.

             “Vee, kamu sudah tahu ini?”, kutatap Vee yang tengah berusaha mengusir kantuk dengan mengucek  matanya dengan tajam. “Hoam, tentu saja. Itu sudah jelas kan”, jawabnya malas sembari meregangkan badan seperti kucing yang baru saja bangun tidur.

             Sesaat kuedarkan pandangan keseluruh ruangan, kardus-kardus besar untuk pindahan ada di pojok-pojok  ruangan, sebagian sudah terisi dan sebagian lagi masih kosong. Memang sih aku sudah tahu kalau jami akan pindah rumah tapi kupikir itu masih di damalam  negri. Aku tahu keluargaku aneh tapi setidaknya ada salah seorang dari mereka yang sudi untuk mengatakannya padaku, karena jujur meskipun hidup bersama mereka tapi aku masih belum paham makna bahasa isyarat yang mereka gunakan.

            “Argghhh, sumpah aku tidak tahu harus ngomong apalagi”, lagi rabutku yang sudah menjadi sarang burung itu menjadi incaran jemariku yang geram. Dengan langkah  yang sengaja dihentak-hentakan ku tinggalkan  ruang makan untuk menuju kamaraku. Tak lupa kubanting pintu untuk melengkapi aksi dramatisku. Measkipun samar kudengar sura mama meneriakan sesuatu  tentang brosur sekolah yang diletakkan di atas meja.

Laura, 42 tahun. Pekerjaan  : perawat. Hal yang sangat disukai dan  menjadi motivasi atau lebih tepatnya mendedikasikan  hidupnya sebagai fan bagi artis2 k-pop. Menghabiskan waktu luangnya untuk melakukan apapun yang berkaitan dengan k-pop. Tidak ada secuilpun informasi tentang artis, gosip terbaru, album terbaru yang pernah luput dari radarnya. Merupakan seorang anggota beberapa fandom dan merupan salah seorang veteran. Diusianya yang sekarang dia masih memiliki ligh stick yang berwarna hijau, biru, berbentuk mahkota dll (Maaf, aku  tidak pernah benar-benar memperhatikannya)

            Erick, 45 tahun. Seorang otaku  tulen dari semenjak usianya masih 0 tahun, bagaimana hal itu bisa terjadi masihlah misteri. Bekerja pada sebuah perusahaan IT cukup ternama (Hey! Jangan pernah meremehkan seorang otaku, kalian tak kan pernah tahu apa yang dapat mereka lakukan). Telah menghabiskan seluruh waktu luangnya untuk mengoleksi anime dan komik (hhh..untunglah bukan figurin ataupun cosplayer, tapi siapa yang tahu?)

            Disaat kedua orang tersebut menikah 21 tahun lalu, lahirlah seorang seorang putri yang diberi nama Izzy itulah aku. Kau bertanya bagaimana keadaan ku dengan kedua orangtua yang masyarakat pada umumnya sebut sebagai orang-orang tidak jelas ini?, entahlah aku juga penasan.

            4 tahun setelah  kelahiranku adikku yang mungilpun lahir (bisakah kau menyebut orang yang tinggi 170 cm mungil?). Yah seperti itulah, ternyata adikku  lebih beruntung daripada aku  yang Cuma 158 cm (mama bilang aku bangun kesiangan saat pembagian jatah tinggi badan dulu). Kadang aku merasa hidupku seperti “Tsubaki” tokoh dari komik yang baru-baru ini aku baca. Tapi maaf saja ya karena aku beda dengan dia karena aku suka fashion dan tau apa yang akan terlihat cantik untukku (Hey, aku harus tetap bangga dengan diriku Kan!). Mungkin karena itulah kenapa adikku sangat menyukaiku. Yah mungkin rambutku yang alami berwarna seperti rambut jagung tua inilah yang merupakan satu-satunya membuatku lebih beruntung dari pada adikku yang memiliki rambut hitam ikal yang kadang-kadang sulitnya amit-amit untuk ditata. Ohh, dan satu lagi saat bertemu kami di jalan, semua orang pasti akan mengira bahwa aku adalah si adik. Ok, baby face itu memang idaman bagi semua wanita tapi percayalah hal itu akan sangat mengganggu dan  menyebalkan saat bertemu dengan orang-orang baru.

 

            Saat itu aku tengah bermimpi indah bersama Zero (vampire knight) saat tiba-tiba saja”Everybody”nya SHINee menggelegar di seluruh penjuru rumah, “Astaga, tidak bisakah mama membangunkan orang dnegan cara yang lebih normal”, teriakku sembari mengacak-acak rambut bangun tidurku yang seperti sarang burung. “Sorry, indahnya lagu SHINee terlalu sayang untuk mama dengar sendiri”, terdengar samar suara mama di tengah  suara musik yang terus berdendang. “ARRGGHH!!!”, satu-satunya yang dapat kulakukan saat ini adalah  meneriakkan  rasa frustasiku  (karena tiba-tiba harus berpisah dengan Zero) dalam bantal.

            Semua orang telah berkumpul di meja makan, bahkan Vee dengan  mata yang masih terpejam  telah  mengunyah sesendok penuh omelet. “Hei Vee, bagaimana kau bisa melakukannya?”, dia mendongak tapi masih dengan  mata yang terpejam kemudia mengedikkan bahu, “Bawaan bayi”, jawabnya singkat.

            Kualihkan pandangan  ke papa dan memutuskan untuk duduk di sampingnya.”Nonton apa pa?”, tanyaku sambil menarik kursi di sebelahnya.”Naruto movie ‘The last’ “, gumamnya tanpa mengalihkan pandangan smartphone yang baru dibelinya beberapa hari yang lalu.” Beneran nih pa, bukannya film itu belum rilis?”, tanyaku bersemangat, asal tau saja ya bukan salah ku kalau aku  tertarik pada anime karena seluruh hidupku selalu dijejali informasi ini setiap menitnya mungkin malah setiap detiknya.”Kau  tahulah  otaku  selalu memiliki jalannya  sendiri”, jawabnya enteng. Apapun jalan itu aku tidak ingin tahu.

            “Papa hentikan  itu, Izzy juga. Cepatlah  makan sebelum dingin, bahkan Vee yang merempun bisa melakukannya lebih baik daripada kalian” ocehan mama yang diiringan “I’m woman too”nya Minah ini terdengar ganjil ditambah Vee yang  juga mengangguk meskipun masih merem seolah mengerti apa yang baru saja mama ucapkan menambah daftar aneh yang sudah ada. Aneh, kelewat aneh.

            Papa dan Vee baru saja membereskan meja makan dan hendak mencuci piring karena memang  saat itu jadwal mereka untuk bersih ketika mama mematikan stereo yang menggelegar sedari pagi tadi dan kemudian menghampiri kami di meja makan. Aku hanya mengangkat sebelah alis dan memicingkan mata menilai apa yang akan terjadi selanjutnya.Ini hal yang baru.

            “Coba tebak?”,  suara mama yang nyaring nyaris terdengar seperti gadis kecil yang kegirangan karena baru saja mendapat boneka baru. Wajahnya didorong semakin dekat padaku  membuat pemandangan yang meskipun dia cantik sangat tidak menyenangkan untukku (terimakasih).

            ”Hmm..”, gumamku dari balik mug pink kesayanganku yang berisi susu hangat.”Oh ayolah, tebak saja!”,melihat ekspresinya yang masih berbinar-binar membuatku jadi semakin sebal. Kuhentikan sejak menyesap susu hangat,”Tidak bisakan mama langsung mengatakannya, ini terlalu pagi untuk kuis konyolmu”, ucapku dengan gusar lalu mareruskan meminum susu yang rasanya tak membosanka itu.

           “Cihh, dasar tidak manis. Baiklah, kita akan pindah ke SEOUL lusa, jadi kemasilah barang-barangmu mulai sekarang”, dengan entengny mama mengatakan ultimatum yang maha dahsyat itu sembari memandangi kuku-kukunya yang tanpa kutek itu seolah artnail yang paling sempurna. Sontak mug yang berisi separuh itu itu tergelincir dari tanganku dengan sangat sempurna.

           “Mama bercanda ya?!”, mama hanya mengangkat bahu ringan. Erangan papa karena smartphone barunya terkena tumpahan susu dan  dengusan  jijik Vee melihat kubangan susu coklat yang menimbulkan pemandangan yang emm..mungkin tidak terlalu menjijikkan menjadi musik latar saat aku mencoba mencerna ucapan dan ekspresi mama.

           Dan saat mama tidak mau memandangku tetapi malah siduk mengamati kuku-kukunya yang menurutku sangat biasa-biasanya saja, tahulah aku  apa yang  barusan dia ucapkan benar adanya dan dia sedang gugup entah itu karena terlau senang atau takut tapi besar kemungkinan itu adalah yang pertama.

           “Vee, kamu sudah tahu ini?”, kutatap Vee yang tengah berusaha mengusir kantuk dengan mengucek  matanya dengan tajam. “Hoam, tentu saja. Itu sudah jelas kan”, jawabnya malas sembari meregangkan badan seperti kucing yang baru saja bangun tidur.

            Sesaat kuedarkan pandangan keseluruh ruangan, kardus-kardus besar untuk pindahan ada di pojok-pojok  ruangan, sebagian sudah terisi dan sebagian lagi masih kosong. Memang sih aku sudah tahu kalau jami akan pindah rumah tapi kupikir itu masih di damalam  negri. Aku tahu keluargaku aneh tapi setidaknya ada salah seorang dari mereka yang sudi untuk mengatakannya padaku, karena jujur meskipun hidup bersama mereka tapi aku masih belum paham makna bahasa isyarat yang mereka gunakan.

          “Argghhh, sumpah aku tidak tahu harus ngomong apalagi”, lagi rabutku yang sudah menjadi sarang burung itu menjadi incaran jemariku yang geram. Dengan langkah  yang sengaja dihentak-hentakan ku tinggalkan  ruang makan untuk menuju kamarku. Tak lupa kubanting pintu untuk melengkapi aksi dramatisku. Meskipun samar kudengar sura mama meneriakan sesuatu  tentang brosur sekolah yang diletakkan di atas meja.

≈♦≈♦≈

Nb : Sekedar informasi bagi yang penasaran, fanfic ini set waktunya tahun lalu, makanya "The Last"nya naruto masih belum rilis.

       Kritik dan saran yang membangun sangat diterima, jadi jangan ragu-ragu untuk menulis di kolom komentar.

       Peace~~mylitlesunshinee

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet