Good luck.

Good Luck.

Ku pejamkan mata selama tanganku memasang headphone. Perlahan alunan musik mulai terdengar menyapa gendang telinga. Aku terbuai sementara. Pikiranku membuka kembali ingatan beberapa waktu yang lalu, mana kala kaki jenjangku berdiri lemah di tepi jauh kerumunan yang tak terurai dalam waktu yang cukup lama.

Dalam ingatan itu, aku bisa melihat bagaimana wajah tampan yang aku banggakan tersenyum lebar; bahagia nyaris tanpa celah terluka. Senyum yang mampu membuatku –ataupun lainnya- lupa akan segala macam beban yang menggantung. Namun, apakah senyum itu akan kau berikan seutuhnya padaku? Seperti dulu?

Seperti saat kau masih dekat dalam rengkuhanku. Saat kau masih sanggup aku hirup harum tubuhmu. Saat kau begitu sering tertangkap lensa kelamku. Apakah kau akan tetap sama? Setelah sekian lama kita tidak bertatap muka?

Ku rasa tidak..

Hirupan dalam aku lakukan demi menyisihkan sesak yang mendera dadaku. Aku sakit; benar-benar sakit. Dadaku nyeri, sesak dan terhimpit luka yang entah datang darimana.

Masih dengan alunan lagu yang kau nyanyikan, aku menyelami semua kenangan yang ada.

.

Aku merindukanmu....

.

Senja baru saja hadir di tengah keramaian kota yang tampak tak pernah sepi. Silauan mentari sore itu berpendar pada wajah-wajah lelah yang tampak menyedihkan setelah berlari di sekitar sungai han. Mereka baru saja melakukan aktivitas yang sering dihabiskan bersama; berlari sore sepulang sekolah dan duduk di tepi sungai han.

Jung Yein, gadis dengan surai panjang itu duduk menghela nafas yang tak teratur. Ia menyamankan posisi duduknya sebelum bocah laki-laki yang sedang bersamanya ikut duduk. “Aku butuh air!!” Pekik laki-laki itu dengan sedikit terengah. Meski kegiatan ini melelahkan, mereka menyukainya.

Berolahraga bukan hal yang salah ‘kan?

“Ini!!” Yein mengulurkan botol air miliknya pada Jungkook; bocah laki-laki itu.

Jungkook meneguk cepat minumannya lalu mendesah pelan. “Ah, demi membentuk tubuh ideal, aku harus berlari seperti ini.” Kelunya kemudian.

Kedua alis Yein menaut kecil. “Sebenarnya apa sih keinginanmu? Sampai-sampai kau memaksaku ikut berlari?” Tanyanya dengan nada entah ia kesal atau penasaran.

“Aku ingin jadi artis kau tahu!!”

“Artis?”

“Hmmm..” Bisa Yein lihat kedua mata Jungkook berkilat penuh pengharapan. “Aku ingin seperti Bigbang. Mereka keren.”

Seharusnya Yein senang dengan mimpi Jungkook. Harapan Jungkook bukan sesuatu yang buruk. Ia juga tahu betul bagaimana potensi Jungkook; pandai bernyanyi dan menari. Tapi mengapa ada sesuatu yang berdesir aneh dalam dirinya?

“A-ah.” Sebuah senyum dipaksa hadir. “Semoga kau bisa meraihnya.”

Jungkook tersenyum. Detik selanjutnya ia menyelonjorkan kakinya dan mulai menerawang. Keinginan menjadi idol memang begitu kuat tumbuh dalam hati. Ia akan meraih dan menjadi apa yang ia inginkan sebelum terlambat.

Meski ia tak tahu jalan itu akan mengambil takdir lain yang ia miliki.

.

Aku membutuhkanmu...

.

Tak hanya sekali, sudah kesekian kalinya Yein mendesah kecewa. Berulang kali ia melirik ponselnya yang sama sekali tak berbunyi; tanda sebuah pesan ataupun telepon ia terima. Yein menggigit bibir bawahnya kecewa sebelum berbalik untuk kembali. Bukankah seharusnya ia akan pergi dengan Jungkook? Bukankah seharusnya lelaki itu menemaninya ke toko buku? Tapi kenapa sama sekali tak ada kabar? Padahal ia telah berdiri selama satu jam di depan gerbang.

Dengan hati yang berkecamuk, Yein memutuskan untuk melihat Jungkook di ruang latihan dance. Biasanya, bocah laki-laki itu akan menghabiskan waktu untuk berlatih menari dan bernyanyi. Seperti apa yang telah Yein duga, Jungkook ada di dalam sana; bersama dengan lainnya dalam balutan musik yang terdengar keras menggema.

Yein mendorong pelan pintu setengah kaca itu dan melangkah ragu mendekat pada Jungkook. Lelaki itu masih tak sadar dengan kehadiran Yein.

“Jungkook-ah!!” Panggil Yein pelan.

Jungkook menghentikan gerakannya dan menatap heran Yein. “Oh, Yein. Ada apa? Kenapa kau kemari?” Tanya Jungkook.

Yein mencelos perih ketika mendengar pertanyaan Jungkook. Kenapa lelaki ini seolah tak ada apa-apa? Apa ia memang benar-benar lupa? Yein menarik nafas dalam kemudian melepaskan dengan berat.

“Kau sibuk?”

Jungkook mengangguk kilat lalu mengambil minuman di dekat Yein. “Ya, seleksi akan dilakukan minggu depan. Aku harus benar-benar berlatih giat agar lolos.” Sahutnya.

Yein menggigit bibir bawahnya.

“Ada apa Yein? Apa kau perlu denganku?”

Kelopak mata Yein dipaksa untuk menutup, ada segelintir rasa sakit yang terasa begitu menyiksa. Apa Jungkook benar-benar lupa dan tak peduli lagi? Padahal dulu ia sama sekali tak pernah lupa dengan apa yang diucapkannya.  Yein merasa dirinya..

Ah sudahlah, mungkin Jungkook telah menemukan dunia barunya.

“Tidak! Aku hanya ingin pulang bersamamu.” Yein memainkan tali tas selempangnya. “Kalau begitu aku pulang dulu saja!! Selamat berlatih, semoga kau sukses.” Tukas Yein disertai bibir melengkung cantik.

Jungkook tersenyum senang; masih, ia masih belum ingat dengan janjinya.

“Terima kasih! Aku akan berlatih dengan giat.”

Dan pada akhirnya, Yein meninggalkan Jungkook di ruang latihan dengan setitik air turun dari kedua mata indahnya. Ia mengeratkan kelopak mata untuk menghentikan laju air. Namun sayang, air mata itu semakin deras dan deras turun.

Yein hanya bisa berucap dalam hati, apakah ini semua pertanda mereka akan terpisah?

.

Aku mencintaimu...

.

Yang Yein ingat, hari ini adalah hari pengumuman setelah Jungkook ikut seleksi di Bighits Ent. Yein berharap cemas dengan hasil yang akan didengar oleh Jungkook. Berulang kali ia mondar-mandir tak jelas, hingga menyebabkan Jiae yang sedang membaca buku merasa terganggu.

“Yein-ah! Kau tidak bisa duduk? Aku lelah melihatmu mondar-mandir seperti itu!!”

Yein berbalik dan menoleh pada Jiae. “Kakak!! Aku sedang gugup!! Aku khawatir!!” Sahutnya.

“Kenapa?”

“Hari ini pengumuman hasil seleksi Jungkook!! Bagaimana? Apa dia lolos? Atau tidak?”

Jiae menutup buku dan menegakkan duduknya. “Percayalah, Jungkook akan lolos. Dia berbakat dan dia juga sering berlatih giat bukan?” Tutur Jiae menyemangati Yein.

Yein terdiam membenarkan ucapan Jiae. Bukankah selama ini Jungkook benar-benar berlaih dengan giat? Bahkan ia melupakan janji bersamanya. Yein berharap segala sesuatu yang terbaik untuk Jungkook. Sedikit merasa lebih baik, Yein duduk di sebelah Jiae. Gadis yang tengah membawa buku itu kembali fokus pada bukunya. Sedangkan Yein, mulai bermain dengan ponsel; mengirim pesan singkat untuk sang sahabat.

Tak lama kemudian, ponsel Yein berdering panjang. Sebuah panggilan diterimanya. Yein berjengit kaget mana kala manikan kembarnya menangkap nama Jungkook tertera di layar ponsel.

“Hallo?”

“Hey, Jung Yein!!”

Yein menautkan kedua alisnya dengan erat. Dari seberang terdengar suara begitu ceria dan berisikan kebahagiaan.

“Jungkook-ah! Bagaimana?”

Jungkook memekik kegirangan. “Kau tahu? Aku akan menjadi trainee di Bighits!! Mereka menerimaku Yein!! Aku akan menjadi idol!!” Tukasnya.

Yein tersenyum hangat mendengar berita dari Jungkook. Meskipun ada getir perih di hati, ia sanggup menyunggingkan senyum bahagia. Mau bagaimanapun selama orang yang kau cintai bahagia, kau juga bahagia bukan?

“Waaahhh... Selamat yaaa!! Selamat yaaa!! Akhirnya, mimpimu akan terwujud!!”

“Emm, terima kasih Yein!! Sudah ya, aku harus mempersiapkan semuanya.”

Saat sambungan telepon itu akan ditutup, Yein berseru. “Tunggu!! Jungkook-ah!!”

“Ya?”

“Mulai kapan kau akan sibuk menjadi trainee?” Tanya Yein lemah. Ada sebutir air yang mengintip malu-malu di balik kelopak matanya.

Jungkook terdiam sejenak. “Mulai besok Yein, maaf kalau aku tidak bisa menemanimu lebih sering!!”

Yein mencelos. “Ah..” Tanggapnya pelan. “Tidak apa-apa!! Selamat berlatih, jaga dirimu baik-baik!! Jaga kesehatanmu. Kau akan menjadi idol yang sukses.”

“Terima kasih Yein, terima kasih!! Kau memang sahabat terbaikku!! Aku tutup eum?”

Yein memejam seiring dengan air yang mengalir pelan. Bibirnya bergetar kecil menggumamkan sebuah kalimat yang nyaris hilang tertelan angin sekitar.

“Aku mencintaimu Jungkook-ah!! Aku mencintaimu!!”

Yein mengusap kedua matanya dengan gerakan cepat.

“Apa persahabatan kita akan sampai disini?”

.

Jangan menjauh dariku... Ku mohon jangan...

.

Setahun sudah semuanya berlalu, Yein tetap menjadi Yein yang dulu. Bedanya ia saat ini duduk di bangku tingkat tiga SMA dan menjadi lebih dewasa. Setiap hari ia gunakan untuk belajar demi meraih cita-cita untuk masuk ke perguruan tinggi favorit. Yein juga masih menghabiskan waktu seperti dulu; berlari sore di sepanjang sungai han. Hanya saja, kali ini harus ia lakukan sendiri.

Karena, sang sahabat telah menggenggam impiannya. Jeon Jungkook telah menjadi salah satu idol yang cukup terkenal di Korea Selatan. Anggota boygroup rookie BTS yang memiliki talenta luar biasa.

Di tempat ini, Yein merasa sendiri. Kenangan yang sering Yein bangun bersama Jungkook menguap entah kemana. Di tempat ini, dulu, Jungkook sering merengek agar Yein memberikannya makanan yang ia bawa. Di tempat ini, dulu, Yein sering mengomel ketika Jungkook tak kunjung membagi minum dengannya. Ya, di tempat ini, dulu. Semuanya berlalu. Setiap ukiran kenangan yang terpatri begitu kuat diingatan Yein harus lepas satu demi satu. Yein tak sanggup menggenggam lagi ingatan itu.

Karena mungkin, hanya dirinya yang berjuang mempertahankan kenangan itu untuk tetap ada.

Air mata Yein mengalir pelan. Di telinga tengah mengalun nyanyian lembut bak penghantar tidur. Just one day – salah satu lagu yang dinyanyikan BTS; boygroup tempat Jungkook bernaung saat ini.

“Aku merindukanmu Jungkook-ah!!” Yein meremas dadanya kuat. Dalam hati sana, ia sungguh merindukan sosok Jungkook; sahabatnya.

Kapan terakhir kali mereka bertemu?

Mereka tidak lagi bertemu setelah debut BTS. Yein hanya sanggup melihat Jungkook dari layar kaca. Benar, hanya dari layar kaca.

“Apa kau merindukanku? Apa kau masih mengenaliku?”

Sakit, rasanya sakit sekali mana kala mengingat itu semua. Tuhan memang punya takdir masing-masing. Dan Yein harus sadar jika ia tak akan bisa bersama dengan Jungkook lagi.

.

Dan akhirnya... Kau pergi.. Kau pergi jauh sekali... Apa mungkin kau akan kembali?

.

Yein tersenyum kecut. Bagaimana mungkin ia menghayal dan mengharapkan Jungkook akan kembali? Siapa Yein bagi Jungkook? Hanya sebatas sahabat bukan? Ah, Yein meringis pilu mengingat hubungan keduanya saat ini. Setahun sudah semuanya terlewati dengan hambar. Jungkook telah menjadi idol yang terkenal. Bahkan sampai ke luar negeri sekalipun.

Karir Jungkook begitu cemerlang. Tiada berita yang tak menampilkan wajah rupawan Jungkook. Mulai dari kesuksesan, talenta, fashion bahkan kisah cinta..

Sekali lagi atau bahkan untuk kesekian kalinya, Yein harus menangis sendiri. Air mata itu tak akan pernah sanggup berhenti manakala sang otak memutar wajah Jungkook. Apalagi wajah tampan itu bersanding dengan seseorang lainnya. Salah satu idol wanita yang cukup digemari.

Kim Yeri..

Member dari Red Velvet itu dikabarkan berkencan dengan Jungkook.

Harus bagaimana lagi Yein menanggung semua pesakitan yang ia rasa?

Namun, itu semua bukan kesalahan dari Jungkook. Sama sekali bukan. Ini adalah pilihannya mencintai seorang idol dalam diam. Siapa yang menyuruhnya tak mengungkapkan perasaan? Yein punya alasan kenapa ia memilih bungkam dengan rasa cintanya daripada harus mengakui pada Jungkook.

Alasannya simpel, Yein tak mau hal itu akan merusak persahabatannya dengan Jungkook.

Semua pilihan ada konsekuensinya bukan? Dan ini adalah konsekuensinya. Yein harus rela melepaskan Jungkook demi bahagia bersama Yeri –kekasihnya-.

Senyum Yein tampak memudar saat kedua lensa kelamnya memandang jauh sosok Jungkook yang tengah tersenyum. Dalam diam, ia mengamati Jungkook yang menyambut puluhan fansnya. Dari kejauhan, Yein mencuri pandang pada Jungkook yang tampak bahagia. Yein yakin jika saat ini Jungkook memang berada dalam kebahagiaan seperti apa yang ia harap. Yein percaya jika Jungkook akan baik-baik saja –atau malah lebih baik- tanpa dirinya.

Karena Yein tahu, dirinya tak ada di daftar dalam hati Jungkook.

Kaki Yein berbalik, terdiam sejenak sebelum kepalanya mendongak. Berharap linangan air itu akan kembali pada asalnya. Yein tak sanggup lagi berada dalam tempat ini. Lebih baik saat ini ia pergi dari sana. Dan lebih baik Yein menghentikan semua rasa yang masih ia biarkan berjalan dalam hati.

.

.

Satu lagu itu habis terdengar olehku. Sebuah lagu dari BTS; I Need You. Jika boleh jujur, aku benar-benar membutuhkan Jungkook saat ini juga. Rasa itu masih ada, masih. Bersemayam dengan nyenyaknya dalam relung hatiku. Tapi, semua memang ada akhirnya bukan? Dan ini adalah akhir dari segalanya. Jungkook tak akan pernah bisa aku miliki, dia telah terbang jauh, jauh sekali. Dia tak akan bisa aku gapai.

Kita bagaikan dua manusia yang berbeda.

Bukan bagaikana, kita memang berbeda. Dia adalah seorang idola sedang aku hanya gadis biasa.

Aku bangkit dan melepas headphone yang terpasang. Ku tolehkan kepala pada sekitar. Sepi, taman ini begitu sepi. Sejenak aku menarik nafas dalam lalu menghembuskannya pelan. Hatiku benar-benar kacau, namun aku harus bisa mengendalikannya.

Semua telah aku putuskan. Semua telah aku tentukan. Mulai saat ini, aku akan melepas rasa tentang Jungkook yang membelengguku. Rasa itu begitu menyiksa jika masih tetap aku bawa. Biarkan angin yang menyampaikan rasa cinta itu, biarkan udara yang membisikkan kata cinta ini. Pada akhirnya aku akan menyisihkan semua tentang Jungkook, semuanya.

Aku tatap sejenak mp3 yang selama ini menemaniku. Di dalamnya terdapat puluhan lagu-lagu dari BTS. Aku menyukainya, apa lagi suara lembut Jungkook. Tetapi jika masih tetap berada di tanganku, itu akan menyulitkanku untuk lupa. Sebelum benar-benar aku letakkan dan aku tinggal, lebih dulu aku kecup dalam. Ini adalah tanda terakhir perpisahkan kami.

“Aku mencintaimu Jungkook!! Semoga kau selalu bahagia dengan keadaanmu sekarang!!”

Ya, yang ada hanya ucapan semoga. Sebuah pengharapan yang selalu aku panjatkan. Do’aku hanya satu. Semoga Jungkook selalu berada dalam keberuntungan. Segalanya, keberuntungan dalam segalanya. Semoga.

Dan selamat tinggal Jungkook, aku akan melepas rasa yang selama ini menyertaiku..

Semoga beruntung dalam hidupmu...

.

.

END.


wanna give a comment?

thanks.

.

.

.

.

~Denovia~

8/11/15

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
ndhia72 #1
Chapter 1: Bagus banget tapi gak ada sambungnya?
ceritain pula kalo yein jdi dterima masuk idol
terus jungkook jdi suka sama yein tpi dlm masa sama yein udah move on dri jungkook... :D
Idea aja