chance.

autumn, rain, chance☂
III
// CHANCE - KIM JIHO.
Smo8vxfxWdbsthvkYsrpracw
HONG JISOO ; KIM JIHO ; JEON WONWOO
SEVENTEEN ; OHMYGIRL ; SEVENTEEN
highschool!au
142802929838537370divider.png
"Jisoo-oppa baik ya"
"Hmm,"
"Jisoo-oppa bisa semuanya pula,"
"Hmm,"
"Jisoo oppa—"
"Jiho-ya, kamu sadar kan kalau sedang berbicara dengan teman kecilnya?" Hyejin lantas mendecakkan lidah pada sosok tetangga yang lebih muda darinya itu. Jiho berguling diatas ranjang milik Hyejin, berakhir tepat berada di sebelahnya sementara gadis itu sibuk membaca majalah yang berada di pangkuannya. "Tauuuu," ucapnya. "...karena itu aju justru bilang padamu eonni-ya, kenapa bisa punya teman sepertinya." Gadis Kim itu segera menyambungkan.
"Sejak kecil Jisoo orangnya seperti itu—ramah, pintar, dan perhatian, tak heran banyak gadis yang jatuh cinta padanya." Hyejin menjawab dengan ringan.
Jiho yang berada di sebelahnya pun hanya dapat mengangguk, tangannya bermain dengan ujung surai hitamnya sendiri sementara melirik gadis Shin itu sesekali. "Aku heran, kenapa eonni justru suka sama Seungcheol-oppa. Kalian sudah berteman lama, padahal..." Mencibir, Jiho ini.Rasanya terdengar lucu melihat mereka sering sekali bersama namun hubungannya tetap platonik—hubungan persahabatan tanpa ada benih cinta antara dua lawan jenis, sungguh terdengar seperti takdir yang mempermainkan mereka berdua... Benar tidak?
(Sungguh adalah tanda tanya baginya dan bagi seluruh penjuru sekolah (bahkan para guru, sekalipun), Hyejin sering sekali terlihat bersama dengan pemuda Hong itu—mereka bahkan nampak seperti pasangan. Tapi baru-baru ini, kabar mengenai Seungcheol dan Hyejin yang mulai berkencan agaknya cukup mengejutkan. Seungcheol sendiri adalah kapten klub basket sekaligus teman Jisoo, entah sejak kapan keduanya jadi dekat)
Hyejin menghela napas—ia terkekeh kecil kemudian.
"Aku pernah jatuh cinta padanya."
Seketika Kim Jiho mendongak untuk menatap wajah gadis itu. "...tapi sudah lama sekali. Jisoo itu penting untukku, dan kurasa ia tak merasakan hal yang sama dengan apa yang kurasa. Aku tak ingin merusak hubungan ini," Hyejin menjelaskan seraya menutup majalah di pangkuannya. Lengannya kemudian digunakan untuk menyangga kepalanya sementara manik kembarnya menatap pada Jiho. "Aku sungguh beruntung bisa mengenal Seungcheol," —dan Jiho masih terdiam, fakta yang baru didengarnya itu membuatnya bagai patung. Ia sungguh tak mengerti apa yang tepat untuk dikatakan setelah mengajukan pertanyaan bodoh itu.
"Tidak perlu dipikirkan, Jiho-ya!" Puncak kepala Jiho ditepuk.
"Kau sendiri... suka pada Jisoo?" —pertanyaan ini membungkam mulutnya rapat-rapat.
***
Sejujurnya ia tak ingin menatap wajah Jeon Wonwoo lagi semenjak hari terakhir pertemuan mereka.
Sayangnya, usaha itu sia-sia. Hampir setiap hari mereka bertemu—entah sejak kapan bertukar sapaan singkat walaupun hanya sekedar `hey` `pagi` `apa kabar?` seperti membuat jantungnya berdebar sangat kencang. Jiho tau ini gila, Jiho tau ini tidak masuk akal dan ia menyimpulkan perasaan ini sebagai perasaan dimana seseorang merasa gugup ketika bertemu dengan orang lain. Rasanya sama seperti ketika harus presentasi dengan bahasa Inggris di depan kelas—seorang diri.
"Tidak pulang?"
Suara pemuda itu terdengar parau—diikuti dengan suara terbatuk berikutnya. Dara Kim ini lantas mengalihkan fokusnya untuk menatap gerombolan Wonwoo di belakang, akhir-akhir ini mereka semua selalu lengkap berada di kelas sekalipun jam self-study. "Harusnya kau nggak usah masuk sekolah, Wonnie," Mingyu yang duduk diatas meja menendang meja pemuda itu. Hanbin yang berada di sebelahnya melempar senyum iseng—baik ke arah Wonwoo sendiri, lalu ke arah Jiho.
Apa?
"...akan pulang kok," jawabnya singkat.
Tasnya cepat-cepat diangkat, sementara para pemuda itu masih melanjutkan bersenda gurau. Aneh. Jiho baru sadar—keberadaan Wonwoo akhir-akhir ini seperti dengan sengaja menunggunya, Atau mungkin Jiho saja yang terlalu berpikir berlebihan? Ah, mungkin saja. "Kalian juga pulanglah, besok masih ada tugas untuk dikumpulkan..." jawabnya seraya melambaikan tangan untuk bergegas keluar ruangan kelas mereka.
Samar-samar, ia mendengar suara tawa Mingyu dan Hanbin.
`Bego, cepat sana antarkan pulang!`
`Kesempatanmu di saat seperti ini harus kamu gunakan, Wonnie!`
Kemudian, jantungnya itu berulah lagi. Detaknya jadi makin tak beraturan, diikuti dengan pipi yang memanas secara tiba-tiba. Demi Tuhan, ia tak tau apa yang terjadi pada dirinya sendiri!
***
Belakangan ini, ia jadi lebih sering menghabiskan waktunya dengan Jisoo. Bermula dari tawaran pergi ke cafe beberapa waktu yang lalu—dan Jiho menganggapnya sebagai sebuah tawaran pergi jalan belaka. Bukankah dulu Jiho juga sering pergi bertiga dengan Hyejin-eonnie dan Jisoo-oppa? Disamping itu, terkadang ia berakhir duduk di ruang klub musik untuk mendengarkan aransemen lagu mereka. Komentarnya tidak penting, seharusnya—tapi teman Jisoo nampaknya senang sekali begitu melihatnya di sana.
(Bukan, ini bukan sekedar omong kosong. Jiho melihatnya dari sinar mata Hong Jisoo yang langsung berubah.
Seharusnya tidak begini, seharusnya tidak boleh seperti ini.)
"Jiho-ya!" nada pemuda itu meninggi. Jiho bisa merasakan lengannya ditarik mundur, ia tertarik kembali ke alam sadarnya secara tiba-tiba. "Y-ya?" Manik gadis ini menangkap sosok pemuda Hong itu menatapnya dengan ekspresi khawatir, helaan napas lega dikeluarkannya. "Ya Tuhan, kau tidak enak badan? Hari ini kenapa?" tanya pemuda itu. Mereka baru saja akan menyebrang jalan dan Jiho tidak sadar ketika lampu penunjuk sudah berwarna merah.
"T-tidak kok, tentu tidak!"
"Mungkin kamu capek, kita pulang saja." Pemuda itu memutuskan, pada akhirnya. Tangannya masih berada di lengan gadis itu, yang kemudian berganti mengenggam jemari mungil gadis itu di antara jemarinya sendiri. "Ayo pulang," ajaknya. Jiho masih tak bisa berkata-kata, gestur yang seperti ini—ia yakin, antara Hyejin dan Jisoo belum pernah terjadi sebelumnya. Karena mereka jadi terlihat seperti... p, pasangan? Langkahnya yang kecil-kecil kemudian menyesuaikan dengan langkah pemuda itu.
Jantungnya, demi Tuhan, sengatan listrik itu—
—apakah Jiho menyukai pemuda ini?
***
Nampaknya, permasalahan dengan jantungnya itu belum berakhir sampai disana. Lagi-lagi, ia berakhir di kamar salah satu tetangganya—keluarga Oh. "Hayoung-ah," panggilnya, berusaha mendapatkan sedikit perhatian dari gadis itu. "Apa kau yakin, tidak salah dengar?" Pertanyaan yang sama diajukannya untuk kesekian kali hari itu, Hayoung dijamin sudah bosan mendengarkan dan berusaha menjelaskan kepadanya tentang hal ini.
"Memangnya Hayoung pernah, bohong padamu?" Yoobin mendecakkan lidahnya tidak setuju. "Lama-lama aku capek mau menjawab pertanyaanmu itu, Jiho-ya." sambung Hayoung. Jiho menenggelamkan kepalanya pada bantal gadis. Sesungguhnya, otaknya sedang buntu sekarang—ia tak dapat mencerna kalimat yang diterimanya beberapa waktu lalu itu. Seakan suhu badannya meningkat, setiap kali memutar kalimat yang sama di dalam otak layaknya radio rusak.
`Hanbin bilang, Wonwoo suka padamu, lho!`
Ini tidak sedang bercanda bukan? Ia yakin sekarang adalah musim gugur dan bukan bukan april. Kenapa tiba-tiba ia harus mendengar candaan seperti itu? Candaan yang membuat seakan kepalanya berada di bawah dan kaki di atas—melawan gravitasi, dan membuatnya pusing bukan main. Jantungnya masih berdetak cepat, setiap kali membayangkan nama Wonwoo.
Tapi detak itu sama, ketika Jisoo oppa berada di sekitarnya.
Ini salah, Kim Jiho, ini salah!
"Jiho-ya, apa yang akan kau katakan kalau salah satu dari mereka menyatakan perasaan kepadamu?"
Sesungguhnya, Jiho sendiri pun tak tau.
***
Dear diary,
Seandainya saja aku bisa memutar waktu,
aku nggak ngerti lagi dengan keadaan sekarang ini.

Hong Jisoo?
Jeon Wonwoo?
Aku tak pernah menyangka ternyata menyukai seseorang itu nggak enak.
Tapi... aku lebih suka pada siapa?
.
.
.
.
Kesempatan, tahun itu
Kim Jiho tak mengerti ia memberikannya kepada siapa.
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
agapanthus
#1
Sigh finally :') Susah nyari fic yang salah satu karakternya Wonwoo tapi straight dan gak oc ;; Once I found it, I'm glad the girl is Jiho! Karena pernah berpikiran kalo WonwooxJiho kayaknya lucu hehehe.
By the way, I really enjoyed reading this ; u ; Walaupun ada beberapa typo (ya?) hehehe overall aku suka ini ; u ; Setiap karakternya, huhuhu, dimana bisa nemuin senior kayak Jisoo atau temen kayak Wonwoo ;; Plotnya juga yang anak sma banget (walaupun kayaknya di sekolahku gak kayak gitu sih teehee). Also alternate endingnya huhuhuhu I thought I don't get otp that I want :")
I hope you can write more Wonwoo fics in the future!
lakeofwisdom
#2
Chapter 5: Aah padahal akhirannya Wonwoo sama Jihonya lucu :(
Andin0797
#3
Chapter 5: Kirain wonu jiho. Tapi gapapa deh wonu sama aku ajaaaaa. Lain kali wonu sama yerin gfriend aja yah xD *dijitak* manis bgt sih ficnya. Jadi ngena. Wonu pabo ga bsa ngungkapin isi hatinya. Keduluan josh kan :') love this fic!
Andin0797
#4
Chapter 4: Ough greget jiho sama siapa >< jiho innocent bgt sih~ hayoloh jiho pilih wonu atau kaka josh xD
Andin0797
#5
Chapter 3: Petuah biai apa?? Aduh ini dapet feelnya >< jd ini toh alasan knp wonu benci hujan hahaha
Andin0797
#6
Chapter 2: Cuteeee >< lanjut dong lanjut~~