The Autumn Goodbye Final.

The Autumn Goodbye

“Hei!! Kau tampak tergesa-gesa. Ingin pergi kemana?” Gadis dengan surai madu itu menatap heran temannya yang sejak tadi tampak tak tenang.

Tangannya sibuk merapikan barang-barang daripada menjawab pertanyaan Yein, temannya. Ia menarik paksa resleting sebelum menyampirkan tas selempang pada bahunya. Senyumnya mengembang lebar ketika kedua pasang mata cantik itu menangkap wajah penasaran sedikit kesal milik Yein.

Ia bangkit dan mendorong pelan kursi dengan kaki.

“Aku akan menemui Kak Taehyung. Maaf, aku tidak bisa pulang bersamamu.” Jawabnya terlambat disertai bibir masih mengulas senyum cantik.

Yein mendesah pelan. Jawaban Sujeong bukan hal aneh di telinganya. Lantas ia menangguk dengan tangan kembali sibuk merapikan alat tulisnya.

“Aku akan pulang dengan Jungkook. Kau bisa meninggalkanku Sujeong. Titip salam buat Kak Taehyung ya.” Balas Yein.

Sujeong mengangguk paham. “Baiklah! Aku akan sampaikan salammu untuk Kak Taehyung.” Ia menarik selempang tas dan siap untuk pergi. “Oh iya, hati-hati dengan Jungkook.” Tubuhnya sedikit condong demi menggapai telinga Yein.

“Dia adalah perayu ulung.” Lanjutnya diiringi tawa riang menggema.

Yein hanya berdecak pelan seraya mengikuti tubuh Sujeong yang sedikit demi sedikit menghilang dari pupil matanya. Sungguh, gadis itu akan terlihat menyebalkan jika sudah berhubungan dengan Taehyung kekasihnya. Seperti saat ini, Sujeong akan mengeluarkan guyonan yang bisa membangkitkan rasa kesal Yein sementara dirinya akan bertemu dengan kekasihnya. Mungkin bagi Sujeong, bertemu dengan Taehyung bisa menimbulkan hal menyenangkan walaupun berimbas pahit bagi Yein, sahabat baiknya.

.

.

.

.

.

Guguran daun yang menghias di sekitar taman tampak menarik arah mata Sujeong. Hembus nafas lirihnya mengiringi terpaan angin yang sesekali menerbangkan guguran daun itu. Tak jarang pula gerakan tangan pada lengannya terjadi demi menghilangkan sedikit godaan nakal dari angin yang melewatinya.

Sujeong menyukai ini, meskipun ia harus melawan rasa dingin yang seolah enggan menghindar ia tetap bertahan. Bertemu dengan kekasihnya bukan hal mudah saat ini. Apalagi setelah Taehyung telah lulus dari SMA tempat mereka menimba ilmu. Waktu menjadi masalah utama pertemuan mereka.

Sekitar dua puluh menit Sujeong duduk sendiri di tengah taman yang tampak kotor akibat dedaunan. Ia memainkan tas selempang yang tergeletak manis di sebelahnya. Sepulang sekolah ia tak langsung pulang dan memilih datang lebih awal. Padahal jam janjian mereka masih sepuluh menit lagi. Tapi entah mengapa Sujeong senang dan mau menunggu lebih lama. Mungkin ini efek dari rasa rindu yang teramat dalam. Terakhir kali Sujeong melihat kekasihnya adalah liburan musim panas bulan lalu. Cukup lama bagi Sujeong. Tak seperti sebelum Taehyung lulus dari SMA.

Senyumnya terulas cantik kala sang otak memutar kembali memori di dalam benaknya. Ingatan itu membuka lembaran saat beberapa saat lalu keduanya saling bersama dengan senyum dan tawa yang tak pernah lepas mengiringi. Kala tangan lembut Taehyung menggenggamnya. Kala tatapan manikan itu yang menghasut Sujeong untuk terpesona. Ketika lembut bibir yang menyentuh pipi mulusnya dan ketika lipatan lembut itu mengucap kata sayang juga cinta. Semuanya. Semua yang ada pada Taehyung mampu membuat Sujeong tak berhenti tersenyum. Rasa cinta yang telah bersemi semenjak ia menjejakkan kaki di SMA nyatanya tak luntur sampai saat ini.

Hari ini Sujeong berharap hal baik setelah pertemuannya dengan Taehyung. Ia benar-benar tak sanggup menahan segala rindu yang terus mendesak dari dalam dirinya.

“Sayang...” Seru Sujeong senang ketika lensa kelamnya merefleksikan tubuh seseorang yang datang mendekat.

Bibir tipis itu melengkung manis dengan mata sipit yang nyaris menghilang. Tangannya merentang menerima hamburan peluk dari Sujeong. Sosok tinggi yang dirindukan oleh Ryu Sujeong.

“Kau sudah datang? Bahkan kau masih belum mengganti baju seragammu!” Tanya Taehyung heran tak menyangka kekasihnya akan menunggunya dengan pakaian seperti ini.

Sujeong hanya menggeleng kecil seraya berkata. “Aku tidak ingin membuat kakak menunggu lama kalau aku harus ganti baju dulu. Lagipula jarak rumah dengan taman cukup jauh, aku tidak mau terlalu lelah.”

Ah.. Baiklah kalau begitu. Aku sangat merindukanmu Sujeongie sayang..” Satu kali lagi pelukan ia terima lengkap dengan kecupan dalam di keningnya.

Sujeong menyukai momen seperti ini. Lembaran kenangan yang tak akan pernah bisa pudar dari ingatannya kelak.

“Kau pasti belum makan?” Taehyung mengusap pipi Sujeong yang tampak memucat. Mungkin akibat terlalu lama menunggu di tempat terbuka dengan pakaian yang tak terlalu tebal itu.

Sujeong mengangguk lalu mengeratkan pelukannya seolah tak ada lagi hari esok.

“Aku menunggu kakak.”

Taehyung tersenyum. Ia sering mendengar jawaban itu. Beruntung sekali ia memiliki kekasih yang rela menunggunya walaupun ia kelaparan. Penyesalan akan menghantuinya jika ia berani menyakiti gadis sebaik dan secantik ini.

“Kalau begitu ayo kita makan sekarang.”

Sujeong mengangguk riang. Tangganya ia biarkan digenggam oleh Taehyung dan dibawa kemana saja Taehyung inginkan.

Wilayah ini bukan tempat asing bagi keduanya, sehingga Sujeong tak merasa khawatir kemana saja Taehyung menariknya. Toh asalkan itu dengan Taehyung, Sujeong akan merasa aman-aman saja.

.

.

.

.

.

Sebuah kafe dengan dekorasi unik didominasi oleh warna merah muda menjadi pilihan Taehyung dan Sujeong mengisi kembali energi mereka. Mungkin lokasi ini berbeda dari kencan-kencan sebelumnya. Entah mengapa Taehyung sengaja memilih tempat yang jauh dari lokasi biasa. Taehyung ingin menikmati momen bersama dengan Sujeong lebih lama lagi. Karena waktu memang membuatnya seperti ini.

Kedua mata itu terus menelisik dalam wajah cantik sosok di depannya. Bibirnya melengkung manis kala refleksi sosok itu menyentuh penglihatannya. Cantik, wajah alami gadis ini begitu cantik dan sangat ia rindukan. Ingin sekali ia bisa melihatnya seperti dulu saat masih berada dalam satu sekolah.

Nyatanya, perhatian itu tak sampai pada sang gadis. Ia masih sibuk dengan makanannya. Mungkin karena ia terlalu lapar hingga tak menyadari tatapan intens dari sang kekasih. Sujeong lebih suka bergulat dengan makanannya saat ini daripada sekedar melirik pada sang kekasih.

“Kau sangat kelaparan yaa?”

Reflek Sujeong mengangkat kepalanya ketika kalimat tanya itu masuk ke telinga. Tatapan polos yang ia tampilkan membuat Taehyung terkekeh kecil.

“Kenapa kakak tertawa?” Tanya Sujeong bingung.

Alih-alih menjawab, Taehyung malah mengarahkan tangannya pada pipi Sujeong. Sedikit sisa makanan menempel pada sudur bibir Sujeong. Senyum hangat itu masih terlukis disana. Membuat Sujeong merasa kikuk sendiri.

Taehyung mengusap pelan pipi Sujeong. “Apa kau sangat lapar? Hingga mengabaikanku seperti itu?”

Eh? Ah..” Sujeong menunduk malu. Ia baru sadar selama itu Taehyung telah ia abaikan. “Maaf.. Aku.. Aku tidak makan sama sekali saat di sekolah.” Sahut Sujeong pelan.

Taehyung tersentak kaget. “Eh? Kau tidak makan? Kenapa?”

Emm... Aku harus latihan untuk lomba menyanyi minggu depan kak.”

Ah..” Sedetik kemudian belah bibir Taehyung tertarik ujungnya. Dalam hati ia merasa bangga memiliki kekasih seperti Sujeong. Selain cantik, ia juga pandai akademik maupun bernyanyi.

Sujeong mengunyah suapan terakhir. Kemudian ia menatap sang kekasih yang tak mengalihkan sedetikpun pandangan dari wajahnya. Sedikit kusam memerah menyerbak di sekitar pipinya. Pasti, bila dipandang dengan tatapan seperti itu rasa malu akan muncul tiba-tiba.

“Bagaimana dengan sekolahmu? Menyenangkan?” Taehyung menyingkap kecanggungan Sujeong.

Sujeong menggeleng pelan. “Tidak!! Tanpa ada kakak rasanya hambar sekali.”

“Hahahahaa..”

“Kenapa tertawa?” Sujeong memanyunkan bibirnya kesal. Ia tengah serius, kenapa malah ditertawakan?

“Kau ingin selalu bersamaku Sujeongie?”

Kedua bola mata Sujeong membesar seketika. Sedetik kemudian ia menunduk malu dengan anggukan pelan.

“Kita tidak bisa bersama... Aku harus meneruskan cita-citaku.. Kau mengertikan?”

“Iya, aku mengerti itu kakak.” Sujeong menyesap cepat minumannya. “Tapi.. Kenapa kakak baru sekarang mengajakku jalan-jalan?”

“Kakak masih harus menyelesaikan beberapa kepentingan kakak..” Taehyung mengusak kilat surai madu Sujeong lalu menatanya kembali. “Kau tidak nakal kan selama kakak sibuk?”

Kali ini bibir mungil itu tak pernah berhenti mengerucut. Kata-kata Taehyung berhasil membuat Sujeong sedikit tersinggung. Bukan apa-apa, ia hanya tidak senang dengan kalimat Taehyung. Apalagi disertai ekspresi macam itu.

“Kau lucu sekali Sujeongie.. Aku sangat menyayangimu...”

Sujeong berdecak lirih sebelum mengeratkan genggaman Taehyung. Meskipun ia kesal dengan Taehyung, ia tak memungkiri rasa yang membuncah dalam hati. Bibirnya mengulas senyum kemudian. Ia mengangguk setuju dengan pernyataan Taehyung. Kenyataannya ia juga sangat meyayangi Taehyung.

.

.

.

.

.

Kaitan keduanya tak terlepas sama sekali. Sejak langkah pertama tercipta di depan kafe hingga taman dekat sungai han mereka masih saling mengaitkan tangan mereka. Bahkan gelak tawa mengiringi setiap jejak yang mereka ciptakan. Sesekali tangan Taehyung menggoda hidung mancung milik Sujeong. Menarik pelan lalu menggoyang-goyangkan kecil hingga derai kikikan tawa terdengar menyusul. Baik Sujeong maupun Taehyung menyukai keadaan seperti ini.

Kaki-kaki mereka masih menapak di jalanan taman. Mata mereka menatap ke depan. Menelisik sejenak keadaan sekitar. Mungkin tempat sepi akan menjadi pilihan. Namun rasanya itu hanya di angan. Tempat yang tengah mereka datangi telah terjamah puluhan manusia. Tak sedikit, bisa lebih dari dua puluh orang berlalu lalang disana.

Taehyung menghela nafas pelan. Mata besarnya masih sibuk memindai sekitar. Berharap ada satu tempat yang bisa ia nikmati berdua dengan Sujeong. Ia tak menyalahkan orang-orang yang datang kemari. Musim gugur memang momen yang tepat untuk berlibur selain musim panas maupun musim semi. Selain itu, guguran daun disini juga menambah poin penting sebagai pilihan untuk dikunjungi.

“Kita duduk disana saja kak.” Rupanya mata Sujeong lebih tajam dari milik Taehyung. Lekas ia menggandeng tangan Taehyung dan membawa ke tempat yang dimaksud.

Sebuah bangku panjang menghadap sungai dengan beberapa pohon yang menggugurkan daunnya menjadi tempat kenangan Sujeong dan Taehyung selanjutnya. Mereka duduk bersebelahan dengan kepala Sujeong menyender nyaman pada bahu Taehyung.

“Kak..”

Taehyung menoleh, tangannya membelai pelan surai panjang Sujeong.

“Musim gugur kali ini lebih indah ya dari sebelumnya?” Ucapan Sujeong entah mengapa mengiris hati Taehyung. Ia mengangguk kecil sebelum menimpalinya.

Belaian pada surai Sujeong melemah. “Kau menyukai musim gugur?”

Eum.. Bukankah kakak juga suka?”

“Iya.. Aku juga menyukai musim gugur. Sangat menyukai musim gugur.. Tapi..”

“Tapi?” Sujeong mengangkat kepalanya. Ia menatap penuh tanya pada Taehyung. Yang ditatap hanya menampilkan senyum dengan gelengan kecil.

“Tidak..”

Sujeong mendesah kecil lalu kembali menyenderkan kepalanya.

“Aku berharap mulai detik ini, di musim ini hubungan kita akan semakin lebih baik.. Kita akan semakin mesra dan Tuhan tak akan memisahkan kita.”

Sesak tiba-tiba menghampiri Taehyung. Dadanya berdenyut perih. Tak ada yang salah dengan harapan Sujeong. Tapi kenapa ia merasa sangat bersalah? Apa karena selama ini ia tak jujur kepadanya?

Taehyung hanya diam tak menanggapi perkataan Sujeong hingga mengundang sang gadis menatap heran padanya.

“Kenapa kakak hanya diam? Kakak tidak suka dengan keinginanku?”

Eh?” Taehyung tersentak kaget. Gerakan tiba-tiba Sujeong yang memutar membuatnya terbangun dalam dunianya. Ia tengah melamun. Sedikit memikirkan kata-kata Sujeong. “Ah.. A-aku suka.. Aku juga berharap begitu.” Meskipun sebuah senyum terukir, namun getir itu terasa mengiringinya.

Sujeong tersenyum. Ia mengusap pipi Taehyung lalu mengecupnya kilat.

“Kak!!”

Hmm?”

Kedua mata Sujeong menyayu. Lengkungan yang terbentuk dari belah bibirnya mengakibatkan bola kristal itu menghilang dari sangkarnya. Sujeong merajuk. Tubuhnya ia rekatkan pada Taehyung dengan tangan melingkar pinggang. Mungkin dingin angin yang sedari tadi menggoda membuatnya tak tahan lagi.

“Aku mencintaimu!! Jangan tinggalkan aku!!” Ucapnya lirih.

Detik berjalan semakin lama semakin memeras hati Taehyung. Jujur ia tak bisa lama-lama seperti ini meski ini juga keinginannya. Apa yang ada di benaknya harus segera terungkap sebelum kekecewaan akan melebar hingga ia tak sanggup menampungnya. Ia tak mau Sujeong sedih karenanya.

“Kakak juga mencintaiku kan?”

Tuhan!! Kuatkan hati Taehyung!! Ia akan mengatakan segalanya sekarang.

“Sujeong-ah!!” Sujeong mendongak. Ia bertanya melalui kilatan kristal itu.

Taehyung menggerakkan jari untuk mengusap pipi Taehyung. Sebentar menelisik pada dua bola Sujeong sebelum menggesek pelan ujung hidungnya. Detik berikutnya, bibir lembut Taehyung menyentuh permukaan bibir Sujeong. Sedikit berjengit kaget, namun Sujeong memejamkan mata tanda ia siap menyambut lumatan halus dari Taehyung.

Kecupan yang mungkin akan menjadi terakhir kali tahun ini!!

“Maafkan kakak.” Kalimat ini menjadi kalimat pertama setelah kecupan itu berakhir,

Sujeong tak mengerti dengan maksud Taehyung hanya membulatkan kedua mata. Alisnya ikut naik seolah ia bertanya tanpa suara.

“Kakak sangat mencintaimu dan berharap kita bisa bersama selamanya..” Satu tarikan nafas menjadi jeda ucapan Taehyung. “Tapi.. Kakak tidak bisa.” Sambungnya lirih.

Sujeong terhenyak bingung dengan kata-kata Taehyung. Apa maksud dari semua itu? Kenapa Taehyung mengatakan hal itu?

“Ma-maksud kakak?”

Hembusan nafas pasrah menguar begitu saja dari bibirnya. Lantas ia menggenggam tangan Sujeong yang tampak masih syok dengan kata-kata Taehyung. Mungkin dalam hati Sujeong saat ini terukir kata perpisahan.

“Aku akan melanjutkan studiku ke Jepang.”

Pada akhirnya kalimat itu sanggup Taehyung ungkapkan setelah berhari-hari ia tutup rapat. Selama ini Taehyung memang menyiapkan segala keperluan untuk melanjutkan studi di Jepang sendirian. Bahkan kedua orangtuanya tak begitu tahu tentang hal ini. Apalagi Sujeong.

“Kakak..”

“Maafkan kakak yang mendadak mengatakan hal ini.” Taehyung mengusap pipi Sujeong yang mulai melembab. Sedikit air mengintip dari kelopak mawarnya. “Kakak telah diterima sebagai mahasiswa salah satu universitas di Jepang.”

Sujeong menggigit bibir bawahnya bingung. Antara ia ingin sedih atau senang. Ia bahagia mendengar kabar tentang ini, tapi hal ini mengakibatkan akan ada jarak di antara keduanya.

“Sayang..” Taehyung mengangkat dagu Sujeong dengan hati-hati. “Maafkan kakak!! Kakak harus meninggalkanmu.”

“Kak...”

Lirihan Sujeong membuat sebelah alis Taehyung terangkat.

“Kakak tidak akan selamanya tinggal disana kan? Kakak bisa pulang setiap tahun kan?” Getaran kecil mengikuti setiap lirih kata yang terucap.

“Tidak bisa..” Sahut Taehyung tercekat.

Lelehan air itu semakin lama semakin tak tertampung lagi.

“Kakak bukan anak orang kaya yang bisa pulang pergi Korea Jepang. Kakak hanya mengandalkan beasiswa dari pemerintah untuk biaya kuliah kakak.”

Isakan dari bibir Sujeong semakin membuatnya merasa bersalah dan teriris perih. Bagaimana lagi? Ini telah menjadi keputusannya.

“Aku minta maaf Sujeong-ah!! Aku minta maaf!!” Taehyung memeluk erat tubuh Sujeong yang bergetar karena tangisannya.

Sujeong masih belum sanggup menanggapi kata maaf dari Taehyung. Ia membiarkan tubuhnya berada dalam dekapan Taehyung dengan tangisan yang entah sampai kapan akan berhenti. Harapannya yang ingin bahagia di musim gugur kali ini harus ia singkirkan jauh-jauh. Bukan sebuah senyum dengan gelak tawa yang mengikuti terekam dalam memori malah sebuah perpisahan yang memaksa turunnya air mata. Sujeong tak pernah tahu jika ini akan terjadi.

Ia bisa apa? Egois menahan Taehyung? Tidak! Semua demi cita-cita Taehyung. Ia tahu, cukup tahu bahwa impian Taehyung adalah meneruskan kuliah di negara Jepang itu. Lalu apakah seperti ini akhir kisah cintanya? Tidak!! Sujeong yakin ini  bukan akhir dari segalanya. Lekas ia mengangkat kepala dan menatap sejenak wajah sendu Taehyung. Sama seperti dirinya, pemuda di hadapannya ini tengah menahan segala gejolak kesedihan yang merambat naik.

Sujeong mengulas senyum lembut lalu mengecup kilat bibir Taehyung.

“Kalau memang itu keputusan kakak.. Aku akan mendukungnya.. Semua demi cita-cita kakak bukan?” Taehyung berdesir perih mendengar penuturan Sujeong yang dilengkapi senyum manisnya. Hangat dan menenangkan. “Aku akan menunggu disini sampai kakak pulang. Kapan kakak akan berangkat ke Jepang?”

“Besok.” Sahut Taehyung singkat penuh rasa sedih.

“Besok?” Ulang Sujoeng tak percaya. Ia hanya mampu menggigit bibir bawahnya dengan tatapan sayu menghakimi tanah di bawah. “Kenapa mendadak sekali?”

“Sujeong-ah!!” Taehyung tak bisa berkata apapun. Yang ia lakukan hanya memeluk tubuh lemah Sujeong. Ia merutuki segalanya. Kenapa ia harus merahasiakan semuanya sampai detik ini? Jika saja ia mengatakan jauh-jauh hari pasti Sujeong tak akan terpukul seperti ini. Tapi mau bagaimana lagi? Semua telah terjadi.

.

.

.

.

Yang Sujeong tahu saat ini adalah ia tengah sendiri. Dengan tatapan mata yang tak lepas dari guguran daun itu, ia sendiri. Tangan menumpu pada jendela dan berulang desahan lemah terdengar menyesak. Ia baru menyadari jika musim gugur kali ini dan tahun berikutnya harus ia jalani sendiri tanpa Taehyung di sisinya.

Sujoeng memejam sejenak. Lelahan air yang entah mengapa tak mendengar tuannya terus turun dari sudut mata itu. Ia tak kuasa menahan kesedihan kala Taehyung melepas pelukan terakhir sebelum terbang ke Jepang. Ia tak sanggup menghapus jalur bening kala mengingat kembali bagaimana gelak terakhir yang terekam inderanya.

Terlalu berlebihan mungkin. Bukankah ada telepon yang menghubung segalanya? Tapi entah mengapa dada Sujeong bergemuruh tak tenang. Seolah itu adalah pertanda bahwa kepergian Taehyung memang untuk selamanya?

Tuhan!! Buat Sujeong tenang dan percaya bahwa Taehyung akan kembali ke pelukannya. Ia terlalu naif jika berpikir berlebihan. Walaupun itu adalah hal wajar.

Sujeong tau, ia bukan lagi anak kecil yang terus menangisi kepergian seseorang. Ia telah remaja meski belum menginjak usia dewasa. Tapi ia harus berpikir rasional dan menerima kenyataan bahwa kali ini dan empat tahun kemudian, ia tak akan melewati musim gugur dengan Taehyung. Salah satu musim yang disukai kekasihnya.

Dalam hati hanya ada panjatan do’a, semoga Taehyung selalu dalam lindungan-Nya dan ia bisa bertemu kembali dalam lingkup bahagia. Hanya sederhana baitan kata do’a itu. Meskipun musim gugur kali ini merupakan musim gugur perpisahan.

Namun ia percaya semua akan baik-baik saja.                                  

“Kim Taehyung.... Aku menyayangimu!!”

.

.

.

.End.


Akhirnyaaaa...

Jadi juga ini FF..

Gak tahu dah gimana FF ini, saya hanya minta comennya saja..

Ini OTP baru yang mencuri perhatianku... Wkwkwkwkwk..

Oke deh, comennya ya teman..

Terima kasih~

 

Cr gif: by tumblr media.. I don't who has this gif.. :D

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
LaMimi
#1
nice fic i like it ^^