Heaven..

Title : Heaven
Author : Linda (@erlindameyrizki)
Length : Oneshoot
Genre : Romance, Sadness, School-Life
Cast : Park Chanyeol
Song Ha Neul (OC)
Other Cast : Kim Joonmyeon (Suho), Kim Min Ri (OC)
Disclaimer : also post at www.exokingdomfanfict.wordpress.com

This is REAL My Imagination. Don’t be silent readers, kritik dan saran sangat membantu author. Don’t be a PLAGIAT! Happy Reading Chingudeul ^^

https://www.youtube.com/watch?v=Nn5d91IlMZI

“kesedihan itu datang bukan pada saat kita berpisah dengannya, namun kesedihan itu adalah saat kita tahu bahwa kita tidak akan mungkin bisa bersatu kembali..”

 

Haneul POV

Aku memandangi foto-foto yang terpampang rapih dikamarku, aku memandanginya satu persatu fotoku bersama seseorang yang sangat kucintai, seorang namja yang membuatku selalu bahagia setiap kali berada disampingnya, park chanyeol, itu adalah nama dari namja itu. Dia lebih muda dariku, walaupun umur kami tidak terpaut jauh, hanya berbeda 2 tahun. Aku menyukainya, sikapnya yang kekanakan, eyes smilenya, tawa khasnya, dan perlakuannya padaku.

Aku teringat akan masa lalu semasa aku pertama kali mengenalnya, aku mengenalnya saat masih di junior high school, bahkan saat aku lulus dan masuk middle school, dia juga masuk sekolah yang sama. Aku selalu risih jika dia mendekatiku, dia adalah seorang namja yang selalu mengikutiku kemanapun aku pergi, selalu melakukan hal-hal yang benar-benar membuatku malu dihadapan teman-temanku.

 “noona..”

“....”

“noona.. aku membawakan kau ini” ia memberikan aku sekotak coklat, setiap harinya dia akan memberikanku sekotak coklat, entahlah, apa dia ingin membuatku gendut karena harus memakannya setiap hari?

“kau ini ingin membuatku gendut eoh? Kenapa kau setiap hari melakukan hal yang sama, memberiku sekotak coklat?! Apa kau tidak bisa sebentar saja tidak menggangguku? Kau ini membuatku risih!”

“noona.. hati-hati dijalan” dia hanya tersenyum dengan senyuman khasnya, melambaikan tangannya padaku, seolah tak memperdulikan apa yang aku katakan. Aku hanya mendengus kesal karena tingkah namja menyebalkan itu.

Aku selalu mengingat setiap hal kecil yang dilakukannya, hal yang justru selalu aku rindukan saat ini. Dulu, saat masih di junior high school dia selalu mengikutiku, memandangiku secara diam-diam. Bahkan saat aku lulus dan masuk middle school di Seoul High School, dia selalu mengamatiku saat pulang sekolah, seperti biasanya memberikanku sekotak coklat. Bahkan saat dia lulus junior high school dan aku ada ditingkat 3 middle schoolku, dia masuk sekolah yang sama.

“annyeong, noona. Kita bertemu lagi”

“yaa! Kenapa kau sekolah disini? Kau mengikutiku?” dia hanya tersenyum padaku

“aigoo.. sepertinya dia tidak pernah berhenti mengejarmu, haneul-ah” ejek temanku, minri. Dia adalah temanku dari junior high school, maka dari itu ia tahu jika chanyeol terus mengikutiku sampai saat ini

“noona.. igeo..”

“yaa! Kenapa kau tidak pernah berhenti melakukan hal bodoh seperti ini. Aku tidak mau, nanti aku bisa gendut!” dia menarik tanganku dan menaruh kotak coklat dikedua tanganku. Ia tersenyum dan pergi meninggalkanku

“daebak! Dia tidak pernah berhenti mengejarmu, walaupun sikapmu padanya tidak baik. Apa kau tidak luluh atas perjuangannya?”

“ani.. dia itu kekanakan, aku tidak menyukainya”

Bahkan disaat aku memiliki namjachingu, dia masih selalu mengikutiku diam-diam, mengintipku secara sembunyi-sembunyi saat berkencan, tingkahnya selalu membuatku risih. Berkali-kali aku selalu mengusirnya, membentaknya bahkan memarahinya, tapi dia tidak pernah mendengarku, atau bahkan berhenti mengikutiku, dia hanya tersenyum seolah apa yang aku lakukan padanya tidak pernah terjadi. Namja itu memang aneh, benar-benar aneh.

“noona.. kenapa kau menangis?”

“kau ini! Kenapa selalu mengikutiku! Pergi!”

“noona.. ulljimma. Aku lebih menyukai noona yang tersenyum”

“aku tidak perduli. Pergi!”

“shirreoo.. aku akan menemani noona disini”

“yaa! Aku ini hanya membuatku tambah kesal. Aku tidak mau diganggu lagi olehmu, kau membuatku risih!”

“igeo.. mungkin akan membuat mood noona membaik” lagi dan lagi dia memberiku sekotak coklat dan sebuah sapu tangan, ia hanya tersenyum memandangku, tanpa memperdulikan ucapanku

“noona.. aku tahu tempat yang akan membuat noona tenang dan tidak sedih lagi. Kau mau ikut denganku?”

“kemana?”

“ayo.. akan kutunjukan” dia menarik tanganku sambil tersenyum, aku hanya mengikutinya saja. Dan benar saja, ia membawaku ke suatu tempat yang dapat menjernihkan pikiranku, sebuah bukit yang menampakkan pemandangan kota seoul yang sangat indah.

“bagaimana? Benar bukan?”

“hm..” aku hanya menjawabnya dengan dehamanku saja, aku terduduk dan mengamati pemandangan dihadapanku, ia hanya tersenyum dan mendudukan dirinya disampingku.

Saat itu, aku sedang benar-benar patah hati. Aku putus dengan namjachingku, aku sangat menyukainya tapi dia memutuu dan pergi bersama yeoja lain. Hatiku sangat rapuh dan hancur saat itu, mungkin saat itu jugalah aku mulai membuka hatiku untuk chanyeol dan mulai memberikan ruang baginya.

Aku sudah menjalin hubungan dengannya selama 10 bulan, aku menerima cintanya saat aku sudah masuk universitas, lebih dari 7 tahun dia terus mengejarku tanpa henti, membuatku lama kelamaan meluluhkan hatiku dan membuka ruang untuknya. Bagiku, sangat jarang untuk seorang namja yang terus mengejar cintanya selama 7 tahun lebih tanpa henti, bahkan dia tidak memiliki yeojachingu, satu pun, dia hanya terus mengejarku. Aneh, tapi inilah kenyataannya.

Bahkan saat ini aku mencintainya lebih. Aku tidak mau jauh darinya, 10 bulan yang kulewati bersamanya terasa sangat indah berbeda dengan sebelumnya. Dulu yang aku kira chanyeol adalah orang yang menyebalkan, kekanakan, tapi ternyata tidak, dialah yang aku butuhkan, dialah yang aku cari. Dia selalu memperlakukanku lebih, memperhatikanku, memanjakanku, yang aku butuhkan dia selalu mengetahuinya. Jika aku marah, dia akan mengejarku dan meminta maaf walaupun dia tidak salah. Aku menyukainya, menyukai tingkahnya yang hangat dan juga kekanakan.

Hari ini aku janji untuk bertemu dengannya di cafe biasa yang sering aku kunjungi dengannya, hari ini kami akan pergi kencan, mungkin menonton di bioskop atau bermain di lotte world. Ini adalah hari liburku, aku tidak kuliah, dan chanyeol juga libur kuliah. Aku segera berjalan menuju cafe biasa, aku menunggu chanyeol disana.

“noona.. hosh..hosh..” aku melihat dia memanggilku dengan nafas yang terengah-engah

“noona.. kau sudah menungguku lama?”

“ani, yeolli. Igeo.. minumlah. Kenapa kau berlari seperti ini, membuat kau lelah”

“aku tidak mau membuat noona menungguku lama” aku hanya tersenyum mendengar ucapannya, dia tidak pernah berubah, dia selalu tidak ingin telat saat bertemu denganku, dia tidak ingin membuatku menunggu, karena dia tau aku adalah seorang yang paling tidak suka menunggu.

“noona.. hari ini kau ingin pergi kemana?”

“terserah padamu saja, yeolli.”

“bagaimana jika kita bermain di lotte world, noona? Aku sudah lama tidak kesana”

“hm.. kajja.”

Hari ini aku menghabiskan waktu seharian dengan chanyeol, aku sangat senang, selalu senang bersamanya. Tingkahnya tetap saja tidak berubah, ia selalu memberikanku sebuah makanan yang manis, coklat ataupun permen. Benar-benar kekanakan.

“noona.. igeo”

“yaa! Kau ini kenapa selalu memberiku makanan semacam ini? Kau tahu, ini bisa membuatku gendut dan juga sakit gigi, yeolli!”

“walaupun kau gendut, aku tetap menyukaimu, noona”

“yeolli, kenapa kau selalu memberiku ini?”

“karena itu manis. Sama seperti noona..”

“yaa!”

“aku sangat menyukai makanan yang manis, termasuk coklat dan lolipop ini. Menurutku, saat aku memakannya dapat membuatku senang, maka dari itu aku selalu memberi noona ini. Karena aku ingin melihat noona selalu tersenyum dan senang” aku hanya tersenyum mendengar penjelasannya, aku memeluknya, memeluknya sangat erat.

“gomawo.. yeolli”

“mwo? Berterimakasih untuk apa?”

“karena kau selalu membuatku bahagia, karena kau selalu menungguku, karena kau tidak pernah menyerah padaku”

“hm.. cheonman noona. Terimakasih juga karena kau telah memberiku ruang dihatimu”

“yeolli.. kenapa sebelumnya kau tidak memiliki yeojachingu? Aku lihat kau tampan, dan pasti banyak yang menyukaimu”

“tapi yang aku suka hanya noona”

“mwo?!”

“noona adalah cinta pertamaku”

“m-mwo!? Bagaimana bisa?”

“molla.. aku menyukai noona saat tingkat 1 di junior high school, aku mulai mengikuti noona, kau tau kan? Aku tidak bisa melirik yeoja lain selain kau. Entahlah, aku juga tidak tahu kenapa aku tidak bisa melakukan itu. Tapi pandangan dan hatiku hanya tertuju pada seorang yeoja yang bernama Park Ha Neul”

“yaa! Margaku Song bukan Park”

“mulai sekarang Park bukan Song lagi”

“haish.. kau ini selalu aja seperti ini, yeolli!”

“noona.. jangan pernah menyerah untuk belajar mencintaiku ne?”

“ehh?”

“aku mencintaimu lebih”

“hm..” aku mendeham dan tersenyum padanya. Ia hanya menatapku, tersenyum dan sedikit demi sedikit dia memajukan wajahnya, sepertinya dia akan menciumku. Aku hanya mentapanya, ia memajukan wajahnya perlahan dengan mata yang terpejam. Tapi seketika dia menghentikannya, dan membuka matanya, lalu menggaruk tengkuknya, ia benar-benar polos dan menggemaskan.

CHU~

Aku mengecup bibirnya, aku tahu dia ingin melakukannya tapi dia merasa malu dan canggung dihadapanku. Tentu saja, selama 10 bulan ini, inilah kecupan pertama kami. Chanyeol selalu mengurungkan niatnya untuk menciumku, ia hanya berani mencium kening dan pipiku saja. Aku hanya tertawa melihat wajahnya saat ini, wajahnya sangat merah, seperti kepiting yang direbus.

“kenapa wajahmu merah sekali, yeolli?” ejekku

“hm.. noona.. igeo..” dia lagi-lagi menundukkan kepalanya dan menggaruk tengkuk kepalanya yang tidak gatal itu

“kau malu? Eoh?” aku hanya tertawa melihat tingkahnya

“noona.. ini.. ini first kiss-ku”

“m-mwo?!” mataku terbelalak karena terkejut mendengar ucapannya yang terbata-bata. First kiss katanya? Tapi mungkin saja, ia bahkan pertama kali berkencan denganku, dan mungkin memang benar ini adalah first kissnya, bocah ini benar-benar lucu.

“aigoo.. wajahmu memerah hahaha. Kenapa kau seperti ini? Kau lucu sekali, yeolli”

“noona.. berhenti menertawaiku!”

“shirreoo! Kau lucu!” aku kembali tenggelam dalam tawaku

“noonaa!” dia menggelitiku, membuatku meronta karena geli, lalu dia memelukku sangat erat, aku membalas pelukannya

“jika kau ingin melakukannya, lakukanlah, jangan selalu mengurungkan niatmu. Bukankah aku adalah yeojachingumu, yeolli?”

“ehh?”

CHU~

“jika kau mau melakukan itu, lakukan saja. Jangan malu-malu” aku melihat wajahnya memerah lagi, ia hanya menatapku bingung dan terkejut, aku kembali tertawa lagi karena baru kali ini aku melihat ekspresi wajah seorang namja yang aku cium.

“yeolli.. kau lucu!” aku tertawa terbahak-bahak karena tingkah menggemaskan chanyeol

“yaa! Noona!” dia hanya mencubit kedua pipiku gemas karena kesal melihatku menertawainya. Dia menatapku dan mengecup bibirku kilat. Aku hanya tersenyum melihatnya, akhirnya dia memberanikan dirinya untuk menciumku.

“yeolli, kajja kita pulang. Ini sudah malam, besok kau ada kelas pagi bukan?”

“ne, kajja”

Seperti biasanya dia mengantarku pulang, dan selalu menungguku masuk kerumah lalu ia berjalan pulang. Dia akan mengirimkan pesan saat dia sudah berada dirumah, itulah kegiatannya setiap hari. Namja itu selalu membuatku merasa seperti jatuh cinta setiap harinya.

From : Yeolli

Noona.. aku sudah sampai. Jangan lupa cuci wajah dan sikat gigi, minum susu sebelum tidur ne? Jaljjayo. Saranghae..

To : Yeolli

Ne.. kau juga eoh? Jangan lupa mimpikan aku. Hahaha. Nado saranghae. Jaljayo, yeolli.

Aku merasa sangat beruntung memilikinya, dia yang kumau selama ini. Dia yang kubutuhkan selama ini. Tuhan, terimakasih akrena kau telah memberiku seseorang yang sangat menyayangiku, memberi seseorang yang sangat mengerti aku, aku menyayanginya.. batinku.

 

Haneul POV End

Chanyeol POV

Lebih dari 7 kali aku menghubunginya tidak juga diangkat. Yeoja satu ini jika sudah tidur akan seperti orang mati, susah sekali membangunkannya. Aku segera mengambil sweater dan tasku lalu mengambil kunci mobilku. Aku bergegas menuju apartemen yeoja yang tidur seperti orang mati itu. Setelah sampai, aku berlari menuju kamarnya yang berada dilantai 7, aku segera memasukan password dan berjalan menuju kamarnya. Benar saja dia masih tertidur pulas.

“NOONAAAA!! Ireona! Irreonna ppaliwaa!!” dia masih saja tidak bergeming, yeoja satu ini jika sudah tidur pasti akan seperti ini

“noonaa! Yaa! Noona irreonna.. ini sudah jam 7!”

“eung...” dia perlahan membuka matanya

“nonna.. cepat mandi, kau ada kelas pagi bukan?”

“yeolli? Jam berapa sekarang?”

“jam 7, noona!”

“jam 7? MWO? Jam 7 katamu?! Kenapa kau baru membangunkanku sekarang?!”

“haish.. lihatlah ponselmu noona.. aku menghubungimu berkali-kali. Cepatlah mandi”

Aku melihat yeoja itu lari terbirit-birit menuju kamar mandi. Yeoja satu ini memang menggemaskan, tingkahnya kekanakan, padahal umurnya lebih tua 2 tahun dariku. Aku hanya tersenyum dan berjalan menuju dapur untuk membuat roti dan susu. Setidaknya bisa dimakan di mobil.

“yeolli, palliwa aku telat”

“ne, makan dan minum ini di mobil” aku memberikannya sarapan yang sudah aku buat, aku segera berjalan menuju mobil yang kuparkirkan di depan apartemen yeoja ini, haneul.

“noona.. hari ini aku pulang agak malam. Kau mau pulang sendiri atau menungguku?”

“aku pulang sendiri saja yeolli. Aku akan menunggumu di apartemenku ne?”

“hm.. baiklah” aku segera memarkirkan mobilku, yeoja itu mengecupku dan membuka pintu mobil lalu berlari menuju ruang kelasnya. Rasanya setiap pagiku selalu terasa indah saat aku memilikinya, saat dia selalu berada disampingku.

Yeoja yang selalu aku ikuti dan selalu aku perhatikan saat aku berada di tingkat 1 junior high school, selalu aku beri perhatian, padahal dia selalu menyuruhku untuk berhenti, akhirnya aku bisa mendapatkannya, aku bisa merebut hatinya setelah 7tahun lebih ini, perjuanganku tidak sia-sia. Aku beruntung mendapatkannya.

“chanyeolli!”

“eoh hyung?” aku melihat sosok yang berjalan menghampiriku, dia adalah sunbaeku, kim joonmyeon, dia 2 tahun lebih tua dariku, dia berada di tingkat yang sama dengan haneul-ku.

“chanyeollie, bagaimana sore ini kau jadi menemaniku?”

“hm ne hyung. Haneul noona sudah mengizinkanku”

“baiklah kalau begitu sampai bertemu nanti sore. Gomawo chanyeolli”

“ne hyung”

Sore ini aku berjanji untuk menemaninya untuk mencari dan membeli sebuah gitar karena beberapa hari lagi kami berdua akan mengisi suatu acara di kampus kami. Dan sepulangnya kami akan berlatih.

“chanyeolli, bagaimana jika yang ini?”

“itu terlihat cocok untukmu, hyung”

“baiklah aku ambil yang ini”

Sepertinya hari ini aku akan telat dan pulang malam, aku segera menghubungi haneul noona, agar dia tidak menungguku, karena sebelumnya aku janji akan berkunjung ke apartemennya.

“yeoboseyo”

ne yeolli?”

“noona, mianhae aku akan pulang terlambat dan aku tidak bisa mengunjungi noona malam ini, aku harus berlatih bersama suho hyung, tidak apa?”

“ne, gwaenchanna. Kau berlatih dimana? Aku akan membawakan makan malam untukmu”

“di studio biasa noona. Baiklah kalau begitu, maaf aku tidak bisa menjemputmu”

“gwaenchanna, aku bisa sendiri. Kau tidak perlu khawatir ne? Anyeong”

Dia memutuskan sambungan teleponku, haneul noona selalu memperhatikanku, bahkan disaat aku sibuk seperti ini, ia selalu menghampiriku sekedar menyemangatiku atau bahkan membawakan makanan untuk dimakan olehku.

Saat aku sedang berlatih aku melihat sosok yeoja yang datang, menatapku dan melambaikan tangannya sambil tersenyum sangat manis padaku. Dia duduk disebuah bangku, menungguku selesai berlatih. Setelah selesai aku segera menghampirinya dan mengecup keningnya.

“noona..”

“apa aku mengganggumu, yeolli?”

“ani, noona.”

“igeo.. makanlah. Aku membuatnya sendiri dan aku membuat banyak agar bisa kau makan dengan temanmu”

“gomawo, noona. Ah.. noona kenalkan ini sunbaeku, dia seperti hyungku sendiri, dia kim joonmyeon, dia satu tingkat dengan noona. Hyung, ini yeojachinguku, haneul noona”

“oh.. anyeong, choneun haneul imnida”

“ne, joonmyeon imnida. Aku mengetahuimu banyak dari chanyeol”

“mwo? Jinjja?”

“hm.. setiap saat dia selalu membicarakanmu, haneul-ssi”

“aigoo.. apa tidak ada yang bisa kau bahas selain aku eoh?” eku mengejeknya

“noona, jangan dengarkan dia” aku melihat mereka tertawa menertawaiku

“joonmyeon-ssi, maaf merepotkanmu karena namjachingku yang seperti bocah ini”

“gwaenchanna, haneul-ssi” lagi-lagi mereka tertawa geli melihatku

“haish.. hyung kajja kita makan, noona membuatkan ini. Noona, kau pulang denganku”

“hm.. ne”

Saat aku sedang menyantap makanan bersama joonmyeon hyung, aku melihat haneul noona yang tersenyum memandangku, aku membalas senyumnya.

“yeolli, joonmyeon-ssi, kita berfoto eoh?”

“mwo?” ucap joonmyeon hyung

“1..2..3..” ucap haneul

“yaa! Noona, aku belum siap. Ulangi lagi”

Kami berfoto entah berapa kali, membuat suasana yang tadinya hening sekarang pecah dengan tawa kami melihat foto-foto yang baru saja diambil.

“yeolli, lihat kau lucu disini” ucap haneul

“yaa! Noona hapus!”

“shirreoo. Kau lucu disini”

“noona.. kenapa belakangan ini kau suka sekali berfoto?”

“m-mwo?! Ah.. aku hanya suka berfoto. Apa tidak boleh?”

“ani.. aku tidak melarangmu berfoto selagi berfoto bersamaku” ejekku

“yaa! Kau ini” aku melihat haneul yang tertawa

Setelah selesai dengan kegiatanku, aku mengantarkan haneul pulang ke apartemennya. Saat di perjalanan, aku melirik haneul yang tertidur pulas. Aku mengelus pipinya pelan, aku tersenyum melihat wajahnya yang sangat polos jika sedang tertidur. Aku tidak berani membangunkannya, haneul pasti sangat lelah. Aku menggendongnya sampai ke kamarnya, merebahkannya di ranjangnya dan menutupi badannya dengan selimut. Aku memandangnya, dan mengusap pelan pucuk rambutnya, aku mulai mendekati wajahku pada wajahnya, namun aku ragu, aku masih terlalu canggung jika melakukan hal seperti ini, padahal yeoja yang dihadapanku ini kan yeojachinguku.

“kisseu..”

“ehh?” aku terkejut dengan haneul yang tiba-tiba berucap seperti itu sambil membuka matanya

“kubilang jika ingin melakukannya, lakukanlah” aku tersenyum dan mengecup bibirnya singkat.

“jaljjayo, noona..” ucapku

“hati-hati dijalan yeolli” aku mengangguk tanda mengiyakan, aku segera berjalan keluar dan pulang kerumahku karena ini sudah sangat larut.

Chanyeol POV End

Haneul POV

Aku melihat chanyeol pergi keluar dari kamarku, aku tidak bisa tertidur lagi. Aku berjalan menuju meja belajarku, aku mengambil tasku dan merogohnya mengambil benda yang kucari, fotoku bersama chanyeol dan joonmyeon saat tadi di studio.aku menjepit beberapa foto di tembok kamarku. Aku membuka buku diaryku, aku menempelkan satu disitu, aku menulis apa yang aku inginkan. Aku memang suka selalu menulis apa yang berkesan di bukuku ini, kelakuanku ini sudah ku lakukan saat aku di junior high school.

12-10-2014

hari ini, aku berfoto dengan chanyeol dan temannya, joonmyeon. Mungkin akan menjadi temanku juga. Aku senang sekali melihat chanyeol seperti ini, dia terlihat sangat lucu.yeolli, aku mencintaimu, aku benar-benar bahagia bersamamu. Terimakasih karena telah membuat hari-hariku menjadi lebih indah karenamu. Tetaplah tersenyum bagaimanapun keadaannya, yeolli. Saranghae..

 

tak sadar aku menangis, menjatuhkan air mata sehingga membasahi pipiku. Entah apa yang membuatku seperti ini, tiba-tiba saja menjatuhkan air mataku, aku belum pernah merasa sebahagia ini, merasa jatuh cinta setiap harinya. Itu semua karena chanyeol, chanyeol yang ada disisiku membuat aku selalu bahagia. Dia selalu memahamiku, bahkan lebih memahamiku dibandingkan diriku sendiri. Aku berjalan menuju ranjangku, merebahkan tubuhku diatasnya. Aku memeluk boneka teddy bear yang diberikan chanyeol saat hari jadi kami sebulan yang lalu. Aku menangis lagi, aku menyayanginya, Tuhan.. batinku.

Hari ini adalah hari jadiku yang ke 11 bulan bersama chanyeol, seperti biasanya chanyeol selalu memberikan kejutan untukku, memberi sesuatu yang selalu membuatku terkejut. Aku sudah berada di bukit yang sering sekali aku kunjungi bersama chanyeol, karena chanyeol memintaku untuk kesini. Aku menunggunya, sudah setengah jam tapi dia belum datang juga. Aku menggerutu sangat kesal karena seharusnya chanyeol sudah tau jika aku tidak suka menunggu.

“noona..”

“yaa! Yeollie kau---“ aku terkejut melihat chanyeol yang datang membawa banyak sekali balon dan setangkai bunga. Lagi-lagi dia selalu membuatku terkejut dan sangat senang

“mianhae aku terlambat. Aku kesulitan membawa ini, noona” dia hanya tersenyum melihatkan giginya yang rapih itu

“gwaenchanna..” aku tersenyum padanya, dia memberikanku seikat bunga mawar kesukaanku dan sebuah kotak kecil, dia masih memegangi beberapa balon, yang tidak bisa kuhitung karena sangat banyak.

“ini apa yeolli?”

“buka saja noona” aku membuka kotak kecil itu, aku terkejut mendapati apa yang ada dikotak itu. Sebuahcincin, berkilau dan sangat indah.

“yeolli.. ini..”

“lihat, ini adalah sepasang cincin. Aku sudah menggunakannya” dia tersenyum riang dihadapanku

“pakaikan ini untukku” pintaku. Chanyeol segera memasangkan cincin di jari manisku. Aku segera memeluknya sangat erat, aku sangat senang, chanyeol selalu memberiku kejutan yang tidak pernah bisa aku tebak sebelumnya

“gomawo yeolli.”

“cheonman noona”

“lalu, balon-balon ini untuk apa?”

“pegang ini, dan kita terbangkan ini bersama setelah kita berharap sesuatu, arraseo?”

“ne..” chanyeol memelukku dari belakang, kedua tangannya memegang tanganku yang sedang memegang balon-balon ini. Matanya tertutup, dia tersenyum, seperti sedang berharap sesuatu yang indah. Aku mengikuti apa yang dilakukannya, aku memejamkan mataku, dan membuat sebuah harapan.

Tuhan, aku benar-benar menyayanginya. Buatlah ia selalu bahagia, selalu tersenyum bagaimanapun keadaannya. Dia orang yang sangat baik, dia orang yang sangat tulus. Aku beruntung memilikinya saat ini. Jagalah dia selalu, semoga chanyeol bisa selalu bahagia, ada atau tanpa aku disisinya.

Aku membuka kedua mataku, aku melihat chanyeol yang menatapku dan tersenyum, lalu kami melepaskan balon-balon itu bersamaan dengan harapan yang kami buat.

“noona, kau tahu, aku berharap agar noona selalu bahagia bersamaku, agar noona selalu bersamaku” aku hanya tersenyum padanya

“lalu, apa yang kau harapkan, noona?”

“itu rahasia, kau tidak boleh mengetahuinya yeolli”

“hm.. arraseo” aku memandangnya, menatap wajahnya yang tersenyum senang dihadapanku, tak terasa air mataku jatuh membasahi pipiku, aku menangis, kenapa aku menangis di depan chanyeol seperti ini.

“n-noona? Wae? Kenapa kau menangis”

“....”

“noona, ulljjima”

“yeolli, aku sangat senang hari ini. Gomawo, yeolli” dia langsung memeluku erat, aku hanya terisak-isak dalam tangisku

“noona, ulljjima. Aku juga bahagia, aku bahagia bisa bersama noona, aku ingin selalu bersama kau, park haneul. Aku akan mengumpulkan banyak uang dan aku akan melamar noona, aku ingin cinta pertamaku menjadi pendamping hidupku kelak” tangisku semakin pecah mendengar perkataan chanyeol, aku hanya memeluknya erat, erat sekali, aku ingin selalu bersamanya.

Aku memandang chanyeol, dia mengecup bibirku lama, lalu menghapus air mata yang membasahi pipiku, dia tersenyum dan mencium keningku.

“noona, aku tidak suka melihatmu menangis. Ulljjima” aku hanya mengangguk dan kembali memeluknya erat.

Haneul POV End

Chanyeol POV

Akhir-akhir ini aku jarang sekali bertemu dengan haneul. Sekarang yeoja itu sangat sibuk, karena dia sudah mulai bekerja sekarang, waktunya untukku semakin sedikit, membuat kami jarang bertemu. Bahkan terkadang saat aku mengiriminya pesan, ia tidak membalasnya karena terlalu sibuk. Aku merasa kasihan padanya, karena tiap kali aku bertemu dengannya, wajahnya selalu pucat karena kelelahan. Aku pernah menyuruhnya berhenti bekerja, tapi dia enggan, karena dia harus mengirimi uang pada ibunya yang berada di Busan. Ia memang seorang yeoja yang pekerja keras.

To : My Girl

Noona.. jangan lupa untuk makan siang. Jangan terlalu lelah ne? Hwaiting! Saranghae..

Aku hanya mengirimkan pesan singkat padanya, dan aku segera berjalan menuju kelasku karena hari ini ada ujian semester.

DRRTT.. DRRT..

Aku membuka ponselku dan ada 1 pesan masuk dari haneul, aku segera membacanya.

From : My Girl

Yeolli, besok adalah hari jadi kita yang ke satu tahun kan? Aku ingin bertemu denganmu di bukit eoh? Jangan memberi kejutan untukku, jangan buang-buang uangmu, ne? Jika kau melanggar aku akan marah. Semoga ujianmu lancar, hwaiting!

Aku tersenyum melihat pesan dari haneul. Aku sudah tidak sabar untuk bertemu dengannya esok.

Aku memakirkan mobilku dan segera berjalan menuju bukit yang biasa aku kunjungi itu, hari ini aku akan bertemu dengan haneul-ku. Aku merindukannya, begitu juga ini adalah hari jadi kami yang ke 1 tahun. Aku membawakan sekotak coklat untuknya, aku tidak memberinya kejutan karena haneul yang memintanya, aku tidak mau jika dia marah. Tak lama aku melihat sosok yeoja yang datang menghampiriku dia tersenyum padaku.

“noona..! bogoshipo!” aku memeluknya erat

“noona, bagaimana kerjaanmu? Kau harus banya minum vitamin ne?”

“hm.. yeolli, ada yang ingin kukatakan padamu”

“mwo?”

“yeolli mianhae..”

“noona? Kau kenapa meminta maaf padaku?”

“yeollie, aku tidak bisa melanjutkan hubungan ini denganmu”

“m-mwo?! W-wae noona? Apa aku melakukan sesuatu yang salah padamu?”

“ani.. mianhae yeolli”

“noona, kau jangan bercanda seperti ini. Ini benar-benar tidak lucu”

“aku serius yeolli..” aku melihat haneul menundukkan kepalanya

“tapi.. kenapa? Kenapa tiba-tiba noona seperti ini?”

“yeollie.. aku akan segera menikah, bersama calon suamiku yang dijodohkan padaku beberapa minggu yang lalu”

“M-MWO?! Kau ini bicara apa noona?”

“mianhae yeolli, aku tidak bisa menolaknya, eomma sudah semakin tua, aku hanya ingin membuatnya senang”

“k-kalau begitu biar aku yang melamar noona langsung didepan eommanim”

“ani.. kau tidak bisa. Masa depanmu masih panjang, kau masih muda yeolli. Aku tidak bisa menolak perjodohan ini. Mianhae, yeollie”

“n-noona..” dia menarik tanganku dan memberikan cincin yang pernah aku berikan, dia pergi meninggalkanku. Aku terduduk, terlalu lemah rasanya untuk berdiri. Kenapa jadinya seperti ini.. aku tidak mau kehilangannya, sungguh aku tidak bisa.

Hari-hariku tanpa haneul sangat berbeda, tidak seindah saat bersamanya. Aku tidak bisa menemuinya, aku mengunjunginya ke apartemennya, tapi dia tidak pernah ada. Aku tak tahu dia kemana sekarang. Setiap kali aku menghubunginya, dia tidak pernah mengangkatnya. Setiap kali aku mengirimkan pesan padanya, dia tidak pernah membalasnya sekalipun. apa dia sedang memepersiapkan pernikahannya? Ataukah dia sudah menikah? Aku tidak mau merelakannya untuk orang lain. ANDWAE!

“chanyeollie? Waeyo? Kenapa kau menangis seperti ini?” ucap joonmyeon

“hyung..” tangisku pecah, ini terlalu sakit bagiku sehingga aku bisa menangis seperti ini

“wae? Waeyo? Apa yang terjadi?”

“beberapa minggu yang lalu, aku putus dengan haneul noona”

“m-mwo?! Jinjja?! Wae?”

“dia akan segera menikah..”

“MWO?! Menikah katamu?”

“dia dijodohkan oleh eommanya, dia memutuu, dia meninggalkanku hyung” aku terisak dalam tangisku

“chanyeollie, ulljjimma.. ” ucap joonmyeon menenangkanku

Kau sedang apa noona? Apa kau sudah makan? Apa kau tidur dengan baik? Apa kau masih susah jika dibangunkan tidur saat pagi hari? Noona.. aku merindukanmu. Aku masih sangat mencintaimu. Sebulan ini tanpamu terasa sulit bagiku. Apa kau sudah menikah? Apakah kau sudah hidup senang saat ini bersama suamimu? Noona apa kau tidak merindukanku? Noona apa kau masih menyimpan nomorku? Noona.. aku merindukanmu..

 

Chanyeol POV End

Author POV

Sebulan lebih chanyeol menjalani hidupnya tanpa haneul disisinya. Chanyeol sangat rapuh dan tidak bisa membenahi dirinya, dia tidak bisa menutupi jika dirinya sedang rapuh. Chanyeol tidak pernah masuk kelas, dia selalu absen dari semua kelasnya. Dia selalu pergi ke club, minum-minum dan pulang pagi dengan keadaan mabuk berat. Hal itu membuat joonmyeon sangat khawatir, karena ia baru melihat chanyeol bertingkah seperti ini. Chanyeol adalah anak yang baik, dia tidak pernah mabuk bahkan pergi ke club.

Semenjak haneul memutuskan hubungannya dengan chanyeol, chanyeol berubah, benar-benar berubah. Ia menutupi kerapuhannya dengan cara mabuk dan mengigau tidak jelas. Joonmyeon selalu berada disamping chanyeol, karena dia tidak mau melihat chanyeol yang seperti ini, sangat rapuh. Berkali-kali joonmyeon berusaha mencari keberadaan haneul, dan mencoba menghubunginya tapi hasilnya tidak ada, sia-sia sudah. Ia hanya khawatir bahwa chanyeol akan melakukan halhal nekat. Karena ia sangat tahu jika chanyeol sangat mencintai haneul, mencintainya lebih. Maka dari itu haneul akan membuat chanyeol seperti ini jika dia meninggalkannya.

Chanyeol tersadar dari tidurnya. Ia duduk termenung ditepi ranjangnya, menatapi foto yang terpajang di meja kecilnya, fotonya bersama haneul. Dia menitikkan air matanya lagi, ia benar-benar merindukan haneul-nya, haneul yang sangat ia cintai. Ia mengambil ponselnya dan mengirimi pesan pada haneul, berharap kali ini haneul membalasnya.

To : My Girl

Noona, bagaimana kabarmu? Aku merindukanmu. Bisa temui aku di cafe biasa siang ini? Aku hanya ingin melihatmu untuk terakhir kalinya, dan mengucapkan selamat atas pernikahanmu.

Setelah mengirimi pesan pada haneul, chanyeol segera pergi menuju cafe yang dimaksudnya tadi. bahkan kontak haneul pun tidak diganti sama sekali, karena baginya, haneul masih miliknya. Ia tidak bisa bersikap seperti dulu lagi, mengikuti haneul kemanapun, memata-matai haneul diam-diam, karena saat ini haneul sudah memiliki suami, haneul sudah sah menjadi milik namja lain.

Chanyeol memesan beberapa soju, dan meminumnya terus menerus. Ia berharap haneul datang menemuinya, ia merindukan sosok haneul, ia hanya ingin bertemunya, melihat wajahnya. Tiba-tiba seorang yeoja memasuki cafe itu, ia melirik kanan kiri mencari sosok yang dicarinya.

“yeolli!” ucap yeoja itu

“noona?” ucap chanyeol tak percaya melihat sosok yeoja dihadapannya

“bogoshipo, noona” ucap chanyeol yang setengah mabuk karena meminum soju yang terlalu banyak

“kajjimma. Kenapa kau meminum soju sebanyak ini!”

“noona.. bisakah kau diam disini sebentar”

“ani.. aku harus segera pergi, yeolli”

“noona.. apa kau tidak merindukanku?”

“yeolllie, hentikan..”

“noona kenapa kau melakukan ini padaku? Apa kau tidak tahu aku sangat sakit, aku sangat rapuh tanpamu”

“yeollie kau mabuk. Pulanglah! Berhenti minum soju seperti ini!”

“noona.. bukankah biasanya kau akan mengurusku? Kau biasanya memperhatikanku, aku merindukan itu”

“yeolli cukup. Hentikan! Jangan menyiksa dirimu seperti ini”

“noona.. noonaaaa.. bisakah kau kembali padaku?”

“ani.. aku sudah menikah, aku sudah berstatus menikah, aku sudah menjadi milik namja lain. Hentikan semua ini. Aku tidak akan bisa bersamamu. Aku harus pergi, aku akan meninggalkan korea bersama suamiku”

“noonaa” tangis chanyeol pecah mendengar ucapan haneul

“pulanglah. Dan berhenti menghubungiku. Aku tidak mau suamiku marah, aku mencintainya. Aku sudah melupakanmu, park chanyeol”

Haneul melangkahkan kakinya keluar dari cafe itu meninggalkan chanyeol yang terduduk dan menangis menatap yeoja yang pergi meninggalkannya. Kali ini semua harapannya sia-sia, ia tidak bisa lagi memiliki haneul, haneul sudah menikah, dan dia akan meninggalkan korea bersama suaminya. Dan terlebih dari itu, haneul mencintai suaminya, ia tidak mencintai chanyeol lagi.

“chanyeollie! Apa yang kau lakukan! Kenapa kau mabuk lagi” ucap joonmyeon yang berlari menghampiri chanyeol

“hyung.. haneul noona sudah menikah. Dia pergi meninggalkanku, dia pergi ke luar negri bersama suaminya” tangis chanyeol semakin menjadi

“chanyeolli, berhentilah seperti ini. Jangan menyiksa dirimu sendiri” ucap joonmyeon dan segera memapah chanyeol ke mobilnya dan mengantarnya pulang. Joonmyeon mengetahui chanyeol berada di cafe itu karena pesan dari haneul yang menyuruhnya segera menyusul chanyeol.

Semenjak kejadian itu, nomor ponsel haneul tidak pernah aktif. Haneul benar-benar hilang bak ditelan bumi. Menyisakan chanyeol yang rapuh dan berusaha tegar merelakan cinta pertamanya menjadi milik namja lain. Seperti biasanya chanyeol pergi ke club, ia mabuk berat dan membuat keributan di club. Chanyeol dipukuli beberapa orang akibat ulahnya yang sedang mabuk berat. Chanyeol tidak sadarkan diri, terdapat banyak luka lebam di wajahnya, ia segera dilarikan ke rumah sakit. Joonmyeon yang mengetahui hal itu segera menuju rumah sakit untuk memastikan keadaan chanyeol. Benar saja, ia mendapati kondisi chanyeol yang benar-benar kacau.

“berhentilah seperti ini chanyeol” ucap joonmyeon memandangi chanyeol yang tertidur dan tidak sadarkan diri.

Seminggu ini joonmyeon selalu menjaga chanyeol dirumah sakit, ia harus menemani chanyeol sampai kondisinya membaik. Chanyeol tidak bisa berjalan karena kakinya patah akibat insiden itu. Membuat kondisinya semakin mengkhawatirkan. Joonmyeon keluar dari ruang chanyeol, ia berniat untuk membeli sebuah coffee yang berada di lantai 3 rumah sakit ini. Saat sedang berjalan menyusuri koridor rumah sakit ini, ia menangkap sosok yang tertidur disebuah brankar memasuki sebuah ruangan, sepertinya joonmyeon mengenali sosok itu, ia mencoba mengamati lagi, namun sosok itu telah menghilang, masuk ke dalam ruangan.

“sepertinya sosok itu aku mengenalnya.. tapi siapa..” gumam joonmyeon

Ia sangat penasaran dengan sosok yang dilihatnya tadi, ia segera menghampiri ruangan itu dan berusaha melihat siapa sosok didalam ruangan itu.

“permisi.. anda siapa?” ujar uisa yang menjaga pada ruangan tersebut

“permisi, bisakah aku tahu siapa yang sedang dirawat didalam?”

“dia song haneul agashi..”

“MWO? Dia sakit apa? Apakah parah?”

“maaf.. anda siapanya pasien ini?”

“saya temannya..”

“maaf.. saya diminta untuk tidak memberi tahu kepada siapapun selain keluarganya. Permisi”

Joonmyeon terdiam kaku mendapati kenyataan bahwa haneul sakit, entah sakit apa, separah apa, joonmyeon tidak tahu. Dia mengkhawatirkan haneul dan juga chanyeol.

“bukankah chanyeol bilang haneul pergi meninggalkan korea? Lalu kenapa haneul ada disini? Apa chanyeol tahu bahwa haneul sakit?” gumamnya

Ia segera berlari menuju ruangan chanyeol, ia mengurungkan niatnya yang tadinya hendak membeli secangkir kopi di cafetaria.

“chanyeollie..”

“wae?”

“apa kau yakin jika haneul pergi meninggalkan korea?”

“hm.. noona mengatakan seperti itu. Wae? Kenapa kau bertanya seperti itu hyung?”

“ani.. aku hanya bertanya saja”

Joonmyeon hanya memastikan bahwa chanyeol tidak mengetahui bahwa haneul sakit. Semenjak itu, diam-diam joonmyeon selalu mengunjungi haneul, memastikan keadaannya.

“m-mwo? Nuguya?” ucap seorang wanita paruh baya yang terkejut melihat seorang namja berdiri menatap haneul disampingnya

“choneun joonmyeon imnida”

“nu-nugu?”

“saya teman haneul, ahjumma”

“mwo?! Bagaimana kau tahu haneul berada disini?”

“saya melihatnya kemarin memasuki ruangan ini”

“apakah kau teman chanyeol juga?”

“ne, ahjumma”

“m-mwo? Bisakah aku meminta tolong padamu anak muda?”

“ne.. apa yang bisa saya bantu?”

“jangan memberi tahu chanyeol bahwa kondisi haneul seperti ini”

“mwo? Wae? Waeyo ahjumma?”

“haneul memintanya untuk tidak memberi tahu chanyeol”

“haneul sakit apa, ahjumma?”

“kanker stadium 4..” tangis wanita paruh baya itu pecah saat itu juga. Joonmyeon terkejut mendengar pernyataan itu, ia memandang haneul tak percaya. Memandang haneul yang terbaring lemah dan wajahnya yang pucat.

“haneul.. haneul.. tidak bisa bertahan lama” sambungnya

“ahjumma.. bukankah lebih baik chanyeol mengetahuinya?”

“mwo?”

“bukankah sebaiknya haneul merasa bahagia disaat terakhirnya, ahjumma?”

“tapi..”

“percayakan padaku, ahjumma.” Aku segera meninggalkan ruangan haneul. Aku masih tidak bisa percaya dengan kenyataan ini. Haruskah aku memberi tahu chanyeol? Apa yang harus kulakukan. Aku tidak mau mereka berdua menyesal, aku hanya ingin haneul senang saat hari terakhirnya, dan aku hanya ingin chanyeol bisa melepaskan haneul dengan tenang. Aku akan memberitahunya ketika keadaan chanyeol sudah membaik.. batinnya

Hari ini chanyeol sudah diperbolehkan untuk pulang karena kondisinya sudah membaik.

“chanyeollie bagaimana keadaanmu?”

“sudah membaik hyung, gomawo telah menjagaku”

“hm.. chanyeollie, aku ingin menunjukkan sesuatu padamu”

“mwoya?”

“tapi kau harus berjanji padaku, kau harus menjaga emosimu dan tidak membuat kegaduhan”

“mwo?”

“berjanji dulu”

“ne, hyung”

Joonmyeon segera membawa chanyeol keruangan haneul, tentu dengan persetujuan eomma haneul.

“hyung, siapa yang sakit? Kenapa kita disini?” ucap chanyeol bingung. Joonmyeon hanya terdiam tanpa menjawab. Chanyeol menangkap sosok dihadapannya, seorang wanita paruh baya yang menatapnya dengan tatapan sedih.

“eommanim? Kau sedang apa disini? Kau sakit? Kenapa tidak memberi tahuku?” ucap chanyeol, ia hanya melihat haneul eomma menangis, membuat chanyeol tidak mengerti dengan situasi ini.

“eommanim? Waeyo?”

 

Author POV End

Chanyeol POV

“eommanim? Waeyo?” aku hanya memandangnya yang semakin terisak-isak dalam tangisnya, perasaanku tidak enak, apakah ini seperti yang aku pikirkan. Aku berjalan menuju ranjang yang ada didepanku. Aku terhenyak mendapati sosok yang sedang tertidur lemas dengan alat-alat yang terpasang di tubuhnya. Sungguh aku benar-benar tidak percaya melihat apa yang ada dihadapanku saat ini, haneul? Haneul-ku kenapa? Kenapa seperti ini.

“eommanim? Haneul?.. wae? Wae?!” ucapku

Aku kembali terisak melihat haneul terkulai lemah. Aku tidak mau melihatnya seperti ini. Kenapa saat aku bisa dipertemukan kembali dengan haneul, justru malah dalam keadaan seperti ini.

Chanyeol-ah.. mianhae, eommanim baru memberi tahumu sekarang. Haneul melarang eomma untuk memberitahu padamu jika haneul sakit keras. Haneul tidak mau membuatmu khawatir dengan penyakit dan kondisinya. Haneul berbohong padamu sewaktu dia mengatakan bahwa dia akan menikah, ia berbohong saat bilang ia akan meninggalkan korea bersama suaminya. Setelah pertemuan kalian yang terakhir, membuat haneul merasa bersalah padamu,haneul tidak bisa melihatmu mabuk dan rapuh karenanya. Haneul sangat mencintaimu, chanyeol-ah. Haneul.. dia menderita kanker semenjak setahun lalu, eomma baru mengetahui beberapa bulan terakhir saat ia tak sadarkan diri di apartemennya.dari situ haneul meminta eomma untuk merahasiakannya darimu.. mianhae, chanyeol-ah

Mengapa kau menyembunyikan semua ini noona? Kenapa? Kenapa kau membohongiku? Jika aku tahu kau sakit seperti ini aku akan menjagamu sampai akhir hidupmu, noona.. aku tidak akan pernah menyia-nyiakan hari-hari terakhir bersamamu noona.

Flashback

Haneul POV

Aku sangat menyesal melukai chanyeol. Tapi hanya ini yang bisa aku lakukan, aku tidak bisa membuatnya sedih dan menangis karena aku akan pergi meninggalkannya selamanya. Ponselku berbunyi, ada sebuah pesan masuk, pesan itu dari chanyeol.

From : Yeollie

Noona, bagaimana kabarmu? Aku merindukanmu. Bisa temui aku di cafe biasa siang ini? Aku hanya ingin melihatmu untuk terakhir kalinya, dan mengucapkan selamat atas pernikahanmu.

Aku meneteskan air mataku saat membaca pesan dari chanyeol, namja yang sangat aku cintai. Aku segera mengambil sweaterku dan menuju ke cafe yang diminta chanyeol. Saat aku memasuki cafe itu, aku melirik sekelilingku mencari sosok yang ku cari. Aku melihatnya duduk dipojok dengan soju yang berada dimeja, dia mabuk.

“yeolli!” ucapku

“noona?”

“bogoshipo, noona” sambungnya

“kajjimma. Kenapa kau meminum soju sebanyak ini!”

“noona.. bisakah kau diam disini sebentar”

“ani.. aku harus segera pergi, yeolli”

“noona.. apa kau tidak merindukanku?”

“yeolllie, hentikan..”

“noona kenapa kau melakukan ini padaku? Apa kau tidak tahu aku sangat sakit, aku sangat rapuh tanpamu”

“yeollie kau mabuk. Pulanglah! Berhenti minum soju seperti ini!”

“noona.. bukankah biasanya kau akan mengurusku? Kau biasanya memperhatikanku, aku merindukan itu”

“yeolli cukup. Hentikan! Jangan menyiksa dirimu seperti ini”

“noona.. noonaaaa.. bisakah kau kembali padaku?”

“ani.. aku sudah menikah, aku sudah berstatus menikah, aku sudah menjadi milik namja lain. Hentikan semua ini. Aku tidak akan bisa bersamamu. Aku harus pergi, aku akan meninggalkan korea bersama suamiku”

“noonaa” aku melihat chanyeol menangis

“pulanglah. Dan berhenti menghubungiku. Aku tidak mau suamiku marah, aku mencintainya. Aku sudah melupakanmu, park chanyeol”

Aku segera melangkahkan kakiku meninggalkan chanyeol, tangisku pecah, aku tidak bisa melihat chanyeol seperti ini, aku membuatnya sangat sakit, tapi aku benar-benar harus bertingkah seperti ini dihadapanmu, chanyeol. Mianhae..

Haneul POV End

Flashback End

Aku mengelus pucuk kepalanya, aku merindukan sosok yeoja ini, sosok yang selalu membuatku tersenyum, membuatku bahagia selama berada disisinya. Sekarang sosok itu hanya diam tertidur lemah dengan wajahnya yang pucat. Aku kembali menitikan air mataku karena tidak bisa menahan rasa sedihku.

Aku melihat tangan haneul bergerak, aku segera memegang tangannya dan mengelus pucuk kepalanya.

“yeollie?”

“noona.. kau bangun?”

“kenapa kau disini? Kenapa kau..”

“noona berhentilah. Kau tidak bisa membohongiku lagi.” Aku hanya berupaya bersikap tegar dihadapannya, dia tidak mau melihatku menangis, maka dari itu aku menahan tangisku dan bersikap seperti biasanya

“yeollie, mianhae”

“sudahlah noona.. kau ingin minum?”

“hm..”

“noona, bogoshipo..”

“nado, yeollie” aku melihat haneul tersenyum manis padaku

“yeollie, mari kita berfoto dengan ponselmu”

“mwo? Berfoto?”

“hm.. ppalli” aku hanya mengikuti apa yang jadi kemauan haneul, hanya inilah yang aku bisa lakukan disaat-saat terakhir hidup haneul. Aku menciumnya, aku benar-benar tidak mau kehilangannya.

Aku menghabiskan waktuku untuk bersama haneul, menemaninya, menguatkannya, dan membuatnya merasa tenang jika saatnya nanti dia akan pergi, pergi jauh meninggalkanku.

“yeollie, kau tahu? Aku sangat mencintaimu”

“hm.. aku tahu, noona. Nado”

“yeollie, berjanjilah kau akan selalu tersenyum seperti ini eoh?”

“wae? Kenapa noona berkata seperti itu?”

“ani.. aku hanya suka jika melihatmua tersenyum seperti ini”

“hm.. arra.. aku akan selalu tersenyum seperti ini? Seperti inikan?” aku menyeringai padanya, ia hanya tertawa melihat tingkahku, tawa inilah yang membuatku selalu merindukan sosok haneul.

“yeolli, duduklah disini.. aku ingin merebahkan kepalaku dipangkuanmu”

“aigoo.. noona ketika sakit sangat manja eoh?”

“ppali...”

“ne..” aku mendudukan diriku diranjang, haneul merebahkan kepalanya dipangkuanku. Aku mengelus pucuk kepalanya, aku melihatnya tersenyum manis padaku

“kau tahu, yeollie. Aku sangat beruntung memilikimu”

“ne, noona. Aku juga, aku beruntung memiliki yeojachingu sepertimu”

“hm.. gomawo yeollie. Karenamu aku merasakan hidupku sangat indah setiap harinya”

“aku akan selalu membuat noona tertawa bahagia”

“yeollie, aku mengantuk. Aku tidur sebentar eoh?”

“hm ne”

“kisseu..”

“mwo?”

“kisseu..” aku mengecup lembut bibirnya, aku mengikuti kemauannya, aku melihat dia memejamkan matanya, ia tertidur

TUUT.. TUUUT.. TUUUUUUUUUUUUUUUTTTT...

Suara itu sontak mengejutkanku, ada apa ini? Tubuh haneul dangat dingin, aku menatap pada monitor yang mendeteksi detak jantung haneul, tidak ada detakan sedikitpun. Mungkinkah?

“NOONAA!! ANDWAE!! IRREONNA!!” aku hanya berteriak histeris mendapati haneul yang tertidur dan tidak bergerak, tubuhnya dingin dan wajahnya pucat, dia tidak bernafas lagi

“SONG HA NEUL! BANGUN KUMOHOOON!!” aku mengguncangkan tubuhnya, aku terisak dalam tangisku, joonmyeon segera menjauhkanku dari haneul, aku meronta karena tidak ingin haneul pergi, aku memeluknya

“NOONAAAA!”

“chanyeollie, hentikan” ucap joonmyeon menatapku iba

Aku terduduk melihat tubuh haneul ditutupi kain putih. Aku tidak bisa, tidak bisa melihatnya seperti ini. Aku tidak bisa kehilangannya, tidak bisa.

“noona...” suaraku bergetar memandang wajah haneul yang tertidur dengan damai, aku mengecup bibirnya untuk terakhir kalinya, rasanya akan sangat sulit melepas kepergiannya

“chanyeollie..” ucap joonmyeon menarikku duduk kembali di tempat duduk, karena haneul akan dibawa menuju rumahnya.

Aku memandangi peti mati yang didalamnya terdapat sosok yeoja yang sangat aku cintai, haneul. Ia memakai dress yang pas ditubuhnya, dan haneul sangat cantik memakainya. Aku melihat song ahjumma, yakni haneul eomma menangis tersedu-sedu, aku menghampirinya dan memeluknya untuk menenangkannya.

“chanyeol-ah”

“ne eommanim?”

“sebelum haneul pergi, ia menitipkan sesuatu pada eomma. Sebuah kotak di kamarnya, untukmu. Ambilah ne?”

“ne eommanim”

Setelah acara pemakaman haneul selesai, aku kembali mengantarkan song ahjumma menuju rumahnya, dan aku berjalan menuju kamar haneul di lantai atas, aku membuka pintunya, kali pertamanya aku memasuki kamar haneul dirumah eommanya ini. Aku melihat sebuah kotak diatas meja belajarnya, sepertinya itu yang dimaksud oleh song ahjumma. Aku mengambilnya dan membuka kotak itu. Aku melihat barang-barangku yang disimpan di dalam kotak itu, sebuah buku diary dan foto-fotoku bersamanya. Aku memandang satu persatu foto itu, aku merindukan haneul, aku merindukan saat-saat seperti difoto ini. Aku beralih menuju buku diary haneul. Aku membuka satu persatu lembar buku itu.

10.02.2011

Ini sangat menyebalkan, kenapa namja itu selalu mengikutiku, dia selalu membuatku risih, entahlah aku bahkan tidak mengetahui namanya, ia selalu menguntitku, dan selalu memberiku sekotak coklat setiap harinya, sepertinya dia ingin membuatku gendut.

 

25.01.2014

Entahlah ini kejaiban atau apa, aku sendiri tidak tahu. Sosok namja yang selalu menguntitku selama kurang lebih 7 tahun ini bisa mengisi ruang hatiku, ternyata dia sosok namja yang lembut dan hangat, walaupun kekanakan. Bantulah aku untuk terus mencintaimu, park chanyeol.

 

Tak terasa air mataku jatuh, ini adalah kali pertama aku mengisi ruang hatinya, pertama kalinya aku menjalani hari-hariku bersama haneul. Semua memory tentang haneul bermunculan dipikiranku, membuatku semakin terlarut akan kesedihanku.

12-10-2014

hari ini, aku berfoto dengan chanyeol dan temannya, joonmyeon. Mungkin akan menjadi temanku juga. Aku senang sekali melihat chanyeol seperti ini, dia terlihat sangat lucu.yeolli, aku mencintaimu, aku benar-benar bahagia bersamamu. Terimakasih karena telah membuat hari-hariku menjadi lebih indah karenamu. Tetaplah tersenyum bagaimanapun keadaannya, yeolli. Saranghae..

 

jadi ini sebabnya kenapa kau senang sekali berfoto setiap kali bertemu denganku? Kau ingin mengingat memory ini baik-baik? Kau ingin menyimpan memory ini baik-baik?.

20.11.2014

Hari ini, aku memutuskan hubunganku dengan chanyeol. Sungguh sangat sulit aku melakukan ini, aku tidak bisa jauh darinya, aku mencintainya, aku benar-benar mencintainya. Aku harus melakukan ini, aku tidak mau chanyeol sedih dan menangis karena kondisiku yang seperti ini, chanyeol, mianhae, aku tidak bisa mewujudkan harapanmu, untuk menjadi pendamping hidupmu, mianhae..

Tangisanku pecah, aku kembali terisak, aku melihat lembaran ini ada noda darah, lembar satu ini sangat kusut, sepertinya haneul menangis saat menulis ini. Aku menutup buku diary haneul, aku tidak bisa membacanya lagi, aku tidak sanggup. Saat hendak memasukannya kembali kedalam kotak, secarik kertas terjatuh dari dalam buku diary ini, aku mengambil kertas itu dan membukanya.

Anyeong, chanyeol, park chanyeol namja yang aku cintai, yeolli-kuu~ mungkin saat kau membaca ini, aku sudah tidak ada disampingmu lagi, aku sudah pergi jauh, sangaat jauhh. Mianhae, aku harus meninggalkanmu dengan cara seperti ini. Mianhae, karena aku berbohong saat aku mengatakan bahwa aku akan menikah dengan namja yang dijodohkan eommaku, mianhae.. kau jangan marah ne?. Yaa! Yeollie, kau tidak boleh menangis ne? Kau tau aku tidak suka melihatmu menangis, sama sepertimu tidak suka saat melihatku menangis.yeollie, aku mencintaimu, mencintaimu disetiap hariku, kau membuat hidupku berwarna, kau adalah hadiah terindah  dari Tuhan untuk mengisi hari-hariku. Tidak ada satupun penyesalan saat aku bersamamu, kau yang terbaik.

Kau ingin tahu apa yang aku harapkan saat hari jadi kita beberapa bulan yang lalu? Saat kita menerbangkan balon bersama? Aku meminta pada Tuhan untuk selalu melindungi dan menjagamu, aku meminta pada Tuhan agar kau tetap tersenyum, senyuman yang sangat aku sukai dari seorang Park Chanyeol. Dan berjanjilah padaku kau harus tetap tersenyum walaupun aku tidak ada disisimu lagi eoh?

Yeollie.. aku harus pergi, pergi ke suatu tempat yang sangat jauh, yang tidak akan bisa digapai. Jika aku bisa mengulang waktu, aku tidak mau bertemu dan jatuh cinta padamu, karena jika saatnya aku pergi seperti ini, ini akan membuatmu sedih dan merasa kehilangan. Mianhae, jeongmal mianhae yeollie. Noona-mu ini harus pergi, kau harus yakin bahwa aku pergi ke tempat yang lebih baik, aku akan melihatmu dari sini, mengawasimu dari sini. Noona-mu ini tidak akan kemana-mana, peganglah tepat dimana letak hatimu, aku selalu berada disitu, yeollie. Ingat itu baik-baik ne?

Berjanjilah, jalani hidupmu dengan baik, kejarlah masa depan yang indah bagimu, segera selesaikan kuliahmu, kau harus menjadi lulusan terbaik dan segera bekerja dan menjadi mapan ne? Aku berharap kau menemukan yeoja yang membuatmu nyaman seperti saat bersamaku, yeoja yang baik dan selalu memahamimu, sebagaimana kau memahamiku.

Saat ini aku hanya bisa melihat dan memperhatikanmu dari jauh, yeollie. Ingatlah, bahwa aku akan selalu mengingatmu dan melihatmu dari sini, dari tempatku dan aku akan selalu mendoakanmu dari sini agar kau bahagia. Mencintaimu adalah hal terindah bagiku, memilikimu adalah hal terbodoh yang pernah aku pikirkan, bukan karena kau tak pantas untukku, tapi aku yang tidak pantas untukmu. Park Chanyeol, aku Song Ha Neul, mencintaimu..

Tangisku pecah, dadaku sesak, sangat sakit, sungguh aku tidak bisa jika seperti ini. Aku tidak bisa jauh dari haneul, kumohon, kumohon katakan jika ini hanyalah mimpi.

“NOONAA!” aku menjerit karena aku merindukannya, aku meronta, sangat sakit ketika merindukan sosok yang tidak bisa kugapai lagi, tidak bisa kutemui lagi, tidak bisa aku peluk lagi.

Hari demi hari berlalu, bulan demi bulan berlalu, tapi namamu masih tersimpan dihatiku, noona. Aku berjalan menuju bukit yang dulu sering kukunjungi bersama haneul. Aku merebahkan diriku diatas rerumputan dan memandang katas langit yang sangat cerah.

Flashback

Aku dan haneul merebahkan diriku pada rumput dan menatap keatas langit yang sangat cerah. Aku melihat haneul mengangkat tangannya dan membentangkan jari-jarinya keatas.

“apa yang kau lakukan noona?”

“kau tahu? Kau dan aku itu jaraknya seperti ini” haneul menatapi jemarinya yang terangkat keatas seperti menggapai langit

“mwo? Apa maksudmu?

“jarak antara tanganku dan langit, sangat jauh”

“lalu?”

“jarak antara tanganku dan langit, susah menggapainya”

“siapa?”

“ya kau dan aku, pabbo! Kau akan sulit menggapainya”

“jinjja? Lalu jangan seperti itu. Karena saat ini aku sudah dapat menggapain kau, noona”

“yaa! Kau ini”

Flashback End

Aku mengangkat tanganku dan merentangkan jemariku keatas langit, seperti yang pernah haneul lakukan. Aku menatapnya hanya menatapa jemariku.

“kau benar, noona. Jarakku dan kau sangat jauh, aku tidak bisa menggapaimu yang jauh disana” aku menatap jariku, aku melihat cincin yang masih kupakai, cincin yang sepasang dengan haneul.

“noona.. aku berjanji untuk hidup dengan baik. Aku berjanji akan selalu tersenyum agar disana kau tidak sedih melihatku. Aku tidak akan bertingkah bodoh dan menyia-nyiakan hidupku. Aku akan menjadi apa yang kau minta. Noona, semoga kau bahagia disana. Saranghae, Park Haneul”

 

~THE END~

 

 

 
 
 

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet