WIGS

H.A.P.P.Y
Please Subscribe to read the full chapter

 

 

Sinar mentari pagi menyilaukan matanya, membuat kedua matanya terpicing karena silau, segera saja ditariknya selimut tebal itu hingga menutupi kepala, hendak melanjutkan tidurnya yang terganggu karena silau.

“Kau sudah bangun?”

Amber memilih untuk bersikap acuh, hari ini ia terlalu capek, belum lagi ia masih kesal karena kejadian semalam, jadi masa bodohlah dengan hyungnya itu. Eh, tapi.. Amber segera membuka kedua matanya, menurunkan selimut hingga ke dadanya lalu berbalik badan menatap sosok yang baru saja disadarinya bahwa itu bukanlah Key.

“O-oppa” Ucapnya tak percaya saat menyadari siapa yang ada dihadapannya kini.

Namja berpakaian casual itu menaruh nampan yang sedari tadi dipegangnya ke meja kecil yang terletak disamping tempat tidur. “Makanlah dulu, aku yakin dari kemarin kau pasti belum makan kan” Ucapnya.

Amber bangkit dan duduk bersila di tempat tidur, diperhatikannya kesekeliling kamar. Dimana ini? Tempat ini bukanlah kamarnya, apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa ia bisa berada dikamar yang bukan kamarnya ini? Banyak pertanyaan yang melintas di otaknya.

Namja itu tampaknya menyadari kebingungan Amber, ditariknya sebuah bangku kecil ke pinggir tempat tidur. “Semalam aku menemukan mu pingsan di pinggir jalan, karena bingung jadi aku membawa mu kesini” Jelasnya sembari duduk di bangku kecil itu.

Pingsan?? Seketika Amber teringat saat hidungnya berdarah. “Akh… mian oppa..” Ucapnya tak enak hati karena sudah merepotkan namja itu.

“Bagaimana keadaan mu? Apa kau masih merasa pusing?” Tanya namja itu, tak menanggapi rasa bersalah Amber.

Amber menggelengkan kepalanya. “Gwenchana… Aku baik-baik aja kok” Ucapnya, tak ingin membuat namja itu semakin mengkhawatirkan keadaannya. Sudah terlalu sering ia merepotkan namja itu, dan sudah tak terhitung berapa banyak ia merepotkannya, Amber tak ingin semakin menyusahkannya.

Namja itu mengangguk kecil. “Kenapa kau malam-malam keluyuran, bukankah aku sudah bilang…”

“Gwencahana, tidak usah mengkhawatirkan ku” Potong Amber. Tidak usah dejelaskan, dia sudah dapat menebak apa yang akan dikatakan namja itu padanya.

Namja itu menatap lekat pada Amber, bagaimana mungkin ia tidak mengkhawatirkan yeoja itu, sedangkan semalam tepat di depan mata kepalanya ia melihat Amber pingsan dengan hidung dipenuhi darah. “Apa akhir-akhir ini kau sering mimisan?” Tanyanya lagi.

Amber kembali menggelengkan kepalanya. “Aku baik-baik saja oppa” Ucapnya, mencoba meyakinkan namja itu jika ia benar-benar baik-baik saja. “Hari ini kau tidak ke rumah sakit?” Tanyanya, seolah baru menyadari keberadaan namja yang tak lain berprofesi sebagai dokter itu.

Eric, begitulah nama namja tersebut. Ia menggelengkan kepala atas pertanyaan Amber barusan, kebetulan hari ini ada jadwal dokter magang, jadi ia bisa beristirahat sebentar di rumah, tidak harus selalu stand by di rumah sakit.

“Kau masih belum memberi tahu hyung mu?” Tanyanya pada Amber. Berprofesi sebagai dokter disebuah rumah sakit swasta, Amber bukanlah orang asing baginya, ia sudah mengenal yeoja itu cukup lama, dan ia tahu betul apa yang dialami Amber, yang mungkin tidak di ketahui oleh siapapun.

Amber menghela nafas dalam, menundukkan kepalanya tak berani menatap sang dokter. “Tak ada gunanya aku memberi tahu dia” Ucapnya pelan, terdengar seperti ungkapan rasa kekecewaan di telinga Eric.

 

***

 

Untuk kesekian kalinya Key bolak balik ke ruang tamu-kamar untuk memastikan apakah Amber sudah pulang atau belum. Dari semalam ia terus-terusan menelphone adiknya itu, tapi nomornya tidak aktif. Ia sama sekali tak tenang jika belum memastikan bagaimana keadaan Amber, karena bagaimanapun Amber belum pernah bersikap seperti ini, pergi tampa mengabarinya terlebih dahulu.

Key sontak bangkit saat mendengar suara mobil dari arah luar, segera saja ia membuka pintu dan melihat sedan hitam yang terparkir di halaman rumahnya. Matanya terbelalak kaget saat Amber keluar dari mobil tersebut, diikuti oleh sosok namja asing yang tak pernah dilihatnya sebelumnya.

Amber yang menyadari keberadaan Key, seolah masa bodo dan memilih untuk berbicara sebentar dengan Eric.

“Tolong pertimbangkan apa yang aku katakan tadi, jangan menunda-nunda lagi, Am” Ucap Eric, berdiri bersandar ke pintu mobilnya.

Amber mengangguk mengerti. “Baiklah, nanti aku pertimbangkan. Oppa pulanglah, gomawo atas tumpangannya” Ucap Amber.

Eric tersenyum simpul. “Hm.. Ingat, cepat hubungi aku jika terjadi sesuatu, arraso?” Tanya Eric sambil membungkukkan badan, membuat tingginya sejajar dengan tinggi Amber.

Amber tertawa kecil “Bawel” Ucapnya, ini sudah yang ketiga kalinya ia mendengar apa yang dikatakan namja itu barusan.

“Ya sudah, kau istirahatlah, aku pulang dulu ne” Pamit Eric sembari mengusap lembut kepala Amber, lalu masuk ke dalam mobilnya. Amber sengaja menunggu mobil yang dikemudikan Eric menghilang dari pandangannya baru ia masuk ke dalam rumah.

 

“Dari mana saja kau semalam? Kenapa ponsel mu tidak aktif? Siapa namja itu??” Baru saja Amber memasuki rumah, Key sudah menyerangnya dengan beberapa pertanyaan disertai dengan tatapan yang menyelidik.

Amber memilih bersikap acuh, berlalu begitu saja meninggalkan Key yang duduk di sofa dan berlalu ke kulkas, hendak mengambil minuman yang bisa meredakan rasa haus di tenggorokannya.

Key yang tak terima diacuhkan, mengekori Amber ke dapur. “Kenapa tidak menjawab pertanyaan ku?” Ucapnya mulai dongkol, ditariknya tangan kiri Amber dan memaksa adiknya itu duduk di kursi meja makan.

“Kau tidak tau betapa khawatirnya aku? Sia-sia aku menunggu mu, kau justru enak-enakkan dengan lelaki asing itu” Ucap Key geram.

Sia-sia? Mendengar kata itu sontak membuat Amber tertawa sinis. “Aku tidak pernah meminta hyung untuk menunggu ku apalagi mengkhawatirkan aku!”

“Mwo???” Key menatap Amber lekat, sejak kapan Amber berani berbicara seperti itu padanya? “Kau pikir ini lucu?” Tanya Key tak habis pikir.

Tak ingin memperburuk keadaan, Amber memilih untuk bangkit hendak ke kamar. Namun langkahnya terhenti saat terlintas sesuatu dipikirannya. Ia berbalik badan menatap kearah hyungnya itu. “Mulai sekarang, kita cukup urusi kehidupan masing-masing saja, jangan saling membebani satu sama lain” Ucapnya lalu pergi meninggalkan Key yang terdiam, mencerna apa yang baru saja dikatakan Amber tadi.

Amber mengusap kedua matanya yang basah, segera saja ia masuk kedalam kamar, tak ingin jika Key menyadari kalau ia menangis. Dari semalam ia sudah memikirkannya, mungkin memang inilah yang terbaik untuk tidak saling ikut campur urusan masing-masing. Amber tidak ingin lagi sakit hati karena sikap Key, ia ingin masa bodoh saja mulai dari sekarang.

 

Key POV

Akhir-akhir ini pikiran ku menjadi tak focus, banyak pekerjaan di kantor yang terlantar karena pikiran ku entah kemana, untung saja Nicole sangat membantu, jadi aku tidak mendapat teguran dari pihak kantor.

Sudah seminggu sejak kejadian Amber tidak pulang dan paginya diantar oleh namja asing, sejak saat itu aku merasa Amber terkesan menjauh dari ku. Dan terlebih, dia tidak pernah lagi tertidur di sofa ruang tamu karena menunggu ku.

Sebenarnya itu bagus, tapi entah kenapa aku merasa ada yang hilang. Aku tidak tahu kenapa Amber bersikap seperti ini pada ku, ketika aku tanya dia selalu menjawab tidak apa-apa. Dia juga jarang di rumah, beberapa kali aku memergokinya pulang malam dan diantar oleh namja yang sama dengan yang aku lihat beberapa waktu yang lalu itu.

“Waeyo eum? Ada sesuatu yang menganggu pikiran mu? Apa kau lelah?” Tanya Nicole tiba-tiba sudah berdiri di belakang kursi kerja ku, dan melingkarkan tangannya dileher ku.

Aku sontak tersadar dari lamunan ku, lalu menoleh sekilas padanya. “Gwenchana, mungkin aku hanya capek” Ucap ku sembari mengusap tangannya.

Bukannya percaya, Nicole malah menolehkan kepalanya pada ku, seolah memastikan apakah aku benar baik-baik saja. Inilah kelemahan ku, aku sama sekali tak bisa berbohong dihadapannya. “Bukan masalah besar kok, aku pasti bisa menyelesaikannya” Ucap ku, membalikkan kursi dan menghadap padanya.

“Ingat, kau bisa berbagi kapan saja pada ku, Key” Ucapnya sembari menangkup kedua pipi ku, aku menganggukkan kepala, tersenyum manis padanya. Lihatlah, betapa beruntungnya aku memiliki yeojachingu yang begitu perhatian sepertinya.

 

***

 

Please Subscribe to read the full chapter

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
xxxluili #1
Chapter 3: Jangan gantuung pliiis... kpan dilanjutkannya???
Rindibooc #2
Chapter 3: aku menunggu lanjutanyaaa~
icemade
#3
Chapter 3: Keyen . . Lanjut min. . Kshan si ambernya . .hikz
okeyberliu #4
Chapter 3: Ntaarrrr....
Gue masih bingung siapa eric dan nicole sebenarnya d sini.
Sumpeh..m nyesek gue... berkali kali lipat bnget nyeseknya...
dewipur
#5
Chapter 3: sebenernya Amber sakit apa??
..
Cumie26 #6
Chapter 3: Semoga Key tau yg sebenarnya secepatnya. Kasian Amber nya T.T. Ff nya jgn gantung dong authornim. Makin penasaran sama lanjutannya. Ditunggu lanjutannya authornim ;)
babyone #7
Chapter 3: kenapa sih amber gak jujur aja ke key? kasian dia menderita sendirian TT
thor ffnya jgn digantung? selesain yah sampai end dg happy ending, plis *wink wink
Loly21 #8
Chapter 2: OMG..I love this chapter!! Fighting!!
Cumie26 #9
Chapter 2: Amber sakit apa? Eric sama Nicole ada hubungan apa? Penasaran bgt. Lanjutannya ditunggu authornim ;)
anggi_tha #10
Chapter 2: Ya Tuhan!!!!!! Feel nya ngena banget!!!!!
Makin rapi, makin enak baca nya
Next chap nya Semoga bisa cepet. Thank you author-nim