Final

My First Love Story

“Cheonsa-ya, coba kau lihat namja yang bermain drum itu. Dia keren ya?” Hyegi menunjuk ke arah seorang laki-laki yang sedang bermain drum bersama bandnya yang sedang tampil di atas stage yang terdapat di aula. Saat ini aku, Hyegi dan beberapa anggota organisasi sekolah atau yang lebih dikenal dengan OSIS sedang menyaksikan gladi resik festival band yang diadakan oleh sekolah, yang akan dilaksanakan minggu depan.

 

Aku melirik ke arah laki-laki yang Hyegi tunjuk tadi. Laki-laki bertubuh tinggi dan berwajah tampan yang kurasa dia cukup handal, ah tidak bukan hanya cukup, kurasa dia adalah drummer yang handal. Band yang sedang tampil saat ini terdiri dari siswa-siswa populer di sekolah dan otomatis membuat seluruh aula dipenuhi oleh para fangirl mereka yang berteriak-teriak untuk menyemangati mereka.

 

“Dia anggota baru di EXO. Namanya Kim Jongin atau biasa dipanggil Kai. Dia adalah siswa kelas 2-1.” jelas Hyegi tanpa diminta. “Dia menggantikan Tao yang kembali ke Qingdao. Bahkan menurutku, permainan drumnya lebih bagus daripada Tao.”

 

“Bagaimana kau bis─ Ah, aku baru ingat, kau kan kekasih dari sang bassist.” godaku sambil tetap memperhatikan penampilan dari EXO.

Kuakui band ini sangat berkualitas. Dengan suara merdu dari sang vocalist yang sekaligus guitarist, Byun Baekhyun. Petikan bass dari sang bassist, Park Chanyeol dan tabuhan drum yang powerful dari Kai, sang drummer baru. Kurasa mereka bisa menjadi grup band professional suatu saat nanti.

 

Tepuk tangan pun terdengar membahana setelah EXO mengakhiri penampilannya. Ketiga namja itu turun dari stage lalu menghampiriku dan Hyegi yang sejak tadi duduk di sudut aula. “Jagi, bagaimana penampilan kami tadi?” tanya Chanyeol kepada Hyegi yang merupakan kekasihnya.

 

Good job, jagi!” Hyegi mengacungkan kedua ibu jarinya lalu mereka berdua tertawa bersama. Sungguh pasangan romantis yang membuat siapapun iri. Berbeda denganku yang belum pernah berpacaran, meskipun begitu aku belum terlalu memikirkannya. Bahkan aku pun belum pernah merasakan jatuh cinta karena terlalu sibuk dengan urusan sekolah. Seperti apa ya rasanya jatuh cinta? Kisah cinta pertama? Sepertinya aku belum memilikinya.

 

Ya! (Hei!) Lee Cheonsa! Kenapa kau melamun?” aku tersadar dari lamunanku saat Hyegi menepuk bahuku.

 

Aku segera menggelengkan kepalaku “Ah? Aniya (Tidak), aku tidak melamun. Kenapa?” tanyaku.

 

“Aku mau mengenalkan Kai padamu.” jawab Hyegi yang kemudian memanggil Kai. “Kai! Kenalkan ini Lee Cheonsa, sahabatku sekaligus ketua OSIS di sekolah ini. Tentu kau sudah tahu kan? Cheonsa, ini Kai. Drummer baru di EXO.”

 

“Lee Cheonsa.” aku mengulurkan tanganku.

 

“Kim Jongin tapi kau bisa memanggilku Kai.” Kai menerima uluran tanganku dan menjabat tanganku. Entah kenapa aku merasakan rasa hangat menyelimuti tanganku saat menjabat tangannya. Tanganku terasa nyaman berada di genggaman tangannya dan seakan tak ingin melepasnya apalagi saat melihat Kai tersenyum padaku. Oh God, what happened with myself?

 

“Cheonsa-ya, kami mau makan siang bersama. Kau mau ikut?” ajak Baekhyun sambil menyunggingkan senyumnya yang kuyakin bisa membuat semua fangirl mereka berteriak kegirangan.

 

“Lain kali saja deh. Aku masih mau menyaksikan penampilan band yang lain. Kalian duluan saja.” tolakku secara halus.

 

Gurae (Kalau begitu), kami duluan ya.. Annyeong!” Hyegi pamit dan berjalan bersama Chanyeol menuju kantin, diikuti dengan Kai dan Baekhyun yang menenteng gitarnya keluar dari aula.

 

***

 

Hujan turun dengan derasnya saat aku baru saja berniat untuk keluar dari ruang OSIS. Aish.., kenapa hujannya harus turun sekarang? Kenapa tidak nanti saja, saat aku sudah sampai dirumah? Kalau begini, aku harus menunggu lagi di sekolah karena aku lupa membawa payung. Padahal aku sudah lelah sekali dan ingin segera beristirahat di rumah. Aku menghela napas lalu memilih duduk di bangku yang tersedia di sepanjang koridor sekolah sambil memandangi rintik-rintik hujan yang mulai jatuh dan membasahi lapangan sekolah.

 

“Kau tidak bawa payung?” aku mendengar suara seseorang bertanya padaku. Aku menoleh dan menemukan Kai sedang berdiri disampingku dengan sebuah payung berwarna putih bening di tangan kirinya.

 

“Ah? Kai-ssi? Kupikir kau sudah pulang dari tadi.” aku memperhatikan sosok Kai, dia memang terlihat tampan meskipun kulitnya tidak seputih orang Korea pada umumnya. Selain itu permainan drumnya juga bagus. Tidak heran, kalau ia dipilih untuk menggantikan Tao. Bahkan aku setuju dengan pendapat Hyegi yang menganggap bahwa Kai lebih baik daripada Tao.

 

“Aku latihan sebentar tadi. Besok malam EXO akan tampil di acara mingguan di taman dekat sekolah kita.” jawabnya seraya duduk di sampingku. Dag! Dig! Dug! Kenapa jantungku jadi berdebar-debar begini? Rasanya jantungku berdetak lebih kencang setelah Kai duduk di sampingku. Ada apa ini? Sepertinya sejak tadi aku bertingkah aneh bila berada di dekat Kai.

 

“Kau tidak mau pulang? Sebentar lagi gelap dan sepertinya hujannya akan awet. Aku akan mengantarmu sampai rumah, kebetulan aku membawa payung.” cengir Kai sambil beranjak dari kursi dan membuka payungnya.

 

Tanpa berpikir panjang, aku langsung mengiyakan ajakan Kai. Biasanya aku akan berpikir dua kali, jika mau pulang bersama teman yang tidak terlalu dekat denganku. Aku pun menghampiri Kai “Terima kasih Kai-ssi, maaf jadi merepotkanmu.” ujarku canggung.

 

“Tidak apa-apa, Lee Cheonsa.” Kai tersenyum dan aku langsung merasakan seperti ada sesuatu yang menggelitik di perutku saat melihat senyumnya. Seperti ada sesuatu yang membuatku merasa bahagia saat melihat Kai tersenyum padaku.

 

Kajja! (Ayo pergi!)” ajak Kai. Aku dan Kai pun berjalan bersisian di bawah payung milik Kai menuju rumahku yang letaknya tidak terlalu jauh dari sekolah. “Cheonsa-ya, mendekatlah sedikit denganku.” Kai merangkul bahuku dan menarik tubuhku agar mendekat kepadanya. Harum tubuhnya langsung tercium olehku dan aku menjadi merasa nyaman padahal aku tidak terlalu suka dengan wangi parfum laki-laki. “Kalau kau berdiri menjauh seperti itu, nanti kau bisa kehujanan dan kau bisa sakit.”

 

Oh God! Rasanya jantungku akan meloncat keluar. Aduh, kenapa aku jadi aneh begini sih? Tak lama kemudian, kami pun sampai di depan rumahku. “Kamsahamnida Kai-ssi.” aku membungkuk dan kembali berterima kasih padanya.

 

Kai tersenyum lalu mengacak rambutku pelan. “Kau tidak perlu terlalu formal begitu padaku. Kita kan sebaya, lagipula kita teman satu sekolah. Kalau begitu, aku pulang dulu. Kau cepat ganti baju, nanti kau bisa kedinginan dan sakit. Aku duluan, annyeong!

 

Annyeong!” balasku lalu menatap punggung Kai yang mulai menjauh dari pandanganku. Kenapa aku jadi merasa tidak rela melihat ia pergi dariku? Ah, otakku sepertinya sedikit terganggu hari ini. Mungkin ini efek terlalu banyak pikiran saja. Lebih baik aku segera masuk dan mengistirahatkan tubuh serta pikiranku.

 

Malam harinya aku menceritakan semua perasaan aneh yang kurasakan bersama Kai kepada Hyegi lewat telepon dan yang kudapatkan malah ledekan dari Hyegi. “Hahahaha… Kau ini pura-pura polos atau memang benar-benar polos Cheonsa-ya?” tanya Hyegi sambil tertawa dari seberang line telepon.

 

“Apa maksudmu Hyegi-ya?” aku tidak mengerti dengan maksud perkataan Hyegi barusan.

 

“Hahahaha.. Kau ini benar-benar membuatku gemas. Sudah jelas sekali kalau kau jatuh cinta dengan Kai. Thanks God, akhirnya kau membuat seorang Lee Cheonsa jatuh cinta juga.” ujar Hyegi. Dasar anak ini!  Memang aku ini tidak normal apa? Sepertinya bersyukur sekali kalau aku jatuh cinta. Tapi…, aku jatuh cinta? Dengan Kai? Apa ini tidak terlalu cepat? Mungkin aku pernah melihatnya beberapa kali karena kita satu sekolah tapi kan aku baru mengenalnya tadi.

 

Yoboseyo? Lee Cheonsa? Kenapa kau diam saja? Kau baik-baik saja kan? Yoboseyo?” suara Hyegi terdengar khawatir, mungkin karena aku yang sempat terdiam.

 

“Aku masih disini kok. Aku hanya sedang berpikir.” gumamku yang masih dapat terdengar oleh Hyegi.

 

“Berpikir apa? Cheonsa-ya, kau tidak perlu berpikir keras. Cinta itu memang datang dengan tidak terduga. Kau tidak akan pernah tahu kapan kau akan jatuh cinta dan kepada siapa kau akan menaruh hatimu. Aku hanya bisa berharap semoga Kai juga memiliki perasaan yang sama denganmu. Kalau pun tidak, kau pasti bisa melupakan perasaanmu padanya. Pasti Tuhan telah menyiapkan orang yang lebih baik untukmu.” jelas Hyegi panjang lebar.

 

“Lalu aku harus bagaimana?” tanyaku bingung. Aku memang benar-benar tidak tahu apa yang harus kulakukan sekarang. “Aku masih ragu dengan perasaanku ini.”

 

Aigoo, kau polos sekali sih!” Hyegi terdengar gemas. Kalau ia berada di dekatku sekarang, pasti dia akan mencubit pipiku. “Kalau kau masih ragu dengan perasaanmu, cobalah untuk berdekatan dengan Kai. Kau pastikan bagaimana perasaanmu padanya. Kalau kau sudah yakin, baru kita mulai.”

 

“Mulai? Apanya yang dimulai?” daritadi ucapan Hyegi membuatku bingung. Sebenarnya apa yang ada di pikirannya?

 

“Pendekatanmu dengan Kai. Tenang saja, aku dan Chanyeol akan membantumu. Lagipula tidak mungkin Kai akan menolak perempuan sepertimu, Lee Cheonsa. Kau ini kan manis, pintar, dan memiliki jabatan sebagai ketua OSIS. Hanya laki-laki bodoh yang menolak cintamu. Ah, aku ingat! Besok malam EXO akan tampil di taman dekat sekolah kita. Kau harus datang kesana, okay?”

 

“Tapi bes─”

 

Hyegi langsung memotong ucapanku. “Tidak ada tapi-tapian. Besok sore aku akan datang kerumahmu, membantumu berdandan lalu kita berangkat bersama. Tidak ada penolakan, sekarang aku mau tidur dulu. Sampai ketemu besok. Jaljayo! (Selamat tidur!)” Klik! Hyegi pun menutup telponnya.

 

***

 

“Kim Hyegi, apa yang sedang kau lakukan sih?” tanyaku saat melihat Hyegi yang sedang memilih-milih pakaian dari dalam lemariku sementara aku hanya memperhatikannya dengan rasa penasaran dari tempat tidurku.

 

“Memilihkanmu dress.” jawab Hyegi santai.

 

Mworago?! Untuk apa?! Lagipula aku hanya punya beberapa dress. Sudahlah, aku pakai baju yang biasa saja. Lagipula hanya untuk menonton EXO saja kan?” aku benar-benar tidak mengerti dengan jalan pikiran Hyegi.

 

“Justru itu, aku ingin kau terlihat cantik. Kai pasti tertarik denganmu. Nah, coba yang ini.” Hyegi menyerahkan sebuah kardigan berwarna biru muda dan sebuah mini dress berwarna putih polos padaku.

 

“Aku harus memakai ini?” tanyaku ragu-ragu. Aku memang mempunyai beberapa buah dress, namun jarang menggunakannya. Untuk sehari-hari, aku lebih nyaman menggunakan kaus dan celana berbahan denim. Dress hanya kugunakan untuk acara formal saja.

 

“Sudah pakai saja.” Hyegi pun mendorongku masuk ke kamar mandi agar aku segera berganti pakaian.

Tak lama kemudian, aku keluar dari kamar mandi dengan memakai dress beserta kardigan yang tadi Hyegi pilihkan. Kulihat Hyegi tersenyum puas saat melihatku. Kemudian ia menyuruhku duduk di depan meja rias dan kubiarkan ia menata rambutku. Semoga aku bukan dijadikan bahan percobaannya. Sepuluh menit kemudian, Hyegi sudah selesai menata rambutku. Wah, aku terlihat beda sekali. Jauh lebih feminim. Aku memang bukan gadis tomboy, namun terkadang aku jarang memperhatikan penampilanku.

 

Otte, joha? (Bagaimana, suka?)” tanya Hyegi sambil merapikan poniku.

 

Neomu joha! Gomawo (Sangat suka! Terima kasih).” aku tersenyum berterima kasih pada Hyegi sementara ia terlihat tersenyum puas melihat hasil karyanya.

 

“Lebih baik kita berangkat sekarang. Nanti kita ketinggalan penampilan mereka.” ajak Hyegi lalu kami berdua pun berjalan menuju taman yang terletak di dekat sekolah kami. Sesampainya di taman, sudah banyak orang berkumpul untuk menyaksikan penampilan EXO dalam acara mingguan yang biasa digelar oleh pengelola taman ini. Biasanya setiap malam minggu seperti malam ini, diadakan acara live music dan malam ini adalah giliran EXO yang tampil.

 

Lantunan musik mulai terdengar dan Baekhyun pun mulai memperdengarkan suara merdunya pada semua penonton. Para penonton terlihat sangat menikmati penampilan EXO, tak terkecuali aku yang sedari tadi menikmati penampilan mereka dan malam ini Kai terlihat sangat tampan apalagi ia sempat tersenyum ke arahku. Eh? Sebentar.., Kai tersenyum ke arahku? Ah, rasanya aku ingin memonopoli senyumnya hanya untukku sendiri.

 

“Kai tersenyum tuh saat melihatmu.” goda Hyegi padaku. “Sepertinya tidak sia-sia hasil kerjaku tadi sore.” Setelah EXO selesai tampil, kami pun menghampiri mereka yang sedang membereskan alat-alat musik milik mereka. “Hey guys!” sapa Hyegi.

 

Hey!” balas Chanyeol yang sedang memasukkan bass miliknya ke dalam tas khusus.

 

“Lee Cheonsa? Ini kau? Kau terlihat sangat cantik.” puji Baekhyun, sepertinya ia agak terkejut melihatku berpenampilan seperti ini.

 

Gomawo..” ucapku sedikit malu. Aku melirik ke arah Kai yang baru saja memasukkan ponselnya ke dalam saku celananya. Mungkin ia habis menelpon seseorang. “Hey..” aku memberanikan diri untuk menyapa Kai.

 

Hey..” balas Kai sembari tersenyum padaku. “Kau terlihat cantik dengan dress itu.” Omona!! Kai memujiku. Ia mengatakan diriku terlihat cantik dengan dress ini. Rasanya aku ingin berteriak kegirangan.

 

“Kai-ya! Aku, Chanyeol, dan Baekhyun masih ada acara setelah ini.”

 

“Hah? Aca─” Chanyeol langsung menutup mulut Baekhyun yang hendak menyela ucapan Hyegi.

 

“Kau bisa mengantar Cheonsa pulang? Ini sudah larut, bahaya jika Cheonsa harus pulang sendirian.” sambung Chanyeol.

 

“Tidak usah, aku bisa pulang sendiri kok.” tolakku. Rencana apa lagi ini? Hyegi-ya, aku bisa mati gugup kalau harus berduaan saja dengan Kai.

 

Aniya. Aku tidak mau terjadi apa-apa padamu, Lee Cheonsa. Kai-ya, kau mau kan?” pinta Hyegi lagi sambil menatap Kai dan menunjukkan puppy eyesnya. Astaga.., awas kau, Kim Hyegi!

 

Kai akhirnya mengangguk, mengiyakan permintaan Hyegi. “Baiklah, kebetulan rumahku searah dengan rumah Cheonsa kok.”

 

Gomawo! Chanyeolie, Baekhyunie, kajja! Annyeong chingudeul!” Hyegi menarik Chanyeol dan Baekhyun meninggalkanku dan Kai berdua. Sepeninggal Hyegi, Chanyeol, dan Baekhyun, keheningan menyelimuti kami berdua. Aku hanya terdiam menikmati suasana malam di taman ini. Pemandangan yang indah dan udara yang sejuk ditambah laki-laki yang kusukai berada didekatku, rasanya aku tidak ingin pergi dari sini.

 

“Mau pulang sekarang?” tawar Kai yang dengan sukses membuyarkan lamunanku.

 

Aku pun mengangguk. Kalau tidak mengingat ini sudah larut, rasanya aku tidak ingin pulang ke rumah dan ingin menghabiskan banyak waktu bersama Kai. Kurasa Hyegi memang benar, aku memang sudah jatuh cinta pada laki-laki di hadapanku ini.

 

***

 

Sejak malam itu, Hyegi semakin gencar mendekatkanku dengan Kai. Chanyeol juga ikut membantuku. Entah membuat Kai mengantarkanku pulang ataupun membuat aku membantu Kai dalam pelajaran karena ia cukup kesulitan dalam pelajaran eksakta. Kurasa mereka berdua -Hyegi & Chanyeol- terobsesi menjadi cupid couple.

 

Tapi aku sangat berterimakasih dengan usaha mereka berdua. Karena berkat usaha mereka berdualah, aku bisa dekat dengan laki-laki yang kucintai. Mungkin kalau Hyegi dan Chanyeol tidak membantuku, aku tidak akan bisa sedekat ini dengan Kai. Seperti sore ini, aku dan Kai sedang belajar bersama di rumah Kai. Pada awalnya, Hyegi dan Chanyeol ikut bergabung tapi setengah jam yang lalu mereka berdua pulang lebih dulu. Katanya mereka ada acara, tapi aku yakin ini bagian dari rencana mereka untuk mendekatkanku dengan Kai.

 

Aku sendiri tidak tahu pasti bagaimana perasaan Kai padaku. Dia memang baik dan peduli padaku. Tapi aku tidak bisa langsung berasumsi kalau dia juga menyukaiku kan? Bisa saja dia memang baik pada semua orang dan tidak hanya padaku saja. Kurasa aku tidak boleh banyak berharap. Lagipula, sebenarnya aku sendiri tidak tahu bagaimana status Kai sekarang. Apa dia single? Atau jangan-jangan dia sudah punya kekasih? Hyegi dan Chanyeol tidak bicara apa pun soal itu.

 

Dan sekarang, aku tengah memperhatikan Kai yang bolak-balik melihat ke arah ponselnya dengan gelisah. Sepertinya ia sedang menunggu sesuatu..atau… seseorang. Mungkin dia menunggu telepon dari seseorang. “Kai-ya…” aku memberanikan diri untuk memanggilnya.

 

“Ne?” sahut Kai, matanya tidak lepas dari layar ponselnya. Sepertinya yang kau tunggu itu penting sekali bagimu ya?

 

“Daritadi kau kelihatannya gelisah sekali. Kau sedang menunggu sesuatu?” tanyaku penasaran.

 

Kai segera menggeleng “Aniya, aku tidak sedang menunggu apa-apa kok. Lee Cheonsa, apa kau haus? Mau kuambilkan minum?” ini perasaanku saja atau Kai memang berusaha untuk mengalihkan pembicaraan?

 

Ne, gomawo.” aku mengangguk lalu Kai beranjak dari duduknya menuju dapur. Aku mengalihkan pandanganku ke jendela. Diluar terlihat mendung, pasti sebentar lagi turun hujan. Bagaimana ini, aku tidak membawa payung. Dugaanku benar, tak lama hujan turun dengan derasnya dan diikuti oleh suara petir serta cahaya kilat.

 

Pet! Listrik di rumah Kai tiba-tiba mati dan ruangan menjadi gelap seketika. Aku tidak dapat melihat apapun. Kurasakan tubuhku gemetar. Aku memang phobia pada ruangan gelap. Kakiku terasa lemas hingga aku tidak kuat untuk berdiri dan mencari Kai. Aku hanya bisa memeluk lututku dan tubuhku yang masih gemetar.

 

Keringat dingin terus mengucur dari dahiku. Aku benar-benar takut bahkan rasanya aku tidak kuat untuk menjawab Kai yang sejak tadi memanggilku. “Lee Cheonsa, kau masih di ruang tengah kan? Cheonsa-ya! Lee Cheonsa!” aku bisa mendengar suara Kai yang sejak tadi memanggil-manggil.

 

“Lee Cheonsa…” aku merasakan Kai mengarahkan senternya ke arahku. “Cheonsa-ya? Kau kenapa?” mungkin Kai terkejut melihatku yang seperti ini. “Apa yang terjadi? Kenapa kau meringkuk seperti itu?” tanya Kai sambil memegang bahuku dan tanganku “Astaga, tanganmu dingin sekali.”

 

“Aku takut….” lirihku dan air mata mulai menetes dari kedua mataku. “Aku phobia gelap. Aku sangat takut sendirian disini. Aku benar-benar takut...”

 

Mianhae, aku tidak tahu kalau kau ternyata phobia gelap.” Kai merengkuhku ke dalam pelukannya. “Kau tenang, aku disini. Tidak akan terjadi sesuatu yang buruk, uljima (jangan menangis).” Kai mengelus punggungku lembut, berusaha menenangkanku.

 

Pelukan Kai terasa benar-benar nyaman. Ia tetap memelukku sampai listrik kembali menyala. Aku pun membuka mata dan segera menghapus sisa-sisa air mata di wajahku. “Maaf jika aku berlebihan. Tapi.., aku benar-benar takut tadi.”

 

Kai tersenyum dan mengelus kepalaku. “Gwaenchana (Tidak apa-apa), aku mengerti kok. Bagaimana perasaanmu sekarang? Sudah tidak takut lagi kan?”

 

Gomawo.” aku balas tersenyum kepada Kai.

 

***

 

Hari ini aku membawakan Kai fried chicken setelah kemarin Chanyeol memberitahuku kalau Kai menyukai fried chicken. Aku benar-benar tidak menyangka ini akan terjadi padaku. Aku rela begadang demi belajar membuat fried chicken yang enak dan tentunya lebih sehat dibandingkan fried chicken dari restoran cepat saji. Yah.., kurasa benar kata orang orang, jatuh cinta akan membuatmu jadi gila. Aku yang tidak bisa masak sama sekali akhirnya mau belajar masak demi Kai. Ini seperti bukan aku. Jatuh cinta membuatku rela untuk melakukan apapun.

 

“Bagaimana?” tanyaku setelah Kai mencicipi fried chicken buatanku. Saat ini kami tengah duduk di bangku taman sekolah untuk menghabiskan waktu istirahat makan siang. Kai terdiam sejenak, aku tidak bisa membaca raut wajahnya. Jangan-jangan masakanku tidak enak. Tapi tadi asisten rumah tangga di rumahku bilang enak kok. “Bagaimana? Enak atau tidak? Kalau tidak enak, bilang saja. Aku tidak keberatan kok. Malhaebwa (Katakan).” desakku karena sejak tadi Kai diam saja.

 

“Enak!” seru Kai yang membuatku cukup terkejut.

 

Ya! Kau mengagetkanku saja.” aku mendorong bahunya pelan.

 

Kai malah tertawa ringan dan mengelus puncak kepalaku. “Hahaha.. mian.. Habisnya aku suka dengan ekspresi wajahmu tadi. Gomawo Lee Cheonsa, fried chicken buatanmu enak kok.”

 

“Kau suka?” tanyaku lagi. Kai hanya mengangguk sementara mulutnya sibuk mengunyah fried chicken buatanku lalu mengacungkan ibu jarinya.

 

Tiba-tiba Kai menghentikan makannya karena ponsel miliknya berdering. Ia beranjak dari duduknya. “Lee Cheonsa, aku mau menerima telepon dulu dan sepertinya lama. Kau duluan saja ke kelasnya ya.” Kai pun melangkah pergi, meninggalkanku yang masih duduk di bangku taman. Huh, selalu saja begitu. Akhir-akhir ini Kai selalu menjauh dariku jika sedang menerima telepon. Siapa sih yang menelponnya itu? Sepertinya pembicaraan mereka rahasia sekali sampai ia tidak ingin didengar oleh orang lain.

 

Beberapa hari kemudian, aku mendengar Kai memanggilku saat aku baru saja keluar dari ruang OSIS. “Lee Cheonsa!” panggilnya sambil berjalan ke arahku.

 

“Cieee.., pangeranmu memanggil tuh.” ledek Hyegi yang membuatku tersipu. “Aku duluan ya, Chanyeol sudah menungguku. Annyeong!” Hyegi melambaikan tangan lalu berjalan menuju parkiran untuk menemui Chanyeol.

 

“Kau sudah selesai rapat?” tanya Kai ketika sudah berada di sampingku. Aku menjawabnya dengan sebuah anggukan. “Kau mau langsung pulang? Bisa temani aku hari ini?”

 

“Kemana?” tanyaku ingin tahu.

 

“Rahasia! Pokoknya kau ikut aku saja. Kajja!” Kai menarik tanganku dan membawaku entah kemana. Sebenarnya Kai mau mengajakku kemana sih? Apa dia mau menyatakan perasaannya padaku? Aish, Lee Cheonsa! Kau jangan terlalu percaya diri, belum tentu Kai mau menembakmu. Perasaannya padamu saja belum jelas. Aku menatap Kai yang sedang menyetir mobilnya dengan santai. Tumben sekali hari ini dia membawa mobil ke sekolah, biasanya ia naik bus atau pun jihachol (subway).

 

“Sebenarnya kau mau mengajakku kemana sih? Beri tahu aku, Kim Jongin.” pintaku karena penasaran.

 

Aniya, nanti kau juga tahu sendiri. Sudah, nikmati saja perjalanannya.” titah Kai yang matanya tetap fokus kepada jalanan. Aku hanya bisa mengangkat bahu dan memilih menatap ke luar jendela. Sepertinya ini jalan menuju bandara. Apa Kai mau membawaku ke bandara? Untuk apa? Mungkin ia mengajakku untuk menjemput seseorang.

 

Tak lama kemudian, Kai menghentikan mobilnya di parkiran bandara. “Ayo kita turun.” ajaknya seusai melepaskan seatbeltnya.

 

“Kita mau menjemput seseorang ya?” tanyaku dan kali ini Kai mengangguk “Siapa?”

 

“Nanti kau juga tahu, kajja!” Kai menarikku masuk ke dalam bandara dan ia mulai menoleh ke sekeliling untuk mencari orang yang akan kami jemput. “Noona!” Kai berseru ke arah seorang gadis cantik yang sejak tadi duduk di bangku tunggu. Apa itu noonanya? Jadi, Kai mengajakku untuk menjemput noonanya? Apa ia mau mengenalkanku pada noonanya? Aku dan Kai pun menghampiri gadis itu dan Kai langsung memeluknya. Kenapa aku merasa cemburu ya? Bukankah itu noonanya? Harusnya aku tidak boleh merasa cemburu seperti ini, kami saja belum resmi berpacaran.

 

Noona, aku merindukanmu.” gumam Kai lalu mengecup dahi noonanya. Kenapa aku merasa Kai terlalu berlebihan ya?

 

“Aku juga merindukanmu.” balas gadis itu sambil tersenyum. Untuk sesaat aku merasa menjadi obat nyamuk disini.

 

Ehem! Aku berdeham, mengingatkan Kai bahwa aku ada disini “Ah, aku sampai lupa. Noona, kenalkan, ini Lee Cheonsa. Yeoja yang sering aku ceritakan itu.” Mwoya.. Kai sering menceritakan tentang diriku?

 

Annyeonghaseyo, Lee Cheonsa imnida.” aku membungkuk, memperkenalkan diri.

 

“Lee Cheonsa, kenalkan ini Yoora noona, kekasihku.” ucapan Kai barusan membuat tubuhku terasa membeku seketika. Apa Kai tidak salah bicara? Atau aku yang salah dengar? Oh Tuhan, apa dia serius dengan ucapannya barusan?

 

“Kekasih?” tanyaku tak percaya dan berharap ini hanyalah mimpi burukku. “Jadi, selama ini kau sudah punya kekasih?”

 

“Aku dan Yoora noona baru resmi berpacaran beberapa hari yang lalu. Meskipun umur kami berbeda 3 tahun tapi aku sangat mencintainya. Dia baru saja kembali dari liburannya di Macau. Selama ini dia sering penasaran denganmu, karena aku sering menceritakan tentang dirimu. Kau ini mengingatkanku dengan Yoora noona, Lee Cheonsa.” jelas Kai yang membuatku benar-benar membisu. “Kau ingat kan, saat kita sedang belajar bersama dan aku bolak-balik menatap ponselku. Saat itu aku sedang menunggu jawaban Yoora noona setelah aku menyatakan perasaanku padanya.” sambung Kai yang semakin membuatku tidak bisa berkata apapun dan merasa lemas.

 

Annyeonghaseyo, Park Yoora imnida.” ujar gadis yang sempat kukira adalah noonanya Kai. Jadi, selama ini Kai dekat dan peduli denganku hanya karena aku sering mengingatkannya dengan gadis yang ia sukai. So, my first love story is over?

 

***

 

“Jadi begitu ceritanya. Eunyoungie, sekarang kau harus tidur. Kau tadi sudah berjanji dengan eomma kan? Kau akan tidur setelah mendengar cerita cinta pertama eomma?” tanyaku sambil mengelus lembut kepala putriku yang sudah berusia 7 tahun. Aku baru saja menceritakan tentang kisah cinta pertamaku kepada putriku. Dunia ini memang sudah sangat maju. Bagaimana bisa seorang anak berusia 7 tahun meminta diceritakan kisah cinta pertama ibunya? Kurasa hanya putriku yang melakukan itu.

 

Arasseo, eomma. Jaljayo.” Eunyoung mulai memejamkan matanya dan memasuki alam mimpinya.

 

Jaljayo, sleep well.” bisikku setelah mencium kening Eunyoung lalu menutup pintu kamarnya perlahan, agar tidak mengganggu tidurnya.

 

Yeobo, apa Eunyoung sudah tidur?” aku merasakan seseorang memelukku dari belakang dan meletakkan dagunya di bahuku ketika aku berniat mematikan lampu ruang tengah.

 

Ne, baru saja. Ia merengek memintaku menceritakan soal kisah cinta pertamaku.” jawabku sambil mengelus tangannya yang berada di pinggangku. “Bagaimana bisa seorang anak umur 7 tahun sudah penasaran dengan kisah cinta pertama ibunya?”

 

Pria yang sejak tadi memelukku ini membalikkan badanku dan membuatku melihat ia mengerucutkan bibirnya. Kalau sudah seperti ini wajahnya terlihat mirip sekali dengan putri kami berdua. “Kenapa kau tidak menceritakan cerita kita saja? Kurasa itu lebih menarik.”

 

Tanganku bergerak mengelus pipinya. “Byun Baekhyun, itu kan masa lalu. Aku juga hanya sekedar menceritakannya saja karena Eunyeoung memintanya. Bukan berarti aku masih mencintai Kai atau ingin mengingatnya lagi. Kau ini cemburuan sekali.” Kurasa kisah cinta pertama memang tidak akan terlupa sekalipun tidak indah atau seperti yang diharapkan. Meskipun kita sudah tidak mencintainya pasti sesekali akan teringat.

 

“Aku cemburu karena aku sayang padamu dan takut kehilanganmu tau.” Baekhyun mengecup bibirku sekilas. Meskipun kami sudah menikah selama 9 tahun, tetap saja kecupan Baekhyun selalu membuat pipiku menghasilkan semburat-semburat merah.

 

Aigoo, uri nampyeon (Aduh, suamiku).” aku terkekeh lalu meraih tangan Baekhyun dan meletakkannya di perutku yang masih rata. “Kai itu hanya masa lalu untukku. Sekarang aku punya kau, Eunyoung, dan calon adik Eunyoung sebagai masa sekarangku dan masa depanku.”

 

The End

 

How is it? Masih banyak kekurangan disana sini, so, feel free to comment or subscribe ^^

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet