Chapter Three ; There's Something

Life and Love in Highschool

Part 3

There’s Something

 

Besok paginya, hari yang cerah untuk memulai hari baru. Di sekolah yang sudah selalu ada cerita baru di dalamnya itu, seorang gadis berambut panjang, berlari menelusuri lorong sekolah, berusaha mengejar waktu. Senyumnya cerah penuh harapan.

Yeri sampai pada di tempat tujuannya. Ruang melukis. Langsung Ia masuk kedalamnya. Berlari kembali mendekati jendela. Cepat Ia buka jendela itu dan langsung menatap lurus. Tapi apa yang cari tak ada di sana. Ia menghela nafasnya kecewanya.

“apa aku yang selalu telat, atau dia memang tak pernah datang lagi?” bisik Yeri kecewa.

 Ia duduk melemas di kursinya. Untuk kesekian kalinya Ia tak pernah menemukan bayangan pria yang selalu jadi objek lukisannya itu. Kemana sang pria itu. Yeri benar-benar tak tau harus mencarinya kemana. Kanvasnya selalu kosong belakangan hari ini. Tak ada yang bisa Ia lukis lagi. Seolah semua objek tak pantas di lukis olehnya selain bayangan sang pria.

Mata Yeri kini tertuju pada beberapa lembaran kanvas yang berjajar rapi bersandar pada lemari galerinya. Perlahan Yeri mendekatinya. Lukisan-lukisan hasil karyanya. Dan ada satu lukisan yang setengahnya tertutup oleh sebuah lukisan bunga berwarna warni. Yeri memisahkan lukisan bunga itu agar lukisan yang ditutupnya dapat dilihatnya.

Lukisan seseorang yang selalu menjadi objek lukisannya setahun terakhir ini. Yang selalu membuat Yeri penasaran setiap harinya, ingin melihat wajahnya. Karena selama ini Ia hanya bisa melukis objek itu dari jauh. Hanya tubuhnya, tubuhnya yang selalu bersandar pada jendela di gedung sebrang. Tanpa pernah ia tau bagaimana wajahnya, tapi mampu membuat Yeri ingin terus dan terus melukis pemandangan yang hanya bisa dilihatnya dijam istirahat di dalam ruangan melukisnya.

“Yeri~ya !” panggil seorang teman dari luar ruang lukis itu

Yeri langsung menoleh pada sumber suara.

“kau tidak ke kelas? Ada kakak-kakak kelas yang datang, ppali !” histeris gadis itu

Yeri kebingungan ditempatnya “tapi kan ini jam istirahat?” bisiknya sendiri

“ppali !!” ajak histeris temannya itu lagi.

Tak ada pilihan lain, Yeri akhirnya berdiri dari duduknya mengikuti sang teman yang histeris kesenangan.

Yeri dan temannya masuk kedalam kelas. Benar saja, kelasnya sudah dipenuhi kakak-kakak kelas yang berjajar rapi di depan kelas. Yeri segara menduduki kursinya di baris kedua dari depan. Yeri memperhatikan satu persatu kakak kelasnya itu. Tak ada satupun yang dikenalnya di sana. Satu persatu kakak kelas itu memperkenalkan diri dan memperkenalkan club mereka masing-masing.

Sampai kakak kelas dari club taekwondo memperagakan aksi memecahkan balok. Tak ada satupun yang menarik perhatian Yeri, karena dia sudah menetapkan untuk bertahan di dunia lukis. Sampai seseorang masuk kedalam kelas dengan buru-buru. Yeri menoleh pada kakak kelas yang terlambat itu.

Mata Yeri terbuka, keningnya mengerut. Kakak kelas itu menarik perhatiannya. Perawakan sang kakak kelas sangat mirip dengan ‘bayangan pria di balik jendela’ miliknya. Ia kemudian teringat kakak kelas ini adalah kakak kelas yang pernah dilihatnya berseteru tegang dengan Mino oppanya beberapa hari yang lalu. Dimana saat itu ia juga tertarik melihatnya. Dan kali ini dia semakin yakin bahwa kakak kelas itu memang benar-benar mirip dengan bayang pria itu. Rambutnya, tubuh tingginya, dan seragam tanpa kancing atasnya itu. Yeri tak mengedipkan matanya.

“annyeonghaseyeo !” suaranya terdengar persis terdengar seperti suara yang selalu dibayangkan Yeri

“Aku perwakilan dari club dance, Nam Taehyun kelas 2-2, jika kalian ingin bergabung dengan club dance kalian bisa menghubungiku atau ketua club dance Lee Seunghoon kelas 3-2. Apa ada pertanyaan?” perkenalan singkatnya semakin membuat Yeri tak bisa mengedipkan matanya.

“bisakah sunbae menunjukan beberapa dance untuk kami?” tanya seseorang murid pria di kelas itu

Taehyun diam sejenak “aku hanya menajer dari club ini, jadi aku tidak bisa dance” jawabnya kemudian

“aaahhh …” seru kekecewaan satu kelas

“kalian bisa latihan dengan ketua club kami, dia selalu juara 1 mewakili sekolah dalam setiap perlombaan dance” sambungnya segera “jadi jika ada yang ingin bergabung sekarang, aku bisa memberikan no ku untuk kalian hubungi”

Mendengar itu Yeri langsung mengangkat tangannya, murid pertama yang mengangkat tangannya. Taehyun langsung menoleh pada Yeri. Kini Yeri bisa melihat wajahnya dengan jelas.

“aku akan memberikan nomorku padamu” ucap Taehyun ramah yang membuat sesuatu berdetak hebat didadanya Yeri.

Tapi ternyata bukan Yeri saja yang mengangkat tangannya. Ada 5 murid lainnya yang ikut mengangkat tangan. Taehyun tersenyum lega melihatnya.

Senyuman itu, persis dengan senyuman yang pernah Yeri lukis. Padahal Yeri tak pernah melihat senyumannya secara langsung, tapi senyuman itu bisa sama persis dengan lukisan Yeri. Itu membuat Yeri semakin terpesona.

@@@

Seungyoon membaringkan tubuhnya di lantai ruang dancenya. Matanya menatap lurus ke atap ruangan. Senyumnya mengembang sendiri. Ia masih membayangkan pertemuan pertamanya dengan Wendy kemarin. Semalaman Ia tak bisa melupakan senyuman itu, tangan itu, dan suara itu.

“neo mwohae?” Joy tiba-tiba datang dan menutupi bayangan Wendy yang terpantul di atap ruangan.

“haahh ..” Seungyoon menghala nafas kecewanya, Ia langsung bangkit dari rebahannya “kau mau latihan lagi?” tanyanya terdengar kesal pada Joy

“tentu saja, kau pikir aku akan menyerah” Joy melempar tasnya sembarang lagi “kemana bosmu? Kenapa dia belum datang?”

“dia tidak latihan hari ini”

“wae?” jerit kejut Joy

“molla .. tadi pagi dia mengirimiku sms, dia tidak sebut alasannya”

“ahh jinjja .. aku sudah latihan mati-matian untuk ku tunjukan padanya tapi dia malah kabur, sialan ! dia benar-benar membuatku marah !! iiiiihhhhhzzzzz !!” kesal Joy tak terima mengusap-usap kakinya di lantai layaknya anak kecil yang tak kebagian permen.

Seungyoon kebingungan di sana tak tau haru berbuat apa. Tapi tiba-tiba Joy menoleh pada Seungyoon. Ia teringat sesuatu yang berhubungan dengan Seungyoon. Ia ragu mengatakannya, tapi dia juga penasaran ingin mengetahui berita yang sejak pagi tersebar heboh di sekolah ini, terutama di kelasnya.

“ya, apa kau Kang Seungyoon yang sedang jadi bahan pembicaraan semua murid akhir-akhir ini?” tanya Joy memberanikan diri

“mwo? apa yang mereka bicarakan tentangku?” bingung Seungyoon

“aku dengar kau jadi juara umum dari hasil curang”

“mwo?” kejut Seungyoon

“penampilanmu tidak menampilkan penampilan seorang juara umum sekolah” ketus Joy

Seungyoon kemudian melihat dirinya sendiri, memperhatikan seragam yang tidak terkancing, rambutnya yang berantakan, dan sepatu dengan tali yang terikat sembarang. Kali ini dia setuju setelah melihat detail penampilan dirinya sendiri.

“mereka juga mengatakan, kalau kau tega pada Seulgi”

Seungyoon menoleh pada Joy setelah mendengar nama Seulgi disebut. Matanya menatap Joy dengan tatapan serius. Meminta Joy melanjukan kembali ceritanya.

“aku dengar Seulgi akan keluar dari sekolah karena beasiswanya akan dicabut. Dan mereka mengatakan semua itu karenamu”

“aku? Apa yang aku perbuat? Karena aku mendapat posisi pertama? Itu salahku?” nada suara Seungyoon mulai terdengar keras membuat Joy tersentak kaget

“kenapa kau marah padaku? Itu yang aku dengar, bahkan hari ini di kelasku ribut membicarakan Seulgi yang tidak masuk sekolah”

“dia tidak masuk sekolah?”

“eo .. mejanya kosong, bahkan lokernya juga kosong”

Seungyoon menelan ludahnya. Cepat dia bangkit dari duduknya dan berlari keluar dari ruangan meninggalkan Joy sendiri.

“YA ! oediga??” seru Joy tak terima di tinggal begitu saja.

@@@

Seungyoon berlari cepat mencari jalan keluar dari sekolah ini.

“Kang Seungyoon !!!” sebuah suara memanggilnya, membuatnya cepat mengerem-kan kakinya.

Seungyoon berbalik mencari sumber suara. Seseorang yang pernah dilihat sekali saat berseteru dengan Seunghoon beberapa hari lalu sepertinya adalah orang yang memanggilnya. Karena hanya dia satu-satunya orang yang melihat kearahnya sekarang.

“kau Kang Seungyoon kan?” tanyanya membuat Seungyoon mengerutkan keningnya “kau mencari Seulgi?” lanjutnya yang kini membuat mata Seungyoon terbuka lebar “dia di atap sekolah” lanjutnya

“ne?” bingung Seungyoon, karena dari mana pria ini tau kalau dia sedang mencari Seulgi, dan bahkan tau dimana Seulgi berada sekarang

Tapi Seungyoon tau mau memikirkan itu terlalu lama, dengan cepat dia pergi ke atap sekolah mencari Seulgi. Seungyoon berlari melewati Mino yang masih di tempatnya. Mino menghela nafasnya. Ingin sekali dia ikut menyusul Seungyoon menemui Seulgi. Tapi dia tidak bisa, bukan dia orang bisa membuat Seulgi membatalkan keinginannya untuk keluar sekolah ini. Mino sudah membantu sebisanya. Dia berhasil meyakinkan kepala sekolah untuk memperpanjang beasiswa Seulgi. Tapi dia tidak bisa memberi tau Seulgi tentang itu. Seulgi akan mengetahui dengan sendirinya, setelah dia berhasil menenangkan diri. Dan yang bisa melakukan itu hanyalah Seungyoon, Itu pikirnya.

@@@

Seungyoon sampai di atap sekolah dengan nafas terngah-engah. Dia melihat sekitarnya, dan akhirnya menemukan Seulgi. Langsung Ia menghela nafas panjangnya, lega karena menemukan Seulgi tidak dalam posisi yang dia takutkan. Tidak berdiri di pinggir atap, tapi terduduk sendiri di kursi-kursi bekas tak perpakai.

Perlahan Seungyoon mendekatinya. Ada perasaan takut dalam dirinya untuk mendekati Seulgi. Ia bingung apa yang akan dikatakannya nanti pada Seulgi. Minta maaf? Atau langusung memarahinya atas keputusannya untuk keluar sekolah. Semakin dekat dia dengan Seulgi masih belum bisa Ia menemukan jawabannya. Dia hanya berdiri di sana, di samping Seulgi, tanpa bicara apapun. Nafasnya masih terdengar terngah-engah karena berlari menaiki tangga 3 lantai. Seulgi menyadari kehadiran Seungyoon. Tapi dia hanya diam, karena tak tau juga harus mengatakan apa. Walau memang sebenarnya dia sangat mengharapkan kedatangan Seungyoon.

“kau .. keluar dari sekolah?” Seungyoon akhirnya menentukan pilihan katanya, tapi Seulgi diam tak menjawab. “Seulgi, sungguh aku benar-benar tak tau harus mengatakan apa padamu, tapi aku benar-benar berharap kau membatalkan niatmu itu, apa itu satu-satunya keputusan yang bisa kau ambil?” suara Seungyoon mulai terdengar keras

“kau mungkin salah paham, alasanku ingin keluar dari sekolah ini bukan karena beasiswa bodoh itu, tapi kau”

Seungyoon langsung menoleh pada Seulgi yang menatap lurus kosong kedepan. Ia tak mengerti apa yang dimaksudkan oleh Seulgi.

“aku lelah harus mengikutimu, berusaha mendapatkan apa kau dapatkan, aku tak mau jadi bayang-bayangmu lagi”

“Seulgi~ya .. “

“semua, semuanya yang kau dapatkan, aku ingin mendapatkannya, tapi aku tak pernah bisa mendapatkannya, dan kau ..” Seulgi kini menoleh menatap wajah Seungyoon “kau selalu mendapatkan semuanya, tapi kau menolak semuanya, kau selalu mengatakan kau tidak menginginkan semua itu, tapi kenapa semua itu selalu datang untukmu?! kau tau kau begitu memuakkan?? Kau tau seberapa besar aku ingin mendapatkan semua yang kau dapatkan itu?” setitik air mata keluar dari mata Seulgi

Seungyoon terdiam mendengarnya, tak bisa ucapkan apapun saat melihat wajah penuh kesedihan itu. Seolah semuanya kesedihannya adalah kesalahannya.

“kau tau, aku memang tak pernah menginginkan semua itu?” suara Seungyoon terdengar lemah dan ragu

“berhenti mengatakan kau tidak pernah menginginkannya !! itu yang membuatku semakin membencimu !!!” suara Seulgi keras diiringi air matanya yang semakin tak bisa ditahannya

“sejak dulu aku ingin diadopsi oleh orang tua yang bisa menyayangiku, dari keluarga kaya yang bisa membelikanku banyak mainan, tapi kaulah yang mendapatkan kesempatan itu, tapi kau malah menolaknya dengan mengatakan kau tak ingin meninggalkan panti. Aku suka bernyanyi, tapi tak ada yang mengatakan suaraku bagus, aku berlatih keras agar bisa memenangkan lomba dan membuktikan aku bisa bernyanyi, tapi kau yang berhasil mendapatkan piala itu!!. Audisi, sudah berapa kali aku mengikuti audisi besar, dan lagi-lagi kau yang mendapatkannya, tapi lagi-lagi kau menolaknya dengan alasan yang selalu tak pernah aku terima. Kau tau seberapa keras aku belajar siang dan malam untuk mempertahankan beasiswa itu agar aku tidak kalah darimu yang dengan mudahnya masuk sekolah elit ini? Dan kau dengan mudahnya mengatakan kalau kau tidak menginginkannya?? Bodoh ! kenapa kau selalu mendapat keberuntungan yang selalu ingin aku dapatkan??!!” tangis Seulgi meledak tak bisa ditahannya lagi

Seungyoon terpatung, tak percaya Seulgi mengatakan semua itu, bukan karena Ia tak tau, dia tau semuanya, hanya tak menyangka akhirnya dia mendengar semua itu dari mulut Seulgi sendiri.

“Seulgi~ya ..” suara Seungyoon lirih terdengar “di antara semua orang yang mengenalku, aku pikir kau paling tau siapa aku, mengenalku dengan sangat baik, dan selalu tau alasan dibalik semua yang aku lakukan, tapi ternyata aku memang sudah salah paham”

Seulgi tiba-tiba terdiam, tangisnya tak terdengar lagi. Ada rasa sesak yang lain yang Ia rasakan saat mendengar kata-kata Seungyoon itu.

“mian .. aku pura-pura tidak tau tentang semua itu, karena aku pikir kau orang yang paling mengerti aku. Tapi aku salah, aku malah menyakitimu sampai seperti ini. Mian … “ suara itu terdengar sangat lemah, tak seperti suara Seungyoon yang biasanya.

Seulgi masih diam, dadanya semakin sesak mendengar kata-kata itu. Bibirnya terkunci. Dikepal erat tangannya sendiri. Tubuhnya kaku tak bisa digerakannya.

“maaf, aku berpikir bodoh aku bisa meyakinkanmu untuk tidak keluar dari sekolah. Mana bisa, aku kan penyebab lukamu” Seungyoon tersenyum getir “kau benar, orang seperti aku bisa mendapatkan juara umum berturut-turut itu mustahil, wajar kalau kau merasa tak terima, karena kau sama saja dengan murid-murid yang lain tak pernah tau siapa aku, tapi bisa menilaiku cukup dari penampilanku saja. Kau, aku dan dia .. kita sudah selesai lama sekali, aku pikir aku masih bisa mengandalkanmu, tapi kau juga perlahan pergi dariku, jadi apa yang sebenarnya aku perjuangkan disekolah ini, beasiswa? Kau tau jawabannya bukan itu. Kau tau itu Seulgi~ya…..” Air mata itu tak bisa ditahan Seungyoon

Air mata Seulgi kembali menetes dari kedua mata yang sudah basah itu. Kata-kata itu semakin sakit untuk didengarnya. Ia tak sanggup mendengar kata-kata itu, tapi tubuhnya kaku disana.

“gurae .. kalau kau memang mau keluar dari sekolah, lakukanlah. Aku tidak bisa melarangmu” Seungyoon langsung membalikannya badannya setelah mengatakan kata-kata yang sama sekali tak ingin diucapkannya itu.

Ia terus berjalan menjauh meninggalkan Seulgi yang kini melemaskan tubuhnya setelah sejak tadi terpatung. Tangisnya pecah. Ditepuk-tepuk dadanya, karena merasa sesak. Sakit sekali rasanya. Tangisnya semakin terdengar keras mengisi atap sekolah.

Tanpa ada yang sadari, pemandangan itu dilihat seseorang yang sejak tadi bersembunyi. Mino berdiri di sana, bersembunyi tak jauh dari tempat Seulgi, ingin sekali ia berlari dan memberikan pelukan untuk Seulgi. Tapi ia tak bisa, karena dia setuju dengan apa yang di lakukan Seungyoon. Dia sudah mendengar semua pembicaraan mereka berdua. Baginya apa yang dilakukan Seulgi itu bodoh. Mengejar sesuatu hanya untuk mengalahkan seseorang, walaupun dia punya alasan untuk itu, tapi alasan itu terlalu bodoh dipikiran Mino. Mengejar keberuntungan orang lain, seolah tak bisa menemukan keberuntungannya sendiri.

Tapi walau begitu, tetap ada sesuatu di dadanya yang juga terasa sesak melihat Seulgi menangis lemas sendiri di sana. Tak ia sadari matanya menitikan air mata. Cepat Ia hapus air mata itu. Ia benar-benar tak sanggup melihat Seulgi seperti itu.

@@@

Bel masuk sudah dibunyikan. Seharusnya semua kelas sudah masuk ke dalam kelas masing-masing. Tapi tidak dengan Taehyun. Dia sedang bosan mengikuti pelajaran yang menurutnya mengganggu tidurnya itu. Dia berniat naik ke atap sekolah untuk menikmati tidur siangnya.

Dengan santai dia berjalan melewati koridor sekolah tanpa takut guru lain akan melihatnya. Taehyun menemukan tangga menuju atap sekolah. Cepat dia menaiki tangga itu. Tapi belum sempat kakinya menginjak anak tangga kedua, langkahnya terhenti melihat sosok Seulgi berdiri di hadapannya. Seulgi yang hendak menuruni anak tangga itu juga terkejut melihat sosok Taehyun di depannya. Mereka saling menatap tanpa menyapa. Walaupun mata mereka saling bertanya ‘apa yang kau lakukan di sini?’.

Tapi mata Taehyun lebih tertarik untuk menanyakan, ‘ada apa? Apa yang kau tangisi’ setelah melihat mata Seulgi yang sudah sembab setelah menangis sendirian di atap tadi.

“Kang Seulgi?” suara itu membuyarkan suasana hening diantara keduanya. Mereka langsung menoleh dan menundukan kepala mereka pada kepala sekolah yang sudah berdiri menyapa mereka dengan tatapan tegas..

“kalian berdua, sedang apa di sini?” dingin sang Ibu kepala sekolah yang terkenal disiplin itu “kenapa kalian tidak masuk kelas?!”

Taehyun dan Seulgi saling menoleh berharap ada salah satu dari mereka yang memberikan jawaban, tapi mereka sama-sama bingung, tak tau harus menjawab apa.

“cepat berdiri di lapangan sampai jam pulang sekolah !”

“kyojangnim!” seru Taehyun cepat

“termasuk kau Kang Seulgi ! surat pengunduran dirimu tak bisa aku terima, karena beasiswamu masih berlaku sampai akhir semester”

“nee?” bingung Seulgi

“kami memberikanmu kesempatan, karena kau memenangkan lomba menulis nasional” jelas kepala sekolah. Seulgi masih tak percaya mendengarnya. Taehyun langsung menoleh pada Seulgi dan melihat sebuah senyum yang tertahan diwajah Seulgi.

“kenapa kalian berdua masih di sini ! cepat ke lapangan !!” Gretak tegas kepala sekolah yang langsung berbalik meninggalkan mereka berdua.

@@@

Taehyun dan Seulgi akhirnya menerima hukuman mereka. Berdiri di lapangan dengan memberikan hormat pada bendara kebangsaan korea yang berkibar di tiang bendera yang menjulang tinggi menembus sinar matahari yang tajam. Taehyun menutup matanya tak kuat menerima sinar matahari yang begitu terang itu. Seulgi pun sesekali menutup matanya. 15 menit sudah mereka berdua berdiri di sana. Tapi tak ada kata-kata yang keluar dari keduanya.

Seulgi masih mengingat-ngingat kata-kata kepala sekolah tadi. Beasiswanya diperpanjang dan surat pengunduran dirinya tidak diterima. Sungguh dia sebenarnya bahagia tiada tara dengan kabar itu. Ia tak percaya Ia memilki keberuntungan sendiri seperti yang Seungyoon miliki. Tapi kabar gembira itu sekaligus menjadi berita yang menyesakan dadanya lagi. Seungyoon. Dia masih memikirkan kata-kata Seungyoon. Dia seolah baru menyadari kalau tindakannya tadi memang benar-benar bodoh. Teringat dengan Seungyoon, Seulgi melirik pada Taehyun. Sebuah bayangan masa lalu tiba-tiba terlintas melewati pikirannya.

“sudah lama sekali” ucap Seulgi tiba-tiba, membuat mata Taehyun terbuka mendengarnya “kau ingat, ini bukan pertama kalinya kita di hukum bersama”

Taehyun terdiam, tak berani dia menoleh pada Seulgi. Ia memilih diam mendengarkan.

“apa kabarmu Taehyun~na” suara itu benar-benar penuh arti.

Taehyun merasakan sesuatu di dadanya mendengar Seulgi menyebut namanya setelah sekian lama, lama sekali Ia tak pernah mendengarnya. Taehyun menelan ludahnya. Ingin sekali dia kabur dari tempat itu agar tak terlarut lebih lama lagi dengan pertemuannya dengan Seulgi.

“setahun ini kita satu kelas, tapi bersikap seolah tak mengenal satu sama lain. Bukankah itu lucu?” lanjut Seulgi yang tak memperdulikan reaksi apa yang akan diberikan Taehyun saat mendengarnya.

“Taehyun~na ..” Sekali lagi Seulgi memanggil nama itu. Sesuatu berdetak hebat di dada Taehyun, di pegang dada kirinya, merasakan detakan yang semakin cepat itu. Pelan Taehyun menoleh, memberanikan diri menatap Seulgi.

Dia tersenyum, senyum yang lama sekali tak pernah dilihatnya, senyuman yang pernah sangat dirindukannya itu. Senyuman yang pernah jadi penyemangatnya itu.

“hari ini, aku punya dua perasaan hebat. Satu perasaan yang sesak sekali sampai membuatku susah bernafas, dan satu perasaan yang membuatku ingin berteriak senang. Tak bisakah kau menutup perasaan sesak itu?” Seulgi menatap kedua mata Taehyun penuh arti “aku lelah Taehyun~na .. sangat lelah” lirih Seulgi

Taehyunpun membalas tatapan itu, tak berkedip dia menembus pandangan mata Seulgi. Ada sesuatu yang dirasakan keduanya. Perasaan yang sudah lama tertutup dan mungkin tak akan bisa di buka lagi. Tapi hari itu, perasaan itu muncul dengan sendirinya. Perasaan yang mendorong Taehyun mendekatkan wajahnya pada wajah Seulgi, perasaan yang membuat Seulgi perlahan menutup matanya. Semakin dekat wajah keduanya, hingga kedua bibir itu bertemu, saling memberikan kecupan dengan mata tertutup. Keduanya merasakan perasaan itu, perasaan yang sudah lama sekali terkubur. Perasaan yang sama sekali tak diharapkan datang lagi.

To be countinue ……

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet